Anda di halaman 1dari 15

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH PROVINSI DAERAH KHUSUS

IBUKOTA JAKARTA

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH


PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

NOMOR 325 TAHUN 2019

TENTANG PEDOMAN PELAYANAN HEMODIALISIS PADA RUMAH SAKIT UMUM


DAERAH BUDHI ASIH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH BUDHI ASIH

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan efektifitas, efisiensi dan


kelancaran pelaksanaan tugas serta untuk meningkatkan mutu
pelayanan, maka dipandang perlu menetapkan Kebijakan
pemberlakuan standar prosedur operasional (SPO) RSUD
Budhi Asih

b. bahwa sehubungan hal tersebut diatas, maka perlu diatur dan


ditetapkan dengan Keputusan Direktur RSUD Budhi Asih.

Mengingat
: 1. Undang-Undang Negara RI Nomor: 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran

2. Undang-Undang Negara RI Nomor: 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan

3. Undang-Undang Negara RI Nomor: 44 Tahun 2009 tentang


Rumah Sakit.

4. Undang-Undang Negara RI Nomor: 36 Tahun 2014 tentang


Tenaga Kesehatan.

5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor


812/MENKES/PER/VII/2010 Tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Dialisis Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan

6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor


1438/MENKES/PER/IX/2010 Tentang Standar Pelayanan
Kedokteran
7. Keputusan Direktur RSUD Budhi Asih Nomor 345 Tahun 2016 tentang Bagan
dan Struktur Organisasi Tata Kerja RSUD Budhi Asih.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD BUDHI ASIH TENTANG


KEBIJAKAN PEMBERLAKUAN STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL (SPO) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI
ASIH.

PERTAMA : Standar Prosedur Operasional (SPO) Unit Hemodialisa di RSUD


Budhi Asih merupakan pedoman atau petunjuk pelaksanaan bagi
seluruh unit kerja terkait dengan kegiatan pelayanan unit
Hemodialisa di RSUD Budhi Asih

KEDUA : Standar Prosedur Operasional (SPO) Unit Hemodialisa di RSUD Budhi


Asih digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan tugas
pelayanan Unit Hemodialisa di RSUD Budhi Asih

KETIGA : Keputusan ini berlaku terhitung mulai tanggal ditetapkan dengan


ketentuan apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan
dalam keputusan ini, maka akan ditinjau kembali untuk diperbaiki
sebagaimana mestinya

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 18 Januari 2019

DIREKTUR RSUD BUDHI ASIH


PROVINSI DKI JAKARTA

Tembusan :
1. Wakil Direktur RSUD Budhi Asih;
2. Para Kepala Satuan Kerja di RSUD Budhi Asih
3. Arsip
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD BUDHI ASIH
NOMOR :
TANGGAL :

PEDOMAN PELAYANAN HEMODIALISIS

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hemodialisis (HD) adalah salah satu terapi pengganti ginjal yang menggunakan
alat khusus dengan tujuan mengatasi gejala dan tanda akibat laju filtrasi glomerulus
yang rendah sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.

Pelayanan HD terdiri dari:

1. HD rutin (Maintenance Hemodialysis)


Pelayanan HD rutin diberikan kepada pasien PGK stadium 5 dalam kondisi yang stabil
dan telah disetujui untuk mendapatkan terapi pengganti ginjal rutin.

2. HD akut
Pelayanan HD akut diberikan baik kepada pasien dalam kondisi yang tidak stabil yaitu
pasien PGK maupun bukan PGK yang dikarenakan kondisi tertentu mengalami
penurunan fungsi ginjal mendadak sehingga memerlukan dialisis.

B. TUJUAN PEDOMAN
Tujuan dari pedoman pelayanan Hemodialisis ini adalah untuk memberikan
suatu pedoman dalam pelaksanaan pelayanan hemodialisis sehingga didapatkan
suatu pelayanan yang baku, berkualitas dan komprehensif

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN


Unit kerja hemodialisis untuk pasien dewasa yang sedang menjalani
hemodialisis rutin maupun akut

D. BATASAN OPERASIONAL
a. Kriteria pasien yang ditangani:
1. Pasien yang mengalami gagal ginjal kronik yaitu pasien yang
sudah mengalami penurunan fungsi ginjal selama lebih dari 3
bulan
2. Pasien yang mengalami gagal ginjal akut yaitu pasien yang
mengalami penurunan fungsi ginjal akut dimana sebelumnya fungsi
ginjal diketahui masih baik dalam kurun waktu kurang dari 3 bulan
terakhir
3. Pasien dengan indikasi segera yaitu pasien GGK atau GGA yang
disertai kondisi berikut :
• Hiperkalemia yaitu kadar kalium darah > 6mEq/L
• Asidosis Metabolik Berat
• Kegagalan terapi konservatif : gagal terapi medikamentosa
• Kadar ureum/kreatinin yang tinggi dalam darah
• Perikarditis: radang lapisan luar dan dalam jantung
• Gangguan konfusi berat yaitu gangguan kognisi,perhatian,
memori dan orientasi dengan sumber yang tidak diketahui
• Hipercalsemia
• Hipertensi emergensi
b. Sesuai dengan persyaratan Pernefri Unit Hemodialisa RSUD Budhi Asih
telah memiliki ketenagaan sebagai berikut :
• Satu orang nefrolog ( dokter spesialis penyakit dalam konsulen ginjal
hipertensi)
• Satu orang dokter spesialis penyakit dalam yang sudah pelatihan
Hemodialisa
• Satu orang dokter umum yang sudah pelatihan hemodialisa
• Perawat yang bertugas di unit hemodialisa semua sudah pelatihan
hemodialisa.

E. LANDASAN HUKUM
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 812/Menkes/Per/VII/2010
tentang Penyelenggaraan Pelayanan Dialisis pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan
BAB II STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI KETENAGAAN

Ketenagaan pelayanan hemodialisis terdiri dari:


1. Tenaga medis: Supervisor Dialisis, Penanggung Jawab Ruang HD, Kepala
Ruangan HD, Ka.Tim Ruangan HD, Dokter SpPD yang bersertifikat HD,
Dokter Jaga Ruang HD bersertifikat HD
2. Perawat mahir HD
3. Teknisi mesin Dan tenaga pendukung lainnya.

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN

1. Supervisor Dialisis adalah Dokter SpPD-KGH.


2. Dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) hemodialisis adalah Dokter SpPD
yang telah mempunyai sertifikat pelatihan HD di pusat pendidikan yang terakreditasi
dan disahkan oleh PB PERNEFRI.
3. Dokter Jaga Ruang HD adalah Dokter umum yang telah mempunyai sertifikat
pelatihan HD di pusat pendidikan yang terakreditasi dan disahkan oleh PB
PERNEFRI.
4. Perawat mahir HD adalah Perawat yang bersertifikat pelatihan HD di pusat
pendidikan yang terakreditasi dan disahkan oleh PB PERNEFRI.

C. PENGATURAN JAGA

Pengaturan jadwal dinas adalah pengaturan tugas pelayanan bagi dokter,


perawat untuk melaksanakan tugas pelayanan di Unit Rawat Jalan RSUD Budhi Asih.
Pelayanan dilakukan pada: jam 07.00 s/d 19.00 WIB
BAB III STANDAR FASILITAS A. DENAH RUANG

DENAH RUANGAN HEMODIALISIS

4
6 5

10 9 8 PM 1 2

Keterangan gambar
Ruang Hemodialisis : Ukuran Ruang HD 8 m x 10 m
PM : Pintu masuk
Ruang 1 : Ruang KaRu ( 3 m x 2,5 m )
Ruang 2 : Ruang Diskusi / Konsultasi ( 3 m x 5,5 m )
Ruang 3 : Ruang Dokter ( 2,7 m x 2,95 m )
Ruang 4 : Ruang kamar mandi ( 1,35 m x 2,95 m )
Ruang 5 : Ruang ganti ( 2,7 m x 1,9 )
Ruang 6 : Tempat pengawasan perawat
Ruang 7 : Ruang Hemodialisis Isolasi
Ruang 8 : Ruang Administrasi ( 2,65 m x 2,2 m )
Ruang 9 : Ruang ATK, ART, BHP ( 2,65 m x 2,4 m )
Ruang 10 : Ruang cuci alat / gudang kotor ( 2,65 m x 2,4 m)
: Mesin Hemodialisis
: Mesin Hemodialisis Emergency
: Mesin Hemodialisis Hepatitis C
: Mesin Hemodialisis Isolasi
1. Unit hemodialisis mempunyai bangunan dan prasarana yang
sekurangkurangnya terdiri dari:
a. Ruangan hemodialisis:
- Ruangan hemodialisis sekurang-kurangnya mempunyai kapasitas
untuk 4 mesin hemodialisis.
- Rasio mesin hemodialisis dengan luas ruangan sekurang-kurangnya
sebesar 1:8 m2.
b. Ruangan isolasi untuk pasien Hepatitis B. Tidak diwajibkan untuk
menyediakan ruangan isolasi khusus untuk kasus infeksi lain seperti TB,
avian influenza, dan-lain-lain.
c. Ruangan pemeriksaan/konsultasi
d. Ruangan dokter
e. Ruangan perawat (nurse station)
f. Ruangan pengolahan air (water treatment)
g. Ruangan penyimpanan obat
h. Ruangan pimpinan
i. Ruangan administrasi
j. Ruangan pendaftaran/penerimaan pasien dan rekam medik
k. Ruang penunjang non medik yang sekurang-kurangnya terdiri dari pantry,
gudang peralatan, tempat cuci.
l. Ruang tunggu keluarga pasien
m. Toilet yang masing-masing terdiri dari toilet untuk petugas, toilet untuk
pasien, dan toilet untuk penunggu pasien.
n. Spoelhok
2. Seluruh ruangan harus memenuhi persyaratan minimal untuk kebersihan,
ventilasi, penerangan, dan mempunyai sistem keselamatan kerja dan
kebakaran.
3. Mesin hemodialisis yang digunakan dalam pelayanan harus dikalibrasi secara
berkala sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4. Mempunyai fasilitas listrik dan penyediaan air bersih (water treatment) yang
memenuhi persyaratan kesehatan.

B. STANDAR FASILITAS
Satu unit hemodialisis mempunyai peralatan meliputi:
1. Sekurang-kurangnya 4 mesin hemodialisis yang siap pakai dan jenis mesin
hemodialisis tersebut harus terdaftar di Departemen Kesehatan.
2. Tempat tidur/kursi untuk tempat pasien yang sedang menjalani hemodialisis.
3. Peralatan medik standar seperti stetoskop, tensimeter, timbangan berat badan,
dan sebagainya dengan jumlah sesuai kebutuhan.
4. Peralatan resusitasi kardipulmoner yang sekurang-kurangnya terdiri dari ambu
viva, defibrillator, suction, endotracheal tube.
5. Peralatan pengolahan air sehingga air untuk dialisis memenuhi standar
Association for the Advancement of Medical Instrumentation (AAMI).
6. Peralatan sterilisasi alat medis.
7. Generalor listrik berkapasitas sekurang-kurangnya sebesar kebutuhan untuk
menjalankan mesin hemodialisis yang ada.
8. Peralatan pemadam kebakaran.
9. Peralatan komunikasi eksternal (telepon dan fax).
10. Peralatan untuk kegiatan perkantoran.
11. Peralatan untuk mengelola limbah dan sampah.
12. Perlengkapan dan peralatan lain sesuai kebutuhan.
BAB IV TATA LAKSANAN PELAYANAN

A. PELAYANAN PENDAFTARAN RAWAT JALAN


a. Pendaftaran Poliklinik
1. Pendaftaran pasien lama dengan jenis pelanggan BPJS
• Pasien datang ke Kios K untuk memasukkan nomor rekam medis atau nomer
BPJS dan nomor rujukan dari puskesmas setelah itu memasukkan tujuan poli
yang di inginkan.
• Bila tujuan poli sesuai dengan asal rujukan maka SEP pasien keluar dari mesin
print Kios K dan pasien langsung menunggu di poli tujuan
• Bila poli tujuan tidak sesuai dengan dengan asal rujukan maka dari mesin print
kios K akan keluar nomer urut pendaftaran.
• Pasien akan datang ke loket pendaftaran sesuai dengan nomor urut panggilan
untuk di verifikasi kembali poli tujuannya dan dibuatkan SEPnya.
• Petugas akan menyerahkan bukti pendaftaran ke pasien yang berisi nama
pasien,poli tujuan, nomor urut poliklinik dan nomor SEP.
• Pasien di persilahkan menunggu di poli tujuan.
2. Pendaftaran Pasien Baru dengan jenis pelanggan BPJS
• Pasien datang ke kios K
• Pasien memilih pasien baru untuk jenis kunjungannya dan poli tujuan • Kios K
akan mengeluarkan no urut di poliklinik dan nomer urut pendaftaran.
• Pasien menunggu di loket pendaftaran untuk di registrasi data sosialnya.
• Petugas pendaftaran akan menginput data pasien sesuai dengan KTP, SIM atau
data lain yang diberikan oleh pasien tersebut dan poli tujuan sesuai dengan
keinginan pasien.
• Petugas pendaftaran akan memberikan bukti pendaftaran yang berisi nama
pasien, nomer rekam medis, poli tujuan dan nomer SEP.
• Pasien di persilahkan menunggu di poi tujuan.
Catatan :

a. Nomor Rekam Medis adalah Nomor Rekam Medis yang diberikan kepada
pasien pada saat pasien berobat pertama kali berobat. Penggunaan nomor
rekam medis digunakan dengan ketentuan satu nomor hanya untuk satu
orang/pasien dan digunakan pasien ke semua layanan kesehatan selama
pasien tersebut berobat di Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih.
b. Pada program pendaftaran Kios K, aturan yang harus di pahami dan di lakukan
adalah bahwa pengisian rujukan harus melalui online, baik dari puskesmas
maupun dari internal poli RSUD Budhi Asih sendiri. Bila tidak pasien tetap harus
bertemu dengan petugas pendaftaran.
3. Pendaftaran pasien lama dengan jenis pelanggan Umum
• Pasien mendatangi Kios K
• Pasien memasukkan jenis pelanggan dan jenis kedatangan
• Pasien memilah poli tujuan
• Pasien mendapat bukti pendaftaran melalui mesin print di Kios K
• Pasien menuju ke kasir dengan menunjukan kertas print dari Kios K.
• Pasien membayar biaya mendaftaran dan mendapatkan bukti pendaftaran yang
sah dan pasien dipersilahkan menunggu di poli tujuan.
4. Pendaftaran pasien baru dengan jenis pelanggan Umum
• Pasien mendatangi Kios K
• Pasien memasukkan jenis pelanggan dan jenis kedatangan serta poli tujuan.
• Pasien mendapat nomer urut untuk ke loket pendaftaran.
• Petugas pendaftaran menginput data pasien sesuai dengan KTP,SIM atau data
sosial lainnya yang diberikan oleh pasien
• Petugas pendaftaran akan memberikan kembali nomer urut pendaftaran loket
ke pasien untuk di arahkan ke kasir.
• Pasien membayar biaya pendaftaran dan mendapatkan mendapat bukti
pendaftaran yang berisi nama pasien, nomer rekam medis, biaya pendaftaran
dan nomer urut poliklinik.
• Pasien di persilahkan menunggu di poli tujuan.
5. Pendaftaran pasien Baru dan Lama jenis pelanggan IOM ( International
Organization for Migration )
• Sebelum pasien datang, 1 hari sebelumnya koordinator IOM akan mengirim
surat rujukan melalui email, yang berisi tanggal rujukan, tujuan poli dan
diagnosa.
• Disertakan juga formulir pengisian resume medis
• Pada hari yang sudah di tentukan, pasien datang menuju ke loket pendaftaran
tidak melalui kios.
• Petugas akan mendaftarkan sesuai dengan email yang masuk.
• Pasien dengan membawa bukti pendaftaran menuju poli yang di tuju
• Berkas rujukan beserta dengan formulir resume akan di selipkan pada berkas
rekam pasien.

B. Prosedur Pelayanan Hemodialisis


1. Tindakan inisiasi hemodialisis (HD pertama) dilakukan setelah melalui
pemeriksaan/konsultasi dengan Dokter Spesialis Penyakit Dalam (Dokter
SpPD) yang telah bersertifikat HD.
2. Skrining pasien HD Pertama kali : Hemoglobin,Hematokrit,Trombosit,Leukosit,
Hbsag, AntiHCV, AntiHIV, Elektrolit (Na, K, Cl), Ca total.
3. Skrining infeksi (Pasien traveling HD): HBsAg, AntiHCV, AntiHIV (atas indikasi
jika pasien HD rutin setelah di rawat di RS lain).
4. Pemeriksaan Laboratorium Rutin :
Pemeriksaan 1 bulan : H2TL (Hemoglobin, Hematokrit, Trombosit, Leukosit)
Pemeriksaan 3 bulan : Ureum, kreatinin pre dan post HD
Pemeriksaan 6 bulan : Hbsag, AntiHCV, AntiHIV
Pemeriksaan 1 tahun : Foto thorax PA, EKG
5. Tindakan HD pertama kali pada dewasa memerlukan waktu kurang lebih 1-3
jam.
6. Setiap tindakan hemodialisis rutin pada dewasa terdiri dari:
- Persiapan pelaksanaan hemodialisis: 30 menit
- Pelaksanaan hemodialisis: 5 jam
- Evaluasi pasca hemodialisis: 30 menit
Sehingga untuk setiap pelaksanaan hemodialisis rutin diperlukan waktu mulai
dari persiapan sampai dengan waktu pasca hemodialisis minimal 6 jam.
7. Tindakan hemodialisis akut pada dewasa mempertimbangkan kondisi
hemodinamik (kardiovaskular). Apabila tidak memungkinkan dilakukan HD
maka dapat dilakukan modalitas terapi lain seperti SLED ataupun CRRT.
8. Setiap pasien HD rutin wajib dilakukan pemantauan hemodinamik minimal
setiap 1 jam oleh perawat.
9. Pasien dengan kondisi yang tidak stabil dilakukan monitoring yang lebih ketat.
Harus memberikan pelayanan sesuai standar profesi

C. Alur Pasien dalam Pelayanan Hemodialisis


Pasien Hemodialisis berasal dari :
1. Ruang Rawat Inap Biasa
2. Pasien HD rutin atau yang sudah terjadwal HD di RSUD Budhi Asih
3. Rujukan dari Rumah Sakit/Institusi Kesehatan lainnya

Kegiatan selanjutnya adalah:


1. Pemeriksaan/penilaian/assesment
2. Hemodialisis
3. Bisa dikembalikan ke tempat semula/Dokter pengirim Diberikan discharge
planning setiap akhir sesi dialisis

BAB V LOGISTIK

OBAT
No. Nama Obat Satuan Kekuatan
1 Adrenalin HCL Ampul 1 mg
2 Dexamethason Ampul 10 mg
3 Dopamine Ampul 50 mg dan 200 mg
4 Dobutamin Ampul 250 mg
5 KCl 1 Meq/ml Flacon 25 ml
6 Heparin 5.000 IU Vial 5.000 IU/ml
7 Protamin Sulfat Ampul 50 mg/ml
8 Bikarbonat Natrikus 8,4% Flacon 25 ml dan 100 ml
9 Difenhidramin Ampul 10 mg/ml
10 Clonidin Ampul 0,15 mg
11 Dextrose 40% Flacon 25 ml
12 Diazepam Ampul 10 mg
13 Lidocain HCl 2% Ampul 20 mg/ml
14 NaCl 0,9% Kolf 500 ml
15 Dextrose 5% dan 10% Kolf 500 ml
16 Nicardipin Ampul 10 mg, 20 mg
17 Nitrogliserin Ampul 5 ml, 10 ml
18 Nifedipin Tablet 5 mg, 10 mg
19 Captopril Tablet 12,5 mg, 25 mg
20 Isosorbid Dinitrate Tablet 5 mg
21 Paracetamol Tablet 500 mg
22 Antiseptic (Prontosan) Larutan
23 Alkohol swab Pcs

ALAT KESEHATAN HABIS PAKAI


No. Nama Alat Kesehatan
1 Hollow fiber
2 Blood line
3 Jarum dialisis
4 Disposable syringe
5 Kassa steril
6 Blood set
7 Masker disposable
8 Sarung tangan steril
9 Apron disposable
10 Plester
11 Oksigen tabung
12 Havox/Sunclin (untuk desinfektan mesin sesuai dengan
petunjuk pabrik)

BAB VI KESELAMATAN PASIEN


A. Pengertian 1. Pengendalian Infeksi
Unit dialisis wajib menyediakan dan memonitor kesehatan lingkungan untuk
meminimalkan transmisi agen infeksius didalam dan antar unit serta rumah
sakit di sekitarnya atau kawasan publik lainnya.

Pencegahan transmisi infeksi diantara pasien hemodialisis meliputi:


a) Pengendalian infeksi di unit hemodialisis
- Pengendalian infeksi ditujukan untuk mencegah transmisi virus
bloodborne dan bakteri patogenik lainnya diantara pasien.
- Pemeriksaan serologik rutin untuk infeksi virus Hepatitis B. -
Isolasi pasien dengan hasil HBsAg positif.
b) Surveilans untuk mencari infeksi dan efek samping lainnya.
Pelatihan dan edukasi pengendalian infeksi
2. Kualitas Air dan Dialisat
Kondisi ini mengacu pada standar Association for the Advancement of Medical
Instrumentation (AAMI).
Kemurnian air. Kadar maksimum kontaminan kimiawi yang diperbolehkan
dalam air yang dipakai untuk persiapan dialisat dan konsentrat bubuk di
fasilitas dialisis dan untuk memproses ulang dialiser disajikan pada tabel
dibawah ini.

Pihak supplier water treatment system wajib merekomendasikan suatu sistem


yang mampu memenuhi standar tersebut pada saat instalasi diberikan analisis
air.
Setelah instalasi water treatment, penyimpanan dan sistem distribusi, user
bertanggung jawab untuk monitoring kontinyu kadar kontaminan kimiawi di
dalam air dan harus memenuhi standar AAMI. Pemeriksaan kontaminan
kimiawi dilakukan setiap enam bulan.
Bakteriologi air. Air yang dipakai untuk persiapan dialisat atau konsentrat
bubuk di fasilitas dialisis dan untuk memproses ulang dialiser wajib memiliki
kadar bakteri (total viable microbial count) kurang dari 200 CFU/ml dan kadar
endotoksin kurang dari 2 EU/ml.
Direktur operasional bertanggung jawab untuk menjamin supplier agar dapat
memenuhi persyaratan tersebut pada saat instalasi dilakukan baik pada water
treatment system, penyimpanan dan distribusi.
Pemeriksaan bakteri dan endotoksin wajib dilakukan satu bulan sekali.
Bakteriologi dialisat ultrapure. Dialisat ultrapure harus mengandung total
viable microbial count kurang dari 0.1 CFU/ml dan kadar endotoksin kurang
dari 0.03 EU/ml.
User bertanggung jawab untuk monitoring bakteriologi dialisat setelah instalasi.
Prasarana. Fasilitas dialisis wajib mengembangkan rencana cadangan apabila
sistem pemurnian air dan distribusinya mengalami kegagalan.
Sistem pemurnian air. Sistem pemurnian air terdiri dari 3 bagian dasar:
bagian pre-treatment (sediment filter, cartridge filter, softener, dan carbon
adsorption bed), proses pemurnian primer (reverse osmosis) dan deionisasi
dan ultrafiltrasi.
Lingkungan. Sistem pemurnian air dan penyimpanannya harus dilokasikan di
area yang aman yang mudah diakses untuk user. Lokasi yang dipilih harus
mempertimbangkan ruang untuk meminimalkan panjang dan kompleksitas
sistem distribusi. Akses ke sistem pemurnian air harus dibatasi hanya untuk
staf yang bertanggung jawab untuk monitoring dan pemeliharaan sistem.
Penyimpanan air dan distribusinya. Sistem penyimpanan air dan
distribusinya harus dirancang khusus untuk memudahkan kontrol bakterial,
termasuk pengukuran untuk mencegah kolonisasi bakteri dan memudahkan
proses desinfeksi rutin.
Bagian dasar tangki penyimpanan air berbentuk kerucut atau mangkuk dan
harus mengalir dari titik terendah dari dasar.
Sistem distribusi air berbentuk loop kontinyu dan dirancang untuk
meminimalkan proliferasi bakteri dan pembentukan biofilm. Sistem distribusi
air dibuat dari bahan yang tidak menambah unsur kimia seperti aluminium,
tembaga, timah dan seng atau kontaminan bakteri pada air yang telah
dimurnikan.

3. Lingkungan Fisik
- Fasilitas dialisis dirancang, dibangun, dilengkapi dan dipelihara untuk
menyediakan lingkungan yang aman, fungsional dan nyaman untuk
pasien, staf dan masyarakat.
Fasilitas dialisis harus menerapkan proses dan prosedur untuk mengelola
kedaruratan medis dan non medis yang mungkin mengancam kesehatan
atau keselamatan pasien, staf, atau masyarakat. Kedaruratan yang
dimaksud meliputi, namun tidak terbatas pada, kebakaran, kegagalan
peralatan atau daya, terkait perawatan, gangguan pasokan air, dan bencana
alam yang sering terjadi di wilayah geografis setempat.

B. Standar Keselamatan Pasien


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
BAB VII KESELAMATAN KERJA

Harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:


- Pelaksanaan kewaspadaan universal (universal precaution) yang ketat
(pasien, staf, penggunaan alat medik/non medik) merupakan kunci utama
dalam pencegahan transmisi.
- Penataan ruang, aksesibilitas, penerangan dan pemilihan material harus
sesuai dengan ketentuan yang mengacu pada patient safety.
Isolasi mesin hemodialisis hanya diharuskan pada pengidap virus Hepatitis B
(VHB) serta pengidap virus Hepatitis C (VHC) dan HIV..

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU

A. Evaluasi dan Pengendalian Mutu


Kegiatan evaluasi terdiri dari:
a. Evaluasi internal: dinilai dari SDM, sarana dan prasarana hemodialisis.
Sumber daya manusia
- Unit dialisis bertanggungjawab untuk menjamin adanya proses
penyempurnaan berkesinambungan dan menetapkan prioritas strategi
untuk menilai kualitas dan perbaikan.
- Program peningkatan kualitas harus mewakili semua disiplin yang
terlibat dalam perawatan pasien HD, termasuk dokter, perawat, ahli gizi
dan staf administrasi.
Sarana dan prasarana hemodialisis
- Pemeliharaan sarana dan prasarana penunjang hemodialisis
merupakan tanggung jawab unit hemodialisis bersama-sama dengan
provider dan pimpinan rumah sakit.

b. Evaluasi eksternal: dinilai dari kegiatan hemodialisis (jumlah pasien, adekuasi


hemodialisis, morbiditas dan mortalitas, tarif hemodialisis yang dimonitor oleh
Dinkes).
- Unit hemodialisis wajib melakukan monitoring kontinyu terhadap proses
yang berkaitan dengan pelaksanaan dialisis seperti Kt/V, dan
sebagainya.
Harus dipertimbangkan untuk penyediaan sumber daya manusia dan pelatihan untuk
mendukung penilaian outcome klinis selain kematian meliputi angka rawat inap, kualitas
hidup, kepuasan pasien, dan angka transplantasi ginjal.
BAB IX PENUTUP

Dengan meningkatnya jumlah penderita yang memerlukan pelayanan hemodialisis, maka


sepatutnya menjadi perhatian unsur-unsur pemberi pelayanan untuk meningkatkan dan
mengembangkan pelayanan demi pemenuhan kebutuhan tersebut. Selain sarana dan
prasarana, pengembangan dan peningkatan sumber daya manusia juga perlu
diperhatikan.

Upaya terus menerus untuk mengacu pada standar pelayanan terbaik sehingga
tercapai kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik yang baik menjadi target pelayanan
unit hemodialisis.i perbaikan dalam upaya peningkatan kualitas dari waktu ke waktu
sehingga diperlukan suatu evaluasi secara teratur dan berkelanjutan dalam hal
pemantauannya. Dengan adanya suatu pedoman pelayanan maka kegiatan pelayanan
secara khusus di Unit Rawat Jalan dapat mengutamakan kepuasan dan keselamatan
pada setiap pasien.

DIREKTUR RSUD BUDHI ASIH


PROVINSI DKI JAKARTA

Anda mungkin juga menyukai