membutuhkan aturan yang dapat membatasi perilaku manusia sendiri yang telah banyak
Aturan atau hukum tersebut mengalami perubahan dan terus mengalami perubahan
yang disesuaikan dengan kemajuan zaman. Untuk itu, dalam suatu negara hukum sangat
hukum ini tidaklah mudah dilakukan. Hal ini disebabkan pembangunan hukum tersebut tidak
Sebagai mahasiswa yang belajar ditingkat perguruan tinggi, penting bagi kita untuk
mengetahui apa tujuan mempelajari ilmu hukum. Mempelajari ilmu hukum umumnya
pola pikir, bersikap, merasa, dan bertindak secara terapdu dalam diri individu. Pendidikan
bukan sekedar mempelajari fenomena yang tampak dari luar saja, tetapi juga langsung
Berbicara mengenai hukum sebenarnya adalah berbicara tentang “hak dan kewajiban”
karena keseluruhan bangunan hukum disusun dari keduanya. Dengan demikian hukum harus
menentukan apa dan siapa yang bisa menjalankan hak dan kewajiban tersebut.
Hukum harus dibedakan dari hak dan kewajiban, yang timbul kalau hukum itu
diterapkan terhadap peristiwa konkrit, tetapi keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama
lain. Tatanan yang diciptakan oleh hukum itu baru menjadi kenyataan apabila kepada subjek
hukum diberi hak dan dibebani kewajiban. Setiap hubungan hukum yang diciptakan oleh
hukum selalu mempunyai dua segi yang isinya di satu pihak hak, sedangkan di pihak lain
kewajiban. Tidak ada hak tanpa kewajiban, sebaliknya juga tida ada kewajiban tanpa hak.
Rumusan masalah
Apa itu hukum?
Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa mengetahui apa saja yang menjadi tanggung
jawab hukum dari seorang terapis gigi dan mulut sebelum nantinya terjun langsung kedalam masyarakat
sebagai tenaga medis
Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah keadaan wajib
menanggung segala sesuatunya, dan menanggung akibatnya. Tanggung jawab hukum adalah
kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun tidak
disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan
kewajiban.
Menurut Ridwan Halim, 1988, tanggung jawab hukum adalah sebagai sesuatu akibat
lebih lanjut dari pelaksanaan peranan, baik peranan itu merupakan hak dan kewajiban
ataupun kekuasaan. Secara umum tanggung jawab hukum diartikan sebagai kewajiban untuk melakukan
sesuatu atau berprilaku menurut cara tertentu tidak menyimpang dari peraturan
yang telah ada.
Purbacaraka juga berpendapat bahwa tanggung jawab hukum bersumber atau lahir
setiap pelaksanaan kewajiban dan setiap penggunaan hak baik yang dilakukan secara tidak
memadai maupun yang dilakukan secara memadai pada dasarnya tetap harus disertai
2010).
Prinsip tanggung jawab merupakan perihal yang sangat penting dalam hukum
hatian dalam menganlisis siapa yang harus bertanggung jawab dan seberapa jauh tanggng
1. Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan adalah prinsip yang cukup umum
berlaku dalam hukum pidana dan perdata. Dalam KUHPer, khususnya pasal 1365,
1366, dan 1367, prinsip ini dipegang secara teguh. Prinsip ini menyatakan, seseorang
baru dapat dimintakan pertanggung jawabannya secara hukum jika ada unsur
kesalahan yang dilakukannya. Dalam pasal 1365 KUHPer yang lazim dikenal sebagai
pasal tentang perbuatan melawan hukum, mengharuskan terpenuhnya empat unsur
pokok, yaitu:
a. Adanya perbuatan;
2. Prinsip Praduga untuk Selalu Bertanggung Jawab (presumption of liability), Prinsip ini
Prinsip ini adalah kebalikan dari prinsip kedua. Prinsip ini untuk tidak selalu
bertanggung jawab hanya dikenal dalam lingkup transaksi konsumen yang sangat
terbatas, dan pembatasan demikian biasanya secara common sense dapat dibenarkan.
Contoh dalam penerapan prinsip ini adalah hukum pengangkutan, kehilngan atau kerusakan pada bagasi
kabin atau bagasi tangan yang biasanya dibawa dan diawasi
oleh si penumpang (konsumen) adalah tanggung jawab dari penumpang. Dalam hal ini,
4. Prinsip Tanggung Jawab Mutlak (strict liability), Prinsip tanggung jawab mutlak sering
demikian ada pula para ahli yang membedakan kedua terminologi diatas. Strict liability
adalah prinip tanggung jawab yang menetapkan kesalahan tidak sebagai faktor yang
dibebaskan dari tanggung jawab, misalnya keadaan force majeur. Sebaliknya, absolute
liability adalah prinsip tanggung jawab tanpa kesalahan dan tidak ada pengecualian.
tanggung jawab dengan pembatasan sangat disenangi oleh pelaku usaha untuk
mencantumkan sebagai klasula eksonerasi dalam perjanjian standar yang dibuat.
Dalam perjanjian cuci cetak film misalnya, ditentukan bila film ingin dicuci/dicetak itu
dibatasi ganti kerugian sebesar sepuluh kali harga satu rol film baru. Prinsip tanggung
jawab ini sangat merugikan konsumen bila ditetapkan secara sepihak oleh pelaku
usaha. Dalam UUPK seharusnya pelaku usaha tidakboleh secara sepihak menetukan