Senada dengan pendapat Terry (1978), Plippo (1996) mendefinisikan motivasi sebagai
keahlian dalam mengarahkan pegawai agar mah bekerja secara berhasil, sehingga keinginan
para pegawai dan tujuan organisasi sekaligus dapat tercapai. Oleh karena itu, motivasi adalah
pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seorang agar mau bekerja
sama, bekeja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan
(Hasibuan. 2000). Dalam konteks manajemen keanggotaan koperasi, motivasi, dimaknaj
sebagai suatu keahlian menggerakkan anggota agatmr mau bekerja secara berhasik, efektif,
dan terintegrasi sehingga keinginan oara anggota dan tujuan perusahaan koperasi dapat
tercapai melalui kerja sama yang saling menguntungkan.
Motivasi anggota merupakan faktor yang sangat penting diperhatikan oleh manajemen
koperasi, karena keberhasilan motivasi akan dapat:
5) menciptakan suasana dan hubungan yang baik antara anggota dan pihak manajemen
koperasi
Agar berhasil memotivasi anggota, manajemen dapat melakukan dua metode, yaitu
motivasi langsung dan motivasi tudak langsung. Motivasi langsung adalah motivasi yang
diberikan secara langsung kepada anggota untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasannya.
Metode yang dapat dilakukan di antaranya memberikan pujian, penghargaan, tunjangan hari
raya, bonus, bintang jasa, dan tunjangan keluarga. Motivasi tak langsung merupakan
motivasi yang diberikan hanya dalan bentuk fasilitas yang dapat mendukung atau menunjang
gairah atau kelancaran kerja anghota koperasi agar mereka bersemangat dalam melakukan
pekerjaannya. Metode yang dapat dilakukan di antaranya, bantuan mesin-mesin pengolahan
yang bauj, bantuan perumahan, bantuan kredit berbunga murah, dan bantuan biaya
pendidikan anak-anak dari anghota koperasi.
Motivasi adalah sebuah proses. Proses motivasi dimulai daru pengenalan akan kebutuhan
anggita yang tidak terpenuhu. Kebutuhan yang belum terpenuhi membangkitkan seorang
anggota untuk mencari jalan keluar untuk memenuhi kebutuhan tersebut dan melakukan
kegiatan yang berorientasi pada tujuan. Hasil dari sebuah perilaku yang dilakukan anggota
akan menjadi dasar evaluasi sejauh mana anggota tersebut berhasil dlam mencapai tujuannya.
Jika berhasil akan mendapatkan imbalan dan jika tidak berhasil akan mendapatkan hukuman.
Berdadarkan hasil evaluasi yang dibuat, seorang anggota akan menilai kembali kebutuhan
yang tidak atau belum terpenuhi.
Teori Maslow membagi kebutuhan menjadi 5 tingkatan dan menganggap bahwa kebutuhan
tingkat berikutnya yang belum terpenuhi akan memotivasi seseorang mencari jalan untuk
dapat memenuhinya. Kelima kebutuhan itu adalah:
3) kebutuhan sosial
5) aktualisasi diri
Teori motivasj dati Herzberg (1950) menjelaskan bahwa pada dasarnya manusia didorong
oleh dua macam faktor kebutuhan, yaitu faktor motivasi dan faktor Pemeliharaan. Faktor
motivasi berkaitan dengan hal-hak yang mendorong prestasi anggota yang sifatnya intristik,
seperti pekerjaan anggota, keberhasilan yang diraih, kemajuan dalm karier, dan lain lain.
Faktor pemeliharaan berkaitan dengan hal hak yg bersifat ekstrinsik, seperti dari organisasi
koperasi, tetapi turut menentukan perilaku seseorang anggota koperasi dalan kekaryaannya.
Salah satu tantangan manajemen koperasi untuk menerapkan terori Herzberg adalah
menetukan faktor yang tepat dan berpengaruh kuat dalam kehidupan kekaryaan anggota, baik
yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik.
Salah satu kendala dalam proses pengintegrasian adalah adanya konflik. Konflik dapat
terjadi antara pengurus dan manajer atau ara anggota, atau di antara mereka sendiri. Konflik
berkitan dengan ketidaksetujuan antara dua atau lebih anggota dakam organisasi atau
kelompok dalam organisasi yang timbuk karena mereka harus menggunakan sumber daya
yang langkah secara tujuan, nilai, dan persepsi yang berbeda. Angota-anggota yang
mengalamj ketidak sepakatan tersebut mencoba untuk menjelaskan duduk persoalannya dari
pandangan mereka sendiri..
Konflik merupakan hak yang tudak dapat dihindari dan bahkan kadang-kadang
diperlukan, karena bisa membuat organisasi beroperasi dengan lebih efektif. Oleh karena itu,
perlu ada upaya untuk mengelola konflik agar meminimalkan aspek yang merugikan.
Adapun cara untuk mengelola/menangani konflik, antara lain, dapat dilakukan dengan:
pertama, mengurangi konflik dan kedua, menyelesaikannya. Cara pertama dapat dilakukan
dengan mendinginkan persoalan lebih dahulu atau dengan cara membuat "musuh" bersama,
sehingga para anggota bersatu untuk menghadapi musuh tersebut. Cara kedua adalah dengan
menekan konflik, berkompromi, dan penyelesaian masalah secara Integratif. cara yang
terakhir ini dapat dilakukan dengan mengubah konflik menjadi situasi pemecahan persoalan.
Pihak-pihak yang bertentangan bersama-sama mencoba untuk memecahkannya dan bukan
hanya mencoba menekan konflik atau berkompromi.
Suatu sistem tujuan yang kontradiktif dan tidak konsisten dapat pula timbu dari suatu
prosedur pemungutan suara demokratis. Keadaan ini terjadi apabila terdapat misalnya tiga
subkelompok anggota secara prinsip menywtujui 3 tujuan, tetapi memiliki pandangan yang
berbeda mengenai prioritas pencapaiannya. Konflik ini kiranya dapat diproses dengan
pemungutan suara.