Anda di halaman 1dari 5

Pengintegrasian anggota

Dalam konteks manajemen personalia pengintegrasian dimaknai sebagai kegiayan


menyatupadukan keinginan karayawan dan kepentingan agar tercipta kerja sama yang
memberikan kepuasan (Hasibuan, 2000). Pendekatan yang sama tentu saja bisa berlaku pafa
perusahaan koperasi yang menempatkan anggota sebagai salah satu sumber daya manusia
yang paling potensial. Pengintegrasian berarti penyatuan keinginan anggota dengan
keinginan manajemen perusahaan koperasi. Anggota sangat diharapkan melakukan kegiatan
ekonominya dengan baik karena mereka telah diterima sebagai anggota koperasi, telah diberi
dan ditingkatkan ketrampilan usahanya dan telah menerima atau merasakan manfaat
keanggotaan. Meskipun demikian, belumlah cukup jika seorang anggota hanya mampu
berusaha secara ekonomi, seorang anggota harus bekerja dengan Sungguh-sungguh tanpa ada
paksaan. Manajemen koperasi harus mampu membangkitkan motivasi anggota untuk bekerja
sevafa subgguh-sungguh agar sistem tujuan koperasi dapat dicapai bersama-sama.
Pencapaian tujuan koperasi dalam membantu meningkatkan kesejahteraan anggotanya harus
didukung oleh kemauan kerja keras anggota dalam mengembangkan usaha pribadinya.
Motivasi anggota sangat tergantung pada kemampuan manajemen dalama memadukan
kepentingan atau kebutuhan para anaggota dengan tujuan organisasi koperasi. Memadukan
kepentungan anggota, kepentingan perusahaan koperasi dan kemampuan manajerial Pengurus
atau manajer.

Kebutuhan anggota merupakan faktor penting yang patut duperhatikan manajemen


koperasi untuk mendorong seorang anggota melakukan keiagatan ekonominya. Motivasu
adalah keinginan yang terdapat pada diri individu yabg merangsangnya ubtuk nelakukan
tindakan (Terry, 1978). Pengertian tersebut mengandung dua makna yang berbeda, pertama
motivasi berkaitan dengan usaha positif dalam menggerakkan, mengerahkan, dan
mengarahkan daya serta potensi anggota agar secara produktif berhasik mencapai dan
mewujufkan tujuan. Kedua, motivasi berkaitan dengan kebutuhan yang menjadi perangsang
untuk dapat menggerakkan, mengerakkan dan mengarahakan potensi serta daya kerja anggota
ke arah yang diinginkan.

Senada dengan pendapat Terry (1978), Plippo (1996) mendefinisikan motivasi sebagai
keahlian dalam mengarahkan pegawai agar mah bekerja secara berhasil, sehingga keinginan
para pegawai dan tujuan organisasi sekaligus dapat tercapai. Oleh karena itu, motivasi adalah
pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seorang agar mau bekerja
sama, bekeja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan
(Hasibuan. 2000). Dalam konteks manajemen keanggotaan koperasi, motivasi, dimaknaj
sebagai suatu keahlian menggerakkan anggota agatmr mau bekerja secara berhasik, efektif,
dan terintegrasi sehingga keinginan oara anggota dan tujuan perusahaan koperasi dapat
tercapai melalui kerja sama yang saling menguntungkan.

Motivasi anggota merupakan faktor yang sangat penting diperhatikan oleh manajemen
koperasi, karena keberhasilan motivasi akan dapat:

1) meningkatkan moral dan kepuasan kerja anggota

2) meningkatkan produktivitas kerja anggota

3) mempertahankan kestabilan jumlah anggota

4) meningkatkan kedisiplinan anggota

5) menciptakan suasana dan hubungan yang baik antara anggota dan pihak manajemen
koperasi

6) meningkatkan loyalitas, kreativitas dan partisipasi anggota

7) meningkatkan kesejahteraan anggota

8) meningkatkan tanggung jawab anggota atas kewajiban-kewajibannya

Agar berhasil memotivasi anggota, manajemen dapat melakukan dua metode, yaitu
motivasi langsung dan motivasi tudak langsung. Motivasi langsung adalah motivasi yang
diberikan secara langsung kepada anggota untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasannya.
Metode yang dapat dilakukan di antaranya memberikan pujian, penghargaan, tunjangan hari
raya, bonus, bintang jasa, dan tunjangan keluarga. Motivasi tak langsung merupakan
motivasi yang diberikan hanya dalan bentuk fasilitas yang dapat mendukung atau menunjang
gairah atau kelancaran kerja anghota koperasi agar mereka bersemangat dalam melakukan
pekerjaannya. Metode yang dapat dilakukan di antaranya, bantuan mesin-mesin pengolahan
yang bauj, bantuan perumahan, bantuan kredit berbunga murah, dan bantuan biaya
pendidikan anak-anak dari anghota koperasi.

Motivasi adalah sebuah proses. Proses motivasi dimulai daru pengenalan akan kebutuhan
anggita yang tidak terpenuhu. Kebutuhan yang belum terpenuhi membangkitkan seorang
anggota untuk mencari jalan keluar untuk memenuhi kebutuhan tersebut dan melakukan
kegiatan yang berorientasi pada tujuan. Hasil dari sebuah perilaku yang dilakukan anggota
akan menjadi dasar evaluasi sejauh mana anggota tersebut berhasil dlam mencapai tujuannya.
Jika berhasil akan mendapatkan imbalan dan jika tidak berhasil akan mendapatkan hukuman.
Berdadarkan hasil evaluasi yang dibuat, seorang anggota akan menilai kembali kebutuhan
yang tidak atau belum terpenuhi.

Kebutuhan merupakan faktor penggerak yang memotivasi anggota untuk berpartisipasi


aktif dalam koperasi. Teori motivasi berbasis kebutuhan telah banyak diuraikan oleh para ahli,
seperti teori maslow tentang five hierarchy of needs, teori dua faktor dari Herzberg (1950),
teori X dan teori Y dari McGregor, achievement motivation theory McClelland, dan teori
kepuasan (content theories) dari claude S George.

Teori Maslow membagi kebutuhan menjadi 5 tingkatan dan menganggap bahwa kebutuhan
tingkat berikutnya yang belum terpenuhi akan memotivasi seseorang mencari jalan untuk
dapat memenuhinya. Kelima kebutuhan itu adalah:

1) kebutuhan fusik dan biologia

2) kebutuhan keselamatan dan keamanan

3) kebutuhan sosial

4) kebutuhan akan penghargaan atas prestise

5) aktualisasi diri

Dari kelima kebutuhan, kebanyakan anggita koperasi terurtama koperasi koperasi di


pedesaan, kebutuhan fisik dan biologis merupakan kebutuhan utama yang harus diperhatikan.
Hal ini terutama terkait dengan taraf hidup mereka yang masih sangat rendah dan miskin.
Peningkatan pendapatan, pemberian harga yg lebih ekonomis, pemberian SHU, pemberian
bonus, atau pemberian beasiswa adalah langkah yang tepat untuk memacu partisipasi anggota.

Beberapa anggota koperasi, terutama anggrkoperasi di perkotaan, yang berada di instansi-


instansi atau perusahaan-perusahaab besar, dimana tungkat kesejahteraan mereka sudah mulai
membaik, banyak di antaranya yang mengejar kebutuhan yang lebih tinggi setingkat
kebutuhan sosial, kebutuhan prestasi atau bahkan kebutuhan utnuk aktualisasi diri. Bagi
anghiya yang nemiliki karakteristik seperti itu, manajemen koperasi hatus memotivasi
mereka melalui cara berbeda dengan anghota yang termasuk hieraeki kebutuhan pertama dan
kedua. Meotivasi mereka dengan memberikan pengakuan atas prestasi, penghormatan,
penghargaan, dan kesempatan berkarier adalah yg paling tepat untuk memacu partisipasi aktif
anggota.

Teori motivasj dati Herzberg (1950) menjelaskan bahwa pada dasarnya manusia didorong
oleh dua macam faktor kebutuhan, yaitu faktor motivasi dan faktor Pemeliharaan. Faktor
motivasi berkaitan dengan hal-hak yang mendorong prestasi anggota yang sifatnya intristik,
seperti pekerjaan anggota, keberhasilan yang diraih, kemajuan dalm karier, dan lain lain.
Faktor pemeliharaan berkaitan dengan hal hak yg bersifat ekstrinsik, seperti dari organisasi
koperasi, tetapi turut menentukan perilaku seseorang anggota koperasi dalan kekaryaannya.
Salah satu tantangan manajemen koperasi untuk menerapkan terori Herzberg adalah
menetukan faktor yang tepat dan berpengaruh kuat dalam kehidupan kekaryaan anggota, baik
yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik.

Salah satu kendala dalam proses pengintegrasian adalah adanya konflik. Konflik dapat
terjadi antara pengurus dan manajer atau ara anggota, atau di antara mereka sendiri. Konflik
berkitan dengan ketidaksetujuan antara dua atau lebih anggota dakam organisasi atau
kelompok dalam organisasi yang timbuk karena mereka harus menggunakan sumber daya
yang langkah secara tujuan, nilai, dan persepsi yang berbeda. Angota-anggota yang
mengalamj ketidak sepakatan tersebut mencoba untuk menjelaskan duduk persoalannya dari
pandangan mereka sendiri..
Konflik merupakan hak yang tudak dapat dihindari dan bahkan kadang-kadang
diperlukan, karena bisa membuat organisasi beroperasi dengan lebih efektif. Oleh karena itu,
perlu ada upaya untuk mengelola konflik agar meminimalkan aspek yang merugikan.

Adapun cara untuk mengelola/menangani konflik, antara lain, dapat dilakukan dengan:
pertama, mengurangi konflik dan kedua, menyelesaikannya. Cara pertama dapat dilakukan
dengan mendinginkan persoalan lebih dahulu atau dengan cara membuat "musuh" bersama,
sehingga para anggota bersatu untuk menghadapi musuh tersebut. Cara kedua adalah dengan
menekan konflik, berkompromi, dan penyelesaian masalah secara Integratif. cara yang
terakhir ini dapat dilakukan dengan mengubah konflik menjadi situasi pemecahan persoalan.
Pihak-pihak yang bertentangan bersama-sama mencoba untuk memecahkannya dan bukan
hanya mencoba menekan konflik atau berkompromi.

Suatu sistem tujuan yang kontradiktif dan tidak konsisten dapat pula timbu dari suatu
prosedur pemungutan suara demokratis. Keadaan ini terjadi apabila terdapat misalnya tiga
subkelompok anggota secara prinsip menywtujui 3 tujuan, tetapi memiliki pandangan yang
berbeda mengenai prioritas pencapaiannya. Konflik ini kiranya dapat diproses dengan
pemungutan suara.

Anda mungkin juga menyukai