Anda di halaman 1dari 4

PENDEKATAN PAR

Pendekatan PAR (Pertisipatory Action Research) yaitu partisipasi, riset dan


aksi. Artinya hasil riset yang telah dilakukan secara partisiPatif kemudian
diimplementasikan ke dalam aksi. Aksi yang didasarkan pada riset partisiPatif yang
benar akan menjadi tepat sasaran. Untuk melakukan perubahan sosial, pendekatan
PAR (ParticipatoryAction Research) ini menggunakan tiga pilar. Pertama, riset kritis
yang dilakukandalam rangka memperoleh dan menemukan problem nyata kehidupan
sosialditengah masyarakat berdasarkan pada realitas dan pengetahuan yang ada
dalammasyarakat itu sendiri. Kedua, pendidikan orang dewasa, dalam
melakukantransformasi sosial pendidikan yang dilakukan adalah mengacu pada
prosespendidikan orang dewasa. Dimana pengetahuan digali dari masyarakat
sendiri.Ketiga, didasarkan pada keberpihakan terhadap masyarakat kelas
bawah.Tindakan sosial politik dilakukan dalam rangka untuk
memberdayakanmasyarakat dari proses ketertindasannya.1

Yang dijadikan landasan dalam cara kerja PAR, terutama adalah


gagasangagasan yang datang dari masyarakat. Oleh karena itu peneliti PAR
harusmelakukan cara kerja sebagai berikut: perhatikan dengan sungguh-
sungguhgagasan yang datang dari rakyat yang masih terpenggal dan belum
sistematis,pelajari gagasan tersebut secara bersama-sama dengan mereka sehingga
menjadi gagasan yang sistematis, menyatulah dengan masyarakat, kaji kembali
gagasanyang datang dari mereka, sehingga mereka sadar dan juga dapat
memahamibahwa gagasan itu milik mereka sendiri, terjemahkan gagasan tersebut
dalam
bentuk aksi, uji kebenaran gagasan melalui aksi dan seterusnya secara berulangulang
sehingga gagasan tersebut menjadi lebih benar, lebih penting dan lebih
bernilai sepanjang masa.

Dari segi terminologi, ada tiga variable kunci yang menjadi PAR, yakni
“research”, “action”, dan “participatory”. Pertama, bahwa PAR diawali dengan
penelitian tentang permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.
Permasalahan yang dihadapi masyarakat dipahami sedemikian mendalam, mendetail
sehingga akan memperjelas posisi permasalahan tersebut, apakah sebagai penyebab

1
M. Syamsul Huda, Komunitas Urban Clean, (LSAS: Surabaya 2006). Hal 33
atau hanya akibat. Kedua, setelah diketahui permasalahannya kemudian berlanjut
pada pencarian alternatif jalan keluar, dan selanjutnya diterjemahkan ke dalam bentuk
item-item program(action). Ketiga, baik dalam riset maupun melaksanakan program
(action) dilaksanakan secara partisiPatif, yakni melibatkan seluruh komponen
masyarakat untuk merumuskan permasalahannya dan kemudian merencanakan jalan
keluar persoalan-persoalan yang dihadapi (Afandi dkk., 2016: 6)

Peneliti menggunakan motodologi PAR (Participatory Action Research) atau


dalah bahasa Indonesia (partisiPatif, aksi dan penelitian). Sistematika dari PAR
adalah to know (mengetahui) to understand (memahami), to plan (merencanakan)
dan to action(aksi). Metodologi PAR berorientasi untuk pemberdayaan
masyarakat yakni upaya menciptakan kemandirian masyarakat (Rasyid, 2016: i).
Untuk itu, cara kerja yang digunakan secara berurutan meliputi; Pemetaan awal
(preliminary mapping). Membangun hubungan kemanusiaan Penentuan agenda
riset untuk perubahan sosial. Pemetaan partisiPatif. Merumuskan masalah
kemanusiaan. Menyusun strategi gerakan. Pengorganisasian masyarakat.
Melancarkan aksi perubahan. Membangun pusat-pusat belajar masyarakat..
Refleksi. Meluaskan skala gerakan dan dukungan (Afandi, 2016: 104-108).2

PENGEMBANGAN MASYARAKAT DESA MUKTIHARJO MELALUI


PENDEKATAN PARTICIPATORY ACTION RESEARCH

Indonesia adalah negara yang memilik iribuan pulau dan terdiri dari banyak desa.
Bahkan Indonesia merupakan wilayah yang di bangun dan bergantung dari desa. Desa
merupakan wilayah yang mempunyai potensi alam yang besar. Dari sumber daya
alam tersebut, dapat dijadikan sebagai sumber bahan makanan dan bahan mentah.
Sumber daya alam yang dimiliki desa inilah yang dapat dijadikan pendorong untuk
meningkatkan pembangunan ekonomi secara nasional. Hal ini dikarenakan Indonesia
menganut system ekonomi rakyat yang terbukti bias menopang perekonomian
nasional bahkan pada saat krisis. Namun, kenyataannya kebanyakan desa di Indonesia
merupakan desa tertinggal.

Agus Afandi, dkk.,Panduan Penyelenggaraan Kuliah Kerja Nyata (KKN)


2

Transformatifdengan Metodologi Participatory Action Research (PAR),


Surabaya: RazievJaya, 2016.
Dengan kondisi desa yang seperti tertinggal, desa yang dapat dijadikan sebagai
modal pembangunan ekonomi, menjadi terhambat. Salah satu cara untuk
meningkatkan atau menggali potensi ekonomi desa agar tidak tertinggal, adalah
dengan melakukan pembangunan desa. Dengan adanya pembangunan desa,
peningkatan ekonomi penduduk desa khususnya di desa tertinggal akan dapat
dilakukan sehingga menjadi desa yang tidak tertinggal. Kondisi seperti ini
memunculkan sebuah cara atau metode baru dalam hal membangun ekonomi desa
yaitu melalui pemberdayaan masyarakat.

Salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang melaksanakan otonomi daerah dalam
rangka meningkatkan pembangunan ekonomi desanya adalah kabupaten Pati.
Kabupaten Pati merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang secara
geografis terletak di 644’56,80 LS 11102’06,96 BT dengan luas keseluruhan 1.419,07
km yang terbagi menjadi 21 kecamatan dan 405 desa (priyops 2009). Di kabupaten
Pati, terdapat desa yang masih berada dalam tingkatan desa tertinggal, yaitu desa
Muktiharjo. Desa Muktiharjo adalah desa yang terletak disebelah barat kabupaten
Pati, di lereng gunung muria, yang terdiri dari 6 dusun dan 38 RT.3

Prasarana ekonomi yang tersedia hanya warung, koperasi dan industri kecil atau
rumahan. Potensi ekonomi yang ada di desa Muktiharjo yang dapat digunakan untuk
meningkatkan perekonomian ialah sumber daya desa. Sumber daya desa yang
dimaksud disini ialah luasnya sumber daya alam yang dapat digunakan sebagai lahan
pertanian maupun perkebunan. Hal ini dikarenakan kondisi geografis desa yang
berada di dataran rendah. Selain dari sektor pertanian, didesa Muktiharjo ini juga
memiliki potensi disektor perikanan dan juga pariwisata. Dari sektor pariwisata yang
dijadikan sebagai objek pariwisata yaitu Gapura Majapahit.

PLAN & ACTION

1. Mengumpulkan para wakil aparatur desa seperti RT untuk mengikuti FGD


(Focus Grup Discussion) dimana dalam hal ini penyelenggaraan FGD
3
Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol.2, No.12, Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Dari Desa
Tertinggal Menuju Desa Tidak Tertinggal, Ully Hikmah Andini dkk.
dimaksudkan untuk menampung aspirasi masyarakat dan semua aparatur desa
yang terlibat dan juga menemukan masalah-masalah apa yang sekiranya
dianggap sebagai penghambat menghambat proses pengembangan
perekonomian yang ada di desa mutikharjo. Kita harus bisa membuat
masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi desa.
2. Membuat planning - planning mengenai program apa saja yang akan
diterapkan
3. Membuat ciri khas dari desa mutikharjo seperti membuat suatu produk dari
hasil pertanian maupun perikanan yang dihasilkan warga desa mutikharjo.
4. Membangun objek wisata yang menyuguhkan keindahan alam seperti wisata
berkebun atau pemancingan ikan. Desa mutikharjo sendiri memiliki situs
peninggalan bersejarah yaitu Gapura Majapahit ini merupakan situs
peninggalan bersejarah dan dapat dijadikan untuk sumber ekonomi warga
desa. Kita bisa mengembangkan objek tersebut untuk dijadikan ciri khas objek
wisata dari desa mutikharjo sendiri.
5. Mengolah hasil pertanian menjadi hasil olahan pangan seperti keripik atau
sebagai bahan campuran dalam makanan. Sedangkan untuk perikanan bisa
dibuat baso ikan, ikan asap, atau yang lainnya
6. Membangun koperasi desa yang fungsinya untuk menampung sebagian hasil
olahan yang buat oleh masyarakat setempat dan menyiapkan pinjaman modal
bagi mereka yang akan membuat usaha.
7. Melakukan pelatihan kepada kepada masyarakat desa mutikharjo untuk
memberikan wawasan serta cara-cara bagaimana kita bisa memaksimalkan
hasil produk – produk yang ada di desa mutikharjo dengan tepat agar
ekonomi masyarakat desa mutikharjo meningkat.

Anda mungkin juga menyukai