Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Secara sosiologis, perkawinan adalah cikal bakal pembentukan sebuah
keluarga. Perkawinan sebagaimana ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 1
tahun 1974 adalah “ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Untuk mewujudkan tujuan dimaksud maka diperlukan sebuah sinergi
diantara komponen dalam keluarga. Kemampuan memposisikan diri dari masing-
masing komponen keluarga –sesuai peran dan fungsinya- adalah salah satu
keniscayaan dalam membangun sinergi tersebut. Kegagalan sebuah keluarga
dalam pencapaian tujuan perkawinan antara lain terjadi karena adanya disfungsi
dalam keluarga. Masing-masing pihak belum seutuhnya memerankan diri secara
tepat sehingga memicu timbulnya konflik keluarga, yang dalam titik jenuh
tertentu akan berujung pada disintegrasi dalam keluarga. Akibat terparah adalah
perceraian, terlantarnya hak-hak anak, broken home, penyalahgunaan narkoba dan
prilaku desktruktif lainnya.
Para psikolog, memandang bahwa minimnya kesiapan mental pranikah
bagi pasangan catin merupakan salah satu penyebab dari sekian banyak factor
yang mempengaruhi ketahanan keluarga. Pendapat lain menyatakan, faktor
ekonomi menjadi faktor yang dominan menjadi pemicu konflik keluarga. Terlepas
dari penyataan di atas, yang jelas, bahwa rendahnya pendidikan, kurangnya
pemahaman terhadap hukum perkawinan dan keluarga serta lemahnya kemauan
dan kesadaran untuk menempa diri kearah yang positif menjadikan sebagai faktor
yang signifikan dalam mengatur, membina dan mempertahankan kehidupan
keluarga. Dalam hubungan inilah maka BP4 (Badan Penasihatan, Pembinaan dan
Pelestarian Perkawinan) memiliki relevansinya.
BP-4 adalah Badan semi resmi yang berkedudukan ditingkat Pusat sampai
dengan tingkat terendah di desa/kelurahan dengan tugas membantu Departemen

1
Agama dalam meningkatkan mutu perkawinan melalui serangkaian program
kegiatan yang terstruktur berupa pembinaan, penyuluhan dan konseling yang
bersifat terpadu antara pemerintah dengan tokoh masyarakat, dengan tujuan
mewujudkan keluarga yang sakinah. Ada beberapa pertimbangan mendasar
tentang pentingnya BP4 dalam pembinaan perkawinan dan keluarga sakinah:
1. Bahwa pola hidup keluarga sakinah yang selama ini telah hidup dan
berkembang dikalangan masyarakat ternyata mampu meningkatkan dan
memperkokoh kehidupan masyarakat, yang semakin tumbuh dan
berkembang menjadi gerakan Nasional suatu gerakan yang berakar kuat
dari masyarakat.
2. Bahwa era globalisasi di bidang informasi berdampak positif dan negatif
bagi bangsa dan negara. Dampak positifnya antara lain adalah
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, media komunikasi dan
sarana transportasi. Sedangkan dampak negatif antara lain dalam hal
pelecehan lembaga perkawinan.
3. Bahwa hasil pembangunan Nasional telah dapat dinikmati oleh
masyarakat. Namun hasil pembangunan tersebut ada juga dampak
negatifnya, seperti jam tayang televisi yang mengganggu jam belajar anak,
pornografi, ceritera atau sinetron yang tidak selaras dengan nilai-nilai
agama dan susila ataupun tingkat perkembangan kejiwaan anak.
4. Bahwa industrialisasi diakui berdampak positif bagi peningkatan kuantitas
dan kualitas sarana dan prasarana, namun dampak negatifnya adalah
munculnya pola hidup materialistis, konsumeristis, individualisme serta
makin meluasnya pergaulan bebas.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Faktor Keberhasilan BP.4 Kecamatan Ciasem dalam
Pelaksanaan Penasehatan Konsultasi Perkawinan?
2. Apakah Faktor hambatan BP.4 Kecamatan Ciasem dalam Pelaksanaan
Penasehatan Konsultasi Perkawinan?

2
C. Tujuan
Observasi Lapanga ini bertujuan untuk mengetahuikeberhasilan dan
hambatan pelaksanaan penasehatan konsultasi perkawinan di KUA
Kecamatan Ciasem Kabupaten Subang

3
BAB II
GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Objek Studi Lapangan


Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Ciasem merupakan salah satu
dari 30 KUA di wilayah Kabuapaten Subang. Kecamatan Ciasem terdiri atas 9
Desa dan berada di posisi 0-25m dari permukaan air laut sehingga Ciasem
merupakan daerah pesisir yang dekat dengan wilayah pantai.
Secara keseluruhan jumlah penduduk Kecamatan Ciasem sebanyak
104.921 jiwa. Laki-laki berjumah 49.187 jiwa dan wanita berjumlah 55.374 jiwa.
Dari jumlah penduduk 104.921 tersebut, lebih dari 99,8 % beragama Islam dan
selebihnya beragana Katolik, Protestan dan Hindu.
Visi KUA Ciasem adalah “Terwujudnya Masyarakat Kecamatan Ciasem
Yang Agamis dan Berakhlaqul Karimah Berbasis Keluarga Sakinah”
Adapun Misi KUA Ciasem dalam rangka mewujudkan visinya adalah
sebagai berikut;
1. Meningkatkan kualitas pelayanan, pengawasan, pencatatan dan pelaporan
nikah dan rujuk;
2. Meningkatkan kualitas penyusunan statistik, dokumentasi, dan
pengelolaan sistem informasi KUA;
3. Meningkatkan kualitas pelaksanaan tata usaha dan rimah tangga KUA;
4. Meningkatkan kualitas pelayanan bimbingan keluarga sakinah;
5. Meningkatkan kualitas pelayanan bimbingan kemasjudan;
6. Meningkatkan kualitas pelayanan bimbingan pembinaan syari’ah;
7. Meningkatkan kualitas pembinaan calon dan pasca haji;
8. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan dan pelayanan administrasi secara
profesional dengan mnerapkan tata pemerintahan yang baik;
9. Meningkatkan kualitas pekayanan dan bimbingan optimalisasi
pendayagunaan zakat dan wakaf.

4
Misi KUA Kecamatan Ciasem sebagaimana tersebut diatas sedapat
mungkin menjadi bagian kegiatan untuk mewujudkan vsinya.
Untuk melaksanakan misi KUA Ciasem sebagaimana tersebut diatas KUA
ciasem juga telah menetapkan motto pelayanan yaitu “Melayani Sepenuh Hati,
Mengharap Ridho Ilahi”

B. Temuan-temuan
Banyak hal yang melatarbelakangi mengapa bimbingan konseling baik pra
nikah, saat pelaksanaan pernikahan ataupun setelah menikah harus di lakukan,
diantaranya adalah:
1. Banyak pasangan yang tidak mengetahui kewajiban istri/suami
2. Kurangnya wawasan tentang hakikat sebuah perkawinan
3. Banyaknya perkawinan usia dini
4. Banyaknya angka perceraian
5. Tingkat pendidikan yang rendah
6. Faktor ekonomi rendah dan lain sebagainya.

Berangkat dari permasalahan-permasalahan tersebut, KUA Ciasem


melakukan upaya untuk membina para calon pengantin dengan mangadakan
Kursus Calom Pengantin atau penasehatan perkawinan.
Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) dilaksanakan setiap satu minggu
sekali yaitu setiap hari rabu dari jam 09.00 sd jam 11.00 wib. Semua calon
pengantin yang telah mendaftar untuk menikah langsung di beri surat
pemberitahuan untuk mengikuti kusrus calaon pengantin.
Namun dalam pelaksanaan penasehatan pranikah masih banyak kendala
yang di hadapi anataralain:
1. Calon pengantin rata-rata adalah karyawan perusahaan
2. Ruang BP4 masih bergabung dengan kantor KUA
3. Belum ada dana yang dialokasikan untuk pelaksanan kegiatan
penasehatan.

5
4. Belum ada kerjasaman antara BP4 dengan pemangku kepentingan (ormas
ataupun pemerintah)
5. Materi yang disampaikan belum terjadwal secara keseluruhan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
Untuk mengetahui keberhasilan penasehatan perkawinan KUA Ciasem
belum pernah melakukan evaluasi dalam bentuk apapun. Sehingga tingkat
keberhasilan penasehatan perkawinan tersebut belum terukur. Hal ini
terjadi kerena belum ada pendanaan khusus untuk kegiatan tersebut.

C. Dasar Hukum
a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Pasal 1,
bahw“Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami isteri, dengan tujuan membentuk rumah
tangga yang bahagia dan kekal, berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa”.
Menyimak bunyi Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan, Pasal 1 tersebut, bahwa tujuan perkawinan adalah untuk
membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal, berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa. Rumah tangga yang bahagia dan kekal itu
dalam istilah agama Islam adalah Keluarga Sakinah Mawwaddah war
Rahmah, yaitu suatu keluarga yang tenang dan tentram, antara suami dan
isteri terjalin hubungan cinta dan kasih sayang yang diridloi oleh Allah
swt.
b. Instruksi Presiden RI Nomor 1 Tahun 1991 Kompilasi Hukum Islam,
yang didalamnya terdapat Buku I Hukum Perkawinan, yang berisikan
tentang hal-hal yang terkait dalam urusan perkawinan termasuk di
dalamnya Bab XII Hak dan Kewajiban Suami Isteri pada pasal 77 s/d
pasal 84 (bagian kesatu: Umum, Bagian kedua: Kedudukan suami ister,
bagian ketiga: Kewajiban suami, bagian keempat: Tempat kediaman,
bagian kelima: Kewajiban suami yang beristeri lebih dari seorang. Dan
dalam Bab II dasar-dasar Perkawinan disebutkan pada Pasal 2:

6
Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang
sangat kuat atau mitsaqan dhalidzan untuk mentaati perintah Allah dan
melaksanakannya merupakan ibadah. Psal 3: Perkawinan bertujuan untuk
mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan
rahmah.
c. Undang-Undang nomor 10 Tahun 1992 Tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera. Pada Pasal 4 telah
dirumuskan tujuan pembangunan keluarga sejahtera yang dalam bahasa
agama disebut dengan keluarga sakinah, yaitu mengembangkan kualitas
keluarga agar timbul rasa aman, tenteram, serta harapan masa depan yang
lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan
bathin.
d. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 Tentang
Penyelenggaraan Pembinaan Kualitas Anak. Dalam Instruksi Presiden
tersebut ditujukan kepada 7 (tujuh) menteri terkait (Menkokesra, Meneg
Kependudukan/Kepala BKKBN, Menteri Dalam Negeri, Menteri Agama,
Menteri Kesehatan, Menteri Sosial dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan) serta Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dan
Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II.
bunyi Instruksi untuk Menteri Agama adalah: ”Menyusun program-
program kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan keimanan dan
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhlak dan Budi pekerti luhur,
sehingga kualitas penghayatan spiritual anak semakin optimal dan
kokoh”.
e. Keputusan Menteri Agama RI Nomor 3 Tahun 1999 Tentang
Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah. KMA ini diterbitkan sebagai
upaya mengadakan reformasi terhadap pembangunan moral bangsa yang
mengarah kepada terbentuknya keluarga bermutu tinggi, kokoh lahir dan
bathin, serta sebagai upaya mempercepat mengatasi krisis yang melanda
bangsa Indonesia saat ini.

7
Dalam KMA ini disebutkan bahwa Pembina Nasional Keluarga sakinah
adalah Menteri Agama dan Menter Dalam Negeri, sedangkan Pembina
Daerah adalah Gubernur KDH Tingkat I, Bupati Walikotamadya KDH
Tingkat II, Camat dan Lurah/ Kepala Desa yang kemudian
ditindaklanjuti oleh Menteri Dalam Negeri RI dalam bentuk surat kepada
Gubernur KDH TK.I Nomor surat: 400/564/III/Bangda pada bulan
Maret1999.
f. Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Urusan Haji Nomor D/71/1999 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah, Bab. III Pasal 3 menyatakan
bahwa “Keluarga Sakinah adalah keluarga yang dibina atas perkawinan
yang syah, mampu memenuhi hajat spiritual dan material secara layak
dan seimbang, diliputi suasana kasih sayang antara anggota keluarga dan
lingkungannya dengan selaras, serasi serta mampu mengamalkan,
menghayati dan memperdalam nilai-nilai keimanan, ketakwaan dan
akhlak mulia.”
g. Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen
Agama Nomor D J. 11/491 Tahun 2009 Tentang Kursus Calon Pengantin
h. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga

i. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan


Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
j. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 Tentang Izin Perkawinan
Dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil.

8
BAB III
PEMBAHASAN
A. Analisis masalah
Pada setiap Kantor Urusan Agama pasti memiliki program layanan
bimbingan konseling, khususnya di KUA Kecamatan Ciasem terdapat beberapa
pelayanan bimbingan perkawinan diantaranya Penyuluhan Pra Nikah dalam
usaha pembetukan Keluarga sakinah.
Hal di atas dilakukan dengan tujuan membantu masyarakat terutama calon
pengantin dalam mencapai tujuannya dalam berumah tangga. Bidang Penyuluhan
Pra Nikah bertujuan untuk membantu calon pengantin supaya dapat
mengantisipasi segala permasalahan dalam keluarga, yaitu berupa kursus pra
nikah yang berupa pemberian materi diantaranya:
1. Peraturan dan Perundang-undangan dibidang perkawinan dan keluarga
2. Fikih Munakahat
Sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
Departemen Agama Nomor D J. 11/491 Tahun 2009 Tentang Kursus Calon
Pengantin BAB III Pasal 3 tentang materi Suscatin adalah sebagai berikut:
1. Tatacara dan prosedur perkawinan (2 jam)
2. Pengetahuan agama (5 jam)
3. Peraturan Perundangan di bidang perkawinan dan keluarga (4 jam)
4. Hak dan kewajiban suami istri (5 jam)
5. Kesehatan (Reproduksi sehat) (3 jam)
6. Manajemen keluarga (3 jam)
7. Psikologi perkawinan dan keluarga (2 jam).
Kua Ciasem dalam hal ini belum melaksanakan jadwal materi suscatin
sebagai mana pasal 3 pada Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam Departemen Agama Nomor D J. 11/491 Tahun 2009 Tentang Kursus Calon
Pengantin karena beberapa kendala diantaranya adalah belum adanya dana dari
pemerintah untuk melaksanakan sesuai dengan peraturan tersebut. Dalam hal ini
KUA Ciasem juga belum pernah bekerja sama dengan pihak terkait (lintas

9
sektoral) untuk mendatangkan narasumber yang sesuai dengan bidang materi
suscatin.
Adapun narasumber dalam pelaksanaan penasehatan perkawinan KUA
Ciasem baru sebatas kerja sama dengan pihak Kementerian Agama Kabupaten
Subang yakni dari Seksi Bimas Islam.
Permasalahan lain yang juga membuat progran kurang berjalan dengan
baik karena calon pengantin rata-rata adalah karyawan perusahaan sehingga sulit
untuk bisa hadir dalam pelaksanaan penasehatan tersebut. Terkadang hanya salah
satu calon dari pasangan calon pengantin yang bisa hadir.
Selain itu, ruang BP4 masih bergabung dengan kantor KUA, sehingga
dalam pelaksanaan penasehatan kurang efektif dan efesien karena ruangan yang
digunakan kurang memadai.
Masalah dana yang dialokasikan untuk pelaksanan kegiatan penasehatan
juga bealum ada. Sehingga kegiatan pelaksanaan suscatin hanya berjalan apa
adanya.
Kerjasaman antara BP4 dengan pemangku kepentingan (ormas ataupun
pemerintah) juga belum pernah dilakukan. Menurut kepala KUA Ciasem bapak H.
Tatang Suryatna kerjasama antar lembaga belum dilakukan karena tidak ada biaya
untuk konsumsi dan akomodasi.

B. Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah adalah upaya untuk mencari alternatif jalan keluar
terhadap persoalan-persoalan yang terjadi, dalam hal ini KUA Ciasem. Untuk
mengatasi permasalahan yang terjadi dalam hal penasehatan di KUA Kecamatan
Ciasem maka diambil langkah-langkah sebagai berikut:
1. Memaksimalkan tenaga penasehatan yang ada di KUA dan BP4
Kecamatan Ciasem
2. Bekerjasaman denagan Penyuluh Fungsional Agama Islam Kecamatan
Ciasem
3. Dilakukan penasehatan massal baiak calon pengantin maupun yang telah
melakukan pernikahan (Pasca Nikah) yang dilaksanakan satu bulan

10
sekali berteampat di masjid dengan mendatangkan nara sumber dari BP4
Kabupaten Subang
4. Akan lebih meningkatkan kerjasama dengan Instansi terkait di tingkat
Kecamatn diantaranya dengan pihak Puskesmas, untuk mendapatkan
materi Kesehatan Reproduksi dan PLKB Kecamatan Ciasem.

11
BAB 1V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Kesimpulan
Pada dasarnya pelaksanaan penasehatan / konsultasi perkawinan
merupakan suatu keharusan, dalam upaya memberi bekal wawasan, pengertian
tentang kehidupan berumah tangga, bagi para calon pengantin atau yang sudah
menikah.
Dalam hal ini KUA Kecamatan Ciasem telah berupaya melakukan
kegiatan penasehtaan baik pranikah maupaun pasca nikah akan tetapi belum
maksimal karena keterbatasan sarana dan prasarana.
Dalam pelaksanaan program penasehatan atau konsultasi keluarga KUA
Ciasem juga mengalami hambatan-hambatan diantaranya :
1. Calon pengantin rata-rata adalah karyawan perusahaan
2. Ruang BP4 masih bergabung dengan kantor KUA
3. Belum ada dana yang dialokasikan untuk pelaksanan kegiatan penasehatan.
Sehingga belum ada kerjasama n antara BP4 dengan pemangku kepentingan
(ormas ataupun pemerintah). Materi yang disampaikan juga belum terjadwal
secara keseluruhan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Sedangakan keberhasilan yang diharapkan belum dapat diukur karena
KUA Ciacem atau BP4 Kec.Ciasem belum pernah melakukan evalusai dalam
bentuk apapun.

2. Rekomendasi
a. Kepada Irjen sebaiknya mengalokasikan dana khusus untk pelaksanaan
BP4 sehingga kegiatan dapat berjalan dengan baik.
b. BP4 sebaiknya bekerjasama dengan pihak terkait (ormas ataupun
pemerintah), sehingga program BP4 dapat barjalan dengan baik dan
efektif.

12
c. Materi yang disampaikan harus mengacu pada peraturan-peraturan yang
berlaku, dan materi-materi yang berkaitan dengan keluarga sakinah ma
waddah wa rahmah.
d. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam pelaksanaan penasehatan
perkawinan sebaiknya sebelum pemberian materi, peserta di beri soal free
test dan setelah selesai pemberian materi peserta di beri saol postest.
Dengan cara inilah sedikitnya bisa mengetahui tingkat keberhasilan dalam
pelaksanaan penasehatan perkawinan.

13
REFERENSI
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
2. Instruksi Presiden RI Nomor 1 Tahun 1991 Kompilasi Hukum Islam
3. Undang-Undang nomor 10 Tahun 1992 Tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera
4. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 Tentang
Penyelenggaraan Pembinaan Kualitas Anak
5. Keputusan Menteri Agama RI Nomor 3 Tahun 1999 Tentang Pembinaan
Gerakan Keluarga Sakinah
6. Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji
Nomor D/71/1999 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Gerakan
Keluarga Sakinah
7. Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen
Agama Nomor D J. 11/491 Tahun 2009 Tentang Kursus Calon Pengantin
8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan
Dalam Rumah Tangga
9. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
10. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 Tentang Izin Perkawinan Dan
Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil

14

Anda mungkin juga menyukai