Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pangkalan Kerinci adalah sebuah kecamatan dan juga merupakan ibu kota
Kabupaten Pelalawan, Riau. Kecamatan ini memiliki potensi pengembangan
karena terletak di jalur Lintas Sumatra atau lebih dikenal dengan Jalur Lintas
Timur. Dalam wilayah yang terus berkembang kebutuhan akan energi tentunya
sangat mepengaruhi. Energi merupakan faktor utama yang harus terpenuhi agar
perkembangan daerah tersebut tidak terhambat.
Kebutuhan energi khususnya energi listrik kabupaten pelalawan khususnya
Pangkalan Kerinci berasal dari salah satu perusahaan swasta yaitu pembangkit
listrik PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) yang bekerja sama dengan badan
Pemerintah yaitu PLN selaku pendistribusi jaringan listrik. Sebesar 60% daya
listrik bagi masyarakat di pelalawan disediakan oleh PT RAPP dan perusahaan
daerah (metroterkini, 2012). Dengan adanya kerja sama ini secara langsung telah
membantu program pemerintah dalam memenuhi kebutuhan akan energi listrik.
Kemandirian energi suatu daerah tergantung pada kemauan pada pemangku
kepentingan untuk mengembangkan sumber sumber energi yang terdapat didaerah
tersebut. Pelalawan merupakan salah satu kabupaten yang memiliki perkebunan
kelapa sawit teresar di Propinsi Riau selain komoditas perkebunan lainnya seperti
karet dan kelapa. Luas lahan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten ini mencapai
24.923,87 Ha pada tahun 2012 (BPS pelalawan, 2012). Untuk potensi energi yang
berasal dari residu pengolahan kelapa sawit itu sendiri sangat besar mulai dari
fibre, POME, bunches, kernel, dan shell. Residu dari pengolahan kelapa sawit
tersebut merupakan sumber energi yang belum dimanfaatkan secara maksimal dan
apabila sumber ini kita manfaatkan dengan baik maka kebutuhan energi akan
terpenuhi.
Selain potensi dari perkebunan, lahan pertanian juga memiliki potensi
khususnya padi. Luas tanaman padi di Pelalawan pada tahun 2012 seluas 12.226
Ha dengan produksi 42.559 ton (padi sawah dan padi ladang). Penghasil padi

1
terbesar terletak di Kecamatan Kuala Kampar sebesar 39.719,70 ton pada tahun
2012. Jika digolongkan sumber energi dari pengolahan padi ini terbagi menjadi
dua yaitu residu primer dan residu sekunder. Residu primer berasal dari sisa panen
padi disawah berupa jerami sedangkan residu sekunder berasal dari pengolahan
padi itu sendiri yaitu berupa sekam. Dari residu pengolah padi ini bisa
dimanfaatkan menjadi sumber energi.
Apabila potensi energi dari sektor perkebunan dan pertanian ini dimanfaatkan
secara maksimal diharapkan dapat mengatasi krisis energi yang terjadi di
Kecamatan Pangkalan Kerinci bahkan bisa juga memenuhi akan energi di
Kabupaten Pelalawan. Berdasarkan latar belakang tersebut maka pada makalah ini
dibahas Potensi Energi Alternatif di Kabupatan Pelalawan Provinsi Riau.

1.2. Tujuan Penulisan Makalah


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui sumber-sumber bahan baku yang dapat diolah menjadi sumber
energi alternatif di Kabupaten Pelalawan.
2. Mengetahui jenis dan metode pengolahan bahan baku tersebut untuk
dijadikan sumber energi alternatif terbarukan.

1.3. Batasan Masalah


1. Apa saja sumber bahan baku yang dapat diolah menjadi sumber energi
alternatif yang terbarukan di Kabupaten Pelalawan?
2. Bagaimana jenis dan metode pengolahan bahan baku tersebut untuk diolah
menjadi sumber energi alternatif terbarukan?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Energi Alternatif


Energi ialah kemampuan untuk melakukan kerja atau suatu kegiatan. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, energi didefinisikan sebagai daya atau kekuatan
yang diperlukan untuk melakukan berbagai proses kegiatan. Energi alternatif
adalah istilah yang merujuk kepada semua energi yang dapat digunakan yang
bertujuan untuk menggantikan bahan bakar konvensional tanpa akibat yang tidak
diharapkan dari hal tersebut. Umumnya, istilah ini digunakan untuk mengurangi
penggunaan bahan bakar hidrokarbon yang mengakibatkan kerusakan lingkungan
akibat emisi karbondioksida yang tinggi, yang berkontribusi besar terhadap
pemanasan global berdasarkan Intergovernment Panel on Climate Change. Selama
beberapa tahun, apa yang sebenarnya dimaksud sebagai energi alternatif telah
berubah akibat banyaknya pilihan energi yang bisa dipilih yang tujuan yang
berbeda dalam penggunaannya.
Istilah "alternatif" merujuk kepada suatu teknologi selain teknologi yang
digunakan pada bahan bakar fosil untuk menghasilkan energi. Teknologi alternatif
yang digunakan untuk menghasilkan energi dengan mengatasi masalah dan tidak
menghasilkan masalah seperti penggunaan bahan bakar fosil. Jadi energi alternatif
merupakan energi yang digunakan bertujuan untuk menghentikan penggunaan
sumber daya alam atau perusakan lingkungan.
Sumber-sumber energi yang umum digunakan manusia bisa digolongkan
berdasarkan bentuk energinya, misalnya bentuk energi angin adalah kinetik,
bentuk energi air adalah potensial, dan bentuk energi matahari adalah internal.
Energi angin dan air berpindah melalui kerja, sedangkan energi matahari
berpindah melalui perpindahan panas. Bahan bakar fosil (minyak, gas, dan
batubara) yang saat ini merupakan energi dominan di dunia juga tergolong dalam
bentuk energi internal.
Pemilihan sumber energi setidaknya terdapat empat parameter penting yang
patut diperhatikan, yakni: jumlah cadangan energi, kerapatan energi (energy

3
density/energi per volume sumber energi), kemudahan penyimpanan energi
(energy storage), dan kemudahan perubahan/perpindahan energi. Bila kemudian
faktor lingkungan juga diperhitungkan, maka efek pencemaran lingkungan juga
menjadi parameter penting bagi sebuah sumber energi.

2.2. Biofuel sebagai Energi Alternatif di Pangkalan Kerinci


Biofuel adalah cairan yang berasal dari biomassa, terutama dari bahan nabati.
Ada tiga generasi biofuel: biofuel generasi pertama (terbuat dari gula, tepung,
minyak makan, atau lemak hewan), biofuel generasi kedua (terbuat dari non-
tanaman pangan), dan biofuel generasi ketiga (terbuat dari ganggang).
Biofuel adalah bahan bakar yang tidak menghasilkan peningkatan netto
karbon di atmosfer, karena tumbuhan yang memproduksi biofuel ini justru
menyerap karbon dioksida pada fotosintesis, meskipun karbon tersebut dilepaskan
kembali ke atmosfer setelah biofuel itu dipakai. Tidak seperti bahan bakar fosil,
yang melepaskan karbon yang tersimpan jutaan tahun di perut bumi ke atmosfer
sebagai karbon dioksida pada proses pembakarannya.
Biofuel terdiri dari biodiesel, bioethanol, dan biogas, yang dihasilkan oleh
biomassa, baik tumbuhan, hewan, mikroba, maupun limbah. Salah satu jenis
limbah yang sering diolah untuk dijadikan sumber energi biofuel adalah limbah
dari industri minyak sawit dan pengolahan padi.
Kabupaten Pelalawan memiliki perkebunan kelapa sawit yang sangat luas.
Perkebunan kelapa sawit dapat dipandang sebgai pabrik biologis untuk
menangkap dan menyimpan energy matahari. Melalui proses fotosintesis, energi
matahari ditangkap dan disimpan dalam ikatan-ikatan kimia karbon dan hydrogen
kompleks. Karbon diserap tanaman kelapa sawit dari atmosfer bumi sedangkan
hydrogen diperoleh dari air yang diserap tanaman dari tanah. Oleh karena itu
perkebunan kelapa sawit sama seperti tanaman lainnya adalah penyerap
karbondioksida dari atmosfer bumi. Kontribusi perkebunan kelapa sawit sebagai
pabrik energi alternatif dapat dilihat pada Gambar 2.1

4
Gambar 2.1 Perkebunan sawit sebagai “pabrik” energi alternatif
Gambar 2.1 menunjukkan perkebunan sawit menghasilkan dua bentuk energi
yakni dalam bentuk CPO/PKO dan bentuk biomassa (pelepah daun, batang,
tandan kosong, cangkang, serat buah, bungkil inti sawit). Kedua bentuk energi
tersebut merupakan produk bersama dimana peningkatan produksi biomassa.
Melalui proses lanjutan CPO/PKO dapat menghasilkan biodiesel, yang sering
disebut juga sebagai biofuel generasi pertama. Biodiesel merupakan pengganti
solar fosil (diesel).
Biomassa melalui proses lanjutan secara biologi dan kimiawi dapat diperoleh
bioethanol sebagi premium fosil (gasoline). Biomassa tersebut sering disebut
sebagai biofuel generasi kedua. Disamping biodiesel dan bioethanol, dari limbah
kelapa sawit atau POME (Palm Oil Mill Effluent) melalui teknologi biogas
(methane capture) dapat dihasilkan gas metan atau biogas sebagai pengganti gas
bumi. Berbeda dengan energi fosil yang tidak dapat diperbaharui dan suatu saat
akan habis terkuras, biofuel sawit merupakan energi yang dapat diperbaharui.

5
Disamping perkebunan kelapa sawit, kabupaten Pelalawan juga memiliki
lahan pertanian yang cukup luas. Residu dari pengolahan padi yang dapat
dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif adalah sekam padi. Dengan adanya
kandungan sellulosa pada sekam pagi, maka sekam pagi dapat diolah menjadi
biolistrik.

2.3. Pembuatan Biodiesel dari POME (Palm Oil Mill Effluent)


POME adalah air limbah yang dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit
terutama dari rebusan kondensat, pemecah gelombang air tawar dan lumpur.
Jadi pengelolaan POME menjadi biodiesel dapat menjadi solusi pengelolahan
limbah ini, namun pelu perlakuan khusus dalam penglahan limbah ini karena
kadar FFA yang tinggi dalam POME (Poh dan Cong, 2009).
Biodiesel dari POME diproduksi dengan menggunakan reaksi
transesterifikasi dengan menggunakan enzim di dalam 25ml erlenmeyer
tertutup. Reaksi terdiri atas POME sebagai bahan baku yang bereaksi
dengan metanol lalu menggunakan TLL sebagai katalis. Reaksi ini
berlangsung pada suhu 30oC selama 24 jam. Proses pembuatan biodiesel dari
POME ini dapat dilihat pada Gambar 2.2 (Abbaszaadeh at all, 2012)

Gambar 2.2 Proses pembuatan biodiesel dengan bahan baku POME

6
Kandungan FFA yang tinggi yaitu 68,53% menyebabkan proses
transesterifikasi menggunakan katalis basa maupun asam tidak memungkinkan
karena akan membentuk reaksi penyabunan. Akan tetapi, POME bisa
dikonversikan dengan menggunakan reaksi transesterifikasi enzim yaitu dengan
menggunakan katalis lipase. Lipase sangat cocok karena dapat bekerja baik pada
proses esterifikasi maupun transesterifikasi (Amoah at all., 2016). Kandungan
minyak maupun lemak dalam POME yaitu 5.569,82 mg/L sehingga hal ini
mengindikasikan bahwa POME memiliki sumber minyak yang besar dan bias
menjadi sumber biodiesel yang besar. Biasanya, potensi biodiesel itu terbatas
dikarenakan mahalnya biaya bahan baku yang biasa digunakan untuk
makanan. Oleh karena itu dengan besarnya volume minyak dalam POME
yang bisa dikonversikan menjadi biodiesel menjadikan POME sebagai
pengganti bahan baku pembuatan biodiesel lainnya.

2.4. Pembuatan Biolistrik dari Sekam Padi

Sekam padi memiliki komposisi elementer yang tidak jauh berbeda dengan
biomassa (limbah organik) lain. Jika digunakan sebagai umpan gasifikasi, sekam
padi memiliki keunggulan karena ukurannya seragam dan kadar airnya cukup
rendah. Namun sekam padi memiliki kadar abu yang cukup tinggi, yaitu mencapai
19,52% dan titik leleh abu yang rendah, sedangkan lelehan abu dapat merusak
bahan-bahan tahan panas. Sekam padi juga memiliki rapat massa yang rendah,
yaitu 122 kg/m3 dan rapat massa padatan sebesar 500 kg/m3 (Affandi dkk, 2008).

Teknologi gasifikasi dapat digunakan untuk mengolah sekam padi menjadi


biogas. Gasifikasi merupakan proses konversi bahan bakar padat menjadi produk
gas dengan menggunakan udara, atau mencampurannya dengan reaktan antara
20–70% dari kebutuhan stokiometrinya (Gog at all, 2012). Produk gas tersebut
dikenal sebagai gas produser yang terdiri dari gas-gas mudah terbakar (CO,
H2, dan CH4) dan gas-gas yang tidak mudah terbakar (CO2 dan N2). Gas-gas
tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Selain gas-gas tersebut, gas
produser juga mengandung tar dan kontaminan yang lain. Proses gasifikasi terdiri

7
dari beberapa tahap, yaitu proses pengeringan, pirolisis, oksidasi, dan
reduksi.

Sebelum diaplikasikan gas yang dihasilkan harus dibersihkan terlebih dahulu.


Beberapa teknik pembersihan dan pendinginan gas produser diantaranya adalah
(Rahman, 2011):

a. Tar dapat diturunkan konsentrasinya dengan menggunakan oksidasi terbatas.


b. Debu (partikulat) dibersihkan dengan siklon atau saringan (filter).
c. Partikel kecil dibersihkan dengan baghouse yang dilengkapi dengan saringan
(filter) dan bekerja pada temperatur 150-200 oC, untuk operasi yang kontinu,
saringan perlu dibersihkan dengan sesekali mengalirkan gas nitrogen pada
tekanan tinggi.

Salah satu contoh pemanfaatan tersebut adalah penggunaan sekam padi


pada Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Prinsip PLTD berbahan bakar
sekam padi adalah mencampurkan gas hasil gasifikasi sekam padi pada
temperatur tinggi dengan bahan bakar minyak (BBM) di dalam ruang bakar
motor diesel yang menggerakkan turbin untuk menghasilkan tenaga listrik.
Pencampuran BBM dengan gas sekam padi dapat menghemat pemakaian BBM
hingga 80% dari jumlah pemakaian semula, sehingga biaya operasional untuk
membangkitkan listrik dengan daya yang sama dapat berkurang jauh.

8
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan sumber energi alternatif yang telah dijabarkan,
maka adapun kesimpulan dari makalah ini adalah:
1. Sumber energi alternative yang berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten
Pelalawan adalah biofuel dari limbah perkebunan sawit, salah satunya adalah
biodiesel dengan bahan baku POME ( Palm Oil Mill Effluent) dan dari
limbah pengolahan padi, salah satunya adalah biolistrik dari sekam padi.
2. Pengolahan POME menjadi biodiesel dapat dilakukan dengan menggunakan
reaksi transesterifikasi dengan menggunakan enzim, sedangkan pengolahan
sekam padi menjadi biolistrik dapat dilakukan melalui proses gasifikasi.

3.2. Saran
Masih banyak limbah dari perkebunan sawit dan pengolahan padi yang dapat
diolah menjadi energi alternatif, sehingga perlu dilakukan studi lebih lanjut
mengenai energi alternatif dengan bahan baku yang lainnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abbaszaadeh, A., Ghobadian, B., Omidkhah, M.R.,Najafi, G., 2012.Current


Biodiesel ProductionTechnologies: A ComparativeReview. Journal of Energy
Conversion andManagement. 63, 138–148.

Affendi, S., Imam, D. dan Haifa, W. 2008. Karakterisasi PLTD-Sekam Kapasitas


125 kva di Penggilingan Gabah PT. PertaniIndramayu. Prosiding Seminar
Nasional Sains dan Teknologi-II 2008 Universitas Lampung. ISBN : 978-979-
1165-74-7 VI-2.

Amoah, J., Ho,S.H., Hama,S., Yoshida,A., Nakanishi,A., Hasunuma, T., Ogino,


C., Kondo,A. 2016. Lipase Cocktail for Efficient Conversion of Oils
Containing Phospholipids to Biodiesel. Bioresource Technology. 211, 224-
230.

Gog,A., Roman,M., Tosa,M., Paizs, C., Irimie, F.D., 2012. Biodiesel Production
Using Enzymatic Transesterification–Current State and Perspectives. Renewable
Energy 39, 10–16.

Poh, PE dan Chong,MF., 2009. Development of Anaerobic Digestion Methods for


Palm Oil Mill Effluent (POME) Treatment.Bioresource Technology, 100, 1–9.

Rahman,F. (2011). Pabrik Bioetanol dari Sekam Padi dengan Metode


Pretreatment Dilute Acid menggunakan proses Simultaneous Saccharification and
Fermentation. Tugas Akhir Teknik Kimia ITS. Surabaya.

https://devi-nuryadi.blogspot.com/2015/05/pangkalan-kerinci-menuju-mandiri-
energi.html#.XVV5cHtS_IU diakses tanggal 15 Agustus 2019

10

Anda mungkin juga menyukai