Stroke
Stroke
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Stroke
2.1.2. Etiologi
a. Embolus
Infark Miokard
Atrial Fibrillation
Infark serebri pada pasien dengan atrial fibrillation merupakan akibat dari
ebmbolisasi dari trombus intrakardial, yang pada umumnya terbentuk di bagian
atrium kiri. Lama terjadinya atrial fibrillation tidak memberikan perubahan terhadap
risiko stroke.
Infark Lakunar pada umuna disebabkan oleh oklusi arteri kecil yang
berkelanjutan. Terjadinta iskemi arteri kecil akan menyebabkan berkurangnya neuron
pada daerah infarjk dan berkurangnya elemen-elemen pada jaringan. Pada akhirnya
juga akan menyebabkan demielinisasi dan kehilangan axon, neuron, oligo dendrosit
yan beryubungan dengan astrositosis. Hal ini juga dapat berujung pada oklusiarteri
besar.
b. Thrombus
Prothrombotic States
2.1.3. Klasifikasi
2. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik disebabkan oleh perdarahan pada otak atau jaringan
sekitarnya. Stroke hemoragik terdiri dari 20-25% dari keseluruhan stroke. Pada
stroke ini perdarahan dapat terjadi pada bagian otak itu sendiri (intracerebral
hemorrhage) atau ada rongga disekeliling otak (subarachnoid hemorrhage).
Intracerebral Hemorrhage
Pada stroke perdarahan intraserebral darah lengket pada pembuluh darah kecil
pada dasar otak. Paparan jangka panjang oleh tekanan darah tinggi dapat
menyebabkan kelemahan dinding dari arteri kecil. 2/3 dari pasien dengan
perdarahan intraserebral memiliki riwayat hipertensi, diabetes, dan
atherosclerosis akan menambah kerusakannya. Penyebab lain dari perdarahan
otak adalah tumor, trauma, arteriouvenous, malformation. Onset dari gejalanya
biasanya akut dengan sakit kepala yang berat dan penurunan kesadaran.
Subarachnoid Hemorrhage
Perdarahan subarachnoid pada umumnya disebabkan oleh aneurisma atau
malformasi vaskular. Gejala klasik dari perdarahan subarachnoid adalah sakit
kepala, kaku pada leher, penurunan kesadaran, mual dan muntah, serta kejang.
Gejala yang lain mungkin muncul tergantung dari lokasi dan ukuran perdarahan
(Jauch, 2007).
b. Jenis Kelamin
Laki-laki lebih mudah terkena stroke. Hal ini dikarenakan lebih tinggi angka kejadian
faktor risiko stroke (misalnya hipertensi) pada laki-laki.
c. Riwayat Keluarga
Risiko stroke meningkat pada seseorang dengan riwayat keluarga stroke. Seseorang
dengan riwayat keluarga stroke lebih cenderung menderita diabetes dan hipertensi.
Hal ini mendukung hipotesis bahwa peningkatan kejadian stroke pada keluarga
penyandang stroke adalah akibat diturunkannya faktor risiko stroke (Pinzon dan
Asanti, 2010).
d. Ras
Penduduk Afrika-Amerika dan Hispanic-Amerika berpotensi stroke lebih tinggi
dibanding Eropa-Amerika. Pada penelitian penyakit atherosclerosis terlihat bahwa
penduduk kulit hitam mendapat serangan stroke 38% lebih tinggi dibandingkan kulit
putih (Bathesda Stroke Centre, 2007).
b. Hiperkolesterolemia
Penelitian menunjukan angka stroke meningkat pada pasien dengan keadaan
kolesterol diatas 240mg%. Setiap kenaikan kolesterol 38,7mg% dapat meningkatkan
angka kejadian stroke sebesar 25% (Bathesda Stroke Centre, 2007).
c. Diabetes
Diabetes merupakan salah satu faktor resiko stroke iskemik yang utama. Diabetes
meningkatkan risiko stroke dua kali lipat. Peningkatan kadar gula darah berbanding
lurus dengan risiko stroke. Artinya, semakin tinggi kadar gula darah maka akan
semakin mudah terkena stroke (Pinzon dan Asanti, 2010).
d. Obesitas
Seseorang dengan berat badan berlebih memiliki risiko yang tinggi untuk menderita
stroke. Penelitian Oki, dkk (2006) menyimpulkan bahwa seseorang dengan indeks
massa tubuh lebih besar dari 30 memiliki risiko stroke 2,46 kali dibanding indeks
massa tubuh dibawah 30 (Pinzon dan Asanti, 2010).
e. Konsumsi Alkohol
Risiko stroke pada peminum alkohol, tergantung pada berapa banyak alkohol yang
dikonsumsi. Keracunan alkohol akut merupakan faktor yang dapat memunculkan
stroke pada orang muda, baik stroke trombotik maupun perdarahn subaraknoid
(Misbach, 2011).
g. Merokok
Merokok meningkatkan risiko stroke sampai dua kali lipat. Ada hubungan yang linear
antara jumlah batang rokok yang dihisap perhari dengan peningkatan risiko stroke.
Risiko stroke bertambah 1,5 kali setiap penambahan sepuluh batang rokok perhari
(Pinzon dan Asanti, 2010).
h. Stres
Menurut Heart and Stroke Foundation of Canada, jika hidup seseorang penuh dengan
stres maka dia akan susah untuk menjalani gaya hidup sehat, sehingga dapat
meningkatkan risiko dari stroke.
(Wilkinson, 2005)
- Perdarahan Subaraknoid
Pada perdarahan subaraknoid, perdarahan dapat mengiritasi meningens. Hal
ini menyebabkan munculnya sakit kepala hebat yang terjadi secara tiba-tiba
dengan rasa kepala seperti dipukul oleh benda keras dan kaku kuduk. Pada
saat terjaidnya perdarahan, pada umumnya terjadi penurunan kesadaran yang
juga secara tiba-tiba. Hal tersebut yang dapat membedakan antara perdarahan
subaraknoid dengan sakit kepala dan kaku kuduk yang disebabkan oleh
meningitis yang sering muncul dalam hitungan jam. Sakit kepala yang hebat
juga dapat disebabkan oleh migrain, tetapi pada migrain tidak dijumpai kaku
kuduk seperti pada perdarahan subaraknoid.
- Perdarahan intrasereberal
Perdarahan pada bagian kapsula interna aka menyebabkan gangguan berat
pada sistem motorik, sensorik dan penglihatan pada bagian kontralateral
tubuh (hemiplegia, hemianasthesia dan homonymous hemianopia). Pada pons,
sering terjadi penurunan fungsi motorik dan fungsi sensorik pada sistem
limbik. Berhubungan dengan gangguan fungsi batang otak.
- Perdarahan ke sistem ventrikel
Progonosanya lebih buruk, sering dijuampai pasien meninggal beberapa jam
setelah perdarahan.
Peningkatan tekanan darah dijumpai pada pasien setelah perdarahan
subaraknoid atau perdarahan intraserebral. Perubahan penurunan berat badan
yang terlalu derastis tidak diindikasikan karena kerusakan pada jaringan otak
menyebabkan kehilangan kemampuan dalam auto regulasi. Penurunan
tekanan darah juga menyebabkan kekurangan perfusi pada jaringan otak yang
rusak (Wilkinson, 2005).
2. Pemeriksaan Fisik
Adanya defisit neurologik fokal, ditemukan faktor risiko seperti hipertensi,
kelainan jantung dan kelainan pembuluh darah lainnya.
b. Pemeriksaan Penunjang.
1. Pemeriksaan Neuro-Radiologik
- Computerized Tomography Scanning (CT-Scan)
sangat membantu diagnosis dan membedakannya dengan perdarahan terutama
pada fase akut.
- Angiografi Serebral (karotis atau vertebral)
untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pembuluh darah yang
terganggu.
- Pemeriksaan Likuor Serebrospinalis
Dapat membantu membedakan infark, perdarahan otak, baik perdarahan
intraserebral maupn perdarahan subarakhnoid.
2. Pemeriksaan lain-lain
Pemeriksaan untuk menemukan faktor risiko, seperti: pemeriksaan darah rutin
(Hb, Hematokrit, leukosit, eritrosit, hitung jenis dan bila perlu gambaran darah.
Komponen kimia darah, gas, eletrolit, kadar gula darah, profil lipid dan
Elektrokardiografi.
(Harsono, 2003)
c. Perdarahan Subdural
Diagnosis didasarkan atas pemeriksaan yaitu dilakukan foto tengkorak anteroposterio
dengan sisi pada daerah trauma. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan CT-Scan dan
EEG
(Bustan, 2000)
Oleh karena tidak seluruh Rumah Sakit memiliki alat-alat diatas, maka untuk
memudahkan pemeriksaan dapat dilakukan dengan sistem lain, misalnya sistem skoring yaitu
berdasarkan gejala klinis yang ada pada saat pasien masuk Rumah Sakit. Sistem skoring yang
sering digunakan antara lain :
(Harsono, 2003)
2.2. CT-Scan
Lesi Non Stroke Iskemik
Hal yang paling utama dalam pembacaan interpretasi ct-scan adalah identifikasi
tanda dari stroke iskemik dan membedakannya dengan gambaran stroke akibat
perdarahan. Perdarahan akut biasanya menunjukkan gambaran hiperdens pada gray
matter dan adanya gambaran yang bersifat heterogen. Hal yang perlu diperhatikan
juga adalah gambaran massa dan prediksi besar lesinya. Tetapi, tidak semua
gambaran hiperdens merukan gambaran perdarahan, tetapi juga dapat menunjukkan
adanya kalsifikasi dan rasio nukleositoplasmik yang tinggi.
Gambaran Epidoral Hematome yang berupa bentuk lensa dan tidak melewati
garis sutura, subdural hematome yang berupa gambaran falx yang melewati garis
sutura dan gambaran intraparenkim hematome yang terdapat pada supra atau
infratentorial merupakan kemungkinan kemungkinan yang dapat terlihat pada CT
scan kepala. Perdarahan subaraknoid lebih sulit untuk didiagnosa. Perdarahan
subarakhnoid menunjukkan gambaran hiperdens yang biasanya terdapat pada daerah
sisterna basalis (mesensefalon, suprasellar, sylvii dan kuadrigeminal). Kemampuan
dalam mendiagnosa perdarahan subaraknoid pada CT-scan tergantung dari volume
darah yang muncul dan onset terjadinya perdarahan.
Tumor dan abses membentuk gambaran yang mirip pada ct-scan tanpa
kontras. Keduanya dapat menampilkan gambaran densitas yang bercampur-campur
dan keduanya berhubungan dengan edema yang mengelilingi brain matter.
Mass Effect
Pembengkakan pada otak biasa terjadi pada satu jam pertama setelah oklusi arteri.
Pembengkakan pada jaringan otak dapat dilihat dari CT-scan dengan cara melihat
rongga CSF dan sulkus korteks yang asimetris. Ditemukannnya gambaran ini pada
CT-scan maka akan menunjukkan prognosa yang buruk. Munculnya
pembengkakan pada 6 jam pertama merupakan indikasi dari edema yang berat.
Versi Disederhanakan
= (2,5 x kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x sakit kepala) + (0,1 x tekanan darah
diastolik) – (3x atheroma) – 12
Kesadaran :
Sadar =