Anda di halaman 1dari 15

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Anemia
2.1.1 Definisi

Menurut WHO (1997) seseorang dinyatakan anemia bila kadar hemoglobin


pada laki-laki dewasa < 13 g/dl, pada anak umur 12-13 dan wanita dewasa tidak
hamil < 12 g/dl, pada umur 6 bulan sampai 5 tahun dan wanita hamil < 11 g/dl.
Pada anak umur 5-11 tahun dinyatakan anemia bila kadar hemoglobin < 11.5
g/dl.

2.1.2 Etiologi

Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia adalah sebagai berikut:

1. Kurang gizi/malnutrisi.
2. Kurang zat besi dalam zat makanan.
3. Malabsorpsi.
4. Kehilangan darah yang banyak: persalinan yang lalu, haid, dan
Penyakit kronik: TBC, paru, cacing usus, malaria, dan lain-lain

Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan olehdefisiensi besi (Fe) dan


perdarahan akut dan tidak jarang keduanyasaling berintekrasi.Kurangnya zat besi
dalam tubuh orang dewasa maupun anak-anak dapat disebabkan oleh beberapa
factor.Penyebab utamanya adalah karena faktor nutrisi.Yaitu kurangnya asupan
zat besi dan rendahnya absorpsi

2.1.3 Patofisiologi

2.1.4 klasifikasi
penyebab terjadinya anemia, secara umum anemia dapat Berdasarkan
diklasifikasikan
2.1.5 sebagai berikut:

1. Anemia Defisiensi Besi

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat kosongnya


cadangan besi tubuh, sehingga penyediaan besi untuk eritropoesis
berkurang yang pada akhirnya pembentukan hemoglobin berkurang.
Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya masukan besi,
gangguan absorpsi serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun.
Anemia jenis ini merupakan anemia yang paling sering terjadi.
Perdarahan menahun menyebabkan kehilangan besi, sehingga cadangan
besi makin menurun. Apabila cadangan kosong, maka keadaan ini disebut
iron depleted state. Jika kekurangan besi berlanjut terus maka penyediaan
besi untuk eritropoesis berkurang sehingga dapat menimbulkan anemia.
Pada saat ini juga terjadi kekurangan besi pada epitel serta pada beberapa
enzim yang dapat menimbulkan gejala pada kuku, epitel mulut dan faring
serta berbagai gejala lainnya

Gejala yang khas pada anemia jenis ini adalah kuku menjadi rapuh dan
menjadi cekung sehingga mirip seperti sendok, gejala seperti ini disebut
koilorika. Selain itu, anemia jenis ini juga mengakibatkan permukaan
lidah menjadi licin, adanya peradangan pada sudut mulut dan nyeri pada
saat menelan.Selain gejala khas tersebut pada anemia defisiensi besi juga
terjadi gejala umum anemia seperti lesu, cepat lelah serta mata berkunang-
kunang.

2. Anemia hipoplastik

Anemia hipoplastik disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat


sel-sel darah baru. Penyebabnya belum diketahui, kecuali yang disebabkan oleh
infeksi berat (sepsis), keracunan dan sinar rontgen atau radiasi. Mekanisme
terjadinya anemia jenis ini adalah karena kerusakan sel induk dan kerusakan
mekanisme imunologis. Anemia jenis ini biasanya ditandai dengan gejala
perdarahan seperti petikie dan ekimosis (perdarahan kulit), perdarahan mukosa
dapat berupa epistaksis, perdarahan sub konjungtiva, perdarahan gusi,
hematemesis melena dan pada wanita dapat berupa menorhagia. Perdarahan organ
dalam lebih jarang dijumpai , tetapi jika terjadi perdarahan pada otak sering
bersifat fatal. Komplikasi yang dapat terjadi adalah gagal jantung akibat anemia
berat dan kematian akibat infeksi yang disertai perdarahan.

3. Anemia Megaloblastik

Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan defisiensi vitamin B12 dan
asam folat. Anemia jenis ini ditandai dengan adanya sel megaloblast dalam
sumsum tulang belakang. Sel megaloblast adalah sel prekursor eritrosit dengan
bentuk sel yang besar.

Timbulnya megaloblast adalah akibat gangguan maturasi inti sel karena


terjadi gangguan sintesis DNA sel-sel eritoblast akibat defiensi asam folat dan
vitamin B12 dimana vitamin B12 dan asam folat berfungsi dalam pembentukan
DNA inti sel dan secara khusus untuk vitamin B12 penting dalam pembentukan
myelin. Akibat gangguan sintesis DNA pada inti eritoblast ini maka maturasi inti
lebih lambat, sehingga kromatin lebih longgar dan sel menjadi lebih besar karena
pembelahan sel yang lambat.Sel eritoblast dengan ukuran yang lebih besar serta

susunan kromatin yang lebih longgar disebut sebagai sel megaloblast.Sel


megaloblast ini fungsinya tidak normal, dihancurkan saat masih dalam sumsum
tulang sehingga terjadi eritropoesis inefektif dan masa hidup eritrosit lebih pendek
yang berujung pada terjadinya anemia.

Kekurangan asam folat berkaitan dengan berat lahir rendah, ablasio


plasenta dan Neural Tube Defect (NTD). NTD yang terjadi bisa berupa anensefali,
spina bifida (kelainan tulang belakang yang tidak menutup), meningo-ensefalokel
(tidak menutupnya tulang kepala). Kelainan-kelainan tersebut disebabkan karena
gagalnya tabung saraf tulang belakang untuk tertutup.

Anemia defisiensi vitamin B12 dan asam folat mempunyai gejala yang
sama seperti terjadinya ikterus ringan dan lidah berwarna merah. Tetapi pada
defisiensi vitamin B12 disertai dengan gejala neurologik seperti mati rasa.

4. Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik disebabkan oleh proses hemolisis. Hemolisis adalah


penghancuran atau pemecahan sel darah merah sebelum waktunya. Hemolisis
berbeda dengan proses penuaan yaitu pemecahan eritrosit karena memang sudah
cukup umurnya. Pada dasarnya anemia hemolitik dapat dibagi menjadi dua
golongan besar yaitu anemia hemolitik karena faktor di dalam eritrosit sendiri
(intrakorpuskular) yang sebagian besar bersifat herediter dan anemia hemolitik
karena faktor di luar eritrosit (ekstrakorpuskular) yang sebagian besar bersifat
didapatkan seperti malaria dan transfusi darah.

Proses hemolisis akan mengakibatkan penurunan kadar hemoglobin yang


akan mengakibatkan anemia. Hemolisis dapat terjadi perlahan-lahan, sehingga
dapat diatasi oleh mekanisme kompensasi tubuh tetapi dapat juga terjadi tiba-tiba
sehingga segera menurunkan kadar hemoglobin.

Seperti pada anemia lainnya pada penderita anemia hemolitik juga


mengalami lesu, cepat lelah serta mata berkunang-kunang. Pada anemia hemolitik
yang disebabkan oleh faktor genetik gejala klinik yang timbul berupa ikterus,
splenomegali, kelainan tulang dan ulkus pada k
2.1.6 Tanda dan gejala
1. Periksa perubahan warna kulit. Meskipun memiliki warna kulit yang
cenderung gelap, gejala anemia masih mudah untuk dikenali dengan
melihat perubahan warna kulit wajah atau bibir kulit yang terlihat pucat
seperti orang yang sedang sakit meski tubuh dalam keadaan sehat.

2. Seseorang yang memiliki anemia, cenderung lebih sering mengalami rasa


lelah dan memiliki perasaan yang sensitif (mudah tersinggung).

3. Terkadang beberapa diantaranya ada yang mengalami sakit kepala hingga


kehilangan nafsu makan.

4. Terkadang suka sembelit yang terjadi dalam waktu yang cukup lama atau
terus-menerus hingga kehilangan banyak cairan tubuh, hal ini juga yang
menjadi gejala dari sembelit.

5. Sulit berkonsentrasi merupakan salah satu gejala anemia yang cukup


menganggu. Kesulitan dalam berkonsentrasi dapat memengaruhi kinerja
dan pekerjaan.

6. Penurunan nafsu makan, namun terkadang tiba-tiba memiliki nafsu makan


yang berlebih hingga menimbulkan suatu gangguan dalam sistem
metabolisme tubuh.

7. Anemia juga dapat mempengaruhi psikologis seperti susana hati dan


emosi yang mudah mengalami stress atau depresi. Karena anemia dapat
memberi pengaruh yang cukup kuat terhadap emosi dan mood.

8. Mengalami sesak nafas. Hal in disebabkan oleh jumlah sel darah merah
yang berkurang. Sel darah merah merupakan bagian yang sangat penting
bagi sistem pernafasan. Sesak nafas umumnya dialami pada mereka yang
menderia anemia sedang hingga berat.

9. Beberapa diantaranya ada yang mengalami kedinginan pada salah satu


anggota tubuh yang sering dirasakan yang disebabkan oleh aliran darah
yang tidak lancar akibat anemia. Bagian tubuh yang sering merasakan
kedingian adalah telapak tangan/kaki.
10. Sering merasa cepat lelah dan pusing. Gejala ini umumnya dirasakan saat
bangun dari tidur atau saat hendak berdiri karena terlalu lama duduk dan
pusing jika berdiri terlalu lama

2.2 Leukimia
2.2.1 Definisi
Kata leukemia berarti darah putih, karena pada penderita ditemukan banyak
sel darah putih sebelum diberi terapi. Sel darah putih yang tampak banyak
merupakan sel yang muda, misalnya promielosit. Jumlah yang semakin
meninggi ini dapat mengganggu fungsi normal dari sel lainnya.
Leukemia (kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel-
sel darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow). Sumsum
tulang atau bone marrow ini dalam tubuh manusia memproduksi tiga type sel
darah diantaranya sel darah putih (berfungsi sebagai daya tahan tubuh
melawan infeksi), sel darah merah (berfungsi membawa oxygen kedalam
tubuh) dan platelet (bagian kecil sel darah yang membantu proses pembekuan
darah).
2.2.2 Patofisiologi
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan kita
dengan infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai dengan
perintah, dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh kita. Lekemia
meningkatkan produksi sel darah putih pada sumsum tulang yang lebih
dari normal. Mereka terlihat berbeda dengan sel darah normal dan tidak
berfungsi seperti biasanya. Sel lekemia memblok produksi sel darah
putih yang normal , merusak kemampuan tubuh terhadap infeksi. Sel
lekemia juga merusak produksi sel darah lain pada sumsum tulang
termasuk sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk
menyuplai oksigen pada jaringan.
Menurut Smeltzer dan Bare (2001) analisa sitogenik menghasilkan banyak
pengetahuan mengenai aberasi kromosomal yang terdapat pada pasien
dengan leukemia,. Perubahan kromosom dapat meliputi perubahan angka,
yang menambahkan atau menghilangkan seluruh kromosom, atau
perubahan struktur, yang termasuk translokasi ini, dua atau lebih
kromosom mengubah bahan genetik, dengan perkembangan gen yang
berubah dianggap menyebabkan mulainya proliferasi sel abnormal.
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah
putih mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah
keganasan. Perubahan tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali
bagian dari kromosom (bahan genetik sel yang kompleks). Penyusunan
kembali kromosom (translokasi kromosom) mengganggu pengendalian
normal dari pembelahan sel, sehingga sel membelah tak terkendali dan
menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan
menggantikan tempat dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel darah yang
normal. Kanker ini juga bisa menyusup ke dalam organ lainnya, termasuk
hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal dan otak.
2.2.3 Klasifikasi

1. Leukeumia Limfositik Kronik (LLK)


Leukemia Limfositik Kronik (LLK) ditandai dengan
adanya sejumlah besar limfosit (salah satu jenis sel darah putih)
matang yang bersifat ganas dan pembesaran kelenjar getah bening.
Lebih dari 3/4 penderita berumur lebih dari 60 tahun, dan 2-3 kali
lebih sering menyerang pria. Pada awalnya penambahan jumlah
limfosit matang yang ganas terjadi di kelenjar getah bening.
Kemudian menyebar ke hati dan limpa, dan kedua nya mulai
membesar. Masuknya limfosit ini ke dalam sumsum tulang akan
menggeser sel-sel yang normal, sehingga terjadi anemia dan
penurunan jumlah sel darah putih dan trombosit di dalam darah.
Kadar dan aktivitas antibodi (protein untuk melawan infeksi) juga
berkurang. Sistem kekebalan yang biasanya melindungi tubuh
terhadap serangan dari luar, seringkali menjadi salah arah dan
menghancurkan jaringan tubuh yang normal.

Manifestasinya adalah :
 Adanya anemia

 Pembesaran nodus limfa


 Pembesaran organ abdomen


 Jumlah eritrosi dan trombosit mungkin normal atau menurun

 Terjadi penurunan jumlah limfosit (limfositopenia)


2. Leukemia Mieloid Akut


LMA mempunyai insidensi tahunan 5-6 kasus tiap juta
anak kurang dari 15 tahun. Di Amerika ,350-500 kasus baru tiap
tahun .LMA merupakan 15-20% dari leukimia anak tetapi terutama
sebagai leukimia neonatal atau congenital .Tidak ada perbedaan
insidensi dalam hal jenis kelamin atau ras dan, kecuali sedikit
kenaikan selama remaja ,disitribusi kasus menurut umur konsisten
selama masa anak .

Insidensi LMA melebihi angka perkiraan pada kelainan


genetic, termasuk trisomi 21,anemia Fanconi ,anemia Diamond
Blackfan ,sindrom kostmann, dan sindrom Bloom. Anak yang
mendapatkan terapi keganasan sebelumnya juga mengalami rikiso :
insidensi LMA sekunder mendekati 5% seteelah terapi beberapa
malignitas. Insidensi itu mencapai puncak dalam 10 setahun dari
keganasan awal. Kejadian berkaitandengan terapi spesifik { obat
alkilasi seperti siklofosfamid, obat yang menghambat reparasi
DNA seperti etoposid}. Terapi radiasi yang diberikan bersama
kemoterapi juga meningkatkan risiko leukimia sekunder.

3. Leukemia Mielositik akut (LMA)


Menurut Smeltzer dan Bare (2001), Leukemia akut ini
mengenai sel stem hematopoetik yang kelak berdiferensiasi ke sua
sel mieloid;monosit, granulosit, eritrosit, dan trombosit. Semua
kelompok usia dapat terkena , insidensi meningkat sesuai dengan
bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling
sering terjadi. Gambaran klinis LMA, antara lain yaitu ;terdapat
peningkatan leukosit, pembesaran pada limfe, rasa lelah, pucat,
nafsu makan menurun, anemia, ptekie, perdarahan , nyeri tulang,
Infeksi

4. Leukemia Mielogenus Kronik (LMK)


Leukemia Mielositik (mieloid, mielogenous, granulositik,
LMK) adalah suatu penyakit dimana sebuah sel di dalam sumsum
tulang berubah menjadi ganas dan menghasilkan sejumlah besar
granulosit (salah satu jenis sel darah putih) yang abnormal.

Dimasukkan kedalam keganasan sel stem mieloid. Namun


lebih banyak terdapat sel normal dibaniding dalam bentuk akut,
sehingga penyakit ini lebih ringan, jarang menyerang individu di
bawah umur 20 tahun, namun insidensinya meningkat sesuai
pertambahan umur.

Gambaran klinis LMK mirip dengan LMA, tetapi gejalanya


lebih ringan yaitu; Pada stadium awal, LMK bisa tidak
menimbulkan gejala. Tetapi beberapa penderita bisa mengalami:
kelelahan dan kelemahan, kehilangan nafsu makan, penurunan
berat badan, demam atau berkeringat dimalam hari, perasaan penuh
di perutnya (karena pembesaran limpa) (Smeltzer dan Bare, 2001).

2.2.4 Etiologi

beberapa faktor yang dapat mempengaruhi frekuensi leukemia, seperti

Radiasi

Radiasi dapat meningkatkan frekuensi LMA dan LMA. Tidak ada


laporan mengenai hubungan antara radiasi dengan LLK. Beberapa laporan
yang mendukung:

 Para pegawai radiologi lebih sering menderita leukemia



 Penderita dengan radioterapi lebih sering menderita leukemia
 Leukemia ditemukan pada korban hidup kejadian bom atom Hiroshima
dan Nagasaki, Jepang

Faktor leukemogenik

Terdapat beberapa zat kimia yang telah diidentifikasi dapat


mempengaruhi frekuensi leukemia:

 Racun lingkungan seperti benzena



 Bahan kimia industri seperti insektisida

 Obat untuk kemoterapi

Virus

Virus dapat menyebabkan leukemia seperti retrovirus, virus leukemia


feline, HTLV-1 pada dewasa.

Menurut Smeltzer dan Bare (2001) meskipun penyebab leukemia


tidak diketahui, presdiposisi genetik maupun faktor-faktor lingkungan
kelihatannya memainkan peranan. Faktor lingkungan berupa paparan radiasi
pergion dosis tinggi disertai manifestasi leukemia yang timbul bertahun-tahun
kemudian. Zat-zat kimia (misalnya benzen, arsen, pestisida, kloramfenikol,
fenilbutazone, dan agen antineoplastil) dikaitkan dengan frkuensi yang
meningkat khususnya agen-agen alkil. Leukemia biasanya mengenai sel-sel
darah putih. Penyebab dari sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui.
Virus menyebabkan beberapa leukemia pada binatang (misalnya kucing).
Virus HTLV-I (human T-cell lymphotropic virus type I), yang menyerupai
virus penyebab AIDS, diduga merupakan penyebab jenis leukemia yang
jarang terjadi pada manusia, yaitu leukemia sel-T dewasa.Pemaparan
terhadap penyinaran (radiasi) dan bahan kimia tertentu (misalnya benzena)
dan pemakaian obat antikanker, meningkatkan resiko terjadinya leukemia.
Orang yang memiliki kelainan genetik tertentu (misalnya sindroma Down dan
sindroma Fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia.
Faktor Lingkungan
Di antara faktor-faktor lingkungan yang dianggap penyebab leukemia,
berikut adalah beberapa yang paling masuk akal:

 Merokok - merokok ini diyakini akan meningkatkan kemungkinan terkena


leukemia. Meskipun statistik menunjukkan bahwa sekitar 20 persen dari
kasus leukemia akut yang berhubungan dengan merokok, leukemia juga
terjadi kepada orang-orang yang tidak merokok dan karena itu tidak dapat
dianggap sebagai penyebab leukemia pada dirinya sendiri;

 Berkepanjangan paparan radiasi - Radiasi dianggap memfasilitasi
pengembangan leukemia. Hal ini diyakini bahwa paparan sinar-X dapat
menyebabkan leukemia;

 Pemaparan berkepanjangan untuk benzena - statistik mengungkapkan
bahwa ini merupakan faktor utama risiko dalam beberapa bentuk
leukemia, seperti leukemia myelogenous;

 Kemoterapi dan pengobatan kanker - pengobatan kanker dan kemoterapi
sebelumnya dikenal untuk memfasilitasi terjadinya dan pengembangan
leukemia dan dapat dianggap sebagai penyebab leukemia masuk akal.
Dalam beberapa tahun dari penyelesaian kemoterapi dan perawatan
lainnya untuk beberapa bentuk kanker, kebanyakan orang dapat
mengembangkan leukemia.

Diantara faktor-faktor genetik yang dianggap penyebab leukemia, yang
berikut ini dianggap paling penting:

 Kelainan kromosom - beberapa sindrom genetik jarang diketahui


berkontribusi pada penyebab leukemia.

 Sistem kekebalan masalah genetik - sistem kekebalan tubuh lemah sangat
mungkin untuk memfasilitasi terjadinya leukemia dan karenanya dapat
dianggap sebagai penyebab leukemia;

 Down syndrome - anak yang lahir dengan sindrom ini mempunyai risiko
yang tinggi mengembangkan leukemia akut.
Daftar kemungkinan penyebab leukemia dapat melanjutkan lebih lanjut,
tetapi ini adalah faktor yang paling umum yang dianggap terkait dengan
leukemia. Sementara beberapa dari mereka dapat dicegah, yang lain berada
dalam gen dan sekarang tidak dapat diperbaiki. Di masa depan, Namun,
berkat kemajuan medis, kami mungkin akan dapat mencegah leukemia dan
bentuk lain dari kanker.

2.2.5 Pemeriksaan penunjang

Diagnosa Penyakit Leukemia (Kanker Darah) Penyakit Leukemia dapat


dipastikan dengan beberapa pemeriksaan, diantaranya adalah ; Biopsy,
Pemeriksaan darah {complete blood count (CBC)}, CT or CAT scan,
magnetic resonance imaging (MRI), X-ray, Ultrasound, Spinal tap/lumbar
puncture.

Menurut Doengoes dkk (1999) menyatakan bahwa pemeriksaan penunjang


mengenai leukemia adalah :

 Hitung darah lengkap menunjukkan normositik, anemia normositik.


 Hemoglobin : dapat kurang dari 10 g/100 ml


 Retikulosit : jumlah biasanya rendah


 Jumlah trombosit : mungkin sangat rendah (<50.000/mm)


 SDP : mungkin lebih dari 50.000/cm dengan peningkatan SDP yang


imatur (mungkin menyimpang ke kiri). Mungkin ada sel blast leukemia.

 PT/PTT : memanjang

 LDH : mungkin meningkat



 Asam urat serum/urine : mungkin meningkat

 Muramidase serum (lisozim) : penigkatabn pada leukimia monositik akut


dan mielomonositik.

 Copper serum : meningkat

 Zinc serum : meningkat


 Biopsi sumsum tulang : SDM abnormal biasanya lebih dari 50 % atau


lebih dari SDP pada sumsum tulang. Sering 60% - 90% dari blast, dengan
prekusor eritroid, sel matur, dan megakariositis menurun.
 Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat
keterlibatan
2.2.6 Tanda dan gejala

Gejala penderita leukemia bevariasi tergantung dari jumlah sel abnormal


dan tempat berkumpulnya sel abnormal tersebut. Gejala umum pasien
leukemia yaitu

 Demam atau keringat malam



 Sering mengalami infeksi

 Merasa lemah atau capai

 Pucat

 Sakit kepala

 Mudah berdarah atau memar.Misalnya gusi mudah berdarah saat sikat


gigi, muda memar saat terbentur ringan)

 Nyeri pada tulang dan/atau sendi

 Pembengkakan atau rasa tidak nyaman di perut, akibat pembesaran limpa


 Pembesaran kelenjar getah bening, terutama di leher dan ketiak



 Penurunan berat badan

Pada stadium dini leukemia kronik, sel leukemia dapat berfungsi hampir
seperti sel normal. Mungkin tidak ada gejala yang dirasakan selama beberapa
waktu. Diagnosis pada tahap ini mungkin ditentukan saat pemeriksaan check
up rutin. Jika muncul gejala, umumnya ringan dan perlahan-lahan semakin
memberat.

Pada leukemia akut gejala akan timbul dan memberat secara cepat. Gejala
leukemia akut lainnya yaitu muntah, penurunan konsentrasi, kehilangan
kendali otot, dan kejang. Sel leukemia juga dapat berkumpul di buah zakar
dan menyebabkan pembengkakan.

Gejala Leukemia yang ditimbulkan umumnya berbeda diantara penderita,


namun demikian secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:

 Anemia. Penderita akan menampakkan cepat lelah, pucat dan bernafas


cepat (sel darah merah dibawah normal menyebabkan oxygen dalam
tubuh kurang, akibatnya penderita bernafas cepat sebagai kompensasi
pemenuhan kekurangan oxygen dalam tubuh).

 Perdarahan. Ketika Platelet (sel pembeku darah) tidak terproduksi dengan
wajar karena didominasi oleh sel darah putih, maka penderita akan
mengalami perdarahan dijaringan kulit (banyaknya jentik merah
lebar/kecil dijaringan kulit).

 Terserang Infeksi. Sel darah putih berperan sebagai pelindung daya tahan
tubuh, terutama melawan penyakit infeksi. Pada Penderita Leukemia, sel
darah putih yang diterbentuk adalah tidak normal (abnormal) sehingga
tidak berfungsi semestinya. Akibatnya tubuh si penderita rentan terkena
infeksi virus/bakteri, bahkan dengan sendirinya akan menampakkan
keluhan adanya demam, keluar cairan putih dari hidung (meler) dan
batuk.

 Nyeri Tulang dan Persendian. Hal ini disebabkan sebagai akibat dari
sumsum tulang (bone marrow) mendesak padat oleh sel darah putih.

 Nyeri Perut. Nyeri perut juga merupakan salah satu indikasi gejala
leukemia, dimana sel leukemia dapat terkumpul pada organ ginjal, hati
dan empedu yang menyebabkan pembesaran pada organ-organ tubuh ini
dan timbulah nyeri. Nyeri perut ini dapat berdampak hilangnya nafsu
makan penderita leukemia.

 Pembengkakan Kelenjar Lympa. Penderita kemungkinan besar
mengalami pembengkakan pada kelenjar lympa, baik itu yang dibawah
lengan, leher, dada dan lainnya. Kelenjar lympa bertugas menyaring
darah, sel leukemia dapat terkumpul disini dan menyebabkan
pembengkakan.

Kesulitan Bernafas (Dyspnea). Penderita mungkin menampakkan gejala
kesulitan bernafas dan nyeri dada, apabila terjadi hal ini maka harus segera
mendapatkan pertolongan medis

Seperti semua sel-sel darah, sel-sel leukemia mengalir ke seluruh tubuh.


Tergantung pada jumlah sel-sel yang abnormal dan tempat sel-sel ini terkumpul,
pasien leukemia mempunyai sejumlah gejala umum antara lain:

 Demam atau keringat malam



 Infeksi yang sering terjadi

 Merasa lemah atau letih

 Sakit kepala

 Mudah berdarah dan lebam (gusi berdarah, bercak keunguan di kulit,


atau bintik-bintik merah kecil di bawah kulit)

 Nyeri di tulang atau persendian

 Pembengkakan atau rasa tidak nyaman di perut (akibat pembesaran


limpa)

 Pembengkakan, terutama di leher atau ketiak

 Kehilangan berat badan

Anda mungkin juga menyukai