Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Sholawat serta salam kita
sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW. Makalah ini penulis sampaikan kepada pembina
mata kuliah Keperawatan anak Ibu Erni Nuryati,S.Kp,Ners,M Kes. Sebagai salah satu syarat
mata kuliah tersebut. Tidak lupa Penulis ucapkan terimakasih kepada Bapak yang telah
berjasa mencurahkan ilmu kepada penulis. Penulis memohon kepada Ibu dosen khususnya,
umumnya para pembaca apabila menemukan kesalahan atau kekurangan dalam karya tulis
ini, baik dari segi bahasa maupun isinya penulis mengharapkan kritik dan sarang yang
bersifat membangun kepada semua pembaca.

Blora, Juli 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................... 1

A.....................................................................................................................Latar Belakang
............................................................................................................................................. 1
B.................................................................................................................Rumusan Masalah
............................................................................................................................................. 2
C...................................................................................................................................Tujuan
............................................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 3

A. Pengertian myasthenia gravis3


B. Etiologi3
C. Klasifikasi5
D. Bentuk varian myasthenia gravis5
E. Klasifikasi menurut osseram7
F. Manifestasi klinik8
G. Krisis pada myasthenia
gravis………………………………….................................9
H. Patofisiologi………………………………………………………………
..............10
I. Komplikasi………………………………………………………………
…..............12
J. Pemeriksaan
penunjang…………………………………………............................13
K. Penatalaksanaan……………………………………………………………………………………………
………………14

BAB III PENUTUP............................................................................................................. 16

A.......................................................................................................................Kesimpulan
........................................................................................................................................ 16
B.................................................................................................................................Saran
........................................................................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Istilah atresia berasal dari bahasa yunani yaitu “a” yang berarti tidak ada dan trepsis
yang berarti makanan atau nutrisi. Dalam istilah kedokteran, atresia adalah suatu keadaan
tidak adanya atau tertutupnya lubang badan normal. Atresia aniadalah malformasi kongenital
dimana rectum tidak mempunyai lubang keluar (Walley, 1996). Atresia ani adalah tidak
lengkapnya perkembangan embrionik pada distal anus atau tertutupnya anus secara abnormal
(Suriadi,2001). Sumber lain menyebutkan atresia ani adalah kondisi dimana rektal terjadi
gangguan pemisahan kloaka selama pertumbuhan dalam kandungan.
Keadaan ini disebabkan oleh karena gangguan perkembangan embrional berupa
tidaksempurnanya kanalisasi saluran pencernaan bagian bawah, yaitu gangguan pertumbuhan
septum urorektal, dimana tidak terjadi perforasi membran yang memisahkan bagian
entodermal dengan bagian ektodermal.
Etiologi secara pasti atresia ani belum diketahui, namun ada sumber mengatakan
kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan, fusi, dan pembentukan anus
dari tonjolan embriogenik. Angka kejadian rata-rata malformasi anorektal di seluruh dunia
adalah 1 dalam 5000 kelahiran ( Grosfeld J, 2006). Secara umum, atresia ani lebih banyak
ditemukan pada laki-laki daripada perempuan.
Oleh karena itu penting bagi seorang perawat memahami tentang Atresia Ani ini,
sehingga dapat melakukan tindakan keperawatan dengan baik dan pasien yang mengalami
Atresia Ani ini bisa mendapatkan perawatan yang maksimal.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah definisi dari Atresia Ani?
2. Apakah etiologi pada Atresia Ani?
3. Apakah manifestasi klinis yang terdapat pada Atresia Ani?
4. Apa saja patofiologi Atresia Ani?
5. Bagimana pathway pada Atresia Ani?
6. Bagaimana penatalaksaan pada Atresia Ani?
7. Apa saja asuhan keperawatan pada Atresia Ani

C. TUJUAN
1. Dapat memahami definisi dari Atresia Ani
2. Dapat memahami etiologi pada Atresia Ani
3. Dapat memahami manifestasi klinis pada Atresia Ani
4. Dapat memahami patofisiologi pada Atresia Ani
5. Dapat memahami pathway pada Atresia Ani
6. Dapat memahami penatalaksanaan pada Atresia Ani
7. Dapat memahami asuhan keperawatan pada Atresia Ani

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Atresia berasal dari bahasa Yunani yaitu“a” artinya tidak ada, trepis artinya nutrisi atau
makanan. Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan tidak adanya atau
tertutupnya lubang badan normal atau organ tubular secara kongenital disebut juga clausura.
Dengan kata lain tidak adanya lubang di tempat yang seharusnya berlubang atau buntunya
saluran atau rongga tubuh, hal ini bisa terjadi karena bawaan sejak lahir atau terjadi kemudian
karena proses penyakit yang mengenai saluran itu. Atresia dapat terjadi pada seluruh saluran
tubuh, misalnya atresia ani. Atresia ani yaitu tidak berlubangnya dubur. Atresia ani memiliki
nama lain yaitu anus imperforata. Jika atresia terjadi maka hampir selalu memerlukan
tindakan operasi untuk membuat saluran seperti keadaan normalnya. Di bawah ini definisi
menurut para ahli:
o Atresia ani adalah suatu kelainan kongenital tanpa anus atau anus tidak
sempurna, termasuk didalamnya agenesis ani, agenesis rektum dan atresia rektum.
Insiden 1:5000 kelahiran yang dapat muncul sebagai sindroma VACTRERL (Vertebra,
Anal, Cardial, Esofageal, Renal, Limb) (Faradilla, 2009).
o Atresia Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate
meliputi anus, rectum atau keduanya (Betz. Ed 3 tahun 2002).
o Atresia Ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang
atau saluran anus (Donna L. Wong, 520 : 2003).
o Atresia ani adalah tidak lengkapnyaperkembangan embrionik pada distal anus
atau tertutupnya anus secara abnormal(Suriadi,2001).
B. ETIOLOGI
Atresia ani memiliki etiologi yang multifaktorial. Salah satunya adalah komponen
genetik. Pada tahun 1950an, didapatkan bahwa risiko malformasi meningkat pada bayi yang
memiliki saudara dengan kelainan atresia ani yakni 1 dalam 100 kelahiran, dibandingkan
dengan populasi umum sekitar 1 dalam 5000 kelahiran. Penelitian juga menunjukkan adanya
hubungan antara atresia ani dengan pasien dengan trisomi 21 (Down's syndrome). Kedua hal
tersebut menunjukkan bahwa mutasi dari bermacam-macam gen yang berbeda dapat
menyebabkan atresia ani atau dengan kata lain etiologi atresia ani bersifat multigenik (Levitt
M, 2007).
Atresia ani dapat disebabkan oleh:
1. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3
bulan
2. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus,
rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat
sampai keenam usia kehamilan.
C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang terjadi pada atresia ani adalah kegagalan lewatnya meconium
setelah bayi lahir, tidak ada atau stenosis kanal rektal, adanya membran anal dan fistula
eksternal pada perineum (Suriadi,2001). Gejala yang menunjukan terjadinya atresia ani
terjadi dalam waktu 24-48 jam.Bayi muntah- muntah pada usia 24 - 48 jam setelah lahir ini
merupakan salah satu manifestasi klinis atresia ani. Cairan muntahan akan dapat berwarna
hijau karena cairan empedu atau juga berwarna hitam kehijauan karenacairan mekonium.
Gejala itu dapat berupa :
1. Pada pemeriksaan rectal touché terdapat adanya membran anal
2. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran
3. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam
4. Bayi tidak dapat buang air besar sampai 24 jam setelah lahir, gangguan
intestinal, pembesaran abdomen, pembuluh darah di abdomen akan terlihat menonjol

D. PATOFIOLOGI
Atresia ani terjadi akibat kegagalan penurunan septum anorektal pada kehidupan
embrional. Manifestasi klinis diakibatkan adanya obstruksi dan adanya fistula. Obstruksi ini
mengakibatkan distensi abdomen, sekuestrasi cairan, muntah dengan segala akibatnya.
Apabila urin mengalir melalui fistel menuju rektum, maka urin akan diabsorbsi sehingga
terjadi asidosis hiperkloremia, sebaliknya feses mengalir kearah traktus urinarius
menyebabkan infeksi berulang. Pada keadaan ini biasanya akan terbentuk fistula antara
rektum dengan organ sekitarnya.
Atresia Ani ini mempunyai 3 macam letak, yaitu :
a. Tinggi (supralevator) yaitu, rektum berakhir di atas M.Levator ani (m.puborektalis)
dengan jarak antara ujung buntu rectum dengan kulit perineum >1 cm. letak supralevator
biasanya disertai dengan fistel ke saluran kencing atau saluran genital.
b. Intermediate. Dimana kelainan ini mempunyai ciri rectum terletak pada m.levator ani
tapi tidak menembusnya.
c. Rendah yaitu, rectum berakhir di bawah m.levator ani sehingga jarak antara kulit dan
ujung rectum paling jauh 1 cm.
Pada perempuan, 90% dengan fistula ke vagina (rektovagina) atau perineum
(rektovestibuler). Pada laki-laki umumnya fistula menuju ke vesika urinaria atau ke prostat
(rektovesika) bila kelainan merupakan letak tinggi, pada letak rendah fistula menuju ke uretra
(rektouretralis) (Faradilla, 2009).

E. PATHWAY

F. PENATALAKSANA
1. Pembedahan
Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan keparahan kelainan.
Semakin tinggi gangguan, semakin rumit prosedur pengobatannya. Untuk kelainan dilakukan
kolostomi beberapa lahir, kemudian anoplasti perineal yaitu dibuat anus permanen (prosedur
penarikan perineum abnormal) dilakukan pada bayi berusia 12 bulan. Pembedahan ini
dilakukan pada usia 12 bulan dimaksudkan untuk memberi waktu pada pelvis untuk
membesar dan pada otot-otot untuk berkembang. Tindakan ini juga memungkinkan bayi
untuk menambah berat badan dan bertambah baik status nutrisnya. Gangguan ringan diatas
dengan menarik kantong rectal melalui afingter sampai lubang pada kulit anal fistula, bila ada
harus tutup kelainan membranosa hanya memerlukan tindakan pembedahan yang minimal
membran tersebut dilubangi degan hemostratau skapel.
2. Pengobatan dibagi menjadi 2 yaitu:
a) Aksisi membran anal (membuat anus buatan).
b) Fiktusi yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan setelah 3
bulan dilakukan korksi sekaligus (pembuat anus permanen).
3. Pada stenosis yang berat perlu dilakukan dilatasi setrap hari dengan kateter
uretra, dilatasi hegar,atau spekulum hidung berukuran kecil selanjutnya orang tua
dapat melakukan dilatasi sendiri dirumah dengan jari tangan yangdilakukan selama
6 bulan sampai daerah stenosis melunak dan fungsi defekasi mencapai keadaan
normal.
4. Melakukan operasi anapelasti perineum yang kemudian dilanjutkan dengan
dilatasi pada anus yang baru pada kelainan tipe dua.
5. Pada kelainan tipe tiga dilakukan pembedahan rekonstruktif melalui
anoproktoplasti pada masa neonates.
6. Melakukan pembedahan rekonstruktif antara lain:
a. Operasi abdominoperineum pada usia (1 tahun)
b. Operasi anorektoplasti sagital posterior pada usia (8-!2 bulan)
c. Pendekatan sakrum setelah bayi berumur (6-9 bulan)
o Penanganan tipe empat dilakukan dengan kolostomi kemudian dilanjutkan

dengan operasi"abdominalpull-through"manfaat kolostomi adalah antara lain:


a) Mengatasi obstruksi usus
b) Memungkinkan pembedahan rekonstruktif untuk dikerjakan dengan lapangan

operasi yang bersih


c) Memberi kesempatan pada ahli bedah untuk melakukan pemeriksaan lengkap

dalam usaha menentukan letak ujung rektum yang buntu serta menemukan kelainan

bawaan yang lain.


o Teknik terbaru dari operasi atresia ani ini adalah teknik Postero Sagital Ano

Recto Plasty (PSARP). Teknik ini punya akurasi tinggi untuk membuka lipatan bokong

pasien. Teknik ini merupakan ganti dari teknik lama, yaitu Abdomino Perineal Poli

Through (APPT). Teknik lama ini punya resiko gagal tinggi karena harus membuka

dinding perut. Perlu dilakukan pemeriksaan dengan NGT untuk mencari ada tidaknya

atresia pada bayi baru lahir terutama dengan faktor resiko ibu yang memiliki

polihidramnion ataupun tanda dari bayi seperti mulut berbuih, air liur yang terus keluar,

batuk dan sesak nafas, ataupun kembung. Dalam perujukan, perlu dilakukan tindakan

khusus saat pemindahan, yaitu untuk mencegah hipotermia, sumbatan jalan nafas dan

aspirasi dengan suction berulang, dan gangguan sirkulasi seperti dehidrasi, hipoglikemia

dan gangguan elektrolit dengan pemberian cairan intravena. Beberapa kelainan bawaan

tidak dapat dicegah, tetapi ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi

resiko terjadinya kelainan bawaan:

1. Tidak merokok dan menghindari asap rokok


2. Menghindari alcohol
3. Menghindari obat terlarang
4. Memakan makanan yang bergizi dan mengkonsumsi vitamin prenatal
5. Melakukan olah raga dan istirahat yang cukup
6. Melakukan pemeriksaan prenatal secara rutin
7. Mengkonsumsi suplemen asam folat.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. X


DENGAN MASALAH ATRESIA ANI DI BANGSAL X
RUMAH SAKIT X

A. PENGKAJIAN
Tanggal : ....................
Jam : ....................
Tempat : ....................
1. BIODATA
a. Identitas Klien
Nama : An.X
Tempat,Tgl Lahir :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Agama :
Suku Bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
No. CM :
Tanggal Masuk RS :
Diagnosa Medis :
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama :
Tempat,Tgl Lahir :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Agama :
Suku Bangsa :
Hubungan Dgn Klien :

2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama :
Distensi abdomen
b. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Muntah, perut kembung dan membuncit, tidak bisa buang air besar, meconium
keluar dari vagina atau meconium terdapat dalam urin
c. Riwayat Kesehatan Dahulu :
Klien mengalami muntah-muntah setelah 24-48 jam pertama kelahiran
d. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Merupakan kelainan kongenital bukan kelainan/penyakit menurun sehingga belum
tentu dialami oleh angota keluarga yang lain
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan :
Kebersihan lingkungan tidak mempengaruhi kejadian atresia ani.
3. POLA FUNGSI KESEHATAN
a. Pola persepsi terhadap kesehatan
Klien belum bisa mengungkapkan secara verbal/bahasa tentang apa yang dirasakan
dan apa yang diinginkan
b. Pola aktifitas kesehatan/latihan
Pasien belum bisa melakukan aktifitas apapun secara mandiri karena masih bayi
AKTIFITAS 0 1 2 3 4
Mandi ü
Berpakaian ü
Eliminasi ü
Mobilitas ditempat tidur ü
Pindah ü
Ambulansi ü
Makan . ü
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Dengan menggunakan alat bantu
2 : Dengan menggunakan bantuan dari orang lain
3 : Dengan bantuan orang lain dan alat bantu
4 : Tergantung total, tidak berpartisipasi dalam beraktifitas
c. Pola istirahat/tidur
Ibu bayi mengatakan bahwa bayinya susah tidur.
d. Pola nutrisi metabolik
Klien hanya minum ASI
e. Pola eliminasi
Klien tidak dapat buang air besar, dalam urin ada mekonium
f. Pola kognitif perseptual
Klien belum mampu berkomunikasi, berespon, dan berorientasi dengan baik pada
orang lain
g. Pola konsep diri
1) Identitas diri : belum bisa dikaji
2) Ideal diri : belum bisa dikaji
3) Gambaran diri : belum bisa dikaji
4) Peran diri : belum bisa dikaji
5) Harga diri : belum bisa dikaji
h. Pola seksual Reproduksi
Klien masih bayi dan belum menikah
i. Pola nilai dan kepercayaan
Belum bisa dikaji karena klien belum mengerti tentang kepercayaan
j. Pola peran hubungan
Belum bisa dikaji karena klien belum mampu berinteraksi dengan orang lain secara
mandiri
k. Pola koping
Belum bisa dikaji karena klien masih bayi dan belum mampu berespon terhadap
adanya suatu masalah
4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
Klien lemah
b. Tanda-tanda vital
 Nadi : 120 – 140 kali per menit
 Tekanan darah :-
 Suhu : 36,5ºC – 37,6ºC
 Pernafasan : 30 – 40 kali per menit
 BB : > 2500 gram
 TB : normal

c. Data sistematik
1) Sistem kardiovaskuler
Tekanan darah normal
Denyut nadi normal (120 – 140 kali per menit)
2) Sistem respirasi dan pernafasan
Klien tidak mengalami gangguan pernapasan
3) Sistem gastrointestinal
Klien mengalami muntah-muntah, perut kembung dan membuncit.
4) Sistem musculosceletal
Klien tidak mengalami gangguan sistem muskuloskeletal
5) Sistem integument
Klien tidak mengalami gangguan sistem integumen
6) Sistem perkemihan
Terdapat mekonium di dalam urine

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Data Fokus
Data obyektif :
Pra pembedahan :
 Klien muntah-muntah
 Perut kembung
 Perut membuncit
 Tidak bisa BAB
 Tidak ada anus terbuka
 Terdapat mekonium dalam urin
 Mekonium keluar dari vagina
 Klien lemah
Post Pembedahan :
 Terpasang kolostomi
 Terpasang infus
 Luka jahitan post insisi
1. Dx pre operasi
Konstipasi berhubungan dengan aganglion.
Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan menurunnya intake,
muntah.
Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan
prosedur perawatan.
2. Dx Post Operasi
 Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma saraf jaringan.
 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kolostomi.
 Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan.
 Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Diagnosa pre operasi
No diagnosa tujuan intervensi rasional
1. Konstipasi Setelah dilakukan 1. Lakukan 1. Evaluasi
b/d gangloin tindakan keperawatan enema atau bowel
selama 1x24 jam irigrasi rectal meningkatkan
klien mampu sesuai order kenyamanan
mempertahankan 2. Kaji nising pada anak
pola Eliminasi BAB usus dan 2. Menyakinkan
secara teratur dengan abdomen fungsi usus
Kreteria hasil: 3. Ukur 3. Pengukuran
Penurunan distensi lingkar lingkaran
abdomen,meningkatn abdomen abdomen
ya kenyamanan. membantu
terjadinya
distensi.
2 Resiko Setelah dilakukan 1. Memo 1. Dapat
kekurangan tindakan keperawatan nitor intake- mengidentif
volume 1x24 jam klien dapat output cairan ikasi status
cairan b/d mempertahankan 2. Lakuk cairan klien
menurunnya keseimbangan cairan an 2. Menceg
intake,munta dengan kriteria hasil: pemasangan ah
h Output urin 1-2 infus dan dehidrasi
ml/kg/jam,capillary berikan cairan 3. Menget
refil 3-5 detik,turgor IV ahui
membaik,membrane 3. Obser kehilangan
mukosa membaik. vasi TTV cairan
4. Monit melalui
or status suhu tubuh
hidrasi(kelem yang tinggi
baban 4. Menget
mukosa) ahui tanda-
tanda
dehidrasi
3 Cemas Setelah dilakukan 1. Jelask 1. Agar
orang tua tindakan keperawatan an dengan orang tua
b/d kurang 1x24 jam kecemsan istilah mengerti
pengetahuan orang tua dapat yang di kondisi
tentang berkurang dengan mengerti pasien
penyakit dan kriteria hasil: orang tentang 2. Penget
prosedur tua mampu mengatasi anatomi ahuan
tindakan rasa cemasnya fisiologi tersebut
saluran dapat
pencernaa membantu
n klien menurunka
2. Gunak n
an alat kecemasan
dan media 3. Memba
gambar. ntu
3. Beri mengurangi
informasi ketidaktahu
kepad an orang
orang tua tua klien
klien tentang
tentang operasi
operasi kolostomi
kolostomi

2. Diagnosa post operasi


No Diagnosa Tujuan intervensi Rasional
1 Gangguan Setelah dilakukan 1. Hindari 1. Mencega
integritas kulit tindakan kerutan temoat h perlukaan
b/d kolostomi keperawatan tidur pada kulit
selama 1x24 jam 2. Jaga 2. Menjaga
diharapkan kebersihan kulit ketahanan kulit
intergritas kulit agar tetap 3. Mengeta
dapat di control bersih dan hui adanya
dengan kriteria kering tanda kerusakan
hasil: temperature 3. Monitor jaringan kulit
jaringan dengan kulit adanya 4. Menjaga
batas kemerahan kelembaban
normal,elastisitas 4. Oleskan kulit
dengan batas lotion/baby oil 5. Menjaga
normal,hidrasi pada daerah keadekutan
dengan batas yang tertekan nutrisi guna
normal,pigmentasi 5. Monitor penyembuhan
dengan batas status nutrisi luka
normal,dan klien
perfusi jaringan
baik.
2 Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Monitor 1. Mengeta
b/d prosedur tindakan tanda dan hui infeksi sejak
pembedahan keperawatan gejala infeksi dini
selama 1x24 jam secara sistemik 2. Menghin
diharapkan klien dan local dari
bebas dari tanda- 2. Batasi kontaminasi
tanda infeksi. pengujung dengan
KH: bebas dari 3. Pertaha pengunjung
tanda dan gejala nkan teknik 3. Mencega
infeksi cairan apsesis h penyebab
pada klien yang infeksi
beresiko 4. Mengeta
4. Inspeksi hui kebersihan
pada luka/insisi luka dan tanda
bedah infeksi
5. Ajarkan 5. Gejala
keluarga klien infeksi dapat
tentang tanda dideteksi lebih
dan gejala dini
infeksi 6. Gejal
6. Laporka infeksi segara di
n kecurigaann atasi
infeksi

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1. Implementasi pre operasi
No jam diagnosa implementasi TTD
1 Konstipasi b/d 1. Eenama atau irigrasi rectal sesuai order
ganglion 2. Mengaukultrasi bising usus dan
abdomen
3. Mengukur lingkar abdomen
Resiko 1. Memonitor intake-output cairan
kekurangan 2. Memasang infus
volume cairan 3. Mengobservasi TTV
b/d 4. Mengatur status hidrasi(kelembaban
menurunnya mukosa)
intake muntah
Cemas orang 1. Menjelaskan istilah yang di mengerti
tua b/d kurang tentang anatomi fisiologi saluran pencernaan
pengetahuan normal
tentang 2. Menggunakan alat, media dan gambar
penyakit dan 3. Memberi informasi kepada orang tua
prosedur tentang operasi kolostomi
tindakan

2. Implentasi post operasi


No Jam Diagnosa Implementasi TTD
1 Gangguan integritas kulit b/d 1. Menghilangkan
kolostomi kerutan pada tempat tidur
2. Menjaga kebersihan
kulit agar tetap bersih dan
kering
3. Memonitor kulit
akan adanya kemerahan
4. Mengoleskan
lotion/baby oil pada daerah
yang tertekan
5. Memonitor status
nutrisi klien
Resiko infeksi b/d prosedur 1. Memonitor tanda
pembedahan dan gelaja infeksi sistemik
dan local
2. Membatasi
pengunjung
3. Mempertahankan
teknik cairan asepsis pada
klien yang beresiko
4. Menginspeksi
kondisi lika/insisi bedah
5. Mengajarkan
keluarga klien tentang tanda
dan gejala infeksi
6. Melaporkan
kecurigaan infeksi

E. EVALUASI KEPERAWATAN
1. Diagnosa pre operasi
Tanggal jam Diagnosa evaluasi TTD
Konstipasi b/d ganglion S: Klien mampu
mempertahankan pola
eliminasi BAB dengan
teratur
O: distensi abdomen
menurun
A: diagnosa keperawatan
konstipasi menurun
P: intervensi di hentikan
Resiko kekurangan volume cairan S: klien dapat
b/d menurunnya intake,muntah memertahankan
keseimbangan cairan
O: output urin 1-2
ml/kg/jam,capillary refill 3-5
detik, turgor membaik,
membrane mukosa lembab.
A: diagnosa resiko
kekurangan volume cairan
teratasi
P: hentikan intervensi
Cemas orang tua b/d kurang S: orang tua mengatakan
pengetahuan penyakit dan prosedur sudah tidak cemas
operasi O: klien terlihat lemas
A: diagnosa keperawatan
cemas orang tua teratasi
P: hentikan intervensi

2. Diagnosa post operasi


Tanggal Jam Diagnosa Evaluasi TTD

Gangguan integritas kulit b/d S: integritas kulit klien


kolostimi dapat terkontrol
O: temperature jaringan
dalam batas normal,sensasi
dalam batas normal,perfusi
jaringan dalam batas
normal, hidrasi dalam batas
normal, pigmentasi dalam
batas normal.
A: diagnosa keperawatan
integritas kulit teratasi
P: hentikan intervensi
Resiko infeksi b/d proses S: orang tua klien
pembedahan mengatakan klien tidak
mengalami infeksi
O: tanda gejala infeksi tidak
ada
A: diagnosa keperawatan
resiko infeksi teratasi
P: hentikan intervensi
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

http://www.askepkeperawatan.com/2015/11/askep-atresia-ani.html

http://sukma08nov.blogspot.com/2015/01/asuhan-keperawatan-pada-anak-dengan_99.html

https://sehati11022012.blogspot.com/2013/11/askep-atresia-ani.html

http://zahra-sanjaya.blogspot.com/2014/11/asuhan-keperawatan-atresia-ani.html
http://www.kuliahkesehatan.tk/2017/10/atresia-ani-diserta-askep.html

Anda mungkin juga menyukai