Anda di halaman 1dari 4

http://ritapoltekkes.blogspot.co.id/2012/05/laporan-praktikum-parasitologi.

html
do akses tanggal 15 februari 2017

Laporan Praktikum Parasitologi Pemeriksaan Feses

1. 1. Pemeriksaan Kualitatif

Metode Natif
Metode ini dipergunakan untuk pemeriksaan secara cepat dan baik untuk infeksi berat, tetapi
untuk infeksi yang ringan sulit ditemukan telur-telurnya. Cara pemeriksaan ini menggunakan
larutan NaCl fisiologis (0,9%) atau eosin 2%. Penggunaa eosin 2% dimaksudkan untuk lebih
jelas membedakan telur-telur cacing dengan kotoran disekitarnya.
Maksud : Menemukan telur cacing parasit pada feces yang diperiksa.
Tujuan : Mengetahui adanya infeksi cacing parasit pada seseorang yang diperiksa fecesnya.
Dasar teori : eosin memberikan latar belakang merah terhadap telur yang berwarna kekuning-
kuningan dan untuk lebih jelas memisahkan feces dengan kotoran yang ada.
Kekurangan : dilakukan hanya untuk infeksi berat, infeksi ringan sulit terditeksi.
Kelebihan : mudah dan cepat dalam pemeriksaan telur cacing semua spesies, biaya yang di
perlukan sedikit, peralatan yang di gunakan sedikit.
Metode Apung (Flotation method)
Metode ini digunakan larutan NaCl jenuh atau larutan gula atau larutan gula jenuh yang
didasarkan atas BD (Berat Jenis) telur sehingga telur akan mengapung dan mudah diamati.
Metode ini digunakan untuk pemeriksaan feses yang mengandung sedikit telur. Cara kerjanya
didasarkan atas berat jenis larutan yang digunakan, sehingga telur-telur terapung dipermukaan
dan juga untuk memisahkan partikel-partikel yang besar yang terdapat dalam tinja. Pemeriksaan
ini hanya berhasil untuk telur-telur Nematoda, Schistostoma, Dibothriosephalus, telur yang
berpori-pori dari famili Taenidae, telur-telur Achantocephala ataupun telur Ascaris yang infertil.
Maksud : Mengetahui adanya telur cacing parasit usus untuk infeksi ringan.
Tujuan : Mengetahui adanya infeksi cacing parasit usus pada seseorang yang diperiksa
fecesnya.
Dasar teori : Berat jenis NaCl jenuh lebih berat dari berat jenis telur.
Kekurangan : penggunaan feses banyak dan memerlukan waktu yang lama, perlu ketelitian
tinggi agar telur di permukaan larutan tidak turun lagi
Kelebihan : dapat di gunakan untuk infeksi ringan dan berat, telur dapat terlihat jelas.
Metode Harada Mori
Metode ini digunakan untuk menentukan dan mengidentifikasi larva cacing Ancylostoma
Duodenale, Necator Americanus, Srongyloides Stercolaris dan Trichostronngilus yang
didapatkan dari feses yang diperiksa. Teknin ini memungkinkan telur cacing dapat berkembang
menjadi larva infektif pada kertas saring basah selama kurang lebih 7 hari, kemudian larva ini
akan ditemukan didalam air yang terdapat pada ujung kantong plastik.
Maksud : Mengidentifikasi larva cacing Ancylostoma Duodenale, Necator Americanus,
Srongyloides Stercolaris dan Trichostronngilus spatau mencari larva cacing-cacing parasit usus
yang menetas diluar tubuh hospes
Tujuan : Mengetahuia adanya infeksi cacing tambang
Dasar teori : Hanya cacing-cacing yang menetas di luar tubuh hospes akan menetas 7 hari
menjadi larva dengan kelembaban yang cukup.
Kekurangan : Dilakukan hanya untuk identifikasi infeksi cacing tambang, waktu yang
dibutuhkan lama dan memerlukan peralatan yang banyak.
Kelebihan : lebih mudah dilakukan karena hanya umtuk mengidentifikasi larva infektif
mengingat bentuik larva jauh lebih besar di bandingkan dengan telur.

1. 2. Pemeriksaan Kuantitatif

 Metode Kato

Teknik sediaan tebal (cellaphane covered thick smear tecnique) atau disebut teknik Kato.
Pengganti kaca tutup seperti teknik digunakan sepotong “cellahane tape”. Teknik ini lebih
banyak telur cacing dapat diperiksa sebab digunakan lebih banyak tinja. Teknik ini dianjurkan
untuk Pemeriksaan secara massal karena lebih sederhana dan murah. Morfologi telur cacing
cukup jelas untuk membuat diagnosa.
Maksud : Menemukan adanya telur cacing parasit dan menghitung jumlah telur
Tujuan : Mengetahui adanya infeksi cacing parasit dan untuk mengetahui berat ringannya
infeksi cacing parasit usus
Dasar teori : Dengan penambahan melachite green untuk memberi latar belakang hijau. Anak-
anak mengeluarkan tinja kurang lebih 100 gram/hari, dewasa mengeluarkan tinja kurang lebih
150 gram/hari. Jadi, misalnya dalam 1 gram feces mengandung 100 telur maka 150 gram tinja
mengandung 150.000 telur.
Kekurangan : Bahan feses yang di gunakan banyak.
Kelebihan : Dapat mengidentifikasi tingkat cacing pada penderita berdasar jumlah telur dan
cacing, baik di kerjakan di lapangan, dapat digunakan untuk pemeriksaan tinja masal karena
murah dan sederhana, cukup jelas untuk melihat morfologi sehingga dapat di diagnosis.

1. B. METODE

1.Metode Natif

 Alat
 Bahan

1. Gelas obyek
2. Pipet tetes
3. Lidi
4. Cover glass
5. Mikroskop

1. Tinja anak kecil


2. Eosin 2%

 Cara kerja :
1. Gelas obyek yang bersih di teteskan 1-2 tetes NaCl fisiologi atau eosin 2%
2. Dengan lidi, di ambil sedikit tinja dan taruh pada larutan tersebut
3. Dengan lidi tadi, kita ratakan /larutkan, kemudian di tutup dengan gelas beda/cover glass.

2. Metode Apung

 Alat dan bahan

1. Obyek glass
2. Mikroskop
3. Cover glass
4. Penyaring teh
5. Tabung reaksi
6. Pengaduk dan beker glass

1. Tinja
2. Larutan NaCl jenuh (33%)
3. Aquades

 Cara kerja

1. 10 gram tinja di campur dengan 200 ml NaCl jenuh (33%), kemudian di aduk sehingga
larut. Bila terdapat serat-serat selulosa di saring menggunakan penyaring teh.
2. Di diamkan selama 5-10 menit, kemudian dengan lidi di ambil larutan permukaan dan di
taruh di atas gelas obyek, kemudian di tutup dengan cover glass. Di periksa di bawah
mikroskop.
3. Di tuangkan ke dalam tabung reaksi sampai penuh, yaitu rata dengan permukaan tabung,
didiamkan selama 5-10 menit dan di tutup/di letakkan gelas obyek dan segera angkat.
Selanjutnya di letakkan di atas gelas preparat dengan cairan berada di antara gelas
preparat dan gelas penutup, kemudian di periksadi bawah mikroskop.

3. Metode Harada Mori

 Alat

1. Kantong plastik ukuran 30x200mm


2. Kertas saring ukuran 3x15cm
3. Lidi bambu
4. Penjepit
5. Mikroskop

 Bahan

Tinja
Aquades steril
 Cara kerja

1. Plastik di isi aquades steril kurang lebih 5ml.


2. Dengan lidi bambu, tinja di oleskan pada kertas saring sampai mengisi sepertiga
bagiannya tengahnya.
3. Kertas saring di masukkan ke dalam plastik tersebut diatas. Cara memasukkan kertas
saring dilipat membujur dengan ujung kertas menyentuh permukaan aquades dan tinja
jangan sampai terkena aquades.
4. Nama penderita, tangggal penamaan, tempat penderita, dan nama mahasiswa. Tabung di
tutup plastik/dijepret.
5. Simpan selama 3-7 hari.
6. Disentrifuge dan dimbil dengan pipet tetes kemudian diamati dibawah mikroskop.

4. Metode Kato

 Alat

1. Selophane
2. Gelas preparat
3. Karton berlubang
4. Soket bambu
5. Kawat saring
6. Kertas minyak

 Bahan

1. Bahan yang di gunakan adalah larutan untuk memulas selophane terdiri dari 100 bagian
aquades (6%), 100 bagian gliserin, 1 bagian melachite green 3% dan tinja 30mg.

 Cara kerja

1. Sebelum pemakaian, pita selophane di masukkan ke dalam larutan melachite green selam
kurang lebih 24 jam.
2. Di atas kertas minyak, di taruh tinja sebesar butir kacang, selanjutnya di atas tinja
tersebut di tumpangi dengan kawat saringan dan ditekan-tekan sehingga di dapatkan tinja
yang kasar tertinggal di bawah kawat dan tinja yang halus keluar di atas penyaring.
3. Dengan lidi, tinja yang sudah halus tersebut di ambil di atas kawat penyaring kurang
lebih 30mg, dengan menggunakan cetakan karton yang berlubang di taruh gelas preparat
yang bersih.
4. Selanjutnya ditutup dengan pita selophane dengan meratakan tinja di seluruh permukaan
pita sampai sama tebal, dengan bantuan gelas preparat yang lain.
5. Di biarkan dengan temperatur kamar selama 30-60 menit supaya menjadi transparan.
6. Seluruh permukaan di periksa dengan menghitung jumlah semua telur yang ditemukan
dengan perbesaran lemah.

Anda mungkin juga menyukai