Anda di halaman 1dari 21

Case Report Session

NYERI ABDOMEN

Oleh:
Arfan Gifari 1740312609
Mayang Permata Sari 1840312415

Preseptor:
dr. Fitria Rhahmadani, Sp.A, M.Biomed

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUD DR. ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sakit perut atau nyeri perut pada anak sering dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari yang bervariasi dari ringan hingga berat. Lokasi nyeri dapat terlokalisir di
suatu tempat, tapi dapat pula diseluruh perut, bahkan dapat menjalar ke tempat lain.
rasa sakit dapat berupa nyeri tumpul, ditusuk-tusuk, dililit, dan lainnya. Penyebabnya
dapat bermacam-macam, mulai yang berasal dari dalam perut sendiri atau di luar
perut serta dapat dari luar tubuh. 1
Sakit perut biasa terjadi pada anak usia 5 hingga 14 tahun, sementara
frekuensi tertinggi pada 5-10 tahun. Secara individual setiap anak memiliki toleransi
yang berbeda-beda terhadap nyeri intra abdominal, karena itu nyeri abdomen harus
ditanggapi walaupun penyebab yang pasti sulit diketahui, sifat dan tempat lesi yang
menimbulkan nyeri biasanya dapat ditentukan dari deskripsi klinis nyeri di dalam
perut. 2
Sebagian kasus yang disebabkan oleh gangguan organ datang dalam keadaan
akut dan memerlukan pembedahan, oleh karena itu tindakan yang perlu kita lakukan
pertama kali adalah menentukan apakah penyakit tersebut membutuhkan tindakan
bedah atau tidak. Sebagian besar sakit perut tidak memerlukan tindakan bedah, cukup
dengan medikamentosa. 1
1.2 Batasan Masalah
Penulisan case report ini mencangkup definisi, etiologi, patogenesis, patofisiologi,
manifestasi klinis, diagnosis, dan tatalaksana

1.3 Tujuan penulisan


Membahas mengenai nyeri abdomen pada anak yang mencangkup definisi, etiologi,
patogenesis, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis, dan tatalaksana

1.4 Metode Penulisan


Berdasarkan tinjauan kepustakaan dari berbagai literatur

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Sakit perut pada bayi dan anak merupakan gejala umum dan sering dijumpai
dalam praktik sehari-hari. Nyeri perut adalah nyeri yang dirasakan di antara dada dan
regio inguinalis. Sebagian kasus yang disebabkan oleh gangguan organ datang dalam
keadaan akut dan memerlukan pembedahan. Oleh karena itu, tindakan pertama dalam
menangani sakit perut ialah menentukan apakah penyakit tersebut membutuhkan
tindakan bedah segera atau tidak. Disamping sakit perut akut dikenal pula sakit perut
berulang. 3

B. Patofisiologi dan Patogenesis


Sakit perut berasal dari tujuh sumber, yaitu distensi viseral, iskemia, radang
intra abdominal, kelainan pada dinding abdomen, kelainan ekstra abdominal, kelainan
metabolik, kelainan pada susunan saraf.
Peritoneum berasal dari mesoderm. Peritoneum terdiri dari dua lapis, yaitu
peritoneum viseralis dan peritoneum parietalis. Peritoneum viseralis dipersarafi
bilateral oleh sistem saraf otonom (simpatis dan parasimpatis), sedangkan peritoneum
perietalis oleh saraf somatis dari medula spinalis. Rasa sakit dari peritoneum viseralis
dirasakan di garis tengah perut. Rasa sakit dari peritoneum parietalis terlokalisasi
dengan baik, dirasakan di daerah organ itu berada dan sakitnya bertambah bila
digerakkan (perut ditekan atau penderita disuruh batuk). Sakitnya dirasakan seperti
disayat pisau atau ditusuk-tusuk.
Reseptor rasa sakit di dalam traktus digestivus terletak pada saraf yang tidak
bermielin yang berasal dari sistem saraf otonom pada mukosa usus. Jaras saraf ini
disebut sebagai serabut saraf C yang dapat meneruskan rasa sakit lebih luas dan lebih
lama dari rasa sakit yang dihantarkan oleh serabut saraf A yang terdapat di kulit, otot
dan peritoneum parietalis.
Reseptor nyeri pada perut terbatas di submukosa, lapisan muskularis dan serosa
dari organ di abdomen. Serabut C ini bersama dengan saraf simpatis menuju ke

3
ganglia pre dan paravetebra dan memasuki ganglia akar dorsal. Impuls aferen akan
melewati medula spinalis pada traktus spinotalamikus lateralis menuju ke talamus,
kemudian ke korteks serebri.
Impuls aferen dari visera biasanya dimulai ileh regangan atau akibat penurunan
hebat ambang nyeri pada jaringan yang meradang. Nyeri ini khas bersifat tumpul,
pegas dan berbatas tidak jelas serta sulit dilokalisasi. Impuls nyeri dari visera
abdomen atas (lambung, duodenum, penkreas, hati dan sistem empedu) mencapai
medula spinalis pada segmen thorakalis 6, 7, 8 serta dirasakan di daerah epigastrium.
Impuls nyeri yang timbul dari segmen usus yang meluas dari ligamentum Treitz
sampai fleksura hepatika memasuki segmen T 9 dan 10, dirasakan di sekitar
umbilikus. Dari kolon distalis, ureter, kandung kemih, dan traktus genitalis
perempuan, impuls nyeri mencapai segmen T 11 dan 12 serta segmen lumbalis
pertama. Nyeri dirasakan pada daerah suprapubik dan kadang-kadang menjalar ke
labium atau skrotum. Jika proses penyakit meluas ke peritonum parietalis maka
impuls nyeri dihantarkan oleh serabut aferen somatis ke radiks spinalis segmentalis
dan sakit dirasakan di daerah dimana organ itu berada. 3
Mekanisme timbulnya sakit perut:
1. Gangguan vaskular
Emboli/trombosis, ruptur,oklusi akibat torsi atau penekanan. Kejadian ini
misalnya terjadi pada putaran kista ovarium dan jepitan usus pada invaginasi.
2. Peradangan
Peradangan organ dalam rongga peritoneal menimbulkan rasa sakit bila
proses peradangan telah mengenai peritoneum parietalis. Mekanismenya seperti
peradangan pada umumnya, yang disalurkan melalui persarafan somatik . Rasa
sakit ini dirasakan setempat atau di seluruh perut tergantung pada peritoneum
yang meradang, menetap dan bertambah bila terdapat gerakan peritoneum yang
meradang (batuk, penekanan pada abdomen).
3. Gangguan pasase/obstruksi organ yang berbentuk pembuluh, baik terdapat
dalam ronggan peritoneal ataupun di retroperitoneal
Organ-organ tersebut ialah saluran pencernaan, saluran empedu, saluran

4
pankreas dan saluran kemih. Bila pasase dalam saluran-saluran tersebut
terganggu, baik total maupun parsial, akan timbul rasa sakit akibat tekanan
intalumen yang meninggi di bagian proksimal sumbatan. Sakit dirasakan hilang
timbul atau terus menerus dengan puncak-puncak nyeri yang hebat (kolik).
4. Penarikan, perenggangan dan pembentangan peritoneum viseralis
Misalnya pada pembengkakan hati dan ginjal.
Di dalam praktik, keempat penyebab timbulnya rasa sakit jarang ditemukan
sendiri-sendiri, tetapi umumnya merupakan proses campuran. 1

C. Etiologi
Sindrom virus akut adalah etiologi paling sering dari sakit perut akut pada bayi
dan anak. Gejala yang timbul termasuk demam, muntah, diare, nafsu makan
menurun, sakit kepala, batuk, sakit tenggorokan dan pilek hampir selalu bersamaan
dengan timbulnya nyeri perut. Nyeri perut yang timbul biasanya umum, tidak
terlokalisir, ringan, tidak progresif dan dapat hilang sendiri. Etiologi sakit perut akut
dapat digolongkan berdasarkan lokasi organ yang terlibat (Tabel 1), berdasarkan usia
(Tabel 2), atau berdasarkan kondisi sakit perut tersebut apakah memerlukan tindakan
bedah atau medis (Tabel 3). Pasien sakit perut akut yang datang ke Instalasi Gawat
Darurat (IGD) ternyata hanya sekitar 1-3% yang memerlukan tindakan bedah.
Tantangan yang paling sulit adalah membuat diagnosis tepat dan cepat sehingga
morbiditas dapat dicegah. 4

5
Tabel 1. Penyebab sakit perut akut pada anak berdasarkan organ 4

Tabel 2. Penyebab sakit perut akut pada anak berdasarkan usia 4

6
Tabel 1. Penyebab sakit perut akut pada anak berdasarkan urgensi
tindakan 4

Penyebab paling sering :


1. Kolik Infantil
Kolik infantil merupakan perilaku bayi berupa menangis lebih dari 3 jam
dalam sehari, selama 3 hari dalam seminggu tanpa alasan yang jelas atau
tanpa penyebab organik, yang telah berlangsung dalam seminggu terakhir.
Prevelensi kolik infantil secara keseluruhan sebesar 5-25% bayi dan lebih
sering pada 4 buan pertama kehidupan. Prevelensinya sama besarnya pada
bayi yang mendapat ASI ekskusif dan susu formula meski pada beberapa
penelitian prevelensinya lebih tinggi pada bayi yang mendapatakan susu
formula. Prevelensi kolik infantil juga lebih besar pada BBLR dari pada berat
bayi normal. Beberapa faktor dianggap berperan terhadap kolik infantil, antara
lain psikososial dan hubungan ibu dan anak yang kurang baik, alergi protein
susu sapi, atau PRGE. 5

7
2. Nyeri perut fungsional
Sakit dirasakan didaerah sekitar pusat, berlangsung secara terus menerus pada
anak usia sekolah atau remaja, tidak berhubungan dengan keadaan makan,
defekasi, atau menstruasi. Rasa sakit berlangsung kurang dari 1 jam, bahkan
hanya berlangsung dalam beberapa menit. Anak umumnya mempunyai
masalah emosi, sifat perfeksionis, kesulitan beajar, dan orangtua mempunyai
harapan yang terlau besar pada anak. Anak sering mengeluh sakit kepala,
mual, dan letih.6
3. Sindroma dispepsia
Rasa sakit pada perut bagian atas (di atas pusat) yang tidak berhubungan
dengan pola defekasi dan bentuk feses. Rasa tidak nyaman dapat berupa rasa
penuh, cepat, kenyang, sering sendawa, mual dan muntah. Sindroma dispepsia
ini biasanya diderita selama beberapa minggu/bulan yang bersifat hilang
timbul atau terus menerus. Penyebab dispepsia pada anak-anak adalah
memberi makan terlalu banyak atau susu kaleng yang tidak cocok. Namun
kadang-kadang dapat pula timbul karena penyakit, misalnya tukak lambung. 6
4. Purpura henoch-schonlen
Purpura henoch-schonlen disebut juga sebagai purpura anafilaktoid adalah
sindrom klinis yang disebabkan oeh vaskulitis pembuluh darah kecil sistemik.
Penyakit ini ditandai oeh lesi kulit spesifik berupa purpura non-
trombositopenik, artritis, nyeri perut, dan perdarahan saluran cerna, serta
dapat pula disertai nefritis. Kelainan ini dapat mengenai ssemua usia, tetapi
sebagian besar terjadi pada anak usia antara 2-11 tahun, lebih sering terjadi
pada laki-laki daripada perempuan dengan perbandingan 1,5 : 1. 7
5. Krisis sickle cell
Pada saat terjadi krisis sickle cell pada penderita anemia sel sabit, terjadi
penyumbatan pembuluh darah (vasooklusif) yang dirasakan oleh penderita
sebagai rasa nyeri. Rasa nyeri dapat terjadi di berbagai tempat, sesuai dengan
tempat terjadinya penyumbatan, seperti dada, tulang, perut maupun otak. Rasa
nyeri di perut pada umumnya disebabkan karena terjadi infark pada limpa. 8

8
D. Manifestasi Klinis 3
Anak dengan sakit perut atau nyeri perut biasanya terlihat sakit, menangis,
keringat dingin, dengan posisi meringkuk atau membungkuk seperti ingin melindungi
perutnya dengan memendekan otot rektus abdominalis, selain itu juga terdapat gejala
lain yaitu seperti muntah, anoreksia, diare dan panas. Pada bayi dan anak manifestasi
klinis sakit perut atau nyeri peerut tergantung pada umur penderita, yaitu sebagai
berikut :
- 0-3 bulan : umumnya digambarkan dengan adanya muntah
- 3 bulan – 2 tahun : muntah, tiba-tiba menjerit, menangis tanpa adanya
trauma yang dapat menerangkannya
- 2 tahun- 5 tahun : dapat mengatakan sakit perut tetapi lokalisasi belum
tepat
- > 5 tahun : dapat menerangkan sifat dan lokalisasi sakit perut

E. Diagnosis
1. Anamnesis 3
- Usia
- Jenis kelamin
- Riwayat nyeri perut
- Lokalisasi
Sakit yang disebabkan oleh saluran pencernaan bagian atas biasanya dirasakan
di daerah epigastrium. Gangguan di ileum distal dan appendiks dirasakan di
daerah perut kanan bawah. Rasa sakit yang disebabkan oleh infeksi usus
maupun gangguan psikis lokalisasinya sukar ditentukan.
- Sifat dan faktor yang menambah/mengurangi sakit
Sakit yang berasal dari spasme otot polos usus, traktus urinarius, traktus
biliaris biasanya berupa kolik yang sukar ditentukan lokalisasinya dengan
tepat dan tidak dipengaruhi oleh adanya batuk dan penekanan abdomen. Sakit
yang berasal dari iritasi peritoneum akan terasa menetap di tempat iritasi dan
menghebat bila penderita batuk atau ditekan perutnya. Apakah sakit menetap,

9
bertambah berat, atau berukang dan adakah faktor yang dapat menambah atau
mempengaruhi rasa sakit. Adakah penyebaran rasa sakit.
- Lama sakit, pernahkah timbul rasa sakit seperti ini sebelumnya.
- Gejala yang mengiringi
Anoreksia, muntah, diare, dan panas. Muntah yang berwarna kuning atau
hijau merupakan tanda adanya obstruksi usus, begitu pula muntah yang
berlangsung 12-24 jam atau lebih memerlukan perhatian serius.
- Pola defekasi
Diare atau obstipasi
- Pola kencing
- Siklus haid
- Gejala atau gangguan traktus respiratorius
- Trauma
2. Pemeriksaan Fisik 3
Pemeriksaan fisik harus lengkap dari kepala sampai ujung kaki walaupun titik
beratnya di abdomen. Perhatikaan keadaan umum anak dan posisi anak waktu
berjalan atau waktu tidur ditempat periksa. Apakah anak masih dapat melompat-
lompat. Jika anak berbaring diam dan kesakitan bila diubah posisinya maka hal ini
mungkin merupakan tanda akut abdomen. Pemeriksaan pada abdomen harus
dilakukan pada posisi anak yang santai dan dicari/dilihat/dilakukan :
 Asimetris perut
 Bentuk perut (buncit, skapoid)
 Gambaran usus
 Nyeri terlokalisasi
 Massa, cairan asites
 Ketegangan dinding perut
 Nyeri tekan
 Rebound tenderness
 Bising usus diseluruh perut

10
 Colok dubur
Perlu dicari tanda-tanda kegawatdaruratan perut :
 Dinding abdomen yang kaku
 Defens muskular
 Nyeri tekan
 Rebound tenderness
3. Pemeriksaan penunjang 3
Pemeriksaan laboratorium dan penunjang yang dapat dilakukan adalah :
 Darah perifer lengkap
 Urin
 Tes fungsi hati
 Amilase/lipase darah
 Biakan darah
 Tinja
 Foto thoraks
 Foto polos abdomen atau dengan kontras barium
 USG
 CT Scan abdomen

F. Tatalaksana
- Puasakan
- Jika pasien muntah atau ada distensi abdomen segera pasang NGT
- Beri cairan intravena untuk mengangti cairan yang hilang
- Beri analgetik jika rasa ssakit sangat hebat
- Ulangi pemriksaan jika diagnosis meragukan
- Beri antibiotik jika terdapat peritonitis
- Tatalaksana sesuai penyebab. 9

11
BAB 3
LAPORAN KASUS

IDENTITAS
Nama : RNS
No.MR : 421237
Umur : 7 tahun 9 bulan
Jenis Kelamin : laki-laki
Suku bangsa : Indonesia
Nama Ibu : Ny.E
Alamat : Pasa Dama Gadut
ANAMNESIS (alloanamnesis dari ibu)
Seorang pasien laki-laki usia 7 tahun masuk ke bangsal anak RS Achmad
Muchtar Bukittinggi tanggal 18 Mei 2019 dengan :
Keluhan utama : Nyeri perut disekitar pusat yang meningkat sejak 1 hari sebelum
masuk rumah sakit
Riwayat Penyakit Sekarang
 Nyeri perut di sekitar pusat sejak 1 minggu yang lalu, 1 hari yang lalu nyeri
perut terasa semakin meningkat.
 Mual ada dan muntah 2x sejak 1 hari yang lalu, muntah berisi cairan dan
makanan yang dimakan, muntah kurang lebih 1 gelas, muntah tidak
menyemprot.
 Demam tidak ada
 Kejang tidak ada
 Sesak napas tidak ada
 Batuk tidak ada
 BAK jumlah dan warna biasa
 BAB warna dan konsistensi biasa
 Pasien diketahui sering mengonsumsi minuman berwarna

12
Riwayat Penyakit Dahulu :
 Pasien tidak pernah mengalami nyeri perut seperti ini sebelumnya
 Pasien pernah di rawat dengan demam tifoid pada tahun 2018
Riwayat Penyakit Keluarga :
 Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat nyeri perut sebelumnya.
Riwayat Persalinan
 Lama hamil : Cukup bulan (37-38 minggu)
 Cara lahir : Spontan
 Ditolong oleh : Dokter obgyn
 Berat lahir : 2900 g
 Panjang lahir : 50 cm
 Saat lahir : Langsung menangis kuat
 Kesan : Riwayat persalinan normal, cukup bulan
Riwayat Makanan dan Minuman
 Bayi: ASI umur 0-4 tahun
Susu formula tidak ada
Nasi tim umur 6 bulan – 12 bulan
Nasi biasa umur 12 bulan
 Anak: Makanan utama 1-2x/hari
Ikan 4x seminggu
Telur 3x seminggu
Daging 3x seminggu
Sayur 3x seminggu
Buah 2x seminggu
Kesan: kualitas dan kuantitas makanan kurang
G. Riwayat Imunisasi
Imunisasi Dasar (Umur) Booster (Umur)
BCG 1 bulan -
DPT 1 2 bulan -
2 4 bulan -
3 6 bulan -
Polio 1 2 bulan -
2 4 bulan -

13
3 6 bulan -
Hepatitis B 1 Saat lahir -
2 1 bulan -
3 6 bulan -
Haemofilus influenza B 1 2 bulan -
2 4 bulan -
3 6 bulan -
Campak 9 bulan -
Kesan: Imunisasi dasar lengkap

H. Riwayat Perkembangan
Riwayat Perkembangan Umur
Tertawa 1 bulan
Miring 3 bulan
Tengkurap 8 bulan
Duduk 7 bulan
Merangkak 9 bulan
Berdiri 12 bulan
Lari 16 bulan
Gigi pertama 9 bulan
Bicara 10 bulan
Membaca 5 tahun
Berhitung 6 tahun

Riwayat Gangguan Perkembangan Mental Umur


Isap jempol -
Gigit kuku -
Sering mimpi -
Mengompol -
Aktif sekali -
Apatik -
Membangkang -
Ketakutan -
Pergaulan jelek -
Kesukaran belajar -
Riwayat perkembangan normal sesuai usia.

Riwayat Keluarga
Ayah Ibu
Nama Tn. S Ny.E
Umur 50 tahun 49 tahun
Pendidikan SMA D3
Pekerjaan Swasta PNS

14
Penghasilan Rp.5.000.000,- Rp. 5.000.000
Perkawinan 1 1
Penyakit yang pernah diderita Tidak ada Tidak ada

No. Saudara Kandung Umur Keadaan Sekarang


1 Perempuan 23 tahun Sehat
2 Laki-laki 21 tahun Sehat
3 Perempuan 10 tahun Sehat
4 Pasien 7 tahun Sehat

I. Riwayat Perumahan dan Lingkungan


 Rumah tempat tinggal : Rumah permanen
 Sumber air minum : Sumur, Air dimasak sendiri
 Jamban : Di dalam rumah
 Pekarangan : Luas
 Sampah : Dibakar
 Kesan : Higiene dan sanitasi kurang baik

3.3. PEMERIKSAAN FISIK (20-05-2019)


Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : sadar
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Frekuensi nadi : 90x/menit
Frekuensi napas : 24x/menit
Suhu : 36,6ºC
BB : 22 kg
TB : 128 cm
Ikterus : tidak ada
Anemia : tidak ada
Sianosis : tidak ada
Kulit : teraba hangat
Kelenjar getah bening : tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening
Kepala : bulat, simetris

15
Rambut : hitam, tidak mudah dicabut
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Pupil isokor, Ø 2 mm, reflek cahaya +/+ normal
Telinga : tidak ditemukan kelainan
Hidung : nafas cuping hidung tidak ada, tidak ditemukan kelainan
Tenggorok : tonsil T1-T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis
Gigi dan mulut : mukosa mulut dan bibir basah
Leher : tidak ada deviasi trakea
Toraks
Paru : normochest, retraksi tidak ada
Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris kiri = kanan
Palpasi : fremitus kanan=kiri
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara napas vesikuler, ronkhi-/-, wheezing -/-
Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di LMCS RIC V
Perkusi : batas atas RIC II
batas kanan LSD
batas kiri 1 jari medial LMCS RIC V
Auskultasi : irama reguler, bising jantung tidak ada
Abdomen :
Inspeksi : distensi tidak ada, darm contour tidak ada, darm steifung
Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba. Nyeri tekan ada, nyeri lepas
tidak ada, tidak ada massa.
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus positif normal
Punggung : tidak ada kelainan
Genitalia : tidak ada kelainan
Anggota gerak : akral hangat, perfusi baik, CRT < 2 detik

16
Reflek Fisiologis : +/+ normal
Reflek Patologis : -/-
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan
Hb 14,1 gram/dL
Leukosit 15.890/mm3
Hematokrit 40,9%
Trombosit 524.000/mm3
Kesan : leukositosis, trombositosis

DIAGNOSIS
Nyeri abdomen ec susp. Sindroma dipepsia

DIAGNOSIS BANDING
Apendisitis akut

TATALAKSANA
 IVFD KAEN 1B 12 tpm makro
 Inj ranitidin 2x45 mg (IV)
 Paracetamol 4x250 mg (PO)
 Domperidon 2x1 mg (PO)

17
FOLLOW UP PASIEN
20/05/2019 S/ Nyeri perut tidak ada
Mual tidak ada
Muntah tidak ada
Nafsu makan menurun
Demam tidak ada
Batuk tidak ada
Kejang tidak ada
Sesak nafas tidak ada
BAB dan BAK biasa

O/ Ku kes HR RR T
sedang sadar 68 x/i 18x/i 36,8 C

Mata : konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik (-/-),


Thoraks : Retraksi epigastrium (-), Rhonki -/- Wheezing -/-
Abdomen: distensi (-)
Ekstremitas : CRT < 3, akral hangat

A/ Nyeri abdomen ec susp. Sindroma dipepsia

P/  IVFD KAEN 1B 12 tpm makro


 Omeprazol 2x10 mg

18
BAB 4
DISKUSI

Seorang pasien laki-laki usia 7 tahun masuk ke bangsal anak RS Achmad


Muchtar Bukittinggi tanggal 18 Mei 2019 dengan diagnosis nyeri abdomen ec
sindroma dispepsia. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang.
Berdasarkan anamnesis, pasien datang dengan keluhan utama nyeri perut
disekitar pusat yang meningkat sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, Mual ada
dan muntah 2x sejak 1 hari yang lalu, muntah berisi cairan dan makanan yang
dimakan, muntah kurang lebih 1 gelas, muntah tidak menyemprot, BAK dan BAB
normal, serta pasien diketahui sering mengonsumsi minuman berwarna dan hanya
sarapan 1x sehari sejak usia > 5 tahun. Pada pemeriksaan fisik umum didapatkan
hasil normal. Pada pemeriksaan abdomen terdapat nyeri tekan tanpa adanya
pembesaran hepar dan lien.
Keluhan nyeri perut ini pertama kali harus dinilai etiologinya, yaitu
berdasarkan lokasi organ yang terlibat, berdasarkan usia, atau berdasarkan kondisi
sakit perut tersebut apakah memerlukan tindakan bedah atau medis. Penilaian etiologi
ini juga berguna untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis banding lainnya.
Dalam kasus ini, anamnesis dan pemeriksaan fisik yang ditemukan pada pasien sesuai
dengan kriteria sakit perut yang disebabkan oleh sindroma dispepsia karena nyeri
yang dikeluhkan sudah berlangsung lama dan disebabkan bukan karena pola defekasi
dan bentuk feses, melainkan karena meningkatnya jumlah asam yang diproduksi
lambung akibat dari pola makan yang terganggu, dalam kasus ini anak sering
mengonsumsi minuman berwarna yang memicu peningkatan produktivitas asam
lambung.
Penatalaksanaan yang pertama kali dilakukan yaitu terapi simptomatis dan
terapi etiologi. Pada pasien ini diberikan IVFD KAEN 1B 12 tpm makro, Inj ranitidin
2x45 mg, Paracetamol 4x250 mg, dan Domperidon 2x1 mg. Selain dari terapi

19
medikamentosa, juga diberikan edukasi terhadap kebutuhan dan kecukupan nutrisi
pada anak yang nantinya akan mempengaruhi prognosis dari keluhan pasien.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Markum AH. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Balai Penerbit FK UI;
1999. Vol. 1. P. 493-6
2. Wiryati AAM, Aryasa IKN, Suratmaja S. Sakit Perut Akut pada Anak. Dalam:
Suratmaja S, editor. Kapita Selekta Gastroenterologi. Jakarta : CV Sagung seto;
2007. P. 189-203
3. Jufri, M. Buku Ajar Gastroentrologi-Hepatologi. Jakarta : UKK-Gastroenterologi-
hepatologi IDAI. 2009
4. Trihono P, dkk. Kegawatan pada Bayi dan Anak. Jakarta : Departemen Ilmu
Kesehatan Anak FKUI RSCM. 2012
5. Gunadi RI, Athiyyah FA, Syarif HB. Rekomendasi Gangguan Saluran Cerna
Fungsional. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2016
6. Hegar B. Sakit Perut Berulang pada Anak. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.
2014
7. Tandean S. Sari Pediatri. Laporan Kasus Purpura Henoch-schonlein. Jakarta :
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2005. Vol 7. P. 45-49
8. Suwiryawan GA, Yasa IWPS, Dewi DR. Anemia Sel Sabit. Bali : Departemen
Patologi Klinis FK UD; 2013. Vol. 2 No. 9 P. 1478-1489
9. WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Jakarta : 2005

21

Anda mungkin juga menyukai