BAB II Isos
BAB II Isos
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Setelah menyusun makalah ini diharapkan mahasiswa mengetahui bagaimana gambaran
umum tentang Isolasi Sosial dan bagaimana proses asuhan keperawatannya.
1.3.2. Tujuan Khusus
Setelah menyusun makalah ini mahasiswa diharapkan mampu :
a. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dari Isolasi Sosial?
b. Mahasiswa mampu menjelaskan Psikodinamika dan etiologi dari Isolasi Sosial?
c. Mahasiswa mampu menjelaskan rentang dan respon sosial dari Isolasi Sosial?
d. Mahasiswa mampu menjelaskan Asuhan Keperawatan dari Isolasi Sosial?
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Isolasi sosial adalah individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau
keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu membuat
kontak (Carpenito, 2006).
Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya
kepribadian yang maladaptif dan menganggu fungsi seseorang dalam berhubungan (
Videbeck, 2008).
Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi dengan orang lain.
Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan
untuk membagi perasaan, pikiran dan prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan
untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanivestasikan dengan sikap
memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang
lain.
2.3 Etiologi
Setiap tahap tumbuh kembang individu terdapat tugas perkembangan yang harus
dipenuhi agar tidak terjadi gangguan hubungan sosial. Setiap individu harus melewati masa
bayi yang sangat tergantung dengan orang yang dipercaya, usia sekolah anak mulai
mengenal hubungan yang lebih luas khususnya masa sekolah, masa remaja dimana dekat
dengan temannya tapi remaja mengembangkan keinginan orang tua dan teman-temannya,
masa dewasa muda adalah independen dengan teman atau orang tua individu belajar
menerima dan sudah matang serta mempunyai rasa percaya diri sehingga sudah menjalani
hubungan dengan orang lain, masa dewasa tua masa dimana individu akan merasa terbuka
karena kehilangan dan mulai menyembunyikan perasaan terkait dengan budaya. Sistem
keluarga yang terganggu dapat menunjang perkembangan respon maladaptif. Ada pendapat
yang mangatakan bahwa individu yang mengalami masalah ini adalah orang yang tidak
berhasil memisahkan dirinya dari orang tua (Stuart & Laraia,2006).
Saling ketergantungan
Menurut Gail W. Stuart (2006) menyatakan bahwa manusia makhluk sosial, untuk
mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal
yang positif.Hubungan intrpersonal terjadi jika hubungan saling merasakan kedekatan
sementara identitas pribadi tetap dipertahankan.Individu juga harus membina saling
tergantung yang merupakan keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam
suatu hubungan.Gail W. Stuart (2006) menyatakan tentang respon rentang sosial individu
berada dalam rentang respon maladaptif yaitu:
a. Respon adaptif adalah suatu respon individu dalam menyesuaikan masalah yang masih
dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya yang umum berlaku,respon ini
meliputi:
1) Menyendiri (solitude)
Merupakan respons yang dibutuhkan seseorang untuk menentukan apa yang telah
dilakukan dilingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri untuk
menentukan langkah selanjutnya.
2) Kebebasan (Otonom)
Kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide, pikiran,
perasaan dalam hubungan sosial.
3) Berkerja sama (mutualisme)
Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut mampu
untuk saling member dan menerima
4) Saling tergantung (interdependen)
Merupakan kondisi saling tergantung antara individu dengan orang lain dalam
membina hubungan interpersonal.
b. Respon Antara Adaptif dan Maladaptif
1) Kesepian (Aloness)
Dimana individu mulai merasakan kesepian, terkucilkan dan tersisihkan dari
lingkungan.
2) Manipulasi (Manipulation)
Hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain dan individu cenderung
berorientasi pada diri sendiri atau tujuan bukan pada orang lain.
3) Ketergantungan (Dependence)
Individu mulai tergantung kepada individu yang lain dan mulai tidak
memperhatikan kemampuan yang dimilikinya.
c. Respon Maladaptif yaitu respon individu dalam penyelesaian masalah yang
menyimpang dari norma-norma sosial dan budaya lingkungannya.
1) Kesepian (Loneliness)
Gangguan yang terjadi apabila seseorang memutuskan untuk tidak berhubungan
dengan orang lain atau tanpa bersama orang lain untuk mencari ketenangan waktu
sementara.
2) Pemerasan (Exploitation)
Gangguan yang terjadi dimana seseorang selalu mementingkan keinginannya tanpa
memperhatikan orang lain untuk mencari ketenangan pribadi.
3) Menarik Diri (Withdrawl)
Gangguan yang terjadi dimana seseorang menentukan kesulitan dalam membina
hubungan saling terbuka dengan orang lain, dimana individu sengaja menghindari
hubungan interpersonal ataupun dengan lingkungannya.
4) Curiga (Paranoid)
Gangguan yang terjadi apabila seseorang gagal dalam mengembangkan rasa
percaya pada orang lain.
2.9 Penatalaksanaan
a) Terapi Medis
Penatalaksanaan terapi klien skizofrenia dengan masalah keperawatan isolasi sosial
perlu ditatalaksana secara integrasi, baik dari aspek psikofarmakologis (tetapi somatik)
dan aspek psikologis. Penatalaksanaan yang diberikan secara komprehensif pada klien
dengan skizofrenia dengan masalah isolasi sosial menghasilkan perbaikan yang lebih
optimal dibandingkan secara tunggal. (Gorman, 2007 dalam Townsend, 2009)
menyatakan pengobatan skizofrenia menggunakan pendekatan terapi antipsikotik dan
pengobatan psikososial. Terapi antipsikotik yang digunakan merupakan gabungan
tipikal dan atipikal antipsikotik yang akan menurunkan gejala psikotik pada fase akut
dan menurunkan kekambuhan klien.
b) Terapi Kejang Listrik/ Electro Compulsive Therapy (ECT)
Terapi elektrokonvulsif juga dikenal sebagai terapi electroshock pada
penatalaksanaan terapi biologis. (ECT) diperkenalkan sebagai penanganan untuk
skizofrenia.Tetapi terapi ini telah menjadi pokok perdebatan dan keprihatinan
masyarakat karena beberapa alasan. ECT ini digunakan di berbagai rumah sakit jiwa
pada berbagai gangguan jiwa, termasuk skizofrenia. Antusiasme awal terhadap ECT
semakin memudar karena metode ini kemudian diketahui tidak menguntungkan bagi
sebagian besar penderita skizofrenia meskipun penggunaan terapi ini masih dilakukan
hingga saat ini.
Sebelum prosedur ECT yang lebih manusiawi dikembangkan, ECT merupakan
pengalaman yang sangat menakutkan klien. Klien seringkali tidak bangun lagi setelah
aliran listrik dialirkan ke tubuhnya dan mengakibatkan ketidaksadaran sementara, serta
seringkali menderita kerancuan pikiran dan hilangnya ingatan setelah itu. Adakalanya,
intensitas kekejangan otot yang menyertai serangan otak mengakibatkan berbagai cacat
fisik.
c) Psikoterapi
Terapi Generalis pada klien dengan isolasi sosial menurut Keliat dan Akemat
(2010) adalah dengan cara mengajarkan klien mengenal penyebab klien isolasi sosial
atau suka menyendiri, menyebutkan keuntungan dan kerugian klien berhubungan
dengan orang lain, melatih klien cara berkenalan, melatih klien berkenalan secara
bertahap mulai dari satu orang, dua orang sampai lebih baik dengan teman atau perawat,
melakukan aktivitas terjadwal dan pemanfaatan obat. Penerapan terapi aktivitas
kelompok sosialisasi juga perlu diterapkan pada klien isolasi sosial untuk
meningkatkan kemampuan klien dalam melakukan interaksi sosial dalam kelompok.
Terapi Keperawatan Psikososial/ Spesialis psikoterapi yang dapat diberikan pada
klien isolasi sosial adalah Social skills training merupakan hal penting untuk
meningkatkan sesorang berinteraksi dalam suatu lingkungan. Adanya kemampuan
berinteraksi menjadi kunci memperkaya pengalaman hidup, memiliki pertemanan,
berpartisipasi dalam suatu kegiatan dan bekerjasama dalam suatu kelompok (Stuart,
2009). Dengan kegagalan individu untuk menjalin interaksi dengan orang lain akibat
dari pikiran yang negatif serta pengalaman yang tidak menyenangkan sebagai ancaman
individu perlu diterapkan terapi perilaku kognitif adalah terapi kombinasi antara terapi
perilaku dan terapi kognitif. Aspek perilaku membantu individu mengidentifikasi
kebiasaan reaktif terhadap situasi yang merepotkan, hal ini mengajarkan individu untuk
rileks, meningkatkan aktivitas dan menenangkan tubuh.
Aspek kognitif berfokus pada pola pikiran yang menyimpang/distorsi yang
menyebabkan perasaan tidak menyenangkan atau gejala-gejala dari gangguan
jiwauntuk merubah persepsi yang negatif menjadi positif sehingga muncul perilaku
yang adaptif (Fontaine, 2009).
Psikoterapi untuk keluarga dapat juga dilakukan pada klien isolasi sosial. adapun
psikoterapinya adalah Triangle therapy adalah terapi yang bertujuan memecahkan
masalah/konflik hubungan antara anggota keluarga, misalnya konflik perkawinan,
sibbling konflik, konflik antar generasi, konflik orang tua dan anak (Varcarolis, Carson,
& Shoemaker, 2006) selain itu Family psychoeducationjuga sangat perlu diterapkan
yaitu terapi dengan cara memberikan informasi/pendidikan gejala, diagnosis, etiologi,
interaksi terhadap stress dan melatih komunikasi serta penyelesaian masalah (Stuart &
Laraia, 2005; Stuart, 2009). Psikoterapi juga dapat diberikan dalam kelompok isolasi
sosial untuk meningkatkan kemampuan individu yang telah dilatih. Adapun psikoterapi
untuk kelompok adalah Therapeutic group, merupakan terapi yang bertujuan membantu
anggota kelompok dalam mengidentifikasi hubungan yang destruktif dan merubah
perilaku maladaptif (Stuart & Laraia, 2005;Stuart, 2009).
Berdasarkan strategi intervensi diatas, maka dapat diketahui bahwa psikoterapi
lebih efektif dilakukan dengan mengkombinasi intervensi. Hal ini disebabkan karena
sasaran tiap terapi/intervensi mempunyai target yang berbeda-beda. Dengan demikian
psikoterapi yang diberikan kepada klien isolasi sosial akan mencapai tujuan yang
diharapkan. Terapi perilaku kognitifmerupakan psikoterapi yang diberikan pada klien
dengan isolasi sosial yang mengalami masalah pada pengontrolan pikiran/persepsi yang
negatif dan emosi yang tidak terkontrol atau maladaptif, kondisi tersebut berakibat pada
perilaku klien yang maladaptif seperti suka menyendiri tidak mau berinteraksi dengan
orang lain, tidak peduli terhadap lingkungan, menurunnya motivasi untuk melakukan
aktivitas dan melakukan interaksi sosial sehingga akan muncul ancaman pada individu.
DAFTAR PUSTAKA
14