Anda di halaman 1dari 31

1.

Terapi Modalitas

1.1 Pengertian

Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa.

Terapi ini di berikan dalam upaya mengubah perilaku pasien dari perilaku

maladaptif menjadi perilaku adaptif (Keliat, 2004). Terapi modalitas

adalah terapi dalam keperawatan jiwa, dimana perawat mendasarkan

potensi yang dimiliki pasien (modal-modality) sebagai titik tolak terapi

atau penyembuhannya (Sarka, 2008)

1.2 Jenis-jenis terapi modalitas

1.2.1 Terapi individual

Terapi individual adalah penanganan klien gangguan jiwa dengan pendekatan

hubungan individual antara seorang terapis dengan seorang klien. Suatu hubungan

yang terstruktur yang terjalin antara perawat dan klien untuk mengubah

perilaku klien. Hubungan yang dijalin adalah hubungan yang disengaja dengan

tujuan terapi, dilakukan dengan tahapan sistematis (terstruktur) sehingga melalui

hubungan ini terjadi perubahan tingkah laku klien sesuai dengan tujuan yang

ditetapkan di awal hubungan.


1.2.2 Terapi lingkungan

Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar

terjadi perubahan perilaku pada klien dari perilaku maladaptive menjadi perilaku

adaptif.

Perawat menggunakan semua lingkungan rumah sakit dalam arti terapeutik.

5 Bentuknya adalah memberi kesempatan klien untuk tumbuh dan berubah

perilaku dengan memfokuskan pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan interaksi.

Tujuan dari terapi lingkungan ini adalah memampukan klien dapat hidup

di luar lembaga yang diciptakan melalui belajar kompetensi yang diperlukan untuk

beralih dari lingku ngan rumah sakit ke lingkungan rumah tinggalnya

1.2.3 Terapi biologis

Penerapan terapi biologis atau terapi somatic didasarkan pada model

medical di mana gangguan jiwa dipandang sebagai penyakit.

Ada beberapa jenis terapi somatic gangguan jiwa meliputi: pemberian obat

(medikasi psikofarmaka), intervensi nutrisi,electro convulsive therapy (ECT), foto

terapi, dan bedah otak. Beberapa terapi yang sampai sekarang tetap diterapkan

dalam pelayanan kesehatan jiwa meliputi medikasi psikoaktif dan ECT.

1.2.4 Terapi kognitif

Terapi kognitif adalah strategi memodifikasi keyakinan dan sikap yang

mempengaruhi perasaan dan perilaku klien. Proses yang diterapkan adalah

membantu mempertimbangkan stressor dan kemudian dilanjutkan dengan

mengidentifikasi pola berfikir dan keyakinan yang tidak akurat tentang stressor

tersebut.

Ada tujuan terapi kognitif meliputi:


- Mengembangkan pola berfikir yang
rasional.

- Mengubah pola berfikir tak rasional yang sering mengakibatkan

gangguan perilaku menjadi pola berfikir rasional berdasarkan fakta dan

informasi yang actual. Membiasakan diri selalu menggunakan pengetesan

realita dalam menanggapi setiap stimulus sehingga terhindar dari distorsi

pikiran.

- Membentuk perilaku dengan pesan internal. Perilaku dimodifikasi

dengan terlebih dahulu mengubah pola berfikir.

1.2.5 Terapi keluarga

Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga

sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga adalah agar

keluarga mampu melaksanakan fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi jenis

ini adalah keluarga yang mengalami disfungsi; tidak bisa melaksanakan fungsi-

fungsi yang dituntut oleh anggotanya.

1.2.6 Terapi aktivitas kelompok

Terapi aktivitas kelompok Sosialisasi (TAKS) adalah upaya memfasilitasi

kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial, yang

bertujuan untuk meningkat hubungan sosial dalam kelompok secara bertahan

(Keliat & Akemat, 2005)

Sesi-sesi dalam TAKS

Sesi I: TAKS

Tujuan
Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama:

nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi.

Setting

1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran

2. Ruangan nyaman dan tenang

Alat

1. Tape recorder

2. Kaset

3. bola tenis

4. buku catatan dan pulpen

5. jadwal kegiatan pasien

Metode

1. Dinamika kelompok

2. diskusi dan tanya jawab

3. bermain peran

Langkan kegiatan

1. Persiapan

a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu isolasi sosial:

menarik diri.

b. Membuat kontrak dengan klien


c. Mempersiapkan alat dan tempat

2. Orientasi

Pada tahap ini terapis melakukan:

a. Memberi salam teraupetik: salam dari

terapis b. Evaluasi/validasi

c. Kontrak

1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu memperkenalkan diri

2) Menjelaskan aturan main berikut

a) Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus

minta ijin kepada terapis

b) Lama kegiatan 45 menit

c) Setiap klien mengikut i kegiatan dari awal sampai selesai

3. Tahap kerja

a. Jelaskan kegiatan, yaitu kaset pada tape recorder akan

dihidupkan serta pola diedarkan berlawanan arah jarum jam (yaitu

kearah kiri) dan pada saat tape dimatiakn maka anggota kelompok

yang memagang bola memperkenalkan dirinya.

b. Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola

tenis berlawanan dengan jarum jam.

c. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang

bola mendapat giliran untuk menyebutkan : salam, nama lengkap,

nama panggialan, hobi dan asal dimulai oleh tertapis sebagai

contoh.
d. Tulis nama panggilan pada kertas/papan nama dan tempel/

pakai. e. Ulangi b,c dan d sampai semua anggota mendapat

giliran.

f. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok

dengan memberi tepuk tangan

4. Tahap terminasi

a. Evaluasi

1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

2) Memberi pujian atas keberhasilan

kelompok b. Rencana tindak lanjut

1) Menganjurkan tiap kelompok melatih memperkenalkan

diri kepada orang lain di kehidupan sehari-hari

2) Memasukkan kegiatan memperkenalkan diri pada

jadwal kegiatan harian pasien

c. Kontrak yang akan datang

1) Menyepakati kegiatan berikut, yaitu berkenalan

degan anggota kelompok

2) Menyepakati waktu dan tempat

Sesi 2: TAKS

Tujuan

Klien mampu berkenalan dengan anggota

kelompok a. memperkenalkan diri sendiri

b. menanyakan diri anggota kelompok yang lain


Setting

1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran

2. Ruang nyaman dan tenang

Alat

1.Tape recorder

2. Kaset

3. Bola tennis

4. Buku catatan dan pulpen

5. Jadwal kegiatan klien

Metode

1. Dinamika kelompok

2. Diskusi dan tanya jawab

3. Bermain peran / simulasi

Langkah kegiatan

1. Persiapan

a. Mengingatkan kontrakn dengan anggota kelompok pada sesi

TAKS

b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

2. Orientasi

Pada tahap ini terapis melakukan:

a. Memberi salam teraupetik

1) Salam dari terapis


2) Peserta dan terapis memakai papan

nama b. Evaluasi / validasi

1) Menanyakan perasaan pasien saat ini

2) Menanyakan apakah telah mencoba memperkenalkan diri

pada orang lain.

c. Kontrak

1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu berkenalan

dengan anggota kelompok

2) Menjelaskan aturan main berikut

a) Jika ada peserta yang akan meninggalkan

kelompok harus meminta ijin kepada terapis.

b) Lama kegiatan 45 menit

c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal

sampai selesai

3. Tahap kerja

a. Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis berlawanan

dengan jaru jam.

b. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang

bola mendapat giliran untuk berkenalan dengan anggota kelompok

yang ada disebelah kanan dengan cara:

1) Memberi salam

2) Menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi.


3) Menanyakan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi

lawan bicara.

4) Dimulai oleh terapis sebagai contoh.

c. Ulang a dan b sampai semua anggota kelompok mendapat giliran

d. Hidupkan kembalim kaset pasa tape recorder dan edarkan bola, pada

saat tape di matikan , minta pada anggota kelompok yang memegang

bola untuk memperkenalkan anggota kelompok yang disebelah

kanannya kepada kelompok, yaitu nama lengkap, nama panggialn,

asal dan hobi. Dimulai oleh terapis sebagai contoh.

e. Ulangi d sampai semua anggota mendapat giliran.

f. Beri pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok

dengan memberi tepuk tangan.

4. Tahap terminasi

a. Evaluasi

1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

2) Memberi pujian atas keberhasilan

klien b. Rencana tindak lanjut

1) Menganjurkan semua anggota kelompok latihan berkenalan.

2) Memasukkan kegiatan berkenalan pada jadwal

kegiatan harian klien.

c. Kontrak yang akan datang


1) Menyepakati kegiatan berikut, yaitu dengan bercakap-

cakap tentang kehidupan pr ibadi.

2) Menyepakati waktu dan tempat.

Sesi 3: TAKS

Tujuan

Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok:

1. Menanyakan kehidupan pribadi kepada satu orang anggota kelompok.

2. Pertanyaan tentang kehidupan pribadi

Setting

1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.

2. Ruangan nyaman dan tenang

Alat

1. Tape recorder

2. Kaset

3. Bola tenis

4. Buku catatan dan pulpen

5. Jadwal kegiatan klien

Metode

1. Dinamika kelompok

2. Diskusi dan tanya jawab

3. Bermain peran dan stimulasi

Langkah kegiatan
1. Persiapan

a. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada sesi 2 TAKS

b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi

a. Salam teraupe tik

Pada tahap ini terapis melakukan:

1) Memberi salam teraupetik

2) Peserta dan terapis memakai papan

nama b. Evaluasi dan validasi

1) Menanyakan perasaan klien saat ini

2) Menanyakan apakah telah mencoba berkenalan dengan orang

lain c. Kontrak

1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu bertanya dan menjawab

tentang kehidupan pribadi.

2) Menjelaskan aturan main berikut

a) Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok,

harus meminta izin kepada terapis.

b) Lama kegiatan 45 menit

c) Selain klien mengikuti kegiatan dari awal sampai ahir.

3. Tahap kerja

a. Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis

berlawanan dengan arah jarum jam.


b. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang

bola mendapat giliran untuk bertanya tentang kehidupan pribadi

anggota kelompok yang ada disebelah kanan dengan cara:

1) Memberi salam

2) Memanggil panggilan

3) Menanyakan kehidupan pribadi: orang

terdekat/dipercayai disegani, pekerjaan.

4) Dimulai oleh terapis sebagai contoh.

c. Ulangi a dan b sampai semua anggota kelompok mendapat giliran.

d. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok

dengan memberi tepuk tangan.

4. Tahap terminasi

a. Evaluasi

1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikut i TAK.

2) Memberi pujian atas keberhasilan

kelompok. b. Rencana tindak lanjut

1) Menganjurkan tiap anggota kelompok bercakap-cakap

tentang kehidupan pribadi dengan orang lainpada kehidupan

sehari-hari.

2) Memasukkan kegiatan bercakap-cakap pada jadwal

kegiatan harian pasien.

c. Kontrak yang akan datang.


1) Menyepakati kegiatan berikut, yaitu menyampaikan

dan membicarakan topik pembicaraan tertentu.

2) Menyepakati waktu dan tempat

Sesi 4: TAKS

Tujuan

Klien mampu menyampaikan topik pembicaraan tertentu dengan

anggota kelompok

1. Menanyakan topik yang ingin dibicarakan

2. Memilih topik yang ingin dibicarakan

3. Memberi pendapat tentang topik yang dipilih

Setting

1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.

2. Ruangan nyaman dan tenang

Alat

1. Tape recorder

2. Kaset

3. Bola tenis

4. Buku catatan dan pulpen

5.Jadwal kegiatan klien

6.Flipcart dan spidol

Metode

1.Dinamika kelompok
2.Diskusi dan tanya jawab

3.Bermain peran dan stimulasi

Langkah kegiatan

1. Persiapan

a. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada sesi 3 TAKS

b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi

a. Salam teraupe tik

Pada tahap ini terapis melakukan:

1) Memberikan salam teraupetik

2) Peserta dan terapis memakai papan

nama b. Evaluasi dan validasi

1) Menanyakan perasaan klien saat ini

2) Menanyakan apakah telah mencoba berkenalan dengan orang

lain c. Kontrak

1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menyampaikan, memilih

dan memberikan pendapat tentang topik percakapan

2) Menjelaskan aturan main berikut

a) Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok,

harus meminta izin kepada terapis.

b) Lama kegiatan 45 menit

c) Setiap klien mengikut i kegiatan dari awal sampai ahir.


3. Tahap kerja

a. Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis

berlawanan dengan arah jarum jam.

b. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang

bola mendapat giliran untuk menyampaikan satu topik yang ingin

dibicarakan . dimulai oleh terapis sebagai contoh. Misalnya ” cara

bicara yang baik ” atau ” cara mencari teman

c. Tuliskan pada flipcart topik yang disampaikan secara berurutan

d. Ulangi 1,2dan 3 sampai semua anggota kelompok

mendapat giliran menyampaikan topik yang diinginkan

e. Hidupkan lagi kaset dan edarkan bola tennis. Pada saat dimatikan ,

anggota memegang bola memilih topik yang disukai untuk

dibicarakan dari daftar yang ada.

f. Ulangi 5 sampai semua anggota kelompok memilih topik.

g. Terapis membantu menetapka topik yang paling banyak terpilih

h. Hidupkan lagi kaset dan edarka bola tenis. Pada saat dimatikan,

anggota yang memengang bola menyampaikan pendapat tentang

topik yang terpilih.

i. Ulangi 8 sampai semua anggota kelompok

menyampaikan pendapat

j. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok

dengan memberi tepuk tangan.


4. Tahap terminasi

a. Evaluasi

1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

2) Memberi pujian atas keberhasilan

kelompok. b. Rencana tindak lanjut

1) Menganjurkan tiap anggota kelompok bercakap-cakap

tentang kehidupan pribadi dengan orang lainpada kehidupan sehari-

hari.

2) Memasukkan kegiatan bercakap-cakap pada jadwal kegiatan

harian pasien.

c. Kontrak yang akan datang.

1) Menyepakati kegiatan berikut, yaitu menyampaikan

dan membicarakan topik pembicaraan tertentu.

2) Menyepakati waktu dan tempat

Sesi 5: TAKS

Tujuan

Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi dengan

orang lain

1. menyampaikan masalah pribadi.

2. Memilih satu masalah yang ingin dibicarakan .

3. Memberi pendapat tentang masalah pribadi yang dipilih.

Setting

1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.


2. Ruangan nyaman dan tenang

Alat

1. Tape recorder

2. Kaset

3. Bola tenis

4. Buku catatan dan pulpen

5. Jadwal kegiatan klien

6. Flipcart dan spidol

Metode

1. Dinamika kelompok

2. Diskusi dan tanya jawab

3. Bermain peran dan stimulasi

Langkah kegiatan

1. Persiapan

a. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada sesi 4 TAKS

b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi

Pada tahap ini terapis melakukan:

a. Memberi salam teraupetik

1) Salam dari terapis

2) Klien dan terapi memakai papan

nama b. Evaluasi dan validasi


1) Menanyakan perasaan klien saat ini

2) Menanyakan apakah telah latihan bercakap cakap tentang topik/

hal tertentu dengan orang lain.

c. Kontrak

1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menyampaikan, memilih

dan memberikan pendapat tentang masalah pribadi.

2) Menjelaskan aturan main berikut

a) Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok,

harus meminta izin kepada terapis.

b) .Lama kegiatan 45 menit

c) Setiap klien mengikut i kegiatan dari awal sampai ahir.

3. Tahap kerja

a. Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis berlawanan

dengan arah jarum jam.

b. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang

bola mendapat giliran untuk menyampaikan satu masalah pribadi yang

ingin dibicarakan . dimulai oleh terapis sebagai contoh. Misalnya ” sulit

bercerita

” atau ” tidak diperhatikan orang tua ”.

c. Tuliskan pada flipcart topik yang disampaikan secara berurutan

d. Ulangi a,b dan c sampai semua anggota kelompok mendapat giliran

menyampaikan masalah pribadi yang diinginkan


e. Hidupkan lagi kaset dan edarkan bola tennis. Pada saat dimatikan , anggota

memegang bola memilih topik masalah yang disukai untuk dibicarakan

dari daftar yang ada.

f. Ulangi e sampai semua anggota kelompok memilih masalah.

g. Terapis membantu menetapka topik yang paling banyak terpilih

h. Hidupkan lagi kaset dan edarka bola tenis. Pada saat dimatikan,

anggota yang memengang bola menyampaikan pendapat tentang masalah

yang terpilih.

i. Ulangi h sampai semua anggota kelompok menyampaikan pendapa

j. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi

tepuk tangan.

4. Tahap terminasi

a. Evaluasi

1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti


TAK.

2) Memberi pujian atas keberhasilan

kelompok. b. Rencana tindak lanjut

1) Menganjurkan tiap anggota kelompok bercakap-cakap tentang

masalah pribadi dengan orang lain pada kehidupan sehari-hari.

2) Memasukkan kegiatan bercakap-cakap pada jadwal kegiatan

harian pasien.

c. Kontrak yang akan datang.


1) Menyepakati kegiatan berikut, yaitu menyampaikan dan

membicarakan topik pembicaraan tertentu

2) Menyepakati waktu dan tempat

1.2.7 Terapi perilaku

Anggapan dasar dari terapi perilaku adalah kenyataan bahwa perilaku timbul

akibat proses pembelajaran. Perilaku sehat oleh karenanya dapat dipelajari dan

disubstitusi dari perilaku yang tidak sehat. Teknik dasar yang digunakan dalam

terapi jenis ini adalah:

- Role model

- Kondisioning operan

- Desensitisasi sistematis

- Pengendalian diri

- Terapi aversi atau releks kondisi

1.2.8 Terapi bermain.

Terapi bermain diindikasikan untuk anak yang mengalami depresi, anak yang

mengalami ansietas, atau sebagai korban penganiayaan (abuse). Bahkan juga terapi

bermain ini dianjurkan untuk klien dewasa yang mengalami stress pasca

trauma gangguan identitas disosiatif dan klien yang mengalami penganiayaan

(Majnun.

2009)

2. Komunikasi

2. 1 Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah pemindahan informasi dari satu orang ke orang

terlepas percaya atau tidak, tetapi informasi yang di transfer tentulah harus di

mengerti oleh penerima (Koont & O’Donel, 1996). Menurut Yoder dkk (1998),

komunikasi berasl dari sumber yang sama seperi kata common yang artinya

bersama; bersama-sama dalam membagi ide. Apabila seorang berbicara; orang lan

mendengarkan.

2.2 Tipe-Tipe komunikasi

Menurut jenisnya dapat dibagi yaitu:

a. Pelaksana

Komunikasi formal dan komunikasi


informal;

Komunikasi formal; komunikasi yang terjadi antara bawahan dan atasan

dalam lingkungan pekerjaan yang hirarki berbeda dan terjadi dalam situasi

formal.

Komunikasi informal ; komunikasi yang dalam pelaksanaannya tidak

mengenal hirarki dan tidak ada sangsinya.

b. Bentuk komunikasi

Komunikasi verbal dan komunikasi non


verbal

Komunikasi verbal : komunikasi yang mempergunakan lambang dalam

penyampaian pesan kepada sipenerima

Komunikasi non verbal : komunikator tidak memberi kesempatan kepada

komunikan untuk meminta penjelasan, penjelasan dan lain-lain.

c. Umpan balik

Komunikasi satu arah dan komunikasi dua


arah
komunikasi satu : komunikator tidak memberi kesempatan kepada

komunikan untuk meminta penjelasan, pembenaran dan lain-lain.

Komunikasi dua arah : mempunyai sistem umpan balik yang melekat;

informasi jelas dan terbuka untuk pertanyaan yang belum jelas. (purwanto,

1998)

2.3 Unsur-Unsur komunikasi

a. Komunikator (orang yang memprakarsai adanya komunikasi)

b. Pesan (berupa ide, pendapat, fikiran dan saran)

c. Saluran komunikasi (sarana yang digunakan oleh komunikator

dalm penyampaian pesan)

d. Metode komunikasi (cara yang digunakn dalam mengadakan

hubungan dengan orang lain)

e. Komunikan (orang yang menjadi objek dari komunikasi/pihak

yang menerima berita atau pesan dari komunikator)

f. Lingkungan komunikasi (suasana dimana proses komunikasi berlangsung)

g. Umpan balik (tanggapan yang diberikan oleh komunikan

kepada komunikator)

2.4 Proses komunikasi

Adanya komunikator yang mengembangkan ide membuat lambang-lambang

kemudian menyampaikan lambang dan menyampaikan pesan yang dimilikinya.

Komunikator membaca lambang/kode dan menggunakannya kemudian komunikan

memberikan umpan balik kepada komunikator.


2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi pada pasien

gangguan jiwa

2.5.1 Ditinjau dari komunikator (perawat)

a. Kecakapan perawat (dapat menguasai cara-cara menyampaikan

pikiran, muda h dimengerti, sederhana, baik secara lisan

maupun tulisan)

b. Sikap perawat (sikap terbuka, bermuka manis, saling percaya,

rendah hati, dapat menjadi pendengar yang baik)

c. Pengetahuan perawat (wawasan/pengetahuan semakin dalam dan

menguasai masalah akan semakin baik dalam memberikan

uraian/penjelasan)

d. Sistem sosial (penyesuaian terhadap situasi/kondisi, dimana,

dengan siapa berkomunikasi)

e. Pengaruh komunikasi (gerak tubuh perawat dalam berkomunikasi

terutama komunikasi lisan)

2.5.2 Ditinjau dari komunikan (pasien jiwa)

a. Kecakapan

b. Sifat

c. Pengetahuan

d. Sistem sosial

e. Saluran (pendengaran, penglihatan) dari komunikan

2.6 Faktor-faktor penghambat komunikasi


a. Kecakapan yang kurang dalam

berkomunikasi b. Sikap yang kurang tepat

c. Kurang pengetahuan

d. Kurang memahami sistem

sosial e. Prasangka yang tidak

beralasan

f. Jarak titik yang berjauhan

g. Tidak ada persamaan persepsi

h. Indera yang rusak

i. Berbicara yang berlebihan

j. Mendominasi pembicaraan dan lain-lain

2.7 Komunikasi efektif

a. Mempergunakan bahasa yang baik; agar artinya jelas

b. Lengkap agar pesan yang disampaikan dipahami komunikan

secara menyeluruh

c. Atur arus informasi sehingga antara pengiriman dan umpan

balik seimbang

d. Dengarkan secara aktif

e. Tahan emosi

f. Perhatikan isyarat non verbal

3. Isolasi sosial
Kesejahteraan manusia berorientasi secara sosial, dan untuk

meningkatkan kepuasan hidup, individu harus mampu menciptakan hubungan

interpersonal yang sehat/positif. Hubungan interpersonal dikatakan sehat apabila

individu dapat terlibat dalam suatu hubungan yang intim dengan orang lain,

sementara ia tetap dapat mempertahankan identitasnya.

3.1 Pengertian

Menurut Townsend (1998) isolasi sosial merupakan keadaan kesepian

yang dialami oleh seseorang karena orang lain dianggap menyatakan sikap negatif

dan mengancam bagi dirinya. Sedangkan menurut DEPKES RI (1998) penarikan diri

atau withdrawal merupakan suatu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun

minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung yang dapat bersifat sementara

atau menetap.

Isolasi sosial merupakan keadaan di mana individu atau kelompok mengalami

atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan

orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito, 1998:). Menurut

Rawlins & Heacock (1988) isolasi sosial menarik diri merupakan usaha menghindar

dari interaksi dan berhubungan dengan orang lain, individu merasa kehilangan

hubungan akrab, tidak mempunyai kesempatan dalam berfikir, berperasaan,

berprestasi, atau selalu dalam kegagalan.

Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan

diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu ketentuan oleh orang

lain dan sebagai suatu keadaan yang negatif atau mengacam; kelainan interaksi

sosial
adalah suatu keadaan dimana seorang individu berpartisipasi dalam suatu kuantitas

yang tidak cukup atau berlebih atau kualitas interaksi sosial tidak efektif

(Townsend.1998)

Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan

atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.

Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu

membina hubungan yang berarti dengan orang lain.

3.2 Faktor pendukung/pencetus terjadinya isolasi sosial

Rentang Respon Perilaku

Respon adaptif Respon maladaptif

Solitud Kesepian Manipulasi

Otonomi Menarik diri Impulsif

Bekerjasama Tergantung Narkisisme

Saling tergantung

(Stuart dan Sundeen, 1998)

Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma,

sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku di masyarakat. Respon adaptif

terdiri dari : solitud, otonomi, bekerjasama dan saling tergantung. Respon

maladaptif adalah respon yang menimbulkan gangguan dengan berbagai tingkat

keparahan (Stuart dan Sundeen, 1998). Respon maladaptif terdiri dari manipulasi,

impulsif dan narkisisme. Berdasarkan gambar rentang respon sosial diatas, menarik

diri termasuk
dalam transisi antara respon adaptif dengan maladaptif sehingga individu

cenderung berfikir ke arah negatif.

Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Menurut

Stuart dan Sundeen (1998), belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang

penyebab ganggua n yang mempengaruhi hubungan interpersonal.

Faktor yang mungkin mempengaruhi antara lain yaitu:

3.2.1. Faktor predisposisi

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:

a. Faktor perkembangan

Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui

individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi,

akan menghambat masa perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah tempat pertama

yang memberikan pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan dengan

orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari

ibu/pengasuh pada bayi bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat

menghambatterbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan tersebut dapat

mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain maupun lingkungan di

kemudian hari. Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak

tidak mersaa diperlakukan sebagai objek.

b. Faktor komunikasi dalam keluarga

Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi

untuk mengembangkan gangguan tingkah laku.


- Sikap bermusuhan/hostilitas

- Sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan anak

- Selalu mengkritik, menyalahkan, anak tidak diberi kesempatan

untuk mengungkapkan pendapatnya.

- Kurang kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada pembicaananak,

hubungan yang kaku antara anggota keluarga, kurang tegur sapa, komunikasi

kurang terbuka, terutama dalam pemecahan masalah tidak diselesaikan secara

terbuka dengan musyawarah.

- Ekspresi emosi yang tinggi

- Double bind

Dua pesan yang bertentangan disampaikan saat bersamaan yang

membuat bingung dan kecemasannya meningkat.

c. Faktor sosial budaya

Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor

penduku ng terjadinya ganggua n berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh

karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga.seperti anggota

tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial.

d. Faktor biologis

Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Insiden

tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarga yang

menderita skizofrenia. Berdasarkan hasil penelitian pada kembar monozigot

apabila salah
diantaranya menderita skizofrenia adalah 58%, sedangkan bagi kembar

dizigot persentasenya 8%.

Kelainan pada struktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan

berat dan volume otak serta perubahan struktur limbik, diduga dapat menyebabkan

skizofrenia.

3.2.2. Faktor presipitasi

Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor

internal maupun eksternal, meliputi:

a. Stresor sosial budaya

Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan, terjadinya

penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah dengan orang yang

dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat

dirumah sakit atau dipenjara. Semua ini dapat menimbulkan isolasi sosial.

b. Stresor Biokimia

- Teori dopamin

Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik serta tractus

saraf dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.

- Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah

akan meningkatkan dopamin dalm otak. Karena salh satu kegiatan MAO

adalah sebagai enzim yang menurunkan dopamin, maka menurunnya

MAO juga dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.

- Faktor endokrin
Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada pasien skizofrenia.

Demikian pula prolaktin mengalami penurunan karena dihambat

oleh dopamin.

Hypertiroidisme, adanya peningkatan maupun penurunan hormon

adrenocortical seringkali dikaitkan dengan tingkah laku psikotik.

- Viral hipotesis

Beberapa jenis virus dapat menyebabkan gejala-gejala psikotik diantaranya

adalah virus HIV yang dapat merubah stuktur sel-sel otak.

c. Stresor Biologik dan Lingkungan Sosial

Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering terjadi

akibat interaksi antara individu, lingkungan maupun biologis.

d. Stresor psikologis

Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya kemampuan individu

untuk berhubungan dengan orang lain. Intesitas kecemasan yang ekstrim dan

memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah

akan menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan pada tipe psikotik.

Menurut teori psikoanalisa; perilaku skizofrenia disebabkan karena ego

tidak dapat menahan tekanan yang berasal dari id maupun realitas yang berasal dari

luar. Ego pada klien psikotik mempunyai kemampuan terbatas untuk mengatasi

stress. Hal ini berkaitan dengan adanya masalah serius antara hubungan ibu dan

anak pada fase simbiotik sehingga perkembangan psikologis individu terhambat.


Strategi koping digunakan pasien sebagai usaha mengatasi kecemasan

yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya.

Strategi koping yang sering digunakan pada masing-masing tingkah

laku adalahsebagai berikut:

- Tingkah laku curiga : proyeksi

- Dependency: reaksi formasi

- Menarik diri: regrasi, depresi, dan isolasi

- Curiga, waham, halusinasi: proyeksi, denial

- Manipulatif: regrasi, represi, isolasi

- Skizoprenia: displacement, projeksi, intrijeksi, kondensasi, isolasi,

represi dan regrasi.

Anda mungkin juga menyukai