Anda di halaman 1dari 20

31

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 21 Medan, Jl.Kramat Indah/Selambo
Ujung. Waktu penelitian akan dilaksanakan pada semester genap T.P. 2018/2019.

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian


3.2.1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMAN 21
Medan T.P. 2018/2019 yang terdiri dari empat kelas.

3.2.2. Sampel Penelitian


Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik random
sampling yaitu dipilih dua kelas secara acak dari populasi yang dianggap homogen
sebagai kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran seperti biasa dan kelas
eksperimen yang menggunakan model inkuiri terbimbing.

3.3. Variabel Penelitian


Variabel dalam penelitian ini ada dua jenis, yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas merupakan variabel yang dapat dimanipulasi atau dapat
dijadikan sebagai jenis perlakuan sedangkan variabel terikat merupakan hasil akibat
dari pengaruh.
1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran inkuiri
terbimbing dan pembelajaran konvensional.
2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan proses sains siswa.\

3.4. Jenis dan Desain Penelitian


32

3.4.1. Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini termasuk penelitian quasi experiment, yang bertujuan
untuk mengetahui ada atau tidaknya akibat dari sesuatu yang dikenakan kepada
subjek yang diteliti. Dengan kata lain penelitian quasi experiment meneliti ada
tidaknya hubungan sebab akibat. Caranya, membandingkan satu kelompok kelas
eksperimen yang diberikan perlakuan yaitu model pembelajaran inkuiri terbimbing
dengan kelompok kelas kontrol yang diberikan perlakuan berbeda yaitu pembelajaran
konvensional.

3.4.2. Desain Penelitian


Penelitian ini akan melibatkan dua kelas yang diberi perlakuan yang
berbeda. Satu kelas dijadikan kelas eksperimen dikenal sebagai variabel perlakuan X1
dan satu kelas lainnya dijadikan kelas kontrol dikenal sebagai variabel perlakuan X2.
Desain penelitian ini dapat digambarkan seperti Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Desain Penelitian Two Group (Pretest dan Postest)
Sampel Pretest Perlakuan Postest
Eksperimen T1 X1 T2
Kontrol T1 X2 T2
Keterangan:
X1= Pengajaran dengan menggunakan model inkuiri terbimbing
X2 = Pengajaran dengan menggunakan pembelajaran konvensional
T1 = Pemberian tes awal (pretes)
T2 = Pemberian tes akhir (postest)

3.5. Prosedur Penelitian


Prosedur penelitian dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, dan tahap akhir penelitian:
1. Tahap Persiapan Penelitian
33

a. Meminta izin kepada pihak sekolah perihal kegiatan penelitian yang akan
dilakukan di SMAN 21 Medan dengan memberikan surat persetujuan dari
jurusan.
b. Melakukan wawancara terhadap guru bidang studi fisika untuk
mengetahui hasil belajar siswa pada pelajaran fisika
c. Memberikan angket kepada siswa tentang masalah yang dihadapi siswa
pada proses pembelajaran fisika.
d. Menentukan masalah, dan mendiskusikan solusi yang bisa diterapkan
untuk memecahkan persoalan yang ada di sekolah
e. Menentukan judul dan perkiraan waktu penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
a. Menebtukan sampel penelitian.
b. Melaksanakan pretes pada sampel penelitian untuk mengetahui
kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa sebelum diberi perlakuan
terhadap materi yang diajarkan.
c. Melakukan analisis data pretes yaitu uji normalitas (untuk mengetahui
sampel distribusi normal atau tidak), uji homogenitas (untuk mengetahui
kesamaan varians sampel), dan uji t dua pihak (untuk mengetahui
kesamaan pengetahuan awal sampel).
d. Melakukan perlakuan (pengajaran) dimana kelas eksperimen dengan
menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan kelas kontrol
dengan pemebelajaran konvensional.
e. Memberikan postes kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk
mengetahui kemampuan akhir (keterampilan proses sains) siswa setelah
diberikan perlakuan.
3. Tahap Akhir Penelitian
a. Mengolah data hasil penelitian.
b. Menarik kesimpulan.
34

Studi Pendahuluan

Wawancara Angket

Menganalisis hasil wawancara dan


angket
Menentukan dua kelas sampel

Pretest

Uji normalitas, uji


homogenitas, dan uji t.

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing Konvensional

Postest

Uji normalitas, uji


homogenitas, dan uji t.
g

Kesimpulan

Gambar 3.1. Skema Rancangan Penelitian


35

3.6. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes dan non tes. Instrumen tes
yang digunakan untuk menilai keterampilan proses sains siswa adalah tes
keterampilan proses sains siswa berbentuk uraian sedangan instrumen nontes berupa
lembar observasi aktivitas keterampilan proses sains.

3.6.1 Angket Siswa


Angket yang diberikan pada siswa tahap awal observasi berjumlah 20
pertanyaan berkaitan dengan proses pembelajaran fisika. Kegunaan angket ini untuk
mengetahui keadaan awal siswa dalam proses belajar fisika dan permasalahan yang
ditemui siswa selama proses pembelajran fisika. Angket ini diberikan kepada siswa
yang berjumlah 34 siswa.

3.6.2. Wawancara Guru


Penulis melakukan wawancara kepada salah satu guru fisika di SMAN 21
Medan yaitu Ibu Anita Hafni Harahap. Wawancara berisi pertanyaan yang diajukan
kepada guru untuk mengetahui cara guru melaksanakan proses pembelajaran di kelas.

3.6.3. Instrumen Tes Keterampilan Proses Sains


Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data keterampilan proses
sains siswa aadalah tes KPS pada pokok bahasan gelombang bunyi, yang diberikan
pada saat pretest dan postes. Bentuk tes yang akan digunakan berbentuk uraian
sebanyak 10 soal.
Test ini sebelumnya telah dilakukan validitas isi oleh validator (seorang
dosen fisika dan seorang guru fisika) terlebih dahulu oleh validator dan telah diuji
cobakan kepada siswa yang telah mempelajari materi tesebut. Indikator tes
keterampilan proses sains yang digunakan dalam tes ini dari Harlen & Elstgeest
(1992) dengan indikator sebagai berikut: mengobservasi, mengajukan pertanyaan,
merumuskan hipotesis, memprediksi, menemukan pola dan hubungan, berkomunikasi
36

secara efektif, merancang dan membuat, erencanakan dan melakukan penyeldiikan,


menggunakan alat dan bahan secara efektif, menggunakan alat dan bahan secara
efektif dan mengukur dan menghitung. Tabel 3.2 menunjukkan spesifikasi tes KPS.
Tabel 3.2. Tabel Spesifikasi Tes Keterampilan Proses Sains
No Sub Nomor Soal KPS Jumlah
Materi KPS KPS KPS KPS KPS KPS KPS KPS KPS KPS Soal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Karakteristik 6 7 13 18 4
gelombang
bunyi
2 Cepat rambat 2 3 8 9 14 17 19 7
gelombang
bunyi
3 Azas doppler 1 11 15 3
4 Intensitas dan 12 1
taraf
intensitas
5 Fenomena 4 5 10 16 20 5
dawai dan
pipa organa
Jumlah Soal 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
Keterangan:
KPS 1: Mengobservasi
KPS 2 : Mengajukan pertanyaan
KPS 3 : Merumuskan hipotesis
KPS 4 : Memprediksi
KPS 5 : Menemukan pola dan hubungan
KPS 6 : Berkomunikasi secara efektif
KPS 7 : Merancang dan membuat
KPS 8 : Merencanakan dan melakukan penyeldiikan
KPS 9 : Menggunakan alat dan bahan secara efektif
KPS 10: Mengukur dan menghitung
37

Selanjutnya jumlah total skor dari setiap siswa dikonversikan ke dalam bentuk
nilai dengan menggunakan rumus :

Adapun kriteria penilaian tes KPS siswa seperti pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Penentuan Skor Perolehan Tes KPS
Interval Nilai Kategori
86-100 Baik sekali
76-85 Baik
60-75 Sedang
55-59 Kurang
0-54 Kurang sekali
(Purwanto, 2011)
Tes digunakan untuk memperoleh data keterampilan proses sains siswa
sebelum dan setelah tahap proses pembelajaran. Indikator keberhasilan penelitian ini
didasarkan pada ketercapaian indikator, yaitu keterampilan proses sains, jika hasil
persentase pada setiap aspek keterampilan proses sains (KPS) secara keseluruhan
mencapau rata-rata ≥76 (Purwanto, 2011).

3.6.4. Instrumen Penilaian Aktivitas Keterampilan Proses Sains


Instrumen aktivitas keterampilan proses sains yang digunakan merupakan
instrumen non tes berupa lembar penilaian aktivitas KPS. Penilaian ini dimaksudkan
untuk mengamati, menilai dan mengukur peningkatan keterampilan proses sains
siswa selama melakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
inkuiri terbimbing. Adapun manfaatnya yaitu memperoleh informasi balikan (feed
back) bagi guru di dalam kegiatan belajar-mengajar. Penilaian dilakukan dengan
mengamati keterampilan proses sains siswa ketika mendiskusikan, melakukan
percobaan dan mempresentasikan hasil percobaan untuk setiap pertemuan pada
lembar penilaian aktivitas kps yang disediakan (lampiran 10).
38

Untuk melihat keaktifan siswa maka dilakukan pengamatan sebanyak tiga kali
pertemuan, dimana pengamatan dilakukan pada kegiatan inti untuk tiap pertemuan
dengan berpedoman pada rubrik penilaian aktivitas kps (lampiran 11).

3.7. Validitas Tes


3.7.1. Validitas Isi
Validitas isi adalah validitas yang berkenaan dengan kesanggupan alat
penilaian dalam mengukur isi yang seharusnya, artinya tes tersebut mampu
mengungkapkan isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur dengan tepat atau
teliti. Instrumen yang telah disusun kemudian divaliditaskan kepada ahli (Dosen dan
guru) untuk melihat kelayakan soal dari segi isi. Bidang telah yang dianalisis oleh
validator antara lain: materi soal, konstruksi dan bahasa dalam setiap item. Validator
akan melihat setiap item untuk dianalisis sehingga didapatkan gambaran secara
umum setiap tes hasil belajar (Arikunto, 2016).
Dalam penelitian ini, untuk menghitung validasi isi dilakukan validasi isi
instrumen kepada tiga validator yaitu kepada Purwanto, S.Si., M.Pd dan Abdul Rais,
S.Pd, ST., M.Si. yaitu dosen fisika Unimed serta Misrokiah Husni Batubara, S.Pd
yaitu guru bidang studi fisika di SMA Negeri 21 Medan. Dari hasil perhitungan
didapatkan bahwa seluruh instrumen dinyatakan valid.

3.8 Analisis Butir Soal


3.8.1. Validitas Item Tes
Sebuah butir soal dikatakan valid bila mempunyai dukungan yang besar
terhadap skor soal total. Untuk menguji validitas item tes digunakan teknik korelasi
product moment Pearson (Arikunto, 2016) dengan rumus :
39

N  XY   X  Y
rxy 
N  X 2
  X 
2
N  Y 2
 Y 
2

Dengan: rxy = hasil skor X dan Y untuk setiap responden
X = jumlah jawaban benar kelompok X
Y = jumlah jawaban benar kelompok Y
X2 = kuadrat jawaban benar kelompok X
Y2 = kuadrat jawaban benar kelompok Y
Instrumen dikatakan valid, maka perlu dilihat kriteria penafsiran mengenai
indeks korelasinya (r) seperti pada tabel 3.4.
Tabel 3.4. Kategori Validitas Berdasarkan Koefisien Korelasi

Rentang nilai Kategori

0,8 – 1,0 Sangat tinggi


0,6 – 0,79 Tinggi
0,4 – 0,59 Cukup
0,2 – 0,39 Rendah
0,0 – 0,19 Sangat rendah
(Arikunto,2016)
Untuk menafsirkan keberartian harga validitas tiap item maka harga tersebut
dikonsultasikan ke dalam tabel harga r product moment, dengan α = 0,05 jika rhitung >
rtabel maka korelasi tersebut valid.
Adapun hasil yang diperoleh terdapat sepuluh soal yang tidak valid dari 20
soal yang divalidkan oleh dosen dan guru dari perhitungan pada Lampiran 14 dengan
rtabel = 0,388. Dari pengujian vaditas tes ini terdapat soal nomor 1, 3, 5, 8, 10, 12, 14,
16, 17, dan 20 dinyatakan valid yang terdapat pada tabel 3.5.
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Item Tes
Nomor rhitung rtabel Keterangan
Soal
Soal 1 0,49 0,388 Soal valid
Soal 2 0,19 0,388 Soal tidak valid
Soal 3 0,57 0,388 Soal valid
40

Nomor rhitung rtabel Keterangan


Soal
Soal 4 0,047 0,388 Soal tidak valid
Soal 5 0,46 0,388 Soal valid
Soal 6 0,11 0,388 Soal tidak valid
Soal 7 0,33 0,388 Soal tidak valid
Soal 8 0,56 0,388 Soal valid
Soal 9 0,13 0,388 Soal tidak valid
Soal 10 0,42 0,388 Soal valid
Soal 11 0,09 0,388 Soal tidak valid
Soal 12 0,44 0,388 Soal valid
Soal 13 0,13 0,388 Soal tidak valid
Soal 14 0,41 0,388 Soal valid
Soal 15 0,24 0,388 Soal tidak valid
Soal 16 0,47 0,388 Soal valid
Soal 17 0,51 0,388 Soal valid
Soal 18 0,33 0,388 Soal tidak valid
Soal 19 0,32 0,388 Soal tidak valid
Soal 20 0,51 0,388 Soal valid

3.8.2. Reliabilitas Tes


Reliabilitas merupakan ketetapan suatu tes apabila digunakan pada subjek
yang sama. Untuk dapat menentukan reliabilitas tes dapat dipakai rumus Kuder
Richardeson (KR-21) yang dikemukakan oleh Arikunto (2016) yaitu:

n   S i 
2

rxy  1 2
n - 1  S t 

Dimana :
rxy = Reliabilitas tes secara keseluruhan
n = Banyak item
1 = Bilangan Konstan.

= Jumlah varian skor dari tiap – tiap butir item.

= Varian total.
41

Untuk menafsirkan harga dari soal maka harga tersebut di konsultasikan ke

tabel harga kritik r tabel product moment dengan maka r11> rtabel maka soal

reliabel.
Untuk menafsirkan arti suatu koefisien reliabilitas, dapat menggunakan
pedoman yang terdapat dalam Tabel 3.6.
Tabel 3.6. Kategori dan Nilai Reliabilitas
Nilai Kategori
0.00 – 0.20 Sangat rendah
0.21 – 0.40 Rendah
0.41 – 0.60 Cukup
0.61 – 0.80 Tinggi
0.82– 1.00 Sangat tinggi
(Arikunto,2016)
Soal yang akan di uji reliabilitasnya terdiri dari 20 butir soal essay. Soal di
katakan reliabel jika rxy > rtabel. Setelah dilakukan perhitungan reliabilitas (Lampiran
16) diperoleh bahwa seluruh soal dinyatakan reliabel karena rxy= 0.55 lebih besar dari
rtabel.= 0.388 dan termasuk dalam kategori cukup reliabel.

3.8.3. Tingkat Kesukaran Soal (P)


Untuk menentukan tingkat kesukaran tes masing-masing item tes digunakan
rumus yaitu:

P = Rata  rata skor


Skor maksimum

Kategori taraf kesukaran item ditunjukkan pada Tabel 3.7.


Tabel 3.7. Kategori Taraf Kesukaran Item
Interval Kategori
0,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah
(Arikunto, 2016)
42

Tingkat kesukaran soal dikategorikan menjadi soal yang mudah, sedang, dan
sukar. Hasil uji tingkat kesukaran soal menunjukkan bahwa dari 20 soal instrumen
diperoleh 6 soal tergolong sukar, 7 soal tergolong sedang, dan 7 soal tergolong
mudah, dimana kriteria tersebut menyatakan soal layak untuk digunakan (Lampiran
18).
Hasil perhitungan tingkat kesukaran soal pada tes keterampilan sains pada
masing-masing soal dapat dilihat pada tabel 3.8
Tabel 3.8 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Tes
No soal Rata-rata P Kategori
Soal 1 51 0,85 Mudah
Soal 2 9 0,33 Sedang
Soal 3 49 1,81 Sukar
Soal 4 21 0,78 Mudah
Soal 5 27 1,00 Mudah
Soal 6 15 0,56 Sedang
Soal 7 12 0,44 Sedang
Soal 8 25 0,93 Mudah
Soal 9 11 0,41 Sedang
Soal 10 55 2,04 Sukar
Soal 11 47 1,74 Sukar
Soal 12 18 0,67 Sedang
Soal 13 26 0,96 Mudah
Soal 14 46 1,70 Sukar
Soal 15 17 0,63 Sedang
Soal 16 45 1,67 Sukar
Soal 17 6 0,22 Sukar
Soal 18 17 0,63 Sedang
Soal 19 26 0,96 Mudah
Soal 20 19 0,70 Mudah

3.8.4. Daya Beda (D)


43

Daya pembeda tes dicari dengan rumus :

Dengan :
BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar.
BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan salah.
JA = Banyaknya peserta kelompok atas.
JB = Banyaknya peserta kelompok bawah.
PA = jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok atas.
PB = jumlah siswa yang menjawab salah pada kelompok bawah.
Sebagai pedoman, kriteria daya pembeda soal ditentukan dari besarnya rhitung
dengan ketentuan seperti pata tabel 3.9.
Tabel 3.9. Arti Koefisien Daya Pembeda Tes
Rentang Daya Pembeda Arti
0,00 – 0,19 Soal jelek (poor)
0,20 – 0,29 Soal cukup (satisfactory)
0,30 – 0,39 Soal baik (good)
0,40 – 1,00 Soal sangat baik (excellent)
(Arikunto, 2016)
Untuk perhitungan daya beda, dari 20 soal instrumen diperoleh 3 soal
dengan kategori sangat baik, 10 soal dengan kategori baik, 2 soal dengan kategori
cukup baik, dan 5 soal dengan kategori jelek (Lampiran 20).
Hasil perhitungan daya beda pada tes keterampilan sains pada masing-masing
soal adalah dapat dilihat dalam tabel 3.10
Tabel 3.10 Hasil Uji Daya Beda Tes
No soal PA PB D Kategori
Soal 1 2,23 1,69 0,54 Baik
Soal 2 0,31 0,38 0,08 Jelek
Soal 3 2,31 1,46 0,85 Sangat baik
44

Soal 4 0,85 0,77 0,08 Jelek


Soal 5 1,31 0,77 0,54 Baik
Soal 6 0,62 0,54 0,08 Jelek
Soal 7 0,69 0,23 0,46 Baik
Soal 8 1,23 0,69 0,54 Baik
Soal 9 0,69 0,15 0,54 Baik
Soal 10 2,54 1,69 0,85 Sangat baik
Soal 11 1,77 1,85 0,08 Jelek
Soal 12 0,92 0,46 0,46 Baik
Soal 13 1,00 1,00 0,00 Jelek
Soal 14 2,23 1,31 0,92 Sangat Baik
Soal 15 1,00 0,31 0,69 Baik
Soal 16 2,08 1,38 0,69 Baik
Soal 17 0,38 0,08 0,31 Cukup Baik
Soal 18 0,77 0,54 0,23 Cukup Baik
Soal 19 1,23 0,77 0,46 Baik
Soal 20 1,00 0,46 0,54 Cukup Baik

3.9. Teknik Analisis Data Tes Keterampilan Proses Sains


3.9.1. Teknik Analisis Data Tes Keterampilan Proses Sains
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji
persyaratan analisis data dalam hal ini dihitung uji normalitas dan uji homogenitas
data. Adapun langkah-langkah yang di gunakan adalah sebagai berikut
3.9.1.1. Menghitung Nilai Rata-Rata dan Simpangan Baku
Untuk menghitung nilai rata-rata dan simpangan baku digunakan rumus :

x
x i

n (3.1)

Dimana :
x = Rata-rata nilai hasil belajar siswa
x i = Jumlah nilai total
n = Jumlah sampel
45

Untuk menghitung simpangan baku digunakan rumus :

n  xi    xi 
2 2

S (3.2)
n n  1
Dimana :
S = Simpangan baku
n = Banyaknya jumlah siswa
x i = Jumlah total skor

3.9.1.2. Uji Normalitas


Uji normalitas adalah populasi darimana sampel berasal. Uji normalitas
digunakan untuk mengetahui apakah data kedua sampel berdistribusi normal atau
tidak. Data yang diolah berasal dari sampel, maka populasi dari mana data diambil
dapat dikatakan berdistribusi normal.
Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
- Pengamatan X1, X2, . . . . . Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, . . Zn dengan
menggunakan rumus :
Xi  X
Z1 = (3.3)
S
Dimana :
X1 = Nilai hasil belajar siswa pertama
X2 = Nilai hasil belajar siswa kedua
Xn = Nilai hasil belajar siswa berikutnya
X = Rata-rata nilai hasil belajar siswa
S = Simpangan baku
Z = Bilangan baku
- Untuk bilangan baku dihitung dengan menggunakan daftar distribusi normal baku
dan kemudian dihitung peluang dengan rumus :
46

F (Zi) = P ( Z≤ Zi ).
- Selanjutnya menghitung proporsi Z1, Z2, . . . . . Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi. Jika proporsi ini dinyatakan dengan oleh S (Zi), maka

S (Zi) = banyaknyaZ 1 , Z 2 ,...Z n  Z i


n (3.4)

- Menghitung selisih F (Zi) – S (Zi) kemudian menentukan harga mutlaknya.


- Diambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut.
Harga terbesar disebut Lo.
Untuk menerima atau menolak hipotesis dilakukan dengan cara
membandingkan Lo dengan nilai kritis Lk yang di ambil dari daftar Lilliefors dengan
taraf nyata α = 0,05.
Kreteria pengujian : Tolak hipotesis nol (data berdistribusi normal) jika L o yang
diperoleh dari pengamatan lebih besar L k dari daftar. Dalam hal lainnya, hipotesis nol
diterima.
Jika Lhitung < Ltabel maka sampel berdistribusi normal.
Jika Lhitung > Ltabel maka sampel tidak berdistribusi normal

3.9.1.3. Uji Homogenitas


Untuk menguji homogenitas digunakan rumus:
2
S1
F
S2
2 (3.5)

2
Dimana : S1 = Varians terbesar
2
S 2 = Varians terkecil
Kriteria Pengujian :
a. Jika Fhitung > Ftabel, , maka kedua sampel tidak berasal dari populasi yang
homogen (Ho ditolak).
47

b. Jika Fhitung < Ftabel, , maka kedua sampel berasal dari populasi yang homogen
(Ho diterima).
Dimana Fα (v1,v2) didapat dari daftar distribusi F dengan peluang α, sedangkan derajat
kebebasan v1 dan v2 masing-masing sesuai dengan dk pembilang = (n1-1) dan dk
penyebut (n2-1) dengan taraf signifikan (α ) = 0,05.

3.9.1.4. Uji Hipotesis


Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol digunakan uji t .Pengujian hipotesis dilakukan dengan dua cara yaitu:
3.9.1.4.1 Uji kesamaan rata-rata pretest (uji t dua pihak)
Uji t dua pihak digunakan untuk mengetahui kesamaan kemampuan awal
siswa pada kedua kelompok sampel. Hipotesis yang diuji berbentuk:
HO :  1   2
Ha :  1   2
Keterangan:
1   2 : KPS awal siswa pada kelas eksperimen sama dengan KPS awal siswa
pada kelas kontrol.
1   2 : KPS awal siswa pada kelas eksperimen tidak sama dengan KPS awal
siswa
pada kelas kontrol.
Bila data penelitian berdistribusi normal dan homogen maka untuk menguji hipotesis
menggunakan uji t dengan rumus:
1   2
thitung = 1 1 (3.6)
S 
n1 n 2

Dimana S adalah varians gabungan yang dihitung dengan rumus:


48

(n1  1) S12  ( n2  1) S 22
S2 =
n1  n2  2
(3.7)
Kriteria pengujian adalah : terima Ho jika –t1-1/2  < t < t1-1/2  dimana t1-1/2
 didapat dari daftar distribusi t dengan dk = (n1 + n2 - 2) dan  = 0,05. Untuk
harga t lainnya Ho ditolak. Jika analisis data menunjukkan bahwa –t1-1/2  < t < t1-1/2
 , atau nilai t hitung yang diperoleh berada diantara –t1-1/2  dan t1-1/2  , maka Ho
diterima.
Dapat diambil kesimpulan bahwa kps siswa pada kelas eksperimen sama
dengan kps awal siswa pada kelas kontrol, dan jika analisis data menunjukkan nilai t
hitung tidak berada diantara – t1-1/2  dan t1-1/2  , maka Ho ditolak dan terima Ha,

dapat diambil kesimpulan bahwa kps awal siswa pada kelas eksprimen tidak sama
dengan kps awal siswa pada kelas kontrol (Sudjana 2005).

3.9.1.4.2 Uji kesamaan rata-rata postes (uji t satu pihak)


Uji t satu pihak digunakan untuk mengetahui pengaruh dari suatu perlakuan
yaitu model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap keterampilan proses sains
siswa. Pengujian ada tidaknya pengaruh hasil postes siswa digunakan uji t satu pihak
dengan hipotesis :
HO :  1   2
Ha : 1  2
Keterangan :
1   2 : Keterampilan proses sains siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
sama, berarti berarti tidak ada pengaruh yang signifikan dari model
pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap keterampilan proses sains
siswa.
49

1  2 : Keterampilan proses sains siswa pada kelas eksperimen lebih besar


dibandingkan kelas kontrol, berarti ada pengaruh yang signifikan dari
model pembelajaran inkuri terbimbing terhadap keterampilan proses sains
siswa (Sudjana, 2005).
Untuk uji hipotesis digunakan uji t dengan rumus :
1   2
thitung = 1 1 (3.8)
S 
n1 n2

Dimana S adalah varians gabungan yang dihitung dengan rumus :


(n1  1) S12  ( n2  1) S 22
S2 =
n1  n2  2

(3.9)
Keterangan :
t = Distribusi t

= nilai rata-rata hasil belajar kelas eksperimen.

= nilai rata-rata hasil belajar kelas kontrol.

n1 = jumlah siswa kelas eksperimen.


n2 = jumlah siswa kelas kontrol.
S12 = varians nilai hasil belajar siswa kelas eksperimen

S 22 = varians nilai hasil belajar siswa kelas kontrol.


S2 = varians dua kelas sampel.
Maka kriteria pengujian hipotesis adalah : terima Ho, jika thitung < t1-  dimana t1- 

diperoleh dari daftar distribusi t dengan dk = (n1 + n2 - 2) dengan peluang (1-  ) dan
 = 0,05 . Untuk harga-harga t yang lain Ho ditolak.
taraf signifikan
Jika analisis data menunjukkan bahwa t > t 1-  atau nilai t hitung yang
diperoleh lebih dari nilai t1-  , maka hipotesis Ho ditolak dan terima Ha, berarti
50

keterampilan proses sains siswa pada kelas eksperimen (dengan menggunakan model
pembelajaran inkuiri terbimbing) lebih tinggi dibandingkan keterampilan proses sains
pada kelas kontrol (dengan menggunakan model pembelajaran konvensional).
Adanya perbedaan keterampilan proses sains yang signifikan akibat pengaruh model
inkuiri terbimbing, maka dapat disimpulkan bahwa model ini ada pengaruhnya
terhadap peningkatan keterampila proses sains siswa.
Jika pengolahan data menunjukkan bahwa t < t1-  , atau nilai t hitung yang
diperoleh kurang dari nilai t1-  , maka hipotesis Ho diterima. Dapat disimpulkan
bahwa keterampilan proses sains siswa pada kelas eksperimen (dengan menggunakan
model pembelajaran inkuiri terbimbing) sama dengan keterampilan proses sains siswa
pada kelas kontrol (dengan menggunakan model pembelajaran konvensional), maka
model pembelajaran inkuiri terbimbing dikatakan tidak berpengaruh terhadap
keterampila proses sains siswa.

3.9.2 Teknik Analisis Data Aktivitas Keterampilan Proses Sains


Teknik analisis data aktivitas keterampilan proses sains siswa adalah
a. Mentabulasi data.
b. Menghitung skor dan nilai.
c. Menghitung rata-rata skor dan nilai setiap pertemuan.
d. Menyimpulkan aktivitas keterampilan proses sains siswa.
Adapun kriteria penilaian aktivitas KPS siswa seperti pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8. Penentuan Skor Perolehan Aktivitas KPS
Interval Nilai Kategori
86-100 Baik sekali
76-85 Baik
60-75 Sedang
55-59 Kurang
0-54 Kurang sekali
(Purwanto, 2011)

Anda mungkin juga menyukai