BAB III
METODE PENELITIAN
a. Meminta izin kepada pihak sekolah perihal kegiatan penelitian yang akan
dilakukan di SMAN 21 Medan dengan memberikan surat persetujuan dari
jurusan.
b. Melakukan wawancara terhadap guru bidang studi fisika untuk
mengetahui hasil belajar siswa pada pelajaran fisika
c. Memberikan angket kepada siswa tentang masalah yang dihadapi siswa
pada proses pembelajaran fisika.
d. Menentukan masalah, dan mendiskusikan solusi yang bisa diterapkan
untuk memecahkan persoalan yang ada di sekolah
e. Menentukan judul dan perkiraan waktu penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
a. Menebtukan sampel penelitian.
b. Melaksanakan pretes pada sampel penelitian untuk mengetahui
kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa sebelum diberi perlakuan
terhadap materi yang diajarkan.
c. Melakukan analisis data pretes yaitu uji normalitas (untuk mengetahui
sampel distribusi normal atau tidak), uji homogenitas (untuk mengetahui
kesamaan varians sampel), dan uji t dua pihak (untuk mengetahui
kesamaan pengetahuan awal sampel).
d. Melakukan perlakuan (pengajaran) dimana kelas eksperimen dengan
menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan kelas kontrol
dengan pemebelajaran konvensional.
e. Memberikan postes kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk
mengetahui kemampuan akhir (keterampilan proses sains) siswa setelah
diberikan perlakuan.
3. Tahap Akhir Penelitian
a. Mengolah data hasil penelitian.
b. Menarik kesimpulan.
34
Studi Pendahuluan
Wawancara Angket
Pretest
Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing Konvensional
Postest
Kesimpulan
Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes dan non tes. Instrumen tes
yang digunakan untuk menilai keterampilan proses sains siswa adalah tes
keterampilan proses sains siswa berbentuk uraian sedangan instrumen nontes berupa
lembar observasi aktivitas keterampilan proses sains.
Selanjutnya jumlah total skor dari setiap siswa dikonversikan ke dalam bentuk
nilai dengan menggunakan rumus :
Adapun kriteria penilaian tes KPS siswa seperti pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Penentuan Skor Perolehan Tes KPS
Interval Nilai Kategori
86-100 Baik sekali
76-85 Baik
60-75 Sedang
55-59 Kurang
0-54 Kurang sekali
(Purwanto, 2011)
Tes digunakan untuk memperoleh data keterampilan proses sains siswa
sebelum dan setelah tahap proses pembelajaran. Indikator keberhasilan penelitian ini
didasarkan pada ketercapaian indikator, yaitu keterampilan proses sains, jika hasil
persentase pada setiap aspek keterampilan proses sains (KPS) secara keseluruhan
mencapau rata-rata ≥76 (Purwanto, 2011).
Untuk melihat keaktifan siswa maka dilakukan pengamatan sebanyak tiga kali
pertemuan, dimana pengamatan dilakukan pada kegiatan inti untuk tiap pertemuan
dengan berpedoman pada rubrik penilaian aktivitas kps (lampiran 11).
N XY X Y
rxy
N X 2
X
2
N Y 2
Y
2
Dengan: rxy = hasil skor X dan Y untuk setiap responden
X = jumlah jawaban benar kelompok X
Y = jumlah jawaban benar kelompok Y
X2 = kuadrat jawaban benar kelompok X
Y2 = kuadrat jawaban benar kelompok Y
Instrumen dikatakan valid, maka perlu dilihat kriteria penafsiran mengenai
indeks korelasinya (r) seperti pada tabel 3.4.
Tabel 3.4. Kategori Validitas Berdasarkan Koefisien Korelasi
n S i
2
rxy 1 2
n - 1 S t
Dimana :
rxy = Reliabilitas tes secara keseluruhan
n = Banyak item
1 = Bilangan Konstan.
= Varian total.
41
tabel harga kritik r tabel product moment dengan maka r11> rtabel maka soal
reliabel.
Untuk menafsirkan arti suatu koefisien reliabilitas, dapat menggunakan
pedoman yang terdapat dalam Tabel 3.6.
Tabel 3.6. Kategori dan Nilai Reliabilitas
Nilai Kategori
0.00 – 0.20 Sangat rendah
0.21 – 0.40 Rendah
0.41 – 0.60 Cukup
0.61 – 0.80 Tinggi
0.82– 1.00 Sangat tinggi
(Arikunto,2016)
Soal yang akan di uji reliabilitasnya terdiri dari 20 butir soal essay. Soal di
katakan reliabel jika rxy > rtabel. Setelah dilakukan perhitungan reliabilitas (Lampiran
16) diperoleh bahwa seluruh soal dinyatakan reliabel karena rxy= 0.55 lebih besar dari
rtabel.= 0.388 dan termasuk dalam kategori cukup reliabel.
Tingkat kesukaran soal dikategorikan menjadi soal yang mudah, sedang, dan
sukar. Hasil uji tingkat kesukaran soal menunjukkan bahwa dari 20 soal instrumen
diperoleh 6 soal tergolong sukar, 7 soal tergolong sedang, dan 7 soal tergolong
mudah, dimana kriteria tersebut menyatakan soal layak untuk digunakan (Lampiran
18).
Hasil perhitungan tingkat kesukaran soal pada tes keterampilan sains pada
masing-masing soal dapat dilihat pada tabel 3.8
Tabel 3.8 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Tes
No soal Rata-rata P Kategori
Soal 1 51 0,85 Mudah
Soal 2 9 0,33 Sedang
Soal 3 49 1,81 Sukar
Soal 4 21 0,78 Mudah
Soal 5 27 1,00 Mudah
Soal 6 15 0,56 Sedang
Soal 7 12 0,44 Sedang
Soal 8 25 0,93 Mudah
Soal 9 11 0,41 Sedang
Soal 10 55 2,04 Sukar
Soal 11 47 1,74 Sukar
Soal 12 18 0,67 Sedang
Soal 13 26 0,96 Mudah
Soal 14 46 1,70 Sukar
Soal 15 17 0,63 Sedang
Soal 16 45 1,67 Sukar
Soal 17 6 0,22 Sukar
Soal 18 17 0,63 Sedang
Soal 19 26 0,96 Mudah
Soal 20 19 0,70 Mudah
Dengan :
BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar.
BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan salah.
JA = Banyaknya peserta kelompok atas.
JB = Banyaknya peserta kelompok bawah.
PA = jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok atas.
PB = jumlah siswa yang menjawab salah pada kelompok bawah.
Sebagai pedoman, kriteria daya pembeda soal ditentukan dari besarnya rhitung
dengan ketentuan seperti pata tabel 3.9.
Tabel 3.9. Arti Koefisien Daya Pembeda Tes
Rentang Daya Pembeda Arti
0,00 – 0,19 Soal jelek (poor)
0,20 – 0,29 Soal cukup (satisfactory)
0,30 – 0,39 Soal baik (good)
0,40 – 1,00 Soal sangat baik (excellent)
(Arikunto, 2016)
Untuk perhitungan daya beda, dari 20 soal instrumen diperoleh 3 soal
dengan kategori sangat baik, 10 soal dengan kategori baik, 2 soal dengan kategori
cukup baik, dan 5 soal dengan kategori jelek (Lampiran 20).
Hasil perhitungan daya beda pada tes keterampilan sains pada masing-masing
soal adalah dapat dilihat dalam tabel 3.10
Tabel 3.10 Hasil Uji Daya Beda Tes
No soal PA PB D Kategori
Soal 1 2,23 1,69 0,54 Baik
Soal 2 0,31 0,38 0,08 Jelek
Soal 3 2,31 1,46 0,85 Sangat baik
44
x
x i
n (3.1)
Dimana :
x = Rata-rata nilai hasil belajar siswa
x i = Jumlah nilai total
n = Jumlah sampel
45
n xi xi
2 2
S (3.2)
n n 1
Dimana :
S = Simpangan baku
n = Banyaknya jumlah siswa
x i = Jumlah total skor
F (Zi) = P ( Z≤ Zi ).
- Selanjutnya menghitung proporsi Z1, Z2, . . . . . Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi. Jika proporsi ini dinyatakan dengan oleh S (Zi), maka
2
Dimana : S1 = Varians terbesar
2
S 2 = Varians terkecil
Kriteria Pengujian :
a. Jika Fhitung > Ftabel, , maka kedua sampel tidak berasal dari populasi yang
homogen (Ho ditolak).
47
b. Jika Fhitung < Ftabel, , maka kedua sampel berasal dari populasi yang homogen
(Ho diterima).
Dimana Fα (v1,v2) didapat dari daftar distribusi F dengan peluang α, sedangkan derajat
kebebasan v1 dan v2 masing-masing sesuai dengan dk pembilang = (n1-1) dan dk
penyebut (n2-1) dengan taraf signifikan (α ) = 0,05.
(n1 1) S12 ( n2 1) S 22
S2 =
n1 n2 2
(3.7)
Kriteria pengujian adalah : terima Ho jika –t1-1/2 < t < t1-1/2 dimana t1-1/2
didapat dari daftar distribusi t dengan dk = (n1 + n2 - 2) dan = 0,05. Untuk
harga t lainnya Ho ditolak. Jika analisis data menunjukkan bahwa –t1-1/2 < t < t1-1/2
, atau nilai t hitung yang diperoleh berada diantara –t1-1/2 dan t1-1/2 , maka Ho
diterima.
Dapat diambil kesimpulan bahwa kps siswa pada kelas eksperimen sama
dengan kps awal siswa pada kelas kontrol, dan jika analisis data menunjukkan nilai t
hitung tidak berada diantara – t1-1/2 dan t1-1/2 , maka Ho ditolak dan terima Ha,
dapat diambil kesimpulan bahwa kps awal siswa pada kelas eksprimen tidak sama
dengan kps awal siswa pada kelas kontrol (Sudjana 2005).
(3.9)
Keterangan :
t = Distribusi t
diperoleh dari daftar distribusi t dengan dk = (n1 + n2 - 2) dengan peluang (1- ) dan
= 0,05 . Untuk harga-harga t yang lain Ho ditolak.
taraf signifikan
Jika analisis data menunjukkan bahwa t > t 1- atau nilai t hitung yang
diperoleh lebih dari nilai t1- , maka hipotesis Ho ditolak dan terima Ha, berarti
50
keterampilan proses sains siswa pada kelas eksperimen (dengan menggunakan model
pembelajaran inkuiri terbimbing) lebih tinggi dibandingkan keterampilan proses sains
pada kelas kontrol (dengan menggunakan model pembelajaran konvensional).
Adanya perbedaan keterampilan proses sains yang signifikan akibat pengaruh model
inkuiri terbimbing, maka dapat disimpulkan bahwa model ini ada pengaruhnya
terhadap peningkatan keterampila proses sains siswa.
Jika pengolahan data menunjukkan bahwa t < t1- , atau nilai t hitung yang
diperoleh kurang dari nilai t1- , maka hipotesis Ho diterima. Dapat disimpulkan
bahwa keterampilan proses sains siswa pada kelas eksperimen (dengan menggunakan
model pembelajaran inkuiri terbimbing) sama dengan keterampilan proses sains siswa
pada kelas kontrol (dengan menggunakan model pembelajaran konvensional), maka
model pembelajaran inkuiri terbimbing dikatakan tidak berpengaruh terhadap
keterampila proses sains siswa.