PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
Agar perumusan masalah ini tidak meluas maka penulis perlu membatasi ruang lingkup masalah
sebagai berikut :
1. Pengertian Birokrasi
3. Tujuan Penelitian
PEMBAHASA
1. Pengertian Birokrasi
Birokrasi berasal dari kata “bureau” yang berarti meja atau kantor; dan kata “kratia” (cratein)
yang berarti pemerintah. Pada mulanya, istilah ini digunakan untuk menunjuk pada suatu
sistematika kegiatan kerja yang diatur atau diperintah oleh suatu kantor melalui kegiatan-
kegiatan administrasi.
Dalam konsep bahasa Inggris secara umum, birokrasi disebut dengan “civil service”. Selain itu
juga sering disebut dengan public sector, public service atau public administration. Secara
etimologi birokrasi dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah sistem pemerintahan yang
dijalankan oleh pegawai pemerintah karena telah berpegang pada hirarki dan jabatan.
b. Birokrasi
Birokrasi secara harfiah berasal dari kata yaitu bereau yang artinya meja tulis dan cracy artinya
orang-orang yang berada di meja tersebut. Untuk memberikan penjelasan mengenai birokrasi
secara mendalam dan komperatif menurut para ahli yang dikutip dari Priyo Budi Sutanto (1993)
yaitu sebagai berikut;
“ Birokrasi adalah keseluruhan aparat pemerintah,sipil maupun militer yang melakukan tugas
menbantu pemerintah dan menerima gaji dari pemerintah dari statusnya itu ”
“ Birokrasi adalah suatu bentuk perkumpulan secara formal mengorganisir kantor dan tugas
dalam mata rantai subordinas untuk melakukan perannya secara formal dalam pembuatan
keputusan”
3. Lance Castles (1976)
4. La Polambra (1967)
Birokrasi di Indonesia sejak jaman orde baru dan era reformasi memiliki ciri aliran birokrasi
gaya Max Weber yang di tandai dengan hal berikut ini :
C. Reformasi Birokrasi
Pengertian reformasi secara harfiah dari kata reform atau reformation artinya membentuk
kembali sesuai dengan hakikinya. Namun secara fungsiaonal pemahamannya adalah membentuk
kembali kearah perbaikan, kemajuan dan pembaharuan dan penyampurnaan. Reformasi adalah
membangun sesuatu menjadi lebih baik daripada yang sudah ada. Reformasi ini diarahkan pada
perubahan masyarakat yang termasuk didalamnya masyarakat birokrasi, dalam pengertian
perubahan ke arah kemajuan. Dalam pengertian ini perubahan masyarakat diarahkan pada
development. Karl Mannheim menjelaskan bahwa perubahan masyarakat adalah berkaitan
dengan norma-normanya. Development adalah perkembangan yang tertuju pada kemajuan
keadaan dan hidup anggota masyarakat, dimana kemajuan kehidupan ini akhirnya juga dinikmati
oleh masyarakat. Dengan demikian maka perubahan masyarakat dijadikan sebagai peningkatan
martabat manusia, sehingga hakekatnya perubahan masyarakat berkait erat dengan kemajuan
masyarakat.
Dari pengertian ini, maka reformasi birokrasi adalah membangun kembali kondisi birokasi
kearah perbaikan,penyempurnaan dan pembaharuan,sesuai dengan tujuan birokrasi pemerintah
yaitu pemberian pelayanan publik yang tertib, teratur, lancar serta efisien dan efektif. Reformasi
birokrasi penting dilakukan agar bangsa ini tidak termarginalisasi oleh arus globalisasi.
Reformasi ini harus dilakukan oleh pejabat tertinggi, seperti presiden dalam suatu negara atau
menteri/kepala lembaga pada suatu departemen dan kementerian negara/lembaga negara, sebagai
motor penggerak utama.
Reformasi birokrasi merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai good governance.
Melihat pengalaman sejumlah Negara menunjukan bahwa reformasi birokrasi merupakan
langkah awal untuk mencapai kemajuan sebuah Negara. Melalui reformasi birokrasi, dilakukan
penataan terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan yang tidak hanya efektif dan efesien
tapi juga reformasi birokrasi menjadi tulang punggung dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Reformasi birokrasi memang akan diterapkan dijajaran kementerian dan lembaga
pemerintah. Mereformasi birokrasi kementerian dan lembaga memang sudah saatnya dilakukan
sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi saat ini. Dimana birokrasi dituntut untuk dapat
melayani masyarakat secara cepat, tepat dan profesional. Birokrasi merupakan faktor penentu
dalam mencapai tujuan pembangunan nasional.
Oleh sebab itu cita-cita reformasi birokrasi adalah terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan
yang professional, memiliki kepastian hukum, transparan, partisipatif, akuntable dan memiliki
kredibilitas serta berkembangnya budaya dan perilaku birokrasi yang didasari oleh etika,
pelayanan dan pertanggungjawaban public serta integritas pengabdian dalam mengemban misi
perjuangan bangsa mewujudkan cita-cita dan tujuan bernegara.
D. Tujuan Reformasi Birokrasi
Tujuan Reformasi Birokrasi yaitu agar terciptanya good governance, yaitu tata pemerintahan
yang baik, bersih, dan berwibawa :
2. Terciptanya birokrasi yang profesional, netral, terbuka, demokratis, mandiri, serta memiliki
integritas dan kompetensi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya selaku abdi
masyarakat dan abdi negara
4. Bebas KKN
Reformasi birokrasi merupakan usaha mendesak, mengingat implikasinya yang begitu luas bagi
masyarakat dan negara. Perlu usaha-usaha serius agar pembaruan birokrasi menjadi lancar dan
berkelanjutan. Ada dua usaha serius yang perlu diperhatikan: langka internal dan langkah
eksternal. Berikut ini adalah langkah-langkah yang perlu ditempuh menuju reformasi birokrasi
(Hardjapamekas, 2002:283).
Langkah internal:
1. Meluruskan orientasi. Reformasi birokrasi harus berorientasi pada demokratisasi dan bukan
pada kekuasaaan. Perubahan birokrasi harus mengarah pada amanah rakyat karena reformasi
birokrasi harus bermuara pada pelayanan masyarakat.
2. Memperkuat komitmen. Tekad birokrat untuk berubah harus ditumbuhkan. Ini prasyarat
penting, karena tanpa disertai tekad yang kuat dari birokrat untuk berubah, maka reformasi
birokrasi akan menghadapi banyak kendala. Untuk memperkuat tekad perubahan dikalangan
birokrat, perlu ada stimulus, seperti peningkatan kesejahteraan, tetapi pada saat yang sama tidak
memberikan ampun bagi mereka yang membuat kesalahan atau bekerja tidak benar.
3. Membangun kultur baru. Kultur birokrasi kita begitu buruk, konotasi negatif seperti
mekanisme dan prosedur kerja berbelit-belit dan penyalahgunaan status perlu diubah. Sebagai
gantinya, dilakukan pembenahan kultur dan etika birokrasi dengan konsep transparansi, melayani
secara terbuka, serta jelas kode etiknya.
5. Memperkuat payung hukum. Upaya reformasi birokrasi perlu dilandasi dengan aturan
hukum yang jelas. Aturan hukum yang jelas bisa menjadi koridor dalam menjalankan perubahan-
perubahan.
6. Peningkatan Kualitas SDM. Semua upaya reformasi birokrasi tidak akan memberikan hasil
yang optimal tanpa disertai SDM yang handal dan profesional. Karena itu perlu penataan dan
sistem rekrutmen kepegawaian, sistem penggajian, pelaksanaan pelatihan, dan peningkatan
kesejahteraan.
Langkah Eksternal:
1. Komitmen dan keteladanan elit politik. Reformasi birokrasi merupakan pekerjaan besar
karena menyangkut sistem besar negara yang mengalami tradisi buruk untuk kurun yang cukup
lama. Untuk memutus tradisi lama dan menciptakan tatanan dan tradisi baru, perlu
kepemimpinan yang kuat dan yang patut diteladani. Kepemimpinan yang kuat berarti hadirnya
pemimpin-pemimpin yang berani dan tegas dalam membuat keputusan. Sedangkan keteladanan
adalah keberanian memberikan contoh kepada bawahan dan masyarakat.
3. Ketiga, membenahi dan meningkatkan mutu pelayanan publik, sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah, dapat diupayakan dengan
memberikan kemudahan akses bagi masyarakat, memperpendek proses birokrasi, mempercepat
waktu pelayanan, memberikan kenyamanan tempat pelayanan, dan mengubah budaya pelayanan
dengan memberikan pelatihan kepada pegawai (birokrat) untuk memberikan pelayanan layaknya
kepada konsumen. Hal yang penting adalah membentuk SOP (standart operasional
prosedur) sehingga jelas standar pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Selain itu yang
tidak kalah penting adalah, semua harus diatur dalam bentuk peraturan tertulis, yang menyangkut
sanksi apabila SOP tidak dilaksanakan sesuai dengan ketentuan. Bukan hanya masyarakat yang
mendapat sanksi tetapi juga birokrat/ pegawai juga wajib menerima sanksi apabila tidak
memberikan pelayanan sesuai ketentuan. Dalam hal pelayanan ini, sudah banyak daerah-daerah
yang mampu berinovasi dalam memberikan pelayanan yang kemudian dapat menjadi studi bagi
daerah lain untuk melakukan hal yang sama tentunya disesuaikan dengan kebutuhan,
kemampuan dan karakteristik masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Birokrasi adalah kekuasaan yang didasarkan pada peraturan perundang-undangan dan
prinsip-prinsip ideal bekerjanya suatu organisasi. Pada umumnya birokrasi ini bersifat rigid dan
kaku. Namun, birokrasi memiliki fungsi dan peran yang amat penting di dalam masyarakat salah
satunya adalah melaksanakan pelayanan publik. Pelaksanaan birokrasi dalam hal pelayanan
publik di setiap negara tentunya berbeda, begitu juga diantara negara berkembang dengan negara
maju. Di negara berkembang yaitu Indonesia, pelayanan publik yang diberikan pemerintah
kepada masyarakat sepertinya belum bisa dikatakan baik atau maksimal karena tidak semua
lapisan masyarakat yang belum menikmati pelayanan yang ada dan birokrasinya sangat berbelit-
belit.
Jika birokrasi buruk, upaya pembangunan akan dipastikan mengalami banyak hambatan.
Tidak hanya dalam hal pembangunan, birokrasi yang buruk dapat memicu permasalahan yang
komplek dalam masarakat.
Meskipun masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan untuk menciptakan
birokrasi yang bersih dan ideal sesuai harapan, bukan tidak mungkin semuanya dapat
diselesaikan dengan berbagai proses dan tahapan melalui reformasi birokrasi.
B. SARAN
Adapun saran atau rekomendasi yang diberikan kepada pemerintah yakni, pemerintah
sebaiknya memperhatikan dan memperbaharui sistem birokrasi yang ada saat ini yang mana
sistem birokrasi di indonesia sekarang kualitasnya menurun. Pemerintah perlu meningkatkan
pengawasan dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan akses kepada
masyarakat, ikut berperan dalam melakukan pengawasan. Hal tersebut akan dapat mengurangi
tidakan seperti KKN oleh birokrat. Selain itu, pemerintah juga mengawasi agar dalam birokrasi
tidak terdapat campur tangan Politik. Jika birokrasi telah bercampur politik yang ada para
birokrat hanya mementingkan kepentingan politiknya.
REFERENSI
https://kbbi.web.id/birokrasi
Tangke,Paulus M. “Reformasi Birokrasi Good Governance & Good Government”. 29 Februari
2016. https://paulustangke.wordpress.com/reformasi-birokrasi-good-
https://www.academia.edu/9186432/konsep_birokrasi_menurut_Max_Weber
MAKALAH TENTANG BIROKRASI DI INDONESIA