Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Sepanjang periode kemerdekaan Indonesia, birokrasi memiliki peranan penting dalam


perjalanan hidup berbangsa dan bernegara. Selama masa orde baru, birokrasi juga berperan besar
dalam proses pembangunan. Selain itu, birokrasi telah berperan dalam menopang pelaksanaan
fungsi-fungsi pemerintahan seperti pelayanan publik, regulasi, proteksi dan distribusi.Birokrasi
sendiri digambarkan sebagai organisasi formal yang memiliki kedudukan dan cara kerja yang
terikat dengan peraturan, memiliki kompetensi sesuai jabatan dan pekerjaan, memiliki semangat
pelayanan publik, pemisahan yang tegas antara milik organisasi dan individu, serta sumber daya
organisasi yang tidak bebas dari pengawasan eksternal (Bappenas, 2004). Namun demikian, pada
kenyataannya, birokrasi yang ada di Indonesia, tidak sejalan dengan perannya yang besar dalam
tata pemerintahan. Sebagai suatu organisasi formal, birokrasi juga tidak dapat menjalankan
ketentuan sesuai yang digambarkan tersebut.

2. Rumusan Masalah

Agar perumusan masalah ini tidak meluas maka penulis perlu membatasi ruang lingkup masalah
sebagai berikut :

1. Pengertian Birokrasi

2. Permasalan Birokrasi di Indonesia

3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui Pengertian Birokrasi

2. Mengetahui Permasalan Birokrasi di Indonesia


BAB II

PEMBAHASA

1. Pengertian Birokrasi

Birokrasi berasal dari kata “bureau” yang berarti meja atau kantor; dan kata “kratia” (cratein)
yang berarti pemerintah. Pada mulanya, istilah ini digunakan untuk menunjuk pada suatu
sistematika kegiatan kerja yang diatur atau diperintah oleh suatu kantor melalui kegiatan-
kegiatan administrasi.

Dalam konsep bahasa Inggris secara umum, birokrasi disebut dengan “civil service”. Selain itu
juga sering disebut dengan public sector, public service atau public administration. Secara
etimologi birokrasi dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah sistem pemerintahan yang
dijalankan oleh pegawai pemerintah karena telah berpegang pada hirarki dan jabatan.

b. Birokrasi

Birokrasi secara harfiah berasal dari kata yaitu bereau yang artinya meja tulis dan cracy artinya
orang-orang yang berada di meja tersebut. Untuk memberikan penjelasan mengenai birokrasi
secara mendalam dan komperatif menurut para ahli yang dikutip dari Priyo Budi Sutanto (1993)
yaitu sebagai berikut;

1. Yahya mahaimin (1980)

“ Birokrasi adalah keseluruhan aparat pemerintah,sipil maupun militer yang melakukan tugas
menbantu pemerintah dan menerima gaji dari pemerintah dari statusnya itu ”

2. Almond dan Powel (1966)

“ Birokrasi adalah suatu bentuk perkumpulan secara formal mengorganisir kantor dan tugas
dalam mata rantai subordinas untuk melakukan perannya secara formal dalam pembuatan
keputusan”
3. Lance Castles (1976)

“ Birokrasi sebagai orang-orang yang di gaji menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan termasuk


didalamnya adalah pejabat tentara dan birokrasi pemerintahan ”

4. La Polambra (1967)

“Pengertian birokrasi digambarkan para suvervisor dalam mengemban tugas-tugas organisasi


dengan kemampuan dan kapasitasnya untuk melayani publik ”

5. M.Mas’ud Said (2007)

“ Birokrasi adalah sistem administrasi pelaksanaan dilakukan dengan aturan tertulis,dilakukan


oleh bagian tertentu yang terpisah dengan bangian yang lain, oleh orang-orang yang dipilih
karena kemampuan dan keahlian dibidangnya ”

Dengan demikian pandangan diatas dalam memberikan pengertian birokrasi lebih


menekankan sebagai suatu sistem dan prosedur kerja dalam melakukan kegiatan organisasi
secara sistematis dan dengan keterturan yang sudah dibakukan kedalam sistem operasi prosedur
(SOP) didukung sumberdaya manusia yang dipersyaratkan kemampuan dan keahliannya.
Birokrasi tidak bisa lepas dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia, semenjak manusia itu
melakukan aktivitas yang berhubumgan dengan manusia laindalam memenuhi kebutuhan
tersebut tidak terlepas hubungannya dengan birokrasi. Sebab birokrasi itu mengurus,mengatur
dan mengkoordiasikan seluruh aktivitas manusia dalam suatu organisasi agar kepentingan
manusia dapat tercapai dengan baik, lancar dan memuaskan.
B. Ciri-ciri Birokrasi

Birokrasi di Indonesia sejak jaman orde baru dan era reformasi memiliki ciri aliran birokrasi
gaya Max Weber yang di tandai dengan hal berikut ini :

1. Tingkat spesialisasi yang tinggi.

2. Struktur kewenangan hirarki dengan batas-batas kewenangan yang jelas.

3. Hubungan antara anggota organisasi yang tidak bersifat pribadi.

4. Rekruitmen yang didasarkan atas kemampuan teknis.

5. Diferensi antara pendapatan yang resmi dan pribadi.

C. Reformasi Birokrasi

Pengertian reformasi secara harfiah dari kata reform atau reformation artinya membentuk
kembali sesuai dengan hakikinya. Namun secara fungsiaonal pemahamannya adalah membentuk
kembali kearah perbaikan, kemajuan dan pembaharuan dan penyampurnaan. Reformasi adalah
membangun sesuatu menjadi lebih baik daripada yang sudah ada. Reformasi ini diarahkan pada
perubahan masyarakat yang termasuk didalamnya masyarakat birokrasi, dalam pengertian
perubahan ke arah kemajuan. Dalam pengertian ini perubahan masyarakat diarahkan pada
development. Karl Mannheim menjelaskan bahwa perubahan masyarakat adalah berkaitan
dengan norma-normanya. Development adalah perkembangan yang tertuju pada kemajuan
keadaan dan hidup anggota masyarakat, dimana kemajuan kehidupan ini akhirnya juga dinikmati
oleh masyarakat. Dengan demikian maka perubahan masyarakat dijadikan sebagai peningkatan
martabat manusia, sehingga hakekatnya perubahan masyarakat berkait erat dengan kemajuan
masyarakat.
Dari pengertian ini, maka reformasi birokrasi adalah membangun kembali kondisi birokasi
kearah perbaikan,penyempurnaan dan pembaharuan,sesuai dengan tujuan birokrasi pemerintah
yaitu pemberian pelayanan publik yang tertib, teratur, lancar serta efisien dan efektif. Reformasi
birokrasi penting dilakukan agar bangsa ini tidak termarginalisasi oleh arus globalisasi.
Reformasi ini harus dilakukan oleh pejabat tertinggi, seperti presiden dalam suatu negara atau
menteri/kepala lembaga pada suatu departemen dan kementerian negara/lembaga negara, sebagai
motor penggerak utama.

Reformasi birokrasi merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai good governance.
Melihat pengalaman sejumlah Negara menunjukan bahwa reformasi birokrasi merupakan
langkah awal untuk mencapai kemajuan sebuah Negara. Melalui reformasi birokrasi, dilakukan
penataan terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan yang tidak hanya efektif dan efesien
tapi juga reformasi birokrasi menjadi tulang punggung dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Reformasi birokrasi memang akan diterapkan dijajaran kementerian dan lembaga
pemerintah. Mereformasi birokrasi kementerian dan lembaga memang sudah saatnya dilakukan
sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi saat ini. Dimana birokrasi dituntut untuk dapat
melayani masyarakat secara cepat, tepat dan profesional. Birokrasi merupakan faktor penentu
dalam mencapai tujuan pembangunan nasional.

Oleh sebab itu cita-cita reformasi birokrasi adalah terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan
yang professional, memiliki kepastian hukum, transparan, partisipatif, akuntable dan memiliki
kredibilitas serta berkembangnya budaya dan perilaku birokrasi yang didasari oleh etika,
pelayanan dan pertanggungjawaban public serta integritas pengabdian dalam mengemban misi
perjuangan bangsa mewujudkan cita-cita dan tujuan bernegara.
D. Tujuan Reformasi Birokrasi

Tujuan Reformasi Birokrasi yaitu agar terciptanya good governance, yaitu tata pemerintahan
yang baik, bersih, dan berwibawa :

1. Memperbaiki kinerja birokrasi agar lebih efektif dan efisien

2. Terciptanya birokrasi yang profesional, netral, terbuka, demokratis, mandiri, serta memiliki
integritas dan kompetensi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya selaku abdi
masyarakat dan abdi negara

3. Pemerintah yang bersih (clean government)

4. Bebas KKN

5. Meningkatkan kualitas pelayanan terhadap masyarakat.

E. Langkah-Langkah Memajukan Reformasi Birokrasi Indonesia

Reformasi birokrasi merupakan usaha mendesak, mengingat implikasinya yang begitu luas bagi
masyarakat dan negara. Perlu usaha-usaha serius agar pembaruan birokrasi menjadi lancar dan
berkelanjutan. Ada dua usaha serius yang perlu diperhatikan: langka internal dan langkah
eksternal. Berikut ini adalah langkah-langkah yang perlu ditempuh menuju reformasi birokrasi
(Hardjapamekas, 2002:283).

Langkah internal:

1. Meluruskan orientasi. Reformasi birokrasi harus berorientasi pada demokratisasi dan bukan
pada kekuasaaan. Perubahan birokrasi harus mengarah pada amanah rakyat karena reformasi
birokrasi harus bermuara pada pelayanan masyarakat.
2. Memperkuat komitmen. Tekad birokrat untuk berubah harus ditumbuhkan. Ini prasyarat
penting, karena tanpa disertai tekad yang kuat dari birokrat untuk berubah, maka reformasi
birokrasi akan menghadapi banyak kendala. Untuk memperkuat tekad perubahan dikalangan
birokrat, perlu ada stimulus, seperti peningkatan kesejahteraan, tetapi pada saat yang sama tidak
memberikan ampun bagi mereka yang membuat kesalahan atau bekerja tidak benar.

3. Membangun kultur baru. Kultur birokrasi kita begitu buruk, konotasi negatif seperti
mekanisme dan prosedur kerja berbelit-belit dan penyalahgunaan status perlu diubah. Sebagai
gantinya, dilakukan pembenahan kultur dan etika birokrasi dengan konsep transparansi, melayani
secara terbuka, serta jelas kode etiknya.

4. Rasionalisasi. Struktur kelembagaan birokrasi cenderung gemuk dan tidak efisien.


Rasionalisasi kelembagaan dan personalia menjadi penting dilakukan agar birokrasi menjadi
ramping dan lincah dalam menyelesaikan permasalahan, serta dalam menyesuaikan dengan
perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat, termasuk kemajuan teknologi.

5. Memperkuat payung hukum. Upaya reformasi birokrasi perlu dilandasi dengan aturan
hukum yang jelas. Aturan hukum yang jelas bisa menjadi koridor dalam menjalankan perubahan-
perubahan.

6. Peningkatan Kualitas SDM. Semua upaya reformasi birokrasi tidak akan memberikan hasil
yang optimal tanpa disertai SDM yang handal dan profesional. Karena itu perlu penataan dan
sistem rekrutmen kepegawaian, sistem penggajian, pelaksanaan pelatihan, dan peningkatan
kesejahteraan.
Langkah Eksternal:

1. Komitmen dan keteladanan elit politik. Reformasi birokrasi merupakan pekerjaan besar
karena menyangkut sistem besar negara yang mengalami tradisi buruk untuk kurun yang cukup
lama. Untuk memutus tradisi lama dan menciptakan tatanan dan tradisi baru, perlu
kepemimpinan yang kuat dan yang patut diteladani. Kepemimpinan yang kuat berarti hadirnya
pemimpin-pemimpin yang berani dan tegas dalam membuat keputusan. Sedangkan keteladanan
adalah keberanian memberikan contoh kepada bawahan dan masyarakat.

2. Pengawasan masyarakat. Reformasi birokrasi akan berdampak langsung pada masyarakat,


karena peran birokrasi yang utama adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pada
tataran ini masyarakat dapat dilibatkan untuk mengawasi kinerja birokrasi. Misalnya, menegur
birokrat yang lamban dalam melayani masyarakat, atau yang sedang santai saja.

2. Permasalahan Birokrasi di Indonesia


Berbagai permasalahan di lingkungan birokrasi dewasa ini berkaitan dengan citra dan
kinerja birokrasi yang belum dapat memenuhi keinginan masyarakat banyak. Beberapa
diantaranya akan diuraikan secara lebih rinci dalam analisis di bawah ini.
A. Tingginya Tingkat Penyalahgunaan Kewenangan dalam Bentuk KKN
Upaya pemberantasan KKN merupakan salah satu tuntutan penting pada awal reformasi.
Namun prevalensi KKN semakin meningkat dan menjadi permasalahan di seluruh lini
pemerintahan dari pusat hingga daerah. Tuntutan akan peningkatan profesionalisme sumber daya
manusia aparatur negara yang berdaya guna, produktif dan bebas KKN serta sistem yang
transparan, akuntabel dan partisipatif masih memerlukan solusi tersendiri. Ini berkaitan dengan
semakin buruknya citra dan kinerja birokrasi dan rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap
penyelenggaraan pemerintahan. KKN telah menjadi extraordinary state of affairs di Indonesia
Laporan terakhir di penghujung tahun 2003 mengukuhkan Indonesia di urutan ke-6 negara
terkorup didunia. Berdasarkan hasil survei Transparency International (TI) dari 133 negara,
Indonesia berada di urutan ke-122 dari 133 negara terkorup.
B. Rendahnya Kualitas Pelayanan Publik
Rendahnya kualitas pelayanan publik merupakan salah satu sorotan yang diarahkan kepada
birokrasi pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Perbaikan pelayanan
publik di era reformasi merupakan harapan seluruh masyarakat, namun dalam perjalanan
reformasi yang memasuki tahun ke enam, ternyata tidak mengalami perubahan yang signifikan.
Berbagai tanggapan masyarakat justru cenderung menunjukkan bahwa berbagai jenis pelayanan
publik mengalami kemunduran yang utamanya ditandai dengan banyaknya penyimpangan dalam
layanan publik tersebut. Sistem dan prosedur pelayanan yang berbelit-belit, dan sumber daya
manusia yang lamban dalam memberikan pelayanan juga merupakan aspek layanan publik yang
banyak disoroti.

C. Belum Berjalannya Desentralisasi Kewenangan Secara Efektif


Indonesia saat ini dihadapkan oleh berbagai tantangan yang muncul sebagai akibat dari
perkembangan global, regional, nasional dan lokal pada hampir seluruh aspek kehidupan
berbangsa dan bernegara. Dari sisi manajemen pemerintahan, penerapan desentralisasi dan
otonomi daerah merupakan intrumen utama untuk mencapai suatu negara yang mampu
menghadapi tantangan-tatangan tersebut. Di samping itu, penerapan desentralisasi kewenangan
dan otonomi daerah juga merupakan prasyarat dalam rangka mewujudkan demokrasi dan
pemerintahan yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat.
Namun dalam pelaksanaannya selama ini, dalam kebijakan otonomi dearah masih terdapat
beberapa kelemahan, seperti: (a) Otonomi daerah hanya dipahami sebagai kebijakan yang
bersifat institutional belaka; (b) Perhatian dalam otonomi daerah hanya pada masalah pengalihan
kewenangan dari Pusat ke Daerah, tetapi mengabaikan esensi dan tujuan kebijakan tersebut; (3)
Otonomi daerah tidak dibarengi dengan peningkatan kemandirian dan prakarsa masyarakat di
daerah sesuai tuntutan alam demokrasi; dan (4) Konsep dasarnya yang mengandung prinsip-
prinsip federalisme.
D. Pengaruh politik yang kuat terhadap birokrasi,
Pengaruh politik yang kuat terhadap birokrasi, juga menjadi penyumbang terhadap masih
terhambatnya kinerja birokrasi sehingga lemah dalam merespon agenda dan tantangan dalam
pembangunan nasional. Kondisi ini tidak dapat dihindari karena sistem pemerintahan yang
dijalankan oleh Indonesia. Sistem kepartaian yang dianut oleh Indonesia, sedikit banyak
berdampak pada kinerja aparatur yang tidak netral. Aparatur negara terkooptasi dan terintervensi
oleh kepentingan partai yang dinilai berjasa dalam mengusung namanya menjadi aparatur
negara. Tidak sedikit pengangkatan pejabat eselon I berbagai kementerian/lembaga negara serta
BUMN yang disesuaikan dengan nafas politik menterinya (Bappenas, 2004).
Pergolakan politik berkontribusi terhadap jalannya pemerintahan di Indonesia. Kedua hal
ini, baik birokrasi dan politik memang tidak dapat dipisahkan. Beberapa jabatan di birokrat tidak
dapat dipungkiri diduduki oleh orang-orang yang berangkat dari partai, yang membawa
kepentingan partainya masing-masing yang diperoleh melalui pemilu. Pada akhirnya
mengarahkan anggapan bahwa masyarakat hanya dijadikan sebagai obyek dalam pemilu untuk
memenangkan tujuan berpolitik beberapa pihak/kelompok, mengantarkan elit pimpinan menjadi
pimpinan negara dan pemerintah. Setelah terpilihnya pihak-pihak tersebut, lantas kepentingan
rakyat terlupakan dengan kepentingan pribadi/kelompok. Kondisi ini menunjukan sangat
lemahnya akuntabilitas dan pertanggungjawaban kepada publik.

E. Hal-hal yang dapat di lakukan oleh pemerintah,


1. Meningkatkan pengawasan dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan
akses kepada masyarakat, ikut berperan dalam melakukan pengawasan. Akses yang diberikan
bukan hanya sebatas kotak pengaduan, karena pada kenyataannya, cara ini tidak efektif sebagai
bentuk pengaduan atau penngawasan. Pemerintah dapat memberikan kemudahan akses dengan
membentuk lembaga pengaduan atau memaksimalkan fungsi lembaga/komisi yang sudah ada
seperti KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), BPKP, kepolisian dan lembaga pengaduan yang
lain. Peningkatan penegakan hukum melalui perbaikan terhadap sistem kerja internal serta
keselarasan antara lembaga penegak hukum dan lembaga pengawasan. Bentuk akuntabilitas
bukan sebatas Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi dan Pemerintah (Lakip), tetapi juga perlu
pemahaman lebih terhadap konsep akuntabilitas itu sendiri.
2. Kedua, meningkatkan komitmen aparatur pemerintah untuk memberikan pelayanan yang
maksimal kepada masyarakat. Upaya ini memang tidak mudah, mengingat hal ini terkait dengan
mentalitas, etika, kesadaran serta empati masing-masing birokrat. Namun hal ini dapat ditempuh
dengan pembuatan sistem yang kemudian mengharuskan aparatur untuk dapat memberikan
pelayanan dan mengerjakan tugasnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Misalnya melalui,
penilaian kinerja masing-masing pegawai sesuai dengan apa yang dikerjakan. Perekrutan
pegawai sesuai dengan kompetensi dan dilakukan analisis jabatan yang sesuai dengan latar
belakang pendidikan.

3. Ketiga, membenahi dan meningkatkan mutu pelayanan publik, sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah, dapat diupayakan dengan
memberikan kemudahan akses bagi masyarakat, memperpendek proses birokrasi, mempercepat
waktu pelayanan, memberikan kenyamanan tempat pelayanan, dan mengubah budaya pelayanan
dengan memberikan pelatihan kepada pegawai (birokrat) untuk memberikan pelayanan layaknya
kepada konsumen. Hal yang penting adalah membentuk SOP (standart operasional
prosedur) sehingga jelas standar pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Selain itu yang
tidak kalah penting adalah, semua harus diatur dalam bentuk peraturan tertulis, yang menyangkut
sanksi apabila SOP tidak dilaksanakan sesuai dengan ketentuan. Bukan hanya masyarakat yang
mendapat sanksi tetapi juga birokrat/ pegawai juga wajib menerima sanksi apabila tidak
memberikan pelayanan sesuai ketentuan. Dalam hal pelayanan ini, sudah banyak daerah-daerah
yang mampu berinovasi dalam memberikan pelayanan yang kemudian dapat menjadi studi bagi
daerah lain untuk melakukan hal yang sama tentunya disesuaikan dengan kebutuhan,
kemampuan dan karakteristik masyarakat.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Birokrasi adalah kekuasaan yang didasarkan pada peraturan perundang-undangan dan
prinsip-prinsip ideal bekerjanya suatu organisasi. Pada umumnya birokrasi ini bersifat rigid dan
kaku. Namun, birokrasi memiliki fungsi dan peran yang amat penting di dalam masyarakat salah
satunya adalah melaksanakan pelayanan publik. Pelaksanaan birokrasi dalam hal pelayanan
publik di setiap negara tentunya berbeda, begitu juga diantara negara berkembang dengan negara
maju. Di negara berkembang yaitu Indonesia, pelayanan publik yang diberikan pemerintah
kepada masyarakat sepertinya belum bisa dikatakan baik atau maksimal karena tidak semua
lapisan masyarakat yang belum menikmati pelayanan yang ada dan birokrasinya sangat berbelit-
belit.
Jika birokrasi buruk, upaya pembangunan akan dipastikan mengalami banyak hambatan.
Tidak hanya dalam hal pembangunan, birokrasi yang buruk dapat memicu permasalahan yang
komplek dalam masarakat.
Meskipun masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan untuk menciptakan
birokrasi yang bersih dan ideal sesuai harapan, bukan tidak mungkin semuanya dapat
diselesaikan dengan berbagai proses dan tahapan melalui reformasi birokrasi.
B. SARAN
Adapun saran atau rekomendasi yang diberikan kepada pemerintah yakni, pemerintah
sebaiknya memperhatikan dan memperbaharui sistem birokrasi yang ada saat ini yang mana
sistem birokrasi di indonesia sekarang kualitasnya menurun. Pemerintah perlu meningkatkan
pengawasan dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan akses kepada
masyarakat, ikut berperan dalam melakukan pengawasan. Hal tersebut akan dapat mengurangi
tidakan seperti KKN oleh birokrat. Selain itu, pemerintah juga mengawasi agar dalam birokrasi
tidak terdapat campur tangan Politik. Jika birokrasi telah bercampur politik yang ada para
birokrat hanya mementingkan kepentingan politiknya.
REFERENSI

https://kbbi.web.id/birokrasi
Tangke,Paulus M. “Reformasi Birokrasi Good Governance & Good Government”. 29 Februari
2016. https://paulustangke.wordpress.com/reformasi-birokrasi-good-
https://www.academia.edu/9186432/konsep_birokrasi_menurut_Max_Weber
MAKALAH TENTANG BIROKRASI DI INDONESIA

Bertujuan untuk memenuhi Tugas 3 Mata kuliah;


Pengantar Ilmu Administrasi Negara.13

NAMA : Andi Irawan


NIM : 030963453
UPBJJ-UT : Bandung

Anda mungkin juga menyukai