Anda di halaman 1dari 18

ACARA II

REAKSI-REAKSI KIMIA

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum : a. Untuk mengenal berbagai reaksi kimia.
b. Untuk menentukan stoikiometri reaksi.
2. Waktu Praktikum : Senin, 10 November 2014
3. Tempat Praktikum : Laboratorium Kimia Dasar, Lantai III, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Umum, Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI
Definisi Bronsted-Lowry. Asam adalah zat yang menyediakan proton, dan
basa penerima proton. Jadi dalam air, setiap zat yang meninggikan konsentrasi proton
terhidrasi (H3O+) yang disebabkan oleh otodisosiasi air adalah asam, dan setiap zat
yang menurunkan konsentrasi tersebut adalah basa, karena itu ion tersebut bergabung
dengan proton mengurangi konsentrasi H3O+. Namun zat lain seperti sulfida, oksida,
atau anion asam lemah (missal F-, CN-) juga basa (Cotton, 2013: 193).

Untuk mengukur konsentrasi zat pada reaksi asam-basa dilakukan titrasi—


suatu teknik penambahan sejumlah volume yang terukur secara akurat pada
konsentrasi yang tepat suatu larutan ke dalam larutan lain yang akan diukur
konsentrasinya. Ketika kedua zat telah mencapai konsentrasi yang sama, pada titik
ekivalen, maka ditandai oleh perubahan fisik, seperti warna dari larutan. Biasanya
perubahan warna tersebut akibat penambahan beberapa tetes zat indicator asam-
basa—yakni senyawa yang menunjukkan warna dalam bentuk molekul netral yang
berbeda dari bentuk ionnya (Purwoko, 2008: 55).

Beberapa pereaksi dan hasil reaksi dapat berada dalam bentuk larutan
(solurion) sesungguhnya ditentukan oleh komponen-komponennya, yaitu pelarut
(solvent): merupakan substansi yang melarutkan zat. Komponen ini menentukan
wujud larutan sebagai gas, padatan, atau sebagai cairan. Zat terlarut (solute):
merupakan substansi yang terlarut dalam solvent. Misalnya bila tertulis: NaCl

14
(aqueous) maka artinya NaCl sebagai solute dan aqua atau H2O sebagai solvent
(Barsasella, 2013: 55).

Beberapa pereaksi dan/atau hasil reaksi dapat berada dalam bentuk larutan.
Seperti telah disimak pada Bab 1, satu komponen yang menentukan keadaan larutan
apakah sebagai padatan, cairan, atau gas disebut pelarut (solvent), dan komponen
lainnya disebut zat terlarut (solute). Lambang NaCl(aq) misalnya, menunjukkan bahwa
air sebagai pelarut dan natrium klorida sebagai zat terlarut. Jumlah zat terlarut yang
dapat dilarutkan dalam suatu pelarut sangat beragam. Itulah sebabnya, perlu
mengetahui komposisi atau konsentrasi yang tepat dari suatu larutan jika harus
berhubungan dengan perhitungan stoikiometri dalam larutan (Sunarya, 2012: 91).

C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


1. Alat-alat Praktikum
a. Gelas kimia 100 mL
b. Gelas kimia 250 mL
c. Gelas ukur 25 mL
d. Gelas ukur 50 mL
e. Kain lap
f. Kertas label
g. Pipet tetes
h. Rak tabung reaksi
i. Spatula
j. Tabung reaksi
k. Termometer
l. Tissue
2. Bahan-bahan Praktikum
a. Aquades (H2O(l))
b. Larutan Al2(SO4)3 (Alumunium sulfat) 0,1 M
c. Larutan CH3COOH (Asam asetat) 0,05 M
d. Larutan HCl (Asam klorida) 0,05 M
e. Larutan HCl (Asam klorida) 1 M
f. Larutan indikator PP (fonolftalein)
g. Larutan K2CrO4 (Kalium kromat) 0,1 M
15
h. Larutan K2Cr2O7 (Kalium dikromat) 0,1 M
i. Larutan NaOH (Natrium hidroksida) 0,05 M
j. Larutan NaOH (Natrium hidroksida) 1 M
k. Larutan NaOH (Natrium hidroksida) 2 M
l. Larutan NH4OH (Amonium hidroksida) 1 M
m. Larutan CuSO4 (Tembaga (II) sulfat) 1 M

D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Reaksi-reaksi Kimia
a. Ke dalam 2 tabung reaksi, dimasukkan masing-masing dengan tepat 10 tetes
larutan HCl 0,05 M dan larutan CH3COOH 0,05 M. Ditambahkan masing-masing
3 tetes larutan indikator PP. Diamati warna larutan-larutan tersebut. Diperhatikan
warna sebelum dan sesudah reaksi.
b. Ke dalam 2 tabung reaksi lain dimasukkan larutan NaOH 0,05 M masing-masing
10 tetes. Ditambahkan pada keduanya 3 tetes larutan indikator PP. Diamati warna
larutan-larutan tersebut.
c. Dicampurkan kedua asam (tabung A) dengan basa (tabung B). Diamati perubahan
yang terjadi.
d. Dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi masing-masing 10 tetes larutan Kalium
kromat, K2CrO4 0,1 M. Ke dalam tabung reaksi pertama ditambahkan 10 tetes
larutan HCl 1 M. Dikocok dan diamati. Ke dalam tabung reaksi lainnya
ditambahkan 10 tetes larutan NaOH 1 M. Disimpan larutan dan dibandingkan
dengan percobaan e. Diperhatikan warna larutan sebelum dan sesudah reaksi.
e. Dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi masing-masing 10 tetes larutan Kalium
dikromat, K2Cr2O7 0,1 M. Diperhatikan warna larutan dan diperlakukan seperti
percobaan d di atas. Dibandingkan larutan d dan e.
f. Dimasukkan 10 tetes larutan Al2(SO4)3 0,1 M ke dalam tabung reaksi.
Ditambahkan tetes demi tetes larutan NaOH 1 M sampai terjadi perubahan warna
putih dan diperhatikan apa yang terjadi.
g. Dimasukkan 10 tetes larutan Al2(SO4)3 0,1 M ke dalam tabung reaksi.
Ditambahkan 5 tetes NH4OH 1 M. Ditambahkan lagi tetes demi tetes NH4OH 1 M
sampai terjadi perubahan. Dibandingkan dengan larutan pada percobaan f.
2. Variasi Kontinu
a. Stoikiometri Sistem CuSO4–NaOH
16
Ke dalam 2 gelas kimia dimasukkan masing-masing 15 mL larutan NaOH 2 M
dan 5 mL larutan CuSO4 1 M. Dicatat suhu awal masing-masing larutan.
Dicampurkan kedua larutan, diaduk dan dicatat suhu akhir campuran. Diamati
perubahan yang terjadi pada larutan. Diulangi percobaan dengan menggunakan 10
mL larutan NaOH 2 M dan 10 mL larutan CuSO4 1 M serta 5 mL larutan NaOH 2
M dan 15 mL larutan CuSO4 1 M. Sehingga volume total masing-masing campuran
menjadi 20 mL. Diperhatikan dan dibandingkan warna masing-masing larutan.
b. Stoikiometri Asam-Basa
Ke dalam 5 buah tabung reaksi dimasukkan masing-masing 1, 2, 3, 4, 5 mL
larutan NaOH 1 M, kemudian dihitung suhu awal larutan. Ke dalam 5 buah tabung
reaksi yang lain dimasukkan berturut-turut 5, 4, 3, 2, 1 mL larutan HCl 1 M,
kemudian dicatat suhu awal larutan. Dicampurkan kedua larutan hingga volume
totalnya pada masing-masing tabung reaksi menjadi 6 mL. Dicatat suhu akhir
campuran.

E. HASIL PENGAMATAN

No PROSEDUR PERCOBAAN HASIL PENGAMATAN


1 Reaksi Kimia Warna awal HCl : bening
a. Disiapkan 2 buah tabung reaksi, Warna PP : bening
dimasukkan masing-masing 10 tetes Warna HCl + PP : bening
larutan HCL 0,05 M. Ke dalam
tabung pertama diteteskan 3 tetes Warna awal CH3COOH : bening
indikator PP. Warna PP : bening
10 tetes larutan CH3COOH 0,05 M ke Warna CH3COOH + PP : putih
dalam tabung kedua diteteskan 3 tetes
indikator PP.
Diamati perubahannya !
b. Sementara itu, disiapkan 2 buah Warna awal NaOH : bening
tabung reaksi lain yang telah diisi Warna PP : bening
dengan larutan NaOH 0,05 M dan Warna NaOH + PP : merah
diteteskan 3 tetes indikator PP.
Diamati perubahannya!
c. Dicampurkan kedua asam (tabung A) NaOH + HCl : putih

17
dengan basa (tabung B). Diamati NaOH+ CH3COOH : merah
perubahan yang terjadi.
d. Dalam tabung lain, disiapkan larutan Warna awal K2CrO4 : kuning
K2CrO4 0,1 M sebanyak 10 tetes ke
dalam 2 tabung. Pada tabung pertama K2CrO4 + HCl : orange
ditetesi larutan HCl 1 M sambil
dikocok dan tabung kedua ditetesi Warna awal K2 CrO4 : kuning
larutan NaOH tapi tidak dikocok.
Diamati perubahannya dan K2CrO4 + NaOH : kuning pudar
bandingkan dengan percobaan e.

e. Dimasukkan 10 tetes larutan K2Cr2O7 Warna awal K2Cr2O7 : orange


0,1 M ke dalam dua buah tabung
reaksi. Tabung pertama dimasukkan 1 K2Cr2O7 + HCl : tetap orange
tetes larutan HCl sambil dikocok dan
tabung kedua dimasukkan 1 tetes Warna awal K2Cr2O7 : kuning
larutan NaOH tapi tidak dikocok.
Diamati perubahannya dan K2Cr2O7 + NaOH : kuning pudar
dibandingkan dengan percobaan d
dan e. Setelah ditambah HCl 1 M, K2Cr2O7
lebih pekat warnanya daripada
ditambah NaOH 1 M .

K2CrO4 : kuning
K2Cr2O7 : kuning pudar
f. Ke dalam 1 tabung reaksi, Warna awal Al2(SO4)3 : bening
dimasukkan 10 tetes larutan Al2(SO4)3 + NaOH : bening
Al2(SO4)3 dan diteteskan NaOH 1 M,
diamati perubahannya.

18
g. Dimasukkan 10 tetes larutan Warna awal Al2(SO4)3 : bening
Al2(SO4)3 0,1 M ke dalam tabung
reaksi. Ditambahkan 5 tetes NH4OH 1 Al2(SO4)3 + 5 tetes NH4OH + tetes
M. ditambahkan lagi tetes demi tetes demi tetes NH4OH : putih
NH4OH 1 M dan diamati serta
dibandingkan dengan percobaan g.

2. Variasi kontinu T NaOH = 32 ℃


a. Dimasukkan 20 mL larutan NaOH 2 T CuSO4 = 32 ℃
M dan dicatat suhunya. Ke dalam T campuran = 34 ℃
gelas kimia yang lain, diisi dengan 5
mL larutan CuSO4 1 M dan dicatat Warna NaOH = bening
suhunya. Warna CuSO4 = biru tua
Warna campuran= biru tua ada
endapan berwarna biru
b. Dimasukkan 15 mL larutan NaOH 2 T NaOH = 35 ℃
M dan dicatat suhunya. Ke dalam T CuSO4 = 31 ℃
gelas kimia yang lain, diisi dengan 10 T campuran = 34,5 ℃
mL larutan CuSO4 1 M dan dicatat
suhunya. Warna NaOH = bening
Warna CuSO4 = biru tua
Warna campuran= biru tua, endapan
berwarna biru dan lebih banyak dari
percobaan a.
c. Dimasukkan 10 mL larutan NaOH 2 T NaOH = 34 ℃
M dan dicatat suhunya. Ke dalam T CuSO4 = 32 ℃
gelas kimia yang lain, diisi dengan 15 T campuran = 35 ℃
mL larutan CuSO4 1 M dan dicatat
suhunya. Warna NaOH = bening
Warna CuSO4 = biru tua
Warna campuran= biru muda, ada
endapan.
d. Dimasukkan 5 mL larutan NaOH 2 T NaOH = 35 ℃
M dan dicatat suhunya. Ke dalam T CuSO4 = 31 ℃

19
gelas kimia yang lain, diisi dengan 20 T campuran = 34,5 ℃
mL larutan CuSO4 1 M dan dicatat
suhunya. Warna NaOH = bening
Warna CuSO4 = biru tua
Warna campuran= biru keputih-
putihan, ada sedikit endapan.
3. Stoikiometri Asam – Basa
Disiapkan 6 tabung reaksi dan
dimasukkan berturut-turut 1, 2, 3, 4, 5 mL
larutan NaOH 1 M dengan 5, 4, 3, 2, 1 mL
larutan HCl 1 M.
Diukur suhu awal dari masing-masing
larutan.
a. Dicampurkan kedua larutan T NaOH = 32 ℃
dengan cara 1 mL NaOH dengan 5 T HCl = 32 ℃
mL HCl. T campuran= 34 ℃
Dicatat suhu campurannya
b. Dicampurkan kedua larutan T NaOH = 33 ℃
dengan cara 2 mL NaOH dicampur T HCl = 33 ℃
dengan 4 mL HCl. T campuran= 36 ℃
Dicatat suhu campurannya
c. Dicampurkan kedua larutan T NaOH = 33 ℃
dengan cara 3 mL NaOH dicampur T HCl = 33 ℃
dengan 3 mL HCl. T campuran= 37 ℃
Dicatat suhu campurannya
d. Dicampurkan kedua larutan T NaOH = 33 ℃
dengan cara 4 mL NaOH dicampur T HCl = 33 ℃
dengan 2 mL HCl. T campuran= 36 ℃
Dicatat suhu campurannya
e. Dicampurkan kedua larutan T NaOH = 33 ℃
dengan cara 5mL NaOH dicampur T HCl = 33 ℃
dengan 1 mL HCl. T campuran= 34 ℃
Dicatat suhu campurannya

20
F. ANALISIS DATA
1. Reaksi Kimia
a. HCl (aq) + NaOH (aq)  NaCl (aq) + H2O (l)
b. CH3COOH + NaOH (aq)  CH3COONa (aq) + H2O (l)
c. K2CrO4 (aq) + 2 HCl (aq)  2 KCl (aq) + H2CrO4 (aq)
d. K2CrO4 (aq) + 2 NaOH (aq)  Na2CrO4 (aq) + 2 KOH (aq)
e. K2Cr2O7 (aq) + 2 HCl (aq)  2 KCl (aq) + H2Cr2O7 (aq)
f. K2Cr2O7 (aq) + 2 NaOH (aq)  2 KOH (aq) + Na2Cr2O7 (aq)
g. Al2(SO4)3 (aq) + 6 NaOH (aq)  3 Na2SO4 (aq) + 2 Al(OH)3 (s)
h. Al2(SO4)3 (aq) + 6 NH4OH (aq)  (NH4)2SO4 (aq) + 2 Al(OH)3 (s)

2. Variasi Kontinu
a. Stoikiometri Sistem CuSO4–NaOH
 Perhitungan mol larutan CuSO4 1 M
o Untuk 20 mL CuSO4 1 M
Mol CuSO4 = M.V
= 1 . 20
= 20 mmol
o Untuk 15 mL CuSO4 1 M
Mol CuSO4 =M.V
= 1 . 15
= 15 mmol
o Untuk 10 mL CuSO4 1 M
Mol CuSO4 =M.V
= 1 . 10
= 10 mmol
o Untuk 5 mL CuSO4 1 M
Mol CuSO4 =M.V
=1.5
= 5 mmol

 Perhitungan mol larutan NaOH 2 M


o Untuk 5 mL larutan NaOH 2 M
Mol NaOH =M.V
21
=2.5
= 10 mmol
o Untuk 10 mL larutan NaOH 2 M
Mol NaOH =M.V

= 2 . 10

= 20 mmol

o Untuk 15 mL larutan NaOH 2 M


Mol NaOH =M.V

= 2 . 15

= 30 mmol

o Untuk 20 mL larutan NaOH 2 M


Mol NaOH =M.V

= 2 . 20

= 40 mmol

 Mencari suhu mula-mula (Tm)


 Percobaan a (5 mL NaOH 2 M dan 20 mL CuSO4 1 M)
T NaoH+T CuSO4
Tm1 = 2
33+32
= 2

= 32,50C
 Percobaan b (10 mL NaOH 2 M dan 15 mL CuSO4 1 M)
TNaOH +TCuSO4
Tm2 = 2

33° C+32°C
= 2

= 32,5°C

 Percobaan c (15 mL NaOH 2 M dan 10 mL CuSO4 1 M)


TNaOH +TCuSO4
Tm3 = 2

33C+32°C
= 2

22
= 32,5°C

 Percobaan d (20 mL NaOH dan 10 mL CuSO4)


TNaOH +TCuSO4
Tm4 = 2

33C+32°C
= 2

= 32,5 °C

 Mencari ∆T
∆T = TA (suhu akhir) − Tm (suhu awal)

 ∆Ta = TA1 − Tm1


= 32°C − 32,5°C

= −0,5°C

 ∆Tb = TA2 − Tm2


= 32°C − 32,5°C

= −0,5 °C

 ∆Tc = TA3 − Tm3


= 33°C − 32,5°C

= −0,5 °C

 ∆Td = TA4 − Tm4


= 32°C − 32,5°C

= −0,5°C

 Tabel Stoikiometri Sistem CuSO4 dan NaOH


V V T T
TM TA ΔT mmol mmol
NaOH CuSO4 NaOH CuSO4
(0C) (0C) (0C) NaOH CuSO4
(mL) (mL) (0C) (0C)
5 20 33 32 32,5 32 -0,5 10 20
10 15 33 32 32,5 32 -0,5 20 15
15 10 33 32 32,5 32 -0,5 30 10
20 5 33 32 32,5 32 -0,5 40 5

23
 Grafik hubungan antara mmol CuSO4 dan NaOH dengan ∆T

3.5

2.5

1.5

0.5

0
1 2 3 4

Reaksi antara CuSO4 dengan NaOH

 2 NaOH (aq) + CuSO4 (aq)  Na2SO4 (aq) + Cu(OH)2 (aq)


Perbandingqn titik puncak

10 : 30 = 1 : 3

b. Stoikiometri Asam–Basa
o Perhitungan mol larutan HCl 1 M
 Untuk 5 mL HCl 1 M
Mol HCl = M . V
=1.5
= 5 mmol
 Untuk 4 mL HCl 1 M
Mol HCl = M . V

=1.4

= 4 mmol

 Untuk 3 mL HCl 1 M
Mol HCl = M . V

=1.3

24
= 3 mmol

 Untuk 2 mL HCl 1 M
Mol HCl = M . V

=1.2

= 2 mmol

 Untuk 1 mL HCl 1 M
Mol HCl = M . V
=1.1
= 1 mmol
o Perhitungan mol larutan NaOH 1 M
 Untuk 1 mL NaOH 1 M
Mol HCl = M . V

=1.1

= 1 mmol

 Untuk 2 mL NaOH 1 M
Mol HCl = M . V

=1.2

= 2 mmol

 Untuk 3 mL NaOH 1 M
Mol HCl = M . V

=1.3

= 3 mmol

 Untuk 4 mL NaOH 1 M
Mol HCl = M . V
=1.4

= 4 mmol

 Untuk 5 mL NaOH 1 M
Mol HCl = M . V

25
=1.5

= 5 mmol

 Mencari suhu mula-mula (Tm)


 1 mL NaOH 1 M dan 5 mL HCl 1 M
T NaoH+THCl
Tm1 = 2
33+34
= 2

= 33,5 0C
 2 mL NaOH 2 M dan 4 mL HCl 1 M
TNaOH +THCl
Tm2 = 2

33° C+32°C
= 2

= 32,5°C

 3 mL NaOH 2 M dan 3 mL HCl 1 M


TNaOH + THCl
Tm3 = 2

33C+33°C
= 2

= 33°C

 4 mL NaOH dan 2 mL HCl 1 M


TNaOH + THCl
Tm4 = 2

32C+32°C
= 2

= 32 °C

 5mL NaOH dan 1 mL HCl 1 M


TNaOH + THCl
Tm4 = 2

33C+34°C
= 2

= 33,5 °C

26
 Mencari ∆T
∆T = TA (suhu akhir) − Tm (suhu awal)

 ∆Ta = TA1 − Tm1


= 36°C − 33,5°C

= 2,5°C

 ∆Tb = TA2 − Tm2


= 36°C − 32,5°C

= 3,5 °C

 ∆Tc = TA3 − Tm3


= 38°C − 33°C

= 5 °C

 ∆Td = TA4 − Tm4


= 35°C − 32°C

= 3°C

 ∆Te = TA4 − Tm5


= 36°C − 33,5°C

= 2,5°C

 Tabel Stoikiometri Asam Basa


V V T NaOH T HCl Tm TA ΔT mmol
mmol HCl
NaOH HCl (0C) (0C) (0C) (0C) (0C) NaOH
1 mL 5 mL 33 34 33,5 36 2,5 1 5
2 mL 4 mL 32 33 32,5 36 3,5 2 4
3 mL 3 mL 33 33 33 38 5 3 3
4 mL 2 mL 32 32 32 35 3 4 2
5 mL 1 mL 33 34 33,5 36 2,5 5 1

27
Grafik hubungan antara mmol NaOH dan HCl dengan ∆T

4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
1 2 3 4 5 6 7

Reaksi antara HCl dan NaOH

NaOH (aq) + HCl (aq)  NaCl (aq) + H2O (l)


Perbandingan titik puncak

3 : 3 = 1 : 1

G. PEMBAHASAN
Reaksi kimia disebut juga perubahan kimia. Reaksi merupakan salah satu cara
untuk mengetahui sifat-sifat kimia dari satu atau berbagai jenis zat. Ada beberapa hal
yang menandai terjadinya reaksi kimia, diantaranya terjadi perubahan warna, bau,
suhu, timbulnya gas, dan endapan. Reaksi kimia ada yang berlangsung cepat, ada pula
yang berlangsung lambat.

Reaksi kimia dapat digambarkan dengan lambang pada suatu persamaan kimia,
dengan rumus reaktan di kiri dan rumus produk di kanan; reaktan dan produk
dipisahkan dengan tanda panah. Persamaan ini harus setara. Persamaan yang setara
mencerminkan hubungan kuantitatif yang benar antara reaktan dan produk. Suatu
persamaan disetarakan dengan menempatkan koefisien stoikiometri di depan rumus
untuk menandakan bahwa jumlah total setiap jenis atom sama di kedua sisi.

28
Pada percobaan pertama yaitu percobaan diamati berbagai reaksi-reaksi kimia
yaitu reaksi penetralan asam basa, reaksi sintesis, reaksi metatesis dan didapatkan
berbagai perubahan wujud, suhu, dan warna. Larutan HCl 0,05 M memiliki warna
awal yaitu bening. Setelah ditetesi indikator fenolftalein (PP), warna HCl menjadi
keruh. Sedangkan pada larutan CH3COOH 0,05 M warna awalnya bening dan saat
ditetesi indikator fenolftalein (PP) warna larutan CH3COOH berubah menjadi sedikit
keruh. Indikator fenolftalein (PP) merupakan indikator yang menunjukkan pH basa,
karena berada pada rentang pH 8,3-10 (dari tidak berwarna sampai merah keunguan).
Fungsi ditambahkannya larutan indikator fenolftalein (PP) yaitu untuk menunjukkan
bahwa suatu larutan bersifat basa atau asam. Selanjutnya pada larutan NaOH 0,05 M,
warna awal pada larutan ini adalah bening setelah ditetesi indikator fenolftalein (PP),
warna larutan berubah menjadi merah keunguan maka hal ini menandakan larutan
NaOH bersifat basa dan memiliki pH lebih dari 8,3. Perubahan warna ini disebabkan
karena terjadi reaksi antara ion OH- pada NaOH dan ion H+ pada indikator PP dimana
ion OH- mendominasi reaksi tersebut, sehingga warna dari OH- pada NaOH
menggeser trayek pH dan warna larutan indikator PP. Kemudian dilakukan campuran
larutan HCl yang sudah ditetesi dengan indikator PP juga. Pencampuran ini
menghasilkan warna larutan menjadi bening. Hal ini menunjukkan bahwa larutan
tidak terhidrolisis. Larutan HCl merupakan asam kuat dan larutan NaOH merupakan
basa kuat, sehingga reaksi antara larutan HCl dan larutan NaOH merupakan reaksi
penetralan.

Selanjutnya warna mula-mula K2CrO4 yaitu kuning tua, setelah ditambahkan 1


M HCl warnanya menjadi orange. Namun, setelah ditambahkan NaOH 1 M,
warnanya tetap kuning. Pada percobaan ini terjadi reaksi redoks, yaitu reaksi kimia
yang disertai perubahan bilangan oksidasi atau reaksi yang di dalamnya terdapat serah
terima elektron atas zat. Sama halnya dengan penambahan HCl 1 M ke dalam
K2Cr2O7 dan NaOH 1 M ke dalam K2Cr2O7. Pada saat ditambahkan HCl warnanya
tetap orange tapi sedikit lebih pekat. Namun, ketika ditambahkan NaOH, warnanya
tetap orange.

Percobaan selanjutnya mereaksikan larutan Al2(SO4)3 0,1 M yang dimasukkan


dalam tabung reaksi dan masing-masing ditambah NaoH 1M dan NH4OH yang sama-
sama bersifat basa. Setelah ditetesi 3 tetes NaOH 1M, Al2(SO4)3 berubah warna
29
menjadi putih keruh. Namun, setelah mencapai tetes ke 12, larutan Al2(SO4)3 kembali
bening. Ini disebabkan karena NaOH merupakan basa kuat sehingga walaupun tetes
demi tetes larutan Al2(SO4)3 akan cepat berubah menjadi warna semula. Sedangkan
untuk pemberian NH4OH pada Al2(SO4)3, dari 5 tetes pertama dan 5 tetes kedua
warnanya tidak berubah. NH4OH tergolong basa lemah jadi jumlah tetes yang
dibutuhkan untuk merubah Al2(SO4)3 kembali bening seharusnya lebih banyak tetapi
pada saat percobaan kami hanya memakai 4 tetes sehingga tidak menyebabkan
perubahan warna.

Tahap kedua dari percobaan ini adalah menentukan stoikiomteri reaksi dengan
cara variasi kontinu. Variasi kontinu adalah metode untuk memudahkan belajar
stoikiometri, yaitu mengamati sederet reaksi yang kuantitas molar pereaksinya
diubah-ubah (bervariasi), akan tetapi kualitas molar totalnya sama. Pada percobaan ini
dilakukan dua percobaan, yaitu stoikiometri sistem CuSO4-NaOH dan stoikiometri
Asam-basa. Dalam percobaan ini dilakukan pengukuran suhu sehingga diperoleh suhu
sebelum dan sesudah larutan dicampurkan, serta mol masing-masing larutan.
Perubahan suhu dan mol pada masing-masing larutan (pereaksi) dalam sistem dapat
digunakan untuk meramalkan stoikiometri sistem.

H. KESIMPULAN
a. Pada percobaan diamati berbagai reaksi-reaksi kimia yaitu reaksi penetralan asam
basa, reaksi sintesis, reaksi metatesis dan didapatkan berbagai perubahan wujud,
suhu, dan warna.
b. Stoikiometri reaksi dapat ditentukan dengan cara variasi kontinu yaitu metode
dengan cara memerhatikan suhu dan kuantitas mol pereaksi dan didapat
perbandingan titik puncak yang menyatakan pereaksi-pereaksi senyawa.

30
DAFTAR PUSTAKA

Cotton, Albert. 2013. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI-Press.

Diana, Barsasella. 2013. Buku Wajib Kimia Dasar. Jakarta: Pelita.

Purwoko, Agus Abhi. 2010. Kimia Dasar II. Mataram: Arga Puji Press.

Sunarya, Adi. 2012. Kimia Anorganik. Bogor: Bina Aksara.

31

Anda mungkin juga menyukai