Anda di halaman 1dari 16

ACARA II

PEMBUATAN NATA DE COCO

Disusun oleh

Hanif Muslimah

1401070030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2017
Kamis, 2 Maret 2017

ACARA II

PEMBUATAN NATA DE COCO

A. TUJUAN
1. Untuk mengetahui cara pembuatan nata de coco
2. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi gula pasir terhadap tebal dan berat
lapisan nata
3. Untuk mengetahui komposisi bahan dalam pembuatan nata de coco

B. DASAR TEORI
Nata adalah produk fermentasi oleh bakteri Acetobacter xylinum pada
substrat yang mengandung gula. (Maryanto, 2017) Produk fermentasi yang
dihasilkan tersebut berupa senyawa selulosa (dietary fiber). Acetobacter xylinum
merupakan bakteri asam asetat yang bersifat gram negatif, aerob, berbentuk
batang, nonmotil, suhu optimum pertumbuhannya 25‐30 0 C, dan mampu
mengoksidasi etanol menjadi asam aetat pada pH 4,5 (Madigan et al., 1997).
Proses pembuatan nata oleh bakteri Acetobacter xylinum merupakan
kegiatan sintesa selulosa yang dikatalis oleh enzim pensintesis selulosa yang
terikat pada membran sel bakteri. Penguraian/fermentasi gula dilakukan melalui
jalur heksosa monofosfat dan siklus asam sitrat (Susilawati dan Mubarik, 2002).
Sementara itu menurut Maryanto (2017) dalam membuat nata, glukosa substrat
sebagian digunakan bakteri untuk aktivitas metabolisme dan sebagian lagi
diuraikan menjadi suatu polisakarida yang dikenal dengan extracellular selulose
yang berbentuk gel. Polisakarida inilah yang dinamakan nata. Selama ini nata
yang sebagian orang kenal adalah nata yang terbuat dari air kelapa. Padahal nata
dapat diusahakan bukan hanya dari air kelapa saja, tetapi juga dari berbagai jenis
bahan yang mengandung gula, protein, dan mineral, seperti misalnya sari buah,
sari kedelai, bahkan air gula. Oleh sebab itu, nama nata dapat bermacam-macam
sesuai dengan bahan yang digunakannya. (Pambayun, 2002) Beberapa jenis nata
yang dikenal masyarakat menurut Maryanto (2017) :
1. Nata de coco, nata yang diperoleh dari pemanfaatan limbah air kelapa
sebagai media pertumbuhan bakteri.
2. Nata de pina, nata yang diperoleh dengan memanfaatkan sari buah nanas
sebagai media pertumbuhan bakteri.
3. Nata de soya, nata yang diperoleh dari pemanfaatan limbah tahu cair sebagai
media pertumbuhan bakteri.

Namun, dari beberapa jenis bahan yang digunakan di atas, air kelapa
merupakan bahan yang paling ekonomis. Air kelapa mempunyai potensi yang
baik untuk di buat minuman fermentasi karena kandungan zat gizinya yang kaya
dan relatif lengkap, sehingga sesuai untuk pertumbuhan mikroba. Komposisi gizi
air kelapa tergantung pada umur kelapa dan variertasnya. Air kelapa per 100 ml
mengandung sejumlah zat gizi, yaitu protein 0,2 g, lemak 0,2 g, gula 3,8 g,
vitamin C 1,0 mg, asam amino, dan hormon pertumbuhan. Jenis gula yang
terkandung glukosa, fruktosa, sukrosa, dan sorbitol (Astawan, 2004). Ketebalan
dan berat lapisan nata yang terbuat dari air kelapa, dipengaruhi oleh kandungan
glukosa dalam air kelapa itu sendiri dan nutrisi tambahan yang diberikan
sehingga dapat terjadi perbedaan tebal dan berat lapisan nata yang terbentuk.
Nutrisi tambahan yang diberikan biasanya adalah nitrogen. Sumber nitrogen
dapat berasal dari pupuk urea, ZA, atau dari ekstrak kecambah biji
Leguminoceae (kedelai, kacang hijau, dll).

Nata de coco berasal dari Filipina. Hal ini bisa dipahami karena Filipina
merupakan salah satu negara penghasil kelapa yang cukup besar di dunia.
Sementara itu Nata juga dapat diartikan dari bahasa Spanyol yang berarti krim
(cream). Jadi, nata de coco adalah krim yang berasal dari air kelapa. Krim ini
dibentuk oleh mikroorganisme Acetobacter xylinum melalui proses fermentasi.
Mikroorganisme ini membentuk gel pada permukaan larutan yang mengandung
gula.

Nata berbentuk agar, berwarna putih, dan mengandung air sekitar 98%.
Nata tergolong makanan yang tidak mengandung gizi, tetapi berkalori rendah
karena mengandung serat pangan (dietary fibre) yang sangat dibutuhkan oleh
tubuh untuk proses pencernaan makanan yang terjadi di dalam usus dan
penyerapan air di dalam usus besar. (Maryanto, 2017) Kemudian menurut
Pambayun (2002) selain selulosa nata juga mengandung protein terutama yang
berasal dari bakteri Acetobacter xylinum yang terperangkap diantara susunan
benang-benang selulosa. Oleh karena itu nata juga dapat digolongkan sebagai
probiotik.

Dalam sehari-hari nata dikonsumsi sebagai komponen minuman segar,


seperti misalnya diminum dengan sirup, sebagai campuran koktail, atau sebagai
pengganti kolang-kaling. Selain untuk komponen makanan dan minuman, nata
kemungkinan besar dibutuhkan di beberapa industry perangkat elektro sebagai
isolator atau “chips” pada komponen computer. Namun untuk keperluan
pembuatan chips, nata diproduksi secara khusus sehingga lebih padat dan lebih
kenyal. (Pambayun, 2002)

Proses pembuatan nata de coco sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor.


Hal ini berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi Acetobakter
xylinum sebagai bakteri untuk proses fermentasi air kelapa. Pertumbuhan
Acetobakter xylinum tersebut dipengaruhi oleh oksigen, pH, suhu dan nutrisi.
Faktor-faktor inilah yang harus diperhatikan untuk memperoleh nata de coco
yang berkualitas baik, di samping itu dalam pembuatannya sangat memerlukan
ketelitian dan sterilitas alat.
C. ALAT DAN BAHAN
Alat :
- Panci
- Saringan
- Gelas ukur
- Kompor
- Nampan plastic
- Sendok
- Kertas Koran
- Karet gelang
- Neraca

Bahan :

- Air kelapa 1 liter


- Pupuk ZA 0,5 %
- Cuka makan 0,5% atau sampai pH 4,5
- Bibit / starter 10%
- Gula pasir 7,5% - 10 %

D. CARA KERJA
1. Menyaring 1000 ml (1 liter) air kelapa, kemudian menambahkan ke
dalamnya 7,5 % gula pasir.
2. Mendidihkan campuran selama 15 menit, kemudian mengangkatnya dari
kompor setelah 15 menit dan menambahkan pupuk ZA sebanyak 0,5 %, lalu
mengaduknya dengan pengaduk bersih.
3. Menuangkan campuran pada nampan plastik yang telah disterilkan
menggunakan air panas, lalu mengukur pHnya berkisar 4,5 – 5 dengan cara
menambahkan cuka makan dan membiarkannya hingga dingin. Selama
proses pendinginan, menutup nampan untuk menghindari mikroba
kontaminan dari ruangan.
4. Menambahkan starter nata de coco sebanyak 10 %.
5. Menginkubasi campuran selama 7 – 14 hari di tempat yang tidak mudah
goyang dan mengindarkannya dari cahaya matahari.
6. Jika campuran sudah tidak nampak lagi, menghentikan inkubasi. Mengambil
nata yang terbentuk kemudian mencucinya dengan air bersih sehingga lender
pada permukaan nata hilang (lender dikerok dengan pisau). Mengukur
ketebalan dan berat nata yang diperoleh.
7. Memotong-motong nata sebesar dadu, lalu merendamnya dalam air bersih
selama beberapa hari hingga bau asamnya hilang. Mengganti air rendaman
dengan air yang baru setiap hari.
8. Memasak nata dengan sirup menurut selera.
9. Nata siap untuk dikonsumsi.

E. HASIL PENGAMATAN
Hasil Pengukuran
1. Volume Nata (cm3)
ULANGAN
Gula
1 2
60 gr 550,0 462,8
80 gr 532,0 532,0
100 gr 673,7 338,1

2. Berat Nata (gram)


ULANGAN
Gula
1 2
60 gr 737,0 426,0
80 gr 368,0 475,6
100 gr 463,5 306,0
Hasil Nata De Coco
No Nama Kekompakkan Aroma Warna Rasa
Tidak ada
1 Mar’atus Kompak Putih Tidak berasa
aroma
Tidak ada
2 Wiranti Kompak Putih Tidak berasa
aroma
Tidak ada
3 Eva Kompak Putih Tidak berasa
aroma
Tidak ada
4 Alvin Kompak Putih Tidak berasa
aroma
Tidak ada
5 Yahnun Kompak Putih Tidak berasa
aroma
Tidak ada
6 Febri Kompak Putih Tidak berasa
aroma
Tidak ada
7 Intan Kompak Putih Tidak berasa
aroma
Tidak ada
8 Daryanto Kompak Putih Tidak berasa
aroma
Tidak ada
9 Kashari Kompak Putih Tidak berasa
aroma
Tidak ada
10 Dini Kompak Putih Tidak berasa
aroma
Tidak ada
11 Sudarman Kompak Putih Tidak berasa
aroma
Tidak ada
12 Indah Kompak Putih Tidak berasa
aroma
Tidak ada
13 Windu Kompak Putih Tidak berasa
aroma
Tidak ada
14 Erick Kompak Putih Tidak berasa
aroma
Tidak ada
15 Ziyah Kompak Putih Tidak berasa
aroma
Tidak ada
16 Rifatun Kompak Putih Tidak berasa
aroma
Tidak ada
17 Syiva Kompak Putih Tidak berasa
aroma
Tidak ada
18 Resti Kompak Putih Tidak berasa
aroma
Tidak ada
19 Werdi Kompak Putih Tidak berasa
aroma
Tidak ada
20 Tya Kompak Putih Tidak berasa
aroma

F. PEMBAHASAN
Air kelapa yang digunakan dalam proses pembuatan nata de coco pada
percobaan ini sebanyak 1 liter. Pembuatan nata de Coco diawali dengan menyaring
1 liter air kelapa sebanyak 3 kali menggunakan saringan. Penyaringan ini
bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang ada di air kelapa. Kebersihan sangat
diperlukan karena jika tidak bersih, justru akan mempengaruhi atau mengganggu
proses fermentasi air kelapa ini karena akan timbul bakteri yang merugikan,
sehingga hasil yang diperoleh tidak maksimal, bahkan gagal. Setelah proses
penyaringan, air kelapa kemudian direbus sampai mendidih. Pemanasan air kelapa
pada proses pembuatan Nata de Coco ini, bertujuan untuk membunuh atau
mematikan bakteri selain bakteri yang dibutuhkan dalam proses, yaitu bakteri
Acetobacter xylinum. Air kelapa sendiri juga mengandung banyak bakteri,
sehingga diperlukan pemanasan agar bakteri yang tidak diperlukan mati. Saat
perebusan air kelapa berlangsung, kami juga melakukan sterilisasi nampan plastik
dengan air panas. Tujuan dari sterilisasi nampan plastik ini untuk mematikan
mikroba yang ada pada wadah sehingga meminimalisir terjadinya kontaminan.
Apabila kondisi ruangan kurang steril sehingga memungkinkan sirkulasi
udara berjalan seperti biasa maka peluang untuk terjadinya kontaminasi pada nata
yang diproduksi cukup besar, begitu pula jika peralatan yang digunakan kurang
steril maka juga dapat menimbulkan kontaminasi (kerusakan pada lapisan nata
yang diproduksi).
Setelah mendidih, air kelapa kemudian diangkat dari kompor dan
ditambahkan dengan pupuk ZA sebanyak 0,5% dan gula pasir yang berfungsi
sebagai sumber karbon, yang juga dipakai sebagai senyawa untuk tumbuh. Selama
proses penambahan, dilakukan pula pengadukan tujuannya agar campuran air
kelapa, pupuk ZA, dan gula pasir homogen. Gula pasir yang ditambahkan
memiliki konsentrasi yang berbeda-beda pada setiap kelompok. Konsentrasi gula
pasir 60% (kelompok 3 dan 7), 80% (kelompok 1, 2, dan 4), dan 100% (kelompok
5 dan 6). Pencampuran pupuk ZA dan gula pasir kami melakukannya saat air
kelapa dalam kondisi panas agar bubuk ZA dan kristal gula pasir terlarut.
Pertumbuhan Acetobacter xylinum tersebut dipengaruhi oleh oksigen, pH,
suhu dan nutrisi. Air kelapa mengandung sebagian sumber nutrisi yang dibutuhkan
akan tetapi kebutuhan Acetobacter xylinum akan substrate makro seperti sumber
C dan N masih harus tetap ditambah supaya hasil nata yang dihasilkan optimal,
sehingga kekurangan nutrisi yang diperlukan harus ditambahkan dalam proses
fermentasi.
Penambahan pupuk ZA dalam pembuatan nata de coco memiliki peran dan
fungsi sebagai nutrisi (protein) bagi bakteri Acetobacter xylinum agar bakteri bisa
tumbuh lebih cepat dalam menghasilkan nata (berbentuk seperti gel). ZA adalah
sumber nutrisi bagi bakteri yang melakukan fermentasi air kelapa sehingga
menjadi Nata de Coco. Fungsi utamanya sebagai penyedia nitrogen, dengan
adanya suplai nitrogen tambahan, bakteri akan berkembang biak secara cepat, dan
proses perubahan air kelapa menjadi Nata de Coco juga menjadi lebih cepat. Pada
dasarnya di dalam air kelapa sendiri sudah terdapat nitrogen, tetapi dalam bentuk
organik, sehingga tidak dapat langsung dimanfaatkan oleh bakteri, bakteri hanya
dapat menggunakan nitrogen dalam bentuk anorganik : - nitrat [NO3-] atau
ammonium [NH4+]. Adanya gula pasir dalam air kelapa akan dimanfaatkan oleh
Acetobacter xylinum sebagai sumber energi, maupun sumber karbon untuk
membentuk senyawa metabolit di antaranya adalah selulosa yang membentuk Nata
de Coco.
Setelah pencampuran selesai, suhu dibiarkan turun terlebih dahulu sebelum
akhirnya campuran tersebut ditambahkan dengan starter. Starter yang ditambahkan
sebanyak 10%. Starter nata adalah bakteri Acetobacter xylinum yang akan dapat
membentuk serat nata jika ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya
dengan karbon dan nitrogen melalui proses yang terkontrol. Tujuan menambahkan
starter dalam suhu yang tidak panas agar bakteri yang terkandung di dalamnya
tidak mati. Penambahan starter dilakukan di dalam Laminator Air Flow (LAF)
agar meminimalisir mikroba kontaminan yang tumbuh dalam Nata de Coco.
Campuran yang sudah diberi starter kemudian ditutup menggunakan kain steril
yang kemudian diikat dengan tali. Penutupan dilakukan menggunakan kain kasa
steril dengan tujuan agar oksigen masih dapat masuk dalam nampan plastik untuk
proses fermentasi bakteri Acetobacter xylinum karena bakteri ini membutuhkan
oksigen. Kemudian dilakukan inkubasi selama 7 hari.
Berdasarkan hasil pengamatan pada hari ke-5, Nata de Coco milik
kelompok 4 mengalami kontaminasi. Nata de Coco tidak dapat diselamatkan
karena jamur sudah menutup seluruh permukaan nata. Kontaminasi dapat terjadi
karena beberapa kemungkinan, yaitu starter yang digunakan ada hewan (semut)
yang ada di botol starter tersebut sehingga menjadikan starter kurang baik atau
tercelupnya kain penutup nampan plastik pada larutan kelapa atau tidak sterilnya
nampan plastik yang digunakan.
Pada pengamatan hari ke-7, terlihat larutan terbentuk lembaran atau
lapisan. Lapisan yang seperti gel inilah yang disebut sebagai nata de coco.
Terbentuknya lapisan ini akibat aktivitas fermentasi oleh bakteri Acetobacter
xylinum. Dimana bakteri tersebut memecah gula (sukrosa) menjadi glukosa dan
fruktosa. Glukosa diubah melalui reaksi heksokinase menjadi glukosa-6fosfat.
Acetobacter xylinum dapat mensintesa sebagian gula menjadi selulosa dan
sebagian lainnya diuraikan menjadi asam asetat yang akan menurunkan pH
medium. Lama fermentasi akan berpengaruh pada kadar asam yang dihasilkan
dan tebal tipisnya nata.
Lapisan nata yang sduah terbentuk kemudian siap untuk diolah.
Pengolahan diawali dengan mencuci lembaran Nata de Coco pada air yang
mengalir dan mengeroknya. Tujuannya adalah untuk membersihkan Nata de Coco
dari lendir. Setelah itu dilakukan pengukuran panjang, lebar, tinggi, dan berat
lembaran nata. Dari pengukuran tersebut diperoleh data sebagai berikut :

1. Pada konsentrasi gula pasir 60%, ulangan 1 menghasilkan volume 550,0 cm3
dengan berat 737,0 gr; sedangkan pada ulangan 2 menghasilkan 462,8 cm3
dengan berat 426,0 gr. Perbedaan hasil ulangan ini menunjukkan tebal dan
berat lapisan nata yang diperoleh berbeda. Seharusnya hasil ulangan
menghasilkan tebal dan berat lapisan nata yang sama karena menggunakan
konsentrasi gula pasir yang sama. Hal tersebut terjadi karena pada ulangan
yang kedua kemungkinan kurang mendidihnya air kelapa saat perebusan
sehingga bakteri yang terkandung di dalamnya tidak mati. Kemungkinan lain
yang terjadi adalah kurang larutnya gula pasir yang tercampur dan kurang
homogennya starter pada larutan air kelapa.
2. Pada konsentrasi gula pasir 80%, ulangan 1 menghasilkan volume 532,0 cm3
dengan berat 368,0 gr; sedangkan pada ulangan 2 menghasilkan 532,0 cm3
dengan berat 475,6 gr. Hasil ulangan menunjukkan persamaan volume Nata
de Coco yang diperoleh. Persamaan ini terjadi karena gula pasir yang
digunakan dengan konsentrasi yang sama sehingga menghasilkan volume
Nata de Coco yang sama. Tetapi, pada berat yang diperoleh ditemukan hasil
yang berbeda. Hal ini dikarenakan pada ulangan 1 pada proses fermentasinya
terjadi pergeseran pada nampan plastik ketika proses pengamatan sehingga
larutan Nata De Coco mengalami penggoyangan. Hal ini mengakibatkan
terbentuknya 2 lapisan nata dan masih ada nata yang belum terbentuk. Hal
inilah yang dapat mengurangi berat nata, sehingga pada ulangan 1 dan 2
mengahasilkan berat nata yang berbeda.
3. Pada konsentrasi gula pasir 100%, ulangan 1 menghasilkan volume 673,7 cm3
dengan berat 463,5 gr; sedangkan pada ulangan 2 menghasilkan 338,1 cm3
dengan 306,0 gr. Perbedaan hasil ulangan ini menunjukkan tebal dan berat
lapisan nata yang berbeda. Seharusnya hasil ulangan menghasilkan tebal dan
berat lapisan nata yang sama karena menggunakan konsentrasi gula pasir yang
sama. Hal tersebut terjadi karena pada ulangan yang kedua kemungkinan
kurang mendidihnya air kelapa saat perebusan sehingga bakteri yang
terkandung di dalamnya tidak terbunuh. Kemungkinan lain yang terjadi adalah
kurang larutnya gula pasir yang tercampur dan kurang homogennya starter
pada larutan air kelapa.
Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa secara garis besar
perbedaan kadar gula pada media fermentasi nata sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum dalam menghasilkan selulosa
ekstraseluler. Hal ini dikarenakan gula merupakan sumber karbon bagi
pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum dan sumber karbon ini merupakan
faktor penting dalam proses fermentasi. Semakin banyak penambahan gula maka
lapisan nata yang terbentuk akan semakin tebal.
Nata de Coco yang sudah diukur tebal dan berat lapisannya, kemudian
dipotong-potong berbentuk dadu dengan ukuran kurang lebih 1 cm. Pemotongan
ini bertujuan untuk mempermudah orang memakan Nata de Coco. Potongan-
potongan nata tersebut kemudian direndam dalam air selama 3 hari untuk
menghilangkan rasa asam dari Nata de Coco. Setiap harinya mengganti air
rendaman dengan air bersih yang bertujuan untuk menghilangkan air rendaman
yang bersifat asam dari Nata de Coco. Setelah melakukan perendaman selama 3
hari, nata kemudian dimasak selama 3 kali. Pada pemasakan pertama bertujuan
untuk mematikan mikroba dalam nata dan untuk mengenyalkan potongan nata.
Pada pemasakan kedua, menambahkan gula yang bertujuan untuk menambah rasa
manis pada nata. Pada pemasakan ketiga, dilakukan penambahan sirup yang
bertujuan untuk menambah cita rasa buah pada nata sehingga menambah
kenikmatan saat dikonsumsi.
Berdasarkan data hasil 20 responden terhadap organoleptik pada Nata de
Coco, diperoleh bahwa nata memiliki tekstur yang kompak (tidak berongga), tidak
ada aroma, berwarna putih, dan tidak berasa. Tekstur kompak dihasilkan karena
Acetobacter xylinum menghasilkan enzim ekstraseluler. Selain itu, kekompakan juga
dipengaruhi karena meningkatnya kadar gula yang ada dalam medium, maka kekerasan
dari nata akan semakin rendah dan kekenyalan semakin meningkat. Hal ini diduga karena
kadar gula yang tinggi menyebabkan ikatan yang terbentuk antar serat lebih longgar dan
akibatnya sebagian besar gel yang terbentuk banyak terisi oleh air dan hanya sedikit oleh
padatan.
Pada awal pemanenan, nata yang diperoleh memiliki rasa yang asam. Rasa
asam yang dimiliki oleh nata terbentuk karena terdapat proses fermentasi dimana
bakteri Acetobacter xyylinum jika ditumbuhkan pada media cair yang
mengandung gula akan menghasilkan asam cuka atau asam asetat. Asam cuka
atau asam asetat dihasilkan dari penguaraian gula sehingga dapat menurunkan
derajat keasaman (pH) medium berkisar 2,5 – 3 sehingga medium semakin asam.
Namun setelah melewati proses pengolahan, nata yang diperoleh tidak lagi
memiliki rasa asam (tidak berasa).
Berdasarkan hasil hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa proses
pembuatan nata pada percobaan ini dinyatakan berhasil dan diperoleh nata yang
baik. Karena ciri nata yang baik adalah berbentuk gelatin, warna putih, struktur
kuat dan tidak mudah hancur, penampakan mengkilap dan tidak mudah lengket,
100% bebas asam dan abu, serta permukaannya lembut.
G. KESIMPULAN
1. Nata de coco yang kami gunakan adalah nata yang diperoleh dari pemanfaatan
limbah air kelapa sebagai media pertumbuhan bakteri.
2. Berdasarkan hasil pengamatan pada hari ke-5, Nata de Coco milik kelompok 4
mengalami kontaminasi. Hal ini kemungkinan disebabkan starter yang
digunakan ada hewan (semut) yang ada di botol starter tersebut atau
tercelupnya kain penutup nampan plastik pada larutan kelapa atau tidak
sterilnya nampan plastik yang digunakan.
3. Pada konsentrasi gula pasir 60 gr, ulangan 1 menghasilkan 550,0 cm3,
sedangkan pada ulangan 2 menghasilkan 462,8 cm3. Perbedaan ini terjadi
karena pada ulangan yang kedua kemungkinan kurang mendidihnya air kelapa
saat perebusan dan kurang larutnya gula pasir yang tercampur dan kurang
homogennya starter pada larutan air kelapa.
4. Pada konsentrasi gula pasir 80 gr, ulangan 1 menghasilkan 532,0 cm3,
sedangkan pada ulangan 2 menghasilkan 532,0 cm3. Hasil ulang menunjukkan
persamaan volume Nata de Coco yang diperoleh. Persamaan ini terjadi karena
gula pasir yang digunakan dengan konsentrasi yang sama sehingga
menghasilkan volume Nata de Coco yang sama.
5. Pada konsentrasi gula pasir 100 gr, ulangan 1 menghasilkan 673,7 cm3,
sedangkan pada ulangan 2 menghasilkan 338,1 cm 3. Perbedaan ini
kemungkinan pada ulangan kedua kurang mendidihnya air kelapa saat
perebusan dan kurang larutnya gula pasir yang tercampur dan kurang
homogennya starter pada larutan air kelapa
6. Dari data yang diperoleh dapat dikatan bahwa secara garis besar perbedaan
kadar gula pada media fermentasi nata sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum dalam menghasilkan selulosa
ekstraseluler. Hal ini dikarenakan gula merupakan sumber karbon bagi
pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum dan sumber karbon ini merupakan
faktor penting dalam proses fermentasi. Semakin banyak penambahan gula
maka lapisan nata yang terbentuk akan semakin tebal.
7. Berdasarkan data hasil 20 responden terhadap organoleptik pada Nata de Coco,
kami merasakan tekstur Nata yang kompak (tidak berongga), tidak ada aroma,
berwarna putih, dan tidak berasa. Hasil tersebut menunjukkan keberhasilan
dalam pembuatan Nata de Coco.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai