Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH PENGEMBANGAN KURIKULUM

“INOVASI KURIKULUM”

Disusun Oleh :

1. Esttiningtyas S.B.U ( 1401070015)


2. Resty Restyowati (1401070016)
3. Werdi Nursolihah (1401070029)
4. Hanif Muslimah (1401070030)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Inovasi dapat diartikan sebagai sesuatu yang baru dalam situasi sosial
tertentu yang digunakan untuk menjawab atau memecahkan suatu permasalahan.
Dilihat dari bentuk atau wujudnya “ sesuatu yang baru” itu dapat berupa ide,
gagasan, benda, atau mungkin dalam tindakan. Sedangkan dilihat dari maknanya,
sesuatu yang baru itu bisa benar-benar baru yang belum tercipta sebelumnya yang
kemudian disebut dengan invantion, atau dapat juga tidak benar-benar baru
sebelumnya sudah ada dalam kontek sosial yang lain yang kemudian disebut
dengan discovery. Jadi, dengan demikian inovasi itu dapat terjadi melalui proses
invantion atau discovery.
Merujuk pada penjelasan di atas, maka inovasi kurikulum dan
pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu ide, gagasan, atau tindakan-tindakan
tertentu dalam bidang kurikulum dan pembelajaran yang dianggap baru untuk
memecahkan masalah pendidikan. Dalam hal ini pemahaman mengenai inovasi
kurikulum akan sangat membantu guru dalam menerapkan kaidah-kaidah
pemebelajaran disekolah.
Dalam bidang pendidikan, inovasi biasanya muncul dari adanya
keresahan pihak-pihak tertentu tentang penyelenggaraan pendidikan. Misalkan,
keresahan guru tentang pelaksanaan proses belajar mengajar yang dianggapnya
kurang berhasil, keresahan pihak administrator pendidikan tentang kinerja guru,
atau mungkin keresahan masyarakat terhadap kinerja dan hasil daftar sistem
pendidikan. Keresahan-keresahan itu pada akhirnya membentuk permasalahan-
permasalahan yang menuntut penanganan dengan segera. Dengan demikian, maka
dapat kita katakan bahwa inovasi itu ada karena adanya masalah yang dirasakan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana dasar pemikiran dalam inovasi kurikulum ?
2. Bagaimana konsep, jenis, dan strategi inovasi ?
3. Bagaimana pengembangan dan keputusan inovasi ?
4. Bagaimana saluran komunikasi dalam inovasi kurikulum ?
5. Bagaimana implementasi inovasi dan kecepatan adopsi ?
6. Bagaimana inovasi kurikulum di indonesia ?
7. Bagaimana ruang lingkup dan bentuk inovasi kurikulum ?
8. Bagaimana hambatan-hambatan dalam implementasi inovasi kurikulum ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui dasar pemikiran inovasi kurikulum.
2. Untuk mengetahui konsep, jenis, dan strategi inovasi.
3. Untuk mengetahui proses pengembangan dan keputusan inovasi.
4. Untuk mengetahui saluran komunikasi.
5. Untuk mengetahui implementasi inovasi dan kecepatan adopsi.
6. Untuk mengetahui inovasi kurikulum di indonesia.
7. Untuk mengetahui ruang lingkup dan bentuk inovasi kurikulum.
8. Untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam implementasi inovasi
kurikulum.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Dasar Pemikiran

Indonesia sebagai suatu negara berkembang tellah dan terus melakukan


upaya-upaya pembaruan (inovasi) pendidikan, khususnya dalam bidang
kurikulum dan pembelajaran. Di Indonesia, inovasi kurikulum yang dilakukan
cenderung bersifat formal dengan menggunakan pendekatan top-down. Artinya
inovasi kurikulum tersebut dirancang dan ditetapkan oleh Departemen Pendidikan
Nasional di tingkat pusat, kemudian secara bertahap dan berjenjang
disebarluaskan ke bawah melalui Kantor Wilayah atau Dinas Pendidikan, baik di
tingkat provinsi, kabupaten atau kota, kecamatan sampai akhirnya ke guru-guru di
sekolah, dengan harapan agar dapat diterima dan dilaksanakan sesuai ddengan
kebijakan

B. Konsep, Jenis, dan Strategi Inovasi

Rogers (1983) mengemukakan bahwa inovasi adalah “ide, praktik atau


objek yang dianggap baru oleh individu atau unit penerima lainnya”.

Sementara itu, Centre for Educational Research and Innovation (1969)


mengemukakan “inovasi adalah usaha-usaha melakukan perubahan dalam sistem
pendidikan yang secara sadar dan terarah dilakukan untuk memperbaiki sistem
yang ada.” Inovasi tidak selalu harus sesuatu yang baru, tetapi sesuatu yang lebih
baik dari sebelumnya, dan kebaikan itu dapat ditunjukkan.

Berbicara tentang inovasi (pembaruan) mengingatkan pada istilah invention


dan discovery. Invention adalah penemuan sesuatu yang benar-benar baru
sebagaii hasil karya manusia. Discovery adalah penemuan sesuatu (benda yang
sebenarnya telah ada sebelumnya). Dengan demikian inovasi berarti usaha
menemukan sesuatu yang baru dengan jalan melakukan kegiatan (upaya)
invention dan discovery.
Pada dasarnya inovasi kurikulum berkenaan dengan inovasi terhadap sistem
kurikulum itu sendiri. Yang menjadi fokus inovasi ini adalah ide atau rangkaian
ide. Inovasi kurikulum sendiri merupakan suaru usaha untuk melakukan
pembaruan sistem kurikulum untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Tujuan
dari inovasi kurikulum sendiri adalah untuk :

1. Lebih meratanya kesempatan belajar.


2. Adanya keserasian antara kegiatan pembelajaran dengan tujuan kurikulum.
3. Implementasi kurikulum menjadi lebih efisien dan efektif.
4. Menghargai kebudayaan lokal atau daerah.
5. Tumbuhnya sikap, minat, dan motivasi belajar peserta didik.
6. Tersebarnya paket kurikulum yang menarik dan menyenangkan semua pihak,
mudah dicerna, dan mudah diperoleh.
7. Terpenuhinya kebutuhan tenaga terdidik dan terlatih yang bermutu.

Adapun ciri-ciri utama suatu inovasi berdasarkan batasan atau pengertian inovasi
adalah :

1. Adanya sesuatu yang baru menurut persepsi yang menerima.


2. Diciptakan secara sengaja.
3. Bertujuan untuk memperbaiki sistem yang sudah ada.
4. Kebaikan dari inivasi itu dapat ditunjukkan.

Sementara itu, menurut Rogers (1983) ciri-ciri inovasi itu sendiri adalah :

1. Keuntungan relattif (relative advantage) adalah tingkat yang digunakan untuk


mengukur apakah inovasi itu lebih baik daripada gagasan sebelumnya atau
tidak.
2. Kesepadanan (compability) adalah tinglat dimana suatu inovasi konsisten
terhadap nilai-nilai yang ada, pengalaman-pengalaman masa lampau, dan
kebutuhan-kebtuhan para adopter yang potensial.
3. Kompleksitas (complexity) adalah tingkat sampai dimana suatu inovasi
dilihat sebgai hal yang sulit untuk dipahami dan digunankan.
4. Kemungkinan dapat dicoba (trialibility) adalah tingkat sampai dimana
kemungkinan suatu inovasi dapat dicobakan pada batas-batas tertentu.
5. Kemngkinan dapat diamati (observability) adalah tingkat sampai dimana hasil
dari suatu inovasi dapat diamati oleh orang lain.

Dilihat dari ciri-ciri suatu inovasi, maka dapat disimpulkan bahwa inovasi
kurikulum Indonesia didasarkan pada tiga hal :

1. Visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional yang ditetapkan oleh pemerintah
melalui UU. No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. Tujuan inovasi kurikulum adalah untuk memperbaiki sistem kurikulum yang
ada agar lebih baik lagi sehingga terasa manfaatnya bagi masyarakat
pendidikan itu sendiri.
3. Sebagai usaha untuk mencari pemecahan masalah.

Sejauh ini, pelaksanaan inovasi kurikulum tidak dapat dipisahkan dari


pelaksanaan inovasi itu sendiri. Dilihat dari hal itu, inovasi kurikulum dibagi ke
dalam dua jenis, yaitu :

1. Top-Down Innovation
Inovasi ini sengaja diciptakan oleh atasan sebagai upaya untuk meningkatkan
mutu pendidikan atau pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan
ataupun usaha untuk meningkatkan efisiensi, dan sebagainya. Inovasi seperti
ini dilakukan untuk diterapkan kepada bawahan dengan cara mengajak,
menganjurkan, dan bahkan memaksakan apa yang menurut pencipta itu baik
untuk kepentingan bawahannya dan bawahan tidak punya otoritas untuk
menolak pelaksanaannya.
Banyak contoh dari inovasi kurikulum top-down innovation yang dilakukan
oleh Departemen Pendidikan Nasional di Indonesia, antara lain : CBSA, guru
pamong, sekolah kecil, sistem pengajaran modul, sistem belajar jarak jauh,
dan lain-lain.
2. Buttom-Up Innovation
Inovasi ini dibuat berdasarkan ide, pikiran, kreasi, inisiatif sekolah, guru atau
masyarakat. Ajaenis yang kedua ini jarang dilakukan di Indonesia karena
sistem pendidikan yang ada cenderung bersifat sentralis.
Sebagai usaha mengefektifkan pencapaian tujuan pendidikan, pemerintah
terus-menerus malakukan berbagai perbaikan dan pembaharuan pendidikan dan
kurikulum. Beberapa pembaruan (inovasi) yang telah dilakukan dikemukakan di
bawah ini :
1. Pemberlakuan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)
Sejak lama bahkan sejak kemerdekaan repblik Indonesia ini, kurikulum di
Indonesia disusun secara terpusat. Sekolah kurang bahkan tidak diberi ruang
yang ukup untuk mengembangkan kurikulum sendiri. Sekolah dan tentu saja
guru hanya berfungsi sebagai pelaksana kurikulum yang seluruhnya di atur
oleh pusat, mullah isi pelajaran, system penilaian bahkan waktu pemberian
materi pelajaran kepada siswa melalui bentuk kurikulum yang bersifat
matriks. Baru sejak tahun 2006, terjadi perubahan kebijakan pemerintah
mengenai kurikulum seiring dengan diberlakukannya undang-undang nomor
20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional. Kurikulum tidak lagi
sepenuhnya diatur oleh pusat, akan tetapi ditentukan oleh daerah masing-
masing melalui kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). KTSP adalah
kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing
satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan
dengan memerhatikan dan berdasarkan standar nasional pendidikan (BSNP).
Dilihat dari adanya perubahan system manajemen kurikulum itulah, maka
dapat kita katakana bahwa pemberlakuan KTSP merupakan salah satu bentuk
inovasi kurikulum yang ada di Indonesia. Tidak demikian dengan KTSP
sebagai kurikulum operasioanal, disusun dan dikembangkan oleh sekolah
seauai dengan kondisi daerah. Setelah kita analisis konsep di atas, maka ada
beberapa hal yang berhubungan dengan makna kurikulum operasional.
Pertama, sebagai kurikulum yang bersifat operasional. Maka dalam
pengembangannya, KTSP tidak akan lepas dari ketetapaan-ketetapai yang
telah disusun pemerintah sevara nasional. Artinya walaupun daerah diberi
kewenangan untuk mengembangkan kurikulum akan tetapi kewenangan itu
hanya sebatas pada pengembangan operasionalnya saja; sedangkan yang
menjadi rukukan pengebmbangannya itu sendiri ditentukan oleh pemerintah,
misalnya jenis mata pelajaran beserta jumlah jam pelajarannya, isi dari setiap
mata pelajaran itu sendiri serta jumlah jam pelajaranya, isi dari setiap mata
pelajaran itu sendiri sert kompetensi yang harus dicapai oleh setiap mata
pelajaran itu. Hal ini sesuai dengan undang-undang No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36 ayat 1, yang menjelaskan bahwa
pengembangan kurikulum mengacu pada standar nasional pendidikan untuk
mewujudkan tukuan pendidikan nasional. Daerah dalam menentukan isi
pelajaran terbatas pada pengambangan kurikulum muatan lolkal, yakni
kurikulum yang memiliki kekhasan sesuai dengan kebutuhan daerah, serta
aspek pengembangan diri yang sesuai dengan minat siswa. Jumlah jam
pelajaran kudua aspek tersebut ditentukan oleh pemerintah.
Kedua, sebagai kurikulum operasional, para pengembang KTSP, di tuntut
dan harus memerhatikan cirri khas kedaerahan, sesuai dengan bunyi Undang-
undang No. 20 Tahun 2003 ayat 2, yakni bahwa kurikulum pada semua
jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi
sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Persoalan
ini penting untuk dipahami, sebab walaupun standaar isi ditentukan oleh
pemerintah, akan tetapi dalam operasional pembelajarannya yang
direncanakan dan dilakukan oleh guru dan pengembang kurikulum tidak
terlepas dar keadaan dan kondisi daerah.
Ketiga, sebagai kurikulum operasional, para pengembang kurikulum di
daerah memiliki keleluasaan dalam mengembangkan kurikulum menjadi unit-
unit pelajaran, misalnya dalam mengemangkan strategi dan metode
pembelajaran, dalam menentukan media pembelajaran dan dalam menentukan
evaluasi yan gdilakukan termasuk dalam menentukan berapa kali pertemuan
serta kapan suatu topic materi harus dipelajari siswa agar kompetensi dasr
yang telah ditentukan dapat tercapai. Sebagai kurikulum operasional, KTSP
memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. KTSP adalah kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus
ditempuh oleh peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Hal ini dapat kita
lihat dari struktur kurikulum KTSP yang memuat sejumlah mata pelajaran
yang harus ditempuh oleh peserta didik. Setiap mata pelajara yang harus
dipelajari ituselain sesuai dengan nama-nama disiplin ilu juga ditentukan
jumlah jam pelajaran secara ketat, maka dapat dikatakan bahwa KTSP
merupakan kurikulum yang berorientasi pada sdisiplin ilmu.
b. KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada pengemangan individu.
Hal ini dapat dilihat dari prinsip-prinsip pembelajaran dalam KTSP yang
menekankan pada aktivitasa siswa untuk mencari dan menemukan sendiri
matei pelajaran melalui berbagai pendikatan dan strategi pembelajaran
yang disarankan misalnya, melalui CTL, inkuiri, pembelajaran fortopolio
dan lain sebagainya. Demikian juga, secara tegas dalam struktur kuikulum
terdapat komponen pengembangan diri.
c. KTSP adalah kurikulum yang mengakses kepentingan daerah. Hal ini
tampak pada salah satu prinsip KTSP yakni berpusat pada potensi
perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkunganya. Dengan demikian, maka KTSP adalahkurikulum yang
dikembangkan oleh daerah. Bahkan, dengan program muatan lokalnya
KTSP didasarkan pada keberagaman kondisi, social, budaya yang berbeda
masing-basing daerahnya.
d. KTSP merupakan kurikulum teknologis. Hal ini dapat dilihat dari adanya
standar kompetensi, kompetensi dasar yang kemudian di jabarkan pada
indicator hasil belajar, yakni sejumlah perilaku yang terukur sebagian
bahan penilaian.

2. Penyelenggaraan sekolah lanjutan pertama terbuka (SLTPT)


SLTPT terbuka merupalkan sekolah menengah umum tingkat pertama
yang kegiatan belajarnya dilaksanakan sebagian besar di luar gedung sekolah.
Penyampaian pelajaran dilakukan dengan memenfaatkan berbagai media
sebagai pengganti guru, misalnya dengan menggunakan paket belajar berupa
modul dan pemanfaatan media elektronik seperti radio.
SLTPT terbuka diselenggarakan untuk meningkatkan pemerataaan
pendidikan, khususnya bagi lulusan SD yang ingin melenjutkan
pendidikannya, akan tetapi tidak dapat merealisasikan niatnya disebbkan
factor geografi, social dan ekonomi. Cirri-ciri SLTPT terbuka adalah sebagai
berikut:
a. Terbuka bagi peserta didik tanpa pembatasan umur dan syarat-syarat
akademis.
b. Terbuka dalam memilih program belajar untuk mencapai ijazah formal
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan jangka pendik yang bersifat
praktis, incidental dan individual (perorangan).
c. Dalam prosees belajar mengajar bersifat terbuka yang tidak selalu harus
diselenggarakan di dalam kelas mellui tatap muka dengan guru, akan
tetapi dapat dilakukan di luar kelas sesuai dengan kesempatan masing-
masing dengan belajar melalui berbagai media, seperti fadio, media
cetak, film, foto dan lai sebagainya.
d. Peserta didik dapat secara bebbbbas mengikuti program belajar sesuai
dengan kesempatan yang tersedia.
e. SLTP Terbuka dikelola secara terbuka, dengan melibatkan pegawai
negeri, para tokoh masyarakat, orang tua peserta didik dan pamong
pemerintah setemat.
Tujuan yang ingin dicapaI oleh SLTP Terbuka adalah agar lulusan:
a. Menjadi warga Negara yang baik sebagai manusia yang sehat, dan kuat
lahir dan batin.
b. Menguasai hasil pendidikan umum yang merupakan kelanjutan dari
pendidikan di sekolah dasar.
c. Memiliki bekal untuk melanjutkan pelajaran ke sekolah lanjutan atas dan
utuk tujuan ke masyarakat.
d. Meningkatkan didiplin siswa.
e. Menilai kemajuan siswa dan memantapkan hasil pelajaran dengan media.

3. Pengajaran melalui modul


Pengajaran melalui odul merupakan salah satu bentuk inovasi pendidikan
yang pernah ada di Indonesia yang digunakan dalam berbagai
penyelennggaraan pendidikn baik formal maupun non formal.
Dalam konkeks pembelajaran, modul dapat diartikan sebagai suatu unit
lengkap yang berdiri sendiri yang terdiri dari rangkaian kegiatan belajar yang
disusun untuk membantu peserta didik mencapai sejumlah tujuan yang
durumuskan secra khusus dan jelas. Dalam sebuah modul durumuskan suatu
unit pengajaran secra jelas, dru mulai juruan yang harus dicpai, petunjuk
pembelajaran atau rangkaian pembelajaran atau rangkaian kegiatan belajar
yang harus dilakukan siswa, materi pembelajaran sampai kepada evaluasi
beserta pedoman menentukan keberhasilannya. Dengan demikian, melalui
modul siswa dapat belajar mandiri (self instructon), tanpa bantuan guru.
Selanjutnya, Chin dan Benne dalam Kennedy (1987) mengemukakan tiga
strategi inovasi, yaitu :
1. Strategi Pemaksaan (power coercive)
Strategi pemaksaan berdasarkan kekuasaan merupakan suatu pola inovasi
yang sangat bertentangan dengan kaidah-kaidahinovasi itu sendiri. Strategi ini
cenderung memaksakan kehendak, ide, dan pikiran sepihak tanpa
menghiraukan kondisi dan keadaan serta situasi yang sebenarnya dimana
inovasi itu akan dilaksanakan. Kekuasaan memiliki pengaruh yang sangat
kuat dalam menerapkan ide-ide baru dan perubahan sesuai dengan kehendak
dan pikiran-pikiran dari pncipta inovasinya.
2. Strategi Empirik-Rasional (rational empirical)
Asumsi dasar dalam strategi ini adalah bahwa manuasia mampu
menggunakan pikiran logisnya sehingga mereka akan bertindak secara
rasional. Dalam kaitan dengan ni, inovator bertugas mendemonstrasikan
inovasinya dengan menggunakan metode terbaik dan valid untuk memberikan
manfaat bagi penggunanya. Di sekolah, para guru menciptakan strategi atau
mode mengajar yang menurutnya sesuai dengan akal sehat, berkaitan dnegan
situasi dan kondisi, bukan berdasarkan pengalaman gurur tersebut.
3. Strategi Pendidikan yang Berulang Secara Normatif (normative reeducative)
Strategi ini didasarkan pada pemikiran para ahli pendidikan, seperti Sigmund
Freud, John Dewey, Kurt Lewis, dan beberapa pakar lainnya. Cece Wijaya,
dkk. (1991) yang menekankan bagaimana klien memahami permasalahan
pembaruan, seperti perubahan sikap, keterampilan, dan nilai-nilai yang
berhubungan dengan manusia. Misalnya, dalam pelaksanaan perbaikan sistem
pembelajaran di sekolah, para guru sebagai pelaksana inovasi berulang kali
melaksanakan perubahan-perubahan itu sesuai dengan kaidah-kaidah
pendidikan.

C. Proses Pengembangan dan Keputusan Inovasi

Ada banyak menurut para ahli tentang proses pengembangan dan keputusan
inovasi diantaranya menurut Cece Wijaya, dkk (1991) dan menurut Subandiyah
(1992). Menurut Cece Wijaya proses inovasi mempunyai beberapa tahapan yaitu :

1. Invention, yang meliputi penemuan-penemuan baru yang biasanya adaptasi dari


apa yang telah ada dan biasanya menggambarkan hasil yang berbeda dengan
hasil yang sebelumnya.
2. Development, yaitu suatu proses sebelum masuk ke dalam skala yang lebih
besar. Pengembangan yang sering bergandengan dengan penelitian sehingga
prosedur “ research and development” merupakan tahap yang digunakan dalam
kurikulum “ research and development” yang meliputi berbagai aktivitas.
3. Diffusion. Gabriel Tarde seorang pemikir tentang difusi konsepnya telah banyak
ditiru. Diffusionisme merupakan pandangan dalam antropologi yang menjelaskan
perubahan masyarakat tertentu sebagai hasil pengenalan inovasi dari masyarakat
lain. Difusi sebagai proses berkaitan erat dengan komunikasi. Dikemukakan
Rogers(1983) bahwa difusi adalah proses dimana inovasi dikomunikasikan
melalui saluran-saluran tertentu secara terus menerus diantara anggota-anggota
sistem sosial. Sedangkan komunikasi adalah sebuah proses dimana partisipan
menciptakan dan saling tukar informasi agar terjadi saling pengertian. Dengan
demikian, penyebaran inovasi kurikulum dapat dilakukan melalui konta-kontak
sosial, di dalam jaringan komunikasi atau pendekatan-pendekatan lain sesuai
dengan kultur masyarakat setempat.
Menurut Rogers ada empat elemen pokok dalam difusi, yaitu “inovasi, saluran
komunikasi, waktu dan sistem sosial.”
4. Adoption, merupakan tahap penyerapan terhadap beberapa unsur penting yang
perlu dipertimbangkan antara lain: penerimaan waktu, tipe pembaruan, unit
pengadopsi, saluran komunikasi, struktur sosial, dan budaya.
Proses pengembangan inovasi perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai
berikut:

a. Memahami masalah atau kebutuhan yang timbul dalam masyarakat.


b. Melakukan penelitian dasar dan terapan. Dasar ilmu pengetahuan dan
teknologi biasanya berasal dari penelitian dasar, sedangkan penelitian
terapan terdiri atas investigasi sains yang diarahkan pada pemecahan
masalah praktis.
c. Pengembangan. Kegiatan pengembangan selalu berkaitan dengan
penelitisn. Dalam kenyataan sangat sulit memisahkan antara research and
development sehingga kedua istilah ini sering digunakan secara bersama.
d. Komersialisasi. Pada tahap ini proses penelitian dan pengembangan
dikemas dalam bentuk produk siap pakai oleh pengguna.
e. Difusi dan adopsi. Masalah yang paling kursial dalam proses
pengembangan inovasi adalah keputusan untuk memulai difusi kepada
pengguna. Namun dapat dilakukan dengan memperhatikan dua hal yaitu
menjaga kualitas teknologi dan keputusan untuk menyebarluaskan inovasi.
f. Konsekuensi. Tahap akhir dari proses pengembangan inovasi adalah
konsekuensi.

Proses keputusan inovasi adalah proses dimana seorang individu atau unit
membuat keputusan mempertimbangkan langkah-langkah membuat keputusan ,
mulai dari memahami tentang inovasi, menentukan sikap terhadap inovasi,
membuat keputusan untuk mengadopsi atau menolaknya, implementasi inovasi,
sampai pada konfirmasi dari keputusan tersebut. Adapun uraian dari kelima
lankah utama dalam proses keputusan inovasi ini adalah sebagai berikut:

1. Pengetahuan, terjadi bila seorang individu atau unit pembuat keputusan


lainnya terbuka terhadap adanya inovasi dan memperoleh pengetahuan
tentang bagaimana cara ia terlibat dan berfungsi dalam pengembangan
inovasi.
2. Persuasi, terjadi apabila seorang individu atau unit pembuat keputusan
lainnya menentukan sikap senang atau tidak senang terhadap inovasi tersebut.
3. Keputusan, terjadi apabila seorang individu atau unit pembuat keputusan
lainnya terikat dalam aktivitas untuk memilih mengadopsi atau menolak
inovasi.
4. Implementasi, terjadi apabila seorang individu atau unit pembuat keputusan
lainnya menentukan pelaksanaan suatu inovasi.
5. Konfirmasi, terjadi apabila seoran individu atau unit pembuat keputusan
lainnya mencari dukunan bagi suatu keputusan inovasi yang telah dibuat,
tetapi ia mungkin membalikan keputusan yang lalu jika pesan-pesan yang
disamaikan bertentangan dengan inovasi itu.

Kelima langkah ini pada akhirnya disebut Rogers sebagai Model Proses
Keputusan Inovasi. Berkaitan dengan keputusan inovasi, perlu juga diketahui
beberapa tipe keputusan inovasi, yaitu:

a. Keputusan inovasi pilihan, yaitu pilihan-pilihan untuk mengadopsi atau


menolak suatu inovasi yang dibuat oleh seseorang, yan bebas dari
keputusan-keputusan dari anggotan kelompok sebuah sistem.
b. Keputusan inovasi kolektif, yaitu pilihan-pilihan untuk mengadopsi atau
menolak suatu inovasi yang dibuat secara consensus di kalangan para
anggota suatu sistem sosial
c. Keputusan inovasi otoritas, yaitu pilihan-pilihan untuk mengadopsi atau
menolak suatu inovasi yang telah dibuat oleh individu dalam suatu sistem
yang mempunyai kekuatan, status atau keahlian teknis.

C. Saluran Komunikasi

Saluran komunikasi adalah alat untuk menyampaikan pesan dari individu


lain, baik langsung maupun tidak langsung. Saluran media massa adalah semua
alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan-pesan yang melibatkan suatu
media massa, seperti radio, televisi, dan surat kabar yang memungkinkan pesan-
pesan tersebut sampai pada khalayak. Selain itu saluran antarmanusia lebih efektif
dalam mempenaruhi seorang individu untuk mengadopsi gagasan baru, terutama
jika saluran antarmanusia tersebut menghubungkandua atau lebih individu yang
berada dalam tingkat yang hampir sama.
Prinsip dasar dari komunikasi manusia adalah bahwa transfer ide-ide
antara individu mempunyai sifat yang sama(homophilous). Homophily
merupakan tingakat dimana individu yang berinteraksi mempunyai ciri-ciri yang
sama, sedangkan heteropili merupakan kebalikan dari homopili. Namun, terdapat
kecenderungan yang kuat untuk memilih seseorang yang paling mirip dengan
dirinya. Komunikasi akan lebih efektif jika individu memiliki hemopili. Untuk
mengukur pendapat pemimpin dan keterkaitan jaringan kerja difusi yang
digunakan dalam penelitian, dapat dugunakan beberapa teknik antara lain:

a. Sosiomatrik
b. Pendapat informan
c. Teknik rancangan diri
d. Observasi

Dalam proses difusi juga perlu mempertimbangkan masalah waktu, karena waktu
merupakan unsur penting dalam difusi. Dimensi waktu yang terlibat dalam proses
difusi antara lain:

a. Dalam proses keputusan inovasi dimana individu baru pertama kali


mengetahui tentan inovasi sampai kepada adopsi atau penolakan.
b. Dalam keinovasian individu atau unit adopsi lainnya, artinya perbandingan
kecepatan inovasi untuk adopsi dari suatu sistem dengan sistem lainnya
adalah relative,
c. Tingkat adopsi dalam sistem biasanya diukur menurut jumlah anggota sistem
yang mengadopsi inovasi dalam jangka waktu tertentu.

Difusi adalah proses komunikasi atau saling tukar informasi tentang suatu
bentuk inovasi antara warga masyarakat sasaran sebaagai penerima inovasi
dengan menggunakan saluran tertentu dan dalam waktu tertentu pula.

Terdapat dua macam sistem difusi, yaitu difusi sentralisasi dan difusi
desentralisasi. Difusi dentralisasi adalah difusi yang bersifat memusat. Artinya
segala bentuk keputusan tentang komunikasi inovasi ditentukan oleh orang-orang
yang merumuskan bentuk inovasi. Sedangkan difusi desentralisasi merupakan
proses penyebaran informasi dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Dalam difusi
desentralisasi keberhasilan tidak ditentukan oleh orang-orang yang merumuskan
inovasi akan tetapi sangat ditentukan oleh masyarakat itu sendiri sebagai
penggagas dan pelaksana difusi.

E. Implementasi Inovasi Dan Kecepatan Adosi

Dalam rangakaian inovasi, implementasi menduduki posisi penting,


karena menyangkut sistem inovasi itu sendiri. Fullan dan Pomfret (1977)
menjelaskan bahwa “… implementation refers to the actual use of an inoation on
what an innovation consists of in practice”. Selain itu masih banyak para ahli yang
menjelaskan pengertian tentang implementasi. Dengan demikian tindakan
melaksanakan atau lebih tepat disebut mewujudkan apa yang telah ditetapkan
sebagai kebijakan merupakan pandangan yang hampir sama di antara para ahli
bahwa kebijakan ditetapkan, maka saat itu merupakan awal dari suatu kegiatan
implementasi. Tanpa adanya implementasi sebagai salah satu titik yang
menentukan dalam keseluruhan proses inovasi, maka akan dapat diketahui daya
guna dan hasil guna suatu inovasi.

Berkitan dengan implementasi, Nakamura dan Smallwood (1980)


mengatakan tiga lingkungan yang berkaitan dengan komunikasi dan pemenuhan
(compliance) yang harus dipertimbangkan dalam implementasi yaitu pertama,
pembentukan kebijakan (policy formation), penilaian kebijakan (policy
evaluation), dan implementasi kebijakan (policy implementation) dalam sistem
yang bersifat siklus.

Fullan dan Pomfret (1977) menjelaskan studi implementasi


menggambarkan dua orientasi pokok yaitu pertama, the fidelity of implementation.
Yaitu menetapkan tingkat implementasi dalam arti sampai mana pengguna inovasi
secara actual sesuai dengan yang diharapkan. Orientasi kedua yaitu mutual
adaption yaitu orientasi yang diarahkan pada analisis kerumitan proses perubahan
dalam arti bagaimana inovasi dikembangkan atau diubah selama proses
implementasi. North Central Regional Rural Sociology Subcommittee dalam
Miles (1973) mengemukakan lima tingkatan yang berbeda dari implementasI
inovasi yaitu awareness, interest, evaluation, trial, dan adoption.
Implementasi merupakan salah satu bagian penting dari proses keputusan
inovasi. Rogers (1983) menyebutkan proses keputusan inovasi sebagai sebuah
proses yang dilalui individu dimulai dari mengenal inovasi, membentuk sikap,
menerima atau menolaknya, mengimplementasikan ide baru dan menegaskan
keputusan. Selain itu, Nicholls (1983) dalam studinya mengemukakan enam
kesimpulan sebagai persyaratan penting untuk membantu keberhasilan
implementasi inovasi sudah diperhitungkan, inovasi yaitu:

a. Guru memahami betul proses inovasi.


b. Guru memiliki pengetahuan tentang proses perencanaan, keterampilan-
keterampilan, dan kemampuan tertentu untuk mengembangkan dan
melaksanakan inovasi.
c. Kriteria penilaian terhadap inovasi harus sudah disusun terlebih dahulu.
d. Penolakan terhadap inovasi harus sudah diperhitungkan saat inovasi akan
ditetapkan.
e. Pengetahuan dan perhatian amat diperlukan saat proses implementasi inovasi.
f. Jalur komunikasi efektif harus dibangun dan dapat digunakan oleh semua
yang terlibat dalam inovasi.

Aspek lain yaitu penilaian tentang implementasi inovasi kurikulum, berkaitan


dengan kepala sekolah dan guru, dikarenakan bagaimanapun bagusnya inovasi
kurikulum dirancang, pada akhirnya tergantung pada pengawasan kepala sekolah
dan guru yang melaksanakan. Tidak semua individu dalam suatu system social
mengadopsi suatu inovasi pada waktu yang sama. Kecepatan adopsi merupakan
kecepatan relative dimana suatu inovasi diadopsi melalui anggota-anggota
kelompok sistem sosial.

Pemimpin Opini

Dalam memutuskan inovasi, terdapat pimpinan opini yaitu seseorang yang


memimpin dalam mempengaruhi pendapat orang lain tentang inovasi. Perilaku
dari pemimpin merupakan hal yang penting untuk menentukan kecepatan adopsi
inovasi dalam suatu sistem model. Pemimpin ini perlu memahami model model
arus komunikasi massa berupa media massa yaitu :
- Hypodermic Needle Flow Model, berasumsi bahwa media massa mempunyai
pengaruh secara langsung, cepat dan kuat terhadap masyarakat banyak.
- The Two-Step Flow Model. Langkah pertamanya bersumber dari pendapat
pemimpin yang merupakan suatu transfer informasi, kemudian langkah
keduanya dari pendapat pemimpin ke pengikut-pengikutnya, juga termasuk
perbedaan pengaruh.

Dalam pembahasan inovasi, juga terdapat konsekuensi inovasi yaitu


perubahan-perubahan yang terjadi terhadap suatu sistem sosial sebagai hasil dari
adopsi atau penolakan dari suatu inovasi. Konsekuensi dapat dibagi ke dalam tiga
bagian besar, yaitu :

a. Konsekuensi Fungsional dan Konsekuensi Disfungsional


Konsekuensi fungsiona adalah akibat yang diinginkan dari penyebaran
inovasi dalam sistem sosial, sedangkan disfungsional berhubungan dengan
efek-efek yang diinginkan.
b. Konsekuensi Langsung dan Tak Langsung
Konsekuensi langsung adalah perubahan dalam sistem sosial yang
terjadi sebagai respons segera suatu inovasi, dan konsekuensi tak langsung
adalah perubahan yang terjadi sebagai hasil konsekuensi langsung suatu
inovasi.
c. Konsekuensi yang Tampak dan Laten
Konsekuensi tampak adalah perubahan yang dilihat dan dikehendaki
oleh sistem sosial sedangkan konsekuensi laten adalah berbending terbalik
dari konsekuensi tampak di atas.

Hal- hal yang harus diperhatikan oleh agen perubahan dalam menilai kecepatan
inovasi, antara lain :

a. Keseimbangan yang stabil. Hal ini berhubungan denan kestabilan perubahan


struktur atau fungsi sosial.
b. Keseimbangan yang dinamis. Pertimbangan ini berhubunan dengan
perubahan sistem sosial dengan kemampuan sistem untuk mengatasinya.
c. Ketidakseimbangan akan terjadi apabila kecepatan suatu perubahan itu sangat
cepat sehingga tidak dapat diikuti oleh sistem sosial.

F. Inovasi Kurikulum di Indonesia

Dalam perkembangan system pendidikan di Indonesia telah dilakukan


berbagai upaya inovasi kurikulum dan pembelajaran di Indonesia yaitu seperti
perubahan tujuan kurikulum, rektruktrurisasi kurikulum, penyesuaian materi dan
waktu, reorientasi pendekatan dan strategi pembelajaran. Namun yang menjadi
masalah dalam hal ini adalah, mengapa inovasi kurikulum dan pembelajaran di
Indonesia harus dilakukan ? Terdapat beberapa pertimbangan untuk menjawab
pertanyaan tersebut :

1. Relevansi
Relevansi adalah kesesuaian antara kenyataan atau pelaksanaan dengan
tuntutan dan harapan. Dalam konteks pendidikan, relevansi adalah kesesuaian
antara pelaksanaan dan hasil pendidikan dengan kebutuhan dan tuntutan
masyarakat.
Masalah relevansi pendidikan ini dapat dilihat dari tiga sisi. Pertama,
relevansi pendidikan dengan lingkungan hidup siswa, artinya apa yang
diberikan di sekolah harus sesuai dengan kondisi, kebutuhan dan tuntutan
masyarakat tempat tinggal siswa. Oleh karena itu, penerapan kurikulum
muatan lokal merupakan suatu inovasi dalam bidang pendidikan untuk
memecahkan masalah tersebut. Kedua, relevansi pendidikan dengan tuntutan
kehidupan siswa baik untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Relevansi ini mengandung pengertian bahwa isi kurikulum harus menjawab
kebutuhan siswa pada masa yang akan datang, Karena pendidikan bukan
hanya berfungsi untuk mengawetkan kebudayaan masa lalu, akan tetapi juga
untuk mempersiapkan siswa agar kelak dapat hidup menyesuaikan denga
tuntutan zaman. Ketiga, relevansi pendidikan dengan tuntutan dunia kerja.
Relevansi ini mengandung pengertian bahwa sekolah memiliki tanggung
jawab dalam mempersiapkan anak didik yang memiliki keterampilan dan
kemampuan sesuai dengan tuntutan dunia kerja.
2. Kualitas Pendidikan
Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia juga dianggap sebagai suatu
masalah yang harus dihadapi. Rendahnya kualitas pendidikan ini dapat dilihat
dari dua sisi. Pertama, rendahnya kualitas pendidikan dilihat dari sisi proses,
adalah adanya anggapan selama ini bahwa proses pendidikan yang dibangun
oleh guru dianggap cenderung terbatas pada penguasaan materi pelajaran atau
bertumpu pada pengembangan aspek kognitif tingkat rendah. Kedua, dari sisi
hasil. Rendahnya kualitas pendidikan dapat dilihat dari tidak meratanya setiap
sekolah dalam mencapai rata-rata nNilai Ujian Nasional (UN).
3. Pemerataan Pendidikan
Pembangunan pendidikan di Indonesia sampai saat ini memang masih kurang
merata. Di satu sisi, pendidikan di kota dapat berjalan dengan baik sesuai
dengan tuntutan kurikulum, sementara di sisi lain, di kota kecil termasuk
daerah atau desa sangat jauh ketinggalan.
4. Efektivitas dan Efisiensi Pendidikan
Efektivitras berhubungan dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan
pembelajaran yang didesain oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran
khusus, maupun tujuan dalam skala yang lebih luas, sperti tujuan kurikuler,
tujuan institusional dan bahkan tujuan nasional. Dengan demikian, dalam
konnteks kurikulum dan pembelajaran suatu program pembelajaran dikatakan
memiliki tingkat efektivitas tinggi apabila program tersebut dapat mecapai
tujuan seperti yang diharapkan.
Efisiensi berhubungan dengan jumlah biaya, waktu, dan tenaga yang
digunakan untuk mecapai tujuan tertentu. Artinya, suatu program
pembelajaran dikatakan memiliki tingkat efisiensi yang tinggi, apabila dengan
jumlah biaya yang minimal dapat menghasilkan atau dapat mencapai tujuan
yang maksimal.

Untuk mengatasi masalah-masalh tersebut di ata, maka diperlukan berbagai upaya


atau terobosan dan pemikiran yang mendalam serta pendekatan progresif dalam
bentuk inovasi kurikulum sehingga diharapkan ada peningkatan mutu pendidikan,
baik pada masa sekarang maupun pada masa yang akan datang.
Setelah terwujudnnya inovasi kurikulum, ini dapat dilaksanakan dalam situasi
sebenarnya namun ada beberapa factor yang perlu dipertimbangkan yaitu:

1. Faktor guru
Dikarenakan guru sebagai ujung tombak dalam pengembangan kurikulum,
kepiawaian dan kewibawaannya menentukan keaktifan kurikulum.
2. Peserta Didik
ikarenakan sebagai objek utama kurikulum, juga peserta didik menentukan
keberhasilan belajar.
3. Faktor program pembelajaran
Program pembelajaran ini bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam kurikulum
dan dikarenakan juga hasil inovasi kurikulum pada akhirnya disusun dalam
program pembelajaran.
4. Faktor Fasilitas
Fasilitas yaitu fasilitas, karena tanpa adanya fasilitas maka pelaksanaan
inovasi kurikulum dipastikan tidak berjalan dengan baik.
5. Lingkungan Sosial Masyarakat.
Lingkungan masyarakat, dengan tanpa melibatkan masyarakat inovasi
kurikulum akan terganggu, karena banyak kegiatan inovasikurikulum yang
tidak didukung oleh masyarakat berakhir terhentinya pelaksanaan inovasi.

G. Ruang Lingkup dan Bentuk Inofasi Kurikulum

Secara garis besar, ruang lingku inovasi kurikulum terdiri atas, tujuan
kurikulum, isi/materi pembelajaran, dan sistem penilaian. Tujuan kurikulum
(tujuan kurikuler) bersumber dari setiap mata pelajaran. Jadi setiap perubahan
mata pelajaran, maka setiap itu pula terjadi perubahan tujuan kurikulum susunan
mata pelajaran ini disebut struktur kurikulum. Hampir setiap pergantian
kurikulum selalu terjadi perubahan struktur kurikulum. Misalnya, pada tahun
1975, struktur kurikulum mengalami perubahan yang sangat mendasar, mulai dari
jenis mata pelajaran sampai sampai dengan organisasi kurikulumnya. Dalam
kurikulum 1968, organisasi kurikulum yang digunakan adalah mata pelajaran
yang terpisah-pisah (isolated subject curriculum). Seperti ilmu hayat, ilmu bumi
dan berhitung, sedangkan dalam kurikulum 1975, organisasi kurikulum yang
digunakan adalah bidang studi (board field), yaitu mata pelajaran yang serumpun
difusikan menjadi satu bidang studi. akibat organisasi kurikulum yang digunakan
berbeda, maka struktur kurikulumnya juga berbeda.

Begitu juga ketika menggunakan kurikulum SMA 1984, struktur


kurikulumnya juga berbeda. Ada program inti, ada rogram pilihan A dan program
pilihan B serta masuknya mata pelajaran baru, yaitu Pendidikan Sejarah
Perjuangan Bangsa (PSPB). Program pilihan A dimaksudkan untuk memberi
bekal kemampuan yang diperlukan guna melanjutkan ke perguruan tinggi, seperti
ilmu-ilmu fisik, biologi, sosial, dan budaya. Sedangkan program pilihan B
dimaksudkan untuk menampung bakat minat dan kemampuan siswa sesuai
dengan bidang kehiduan yang ada di dalam masyarakat dan aspek-aspek budaya
tertentu. Dalam kurikulum 1994 dan kurikulum 2004 menggunakan struktur
kurikulum yang baru, dimana program inti, program pilihan, dan mata pelajaran
PSPB dihapuskan. Inovasi kurikulum juga menyangkut tentang materi. Selama
ini, kurikulum di Indonesia banyak menggunakan kurikulum berbasis isi (content-
based curriculum), dan sejak kurikulum 2004 baru menggunakan kurikulum
berbasis kompetensi (competency-based curriculum). Perubahan kurikulum
tersebut tidak hanya mengakibatkan terjadinya penyesuaian substansi materi,
tetapi juga terjadi pergeseran paradigma dari pendekatan pendidikan yang
berorientasi hasil atau standar (outcome-based education).(Sumarna Suraranata
Dan Muhammad Hatta, 2004)

Perubahan kurikulum ini juga membawa implikasi terhadap cara guru


mengajar, atau proses pembelajaran. Semula guru lebih menekankan pada
selesainya pokok bahasan (isi), tetapi melupakan hasil, tetapi sekarang justru lebih
menekan pada hasil. Beberapa bentuk inovasi kurikulum pernah dilakukan di
Indonesia, terutama pada aspek proses pembelajaran, antara lain:

Dalam kurikulum 1975, kita mengenal strategi pembelajaran PPSI


(Prosedur Pengembangan System Instruksional) dan pendekatan CBSA (Cara
Belajar Siswa Aktif) kemudian pada kurikulum 1984 diberlakukan sistem kredit
dan system semester serta pendekatan ketrampilan proses. Kurikulum 1994
dengan sistem catur wulannya lebih banyak menggunakan pendekatan-pendekatan
seperti kurikulum sebelumnya. Kurikulum 2004, penyampaian dalam
pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang berfariasi serta sumber
belajar, bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi
unsur edukatif. Hal ini dimaksudkan agar dapat meningkatkan kualitas proses dan
hasil belajar peserta didik pada masa yang akan datang.

Bentuk-bentuk inovasi kurikulum seperti disebutkan di atas membawa


implikasi terjadinya perubahan penilaian. Selama ini kurikulum kita menggunakan
pendekatan penilaian norma (norm-referenced assessment), sekarang (kurikulum
2004) menggunakan pendekatan kriteria (criterion-referenced assessment), yaitu
asek yang menunjukan seberapa kompeten peserta didik menguasai materi yang
telah diajarkan. Oleh karena itu, model penilaian yang dianggap tepat untuk
mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi adalah
penilaian berbasis kelas (classroom-based assessment) dengan salah satu tekhnik
penilaiannya adalah portofolio.

Memperlihatkan bentuk-bentuk inovasi kurikulum tersebut di atas, berarti


sudah banyak upaya-upaya inovasi kurikulum yang dilakukan di Indonesia, tetapi
mengapa hasil inovasi kurikulum tersebut belum/tidak pernah diekspos ke
masyarakat luas. Baik kelebihan maupun kekurangannya. Padahal, hasil-hasil
penelitian tentang itu banyak dilakukan, dana-dana penelitian pun dianggarkan
cukup besar, tetapi sayang hasil penelitian hanya berhenti sampai dengan laporan
penelitian.

H. Hambatan-Hambatan dalam Implementasi Inovasi Kurikulum

Berbagai upaya inovasi kurikulum telah banyak dilaksanakan di Indonesia,


terutama untuk menata kembali keseluruhan struktur dan prosedur pengembangan
kurikulum pendidikan dasar dan menengah agar lebih sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Inovasi tersebut antara lain konsep pendekatan kompetensi,
pengembangan media audio visual, penerbitan buku-buku sumber elektronik
(BSE), pengembangan sumber sumber belajar, pembelajaran kontekstual
(contectual teaching-learning), pembelajaran Aktif-Kreatif-Efektif-
Menyenangkan (PAKEM), penilaian berbasis kelas, penilaian portofolio, dan
sebagainya.meskipun demikian, tidak sedikit juga hambatan yang terjadi setiap
kali melakukan upaya inovasi.
Suatu pembaruan atau inovasi sering tidak berhasil dengan optimal. Hal ini
desebabkan oleh adanya berbagai hambatan yang muncul seperti hambatan
geografis, hambatan ekonomi yang tidak memadai, hambatan social cultural dan
lain sebagainya. Berbagai hambatan tersebut tentu saja dapat memengaruhi
keberhasilan suatu inovasi.
Proses adopsi inovasi bisa juga terhambat oleh berbagai faktor. Ada tiga
hambatan yutama, yaitu berpotensi timbuk dalam setiap adopsi inovasi :
1. Mental Block Barriers, hambatan yang lebih disebabkan oleh sikap mental,
seperti : salah persepsi atau asumsi, cenderung berpikir negative, dihantui
oleh kecemasan dan kegagalan, tidak mau mengambil resiko terlalu dalam,
malas, saat ini berada daerah “nyaman dan aman”, cenderung resisten atau
menolak terhadap perubahan.
2. Hambatan yang sifatnya culture block (hambatan budaya). Hal ini
dilatarbelakangi oleh : adat yang sudah mengakar dan mentradisi, taat
terhadap tradisi setempat, ada perasaan berdosa bisa berubah.
3. Hambatan social block (hambatan sosial) ; perbedaan suku dan budaya atau
ras, perbedaan sosial dan ekonomi, nasionalisme sempit, arogansi primodial,
fanatisme daerah yang kurang terkontrol.
Ibrahim (1988) mencatat ada 6 faktor utama yang dapat menghambat suatu
inovasi. Keenam faktor tersebut dijelaskan dibawah ini.

1. Estimasi yang tidak tepat


Sering terjadi kegagalan suatu inovasi disebabkan kurang matangnya
perkiraan atau kemungkinan-kemungkinan yang akan muncul. Faktor estimasi
atau perencanaan dalam inovasi merupakan salah satu faktor yang sangat
berpengaruh terhadap keberhadilan inovasi. Hambatan yang disebabkan
kurang teptnya estimasi ini di antaranya mencakup kurang adanya
pertimbangan implementasi inovasi, kurang adanya hubungan antarangggota
team pelaksana, kurang adanya kesamaan pendapat tentang tujuan yang ingin
dicapai, tidak adanya koordinasi antar petugas yang terlibat misalnya, dalam
hal pengambilan keputusan dan kebijakan yang dianggap perlu. Disamping
itu, dalam proses perencanaan juga mungkin terjadi hambatan yang muncul
dari luar, misalnya adanya tekanan dari pihak tertentu (seperti pemerintah)
utntuk mempercepat hasil inovasi.
Untuk mencegah adanya hambatan di atas, maka proses menyusun
perencanaan inovasi perlu dilakukan dengan sungguh-sungguh dengan
melibatkan koordinasi berbagai pihak yang dirasakan akan berpengaruh.
Pengaturan wewenang dan tugas perlu direncanakan dengan matang sehingga
setiap orang yang terlibat mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-
masing.

2. Konflik dan motivasi


Konflik biasa terjadi dalam proses pelaksanaan inovasi, misalny ada
pertentangan antara anggota tim, kurang adanya pengertian serta adanya
pertentangan antara anggota tim inovasi. Pertentangan-pertentangan seperti itu
bukan saja dapat menghambat akan tetapi mungkin dapat merusak proses
inovasi itu sendiri. Oleh karena itu, para perancang inovasi harus
mengantisipasi adanya pertentangan tersebut. Di samping konflik, factor yang
dapat menghambat bias juga ditambah oleh motivasi, misalnya motivasi yang
lemah dari orang-orang yang terlibat yang justru memegang kunci, adanya
pandangan yang sembit dari beberapa orang yang dianggap penting dalam
proyek inovasi, bantuan-bantuan yang tidak sampai, adanya sikap yang tidak
terbuka dari pemegang jabatan proyek inovasi dan lain sebagainya.

3. Inovasi tidak berkembang.


Hambatan lain yang dapat mengganggu berjalannya inovasi dapat disebabakan
kurang berkembannya proses inovasi itu sendiri. Beberapa factor yang dapat
memengaruhi diantaranya, pendapat yang rendah, factor yang dapat
memengaruhi di antaranya, pendapat yang rendah, factor geografis, seperti tidak
memahami kkondisi alam., letak geografis yang terpencil dan sulit dijangkau
oleh alat transformasi sehingga dapat menghambat pengiriman bahan-bahan
financial, kerangnya sarana komuikasi, iklim dan cuaca yang tidak mendukung
dan lain sebagainya.

4. Masalam finasial
Keberhasilan pencapaian program inovasi sangat ditentukan oleh dana yang
tersidia. Sering terjadi kegagalan inovasi dikarenakan dana yang tidak memadai.
Beberapa factor yang dapat menyebabkan maslah financial ni di antaranya,
bantuan dana yang sangat minim sehingga dapat mengganggu dalam
operasional inovasi, kondisi ekonomi masyarakat secara keseluruhan,
menundaan bantuan dana.

5. Penolakan dari kelompok penentu


Ketidakberhasilan inovasi dapat juga ditentukan oleh khususnya kelompok
masyarakat yang menentukan seperti golongan elite, tokoh masyarakat dalam
suatu system social, manakala terjadi penolakan dari kelompok tersebut
terhadap suatu inovasi, maka proses inovasi akan mengalami ganjalan.
Penolakan inovasi sering ditunjukan oleh kelompok social yang tradisional dan
konservatif. Kelompok sosial yang demikian, biasanya merasa puas dengan
hasil yang telah diapai, bagaimanapun hasil itu dirasakn sangat minimal. Untuk
itulah dalam upaya keberhasiklan inovasi perlu dilakukan sosialisasi dan
koordinasi dengan berbagai pihak.

6. Kurang adanya hubungan sosial


Faktor lainnya yang dapat menghambat proses inovasi adalah kurang adanya
hubungan sosial yang baik antara berbagai pihak khususnya bantar anggota
team, sehingga terjadi ketidak harmonisan dalam bekerj. Dengan demikian,
adanya hubungan yang baik harus diciptakan dengan melakukan pertukaran
pikiran secara kontinu antara sesama anggota team.

Guru memang memiliki potensi, tetapi guru juga memiliki keterbatasan.


Beberapa keterbatasan guru antara lain: (a) guru mempunyai keterbatasan waktu
untuk mengkaji lebih lanjut informasi informasi tentang inovasi, (b) guru
mempunyai tingkat kemampuan yang bervariasi, menyebabkan pemahaman, sikap
dan kemampuan mengimplementasikan inovasi kurikulum juga bervariasi, (c)
guru kurang memperoleh kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keteramilannya terutama yang berkaitan dengan inovasi kurikulum, dan (e) sikap
antara guru yang satu dengan yang lainnya berbeda. Ada guru yang antusias untuk
memahami lebih jauh tentang inovasi kurikulum, bahkan ada guru yang
merasakan bahwa inovasi merupakan suatu tuntutan dan kebutuhan professional.
Meskipun demikian, tidak sedikit juga guru yang menolak inovasi.

Keterbatasan guru ini mengimplikasikan perlunya perencanaan yang matang dan


komprehensif tentang inovasi kurikulum dalam berbagai tingkatan dengan
mempertimbangkan berbagai kemungkinan hambatan yang akan terjadi sehingga
keterbatasan tersebut dapat diatasi dengan segera
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Inovasi kurikulum adalah suatu ide, gagasan atau tindakan-tindakan tertentu


dalam bidang kurikulum yang dianggap baru untuk memecahkan masalah-
masalah pendidikan. Inovasi biasanya muncul dari keresahan-keresahan pihak
tertentu tentang penyelenggaraan pendidikan. Ada beberapa masalah yang
dihadapi oleh bangsa ini dalam pendidikan, di mana masalah tersebut bisa
menjadi sumber atau sebab adanya inovasi, masalah-masalah tersebut yaitu
relevansi pendidikan, kualitas pendidikan, efektifitas dan efisiensi, daya tampung
yang terbatas. Difusi adalah proses komunikasi atau saling tukar informasi tentang
suatu bentuk inovasi antara warga masyarakat sasaran sebaagai penerima inovasi
dengan menggunakan saluran tertentu dan dalam waktu tertentu pula. Inovasi
kurikulum juga dibagi menjadi 2 jenis yaitu Top down innovation dan Buttom Up
Innovation. Proses keputusan inovasi adalah proses dimana seorang individu atau
unit membuat keputusan mempertimbangkan langkah-langkah membuat
keputusan , mulai dari memahami tentang inovasi, menentukan sikap terhadap
inovasi, membuat keputusan untuk mengadopsi atau menolaknya, implementasi
inovasi, sampai pada konfirmasi dari keputusan tersebut. Selain itu saluran
komunikasi adalah alat untuk menyampaikan pesan dari individu lain, baik
langsung maupun tidak langsung. Implementasi inovasi dan kecepatan adopsi
menduduki peran yang sangat penting karena menyangkut sistem inovasi itu
sendiri. Secara garis besar, ruang lingku inovasi kurikulum terdiri atas, tujuan
kurikulum, isi/materi pembelajaran, dan sistem penilaian. Namun dalam
implementasinya juga mengalami banyak hambatan diantaranya Mental Block
Barriers, Hambatan yang sifatnya culture block (hambatan budaya), Hambatan
social block (hambatan sosial).
DAFTAR PUSTAKA

Prastyawan. 2011. Inovasi Kurikulum dan Pembelajaran. Alhikmah, Vol 1, No.2.


Ejournal.kopertais4.or.id. (Diakses tanggal 7 maret 2016 pukul 11.45
WIB.)

Arifin, Zaenal. 2011. Konsep Dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung:


PT Remaja Rosdakarya Offset

Sanjaya, Wina. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran : Teori dan Praktik


pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP).
Jakarta : Kencana

Anda mungkin juga menyukai