Anda di halaman 1dari 14

Pengertian Archaebacteria, ciri, klasifikasi dan contoh

Posted on 1 May 2015 by fungsi — 1 Comment ↓

Archaebacteria adalah organisme yang metabolisme energi khasnya membentuk gas metana
(CH4) dengan cara mereduksi karbon dioksida (CO2). Archaebacteria bersifat anaerobik dan
kemosintetik. Nama “archaebacteria,” dengan awalannya yang berarti “kuno,” menunjukkan
bahwa ini adalah kelompok yang sangat tua. Fakta bahwa sebagian besar Monera ini hidup di
lingkungan yang sangat bermusuhan mirip dengan yang ditemukan pada saat bumi primitif
menyebabkan banyak orang percaya bahwa archaebacteria mungkin bentuk awal kehidupan di
planet ini

Namun, dengan kelompok filogenetik yang terpisah, Archeabacteria sebenarnya lebih muda
daripada Eubacteria, tetapi berbagi satu nenek moyang terakhir yang lebih jauh dengan eukariota
daripada Eubacteria.

Keanekaragaman Archaebacteria

Sementara beberapa archaebacteria adalah heterotrofik, sebagian besar adalah kemoautotrof,


yang berarti mereka menghasilkan makanan sendiri dari bahan kimia yang ditemukan di
lingkungan mereka. Berdasarkan metode yang mereka lakukan ini dan jenis lingkungan di mana
mereka ditemukan, archaebacteria dapat diklasifikasikan menjadi empat kelompok: metanogen,
halofilik, reduksi sulfur, dan termoasidofil.

Metanogen

Metanogen adalah bakteri anaerob, makan pada tanaman membusuk dan bahan organik lainnya,
produksi air dan gas metana. Mereka dapat ditemukan di lumpur dan rawa-rawa, jauh di lautan,
dan di saluran pencernaan fermentasi selulosa herbivora di mana mereka membantu dalam
pencernaan selulosa.

Beberapa metanogen tumbuh di dekat ventilasi vulkanik. Kemampuan archaebacteria ini untuk
bertahan hidup di dekat ventilasi membuat sangat menarik para ilmuan, karena air di daerah-
daerah ini mencapai suhu hingga 110 derajat Celcius. Kebanyakan organisme tidak dapat
bertahan dalam kondisi ini: protein mereka kehilangan bentuk dan berhenti berfungsi di sekitar
45 derajat Celcius. Bagaimana metanogen dapat beradaptasi dengan panas yang ekstrim ini tidak
diketahui.
Sapi dapat mencerna rumput dengan bantuan bakteri metanogen dalam usus mereka

Halofilik

Halofilik adalah bateri fototrof (memproduksi energi dari cahaya) yang menggunakan klorofil
versi ungu disebut bacteriorhodosin. Mereka hidup dalam kondisi sangat asin seperti yang
ditemukan di Great Salt Lake dan Laut Mati. Lingkungan seperti ini menyajikan dua tantangan.
Pertama, perbedaan konsentrasi garam di dalam dan di luar sel yang luar biasa, menciptakan
tekanan osmotik besar. Sementara organisme lain dengan cepat akan kehilangan semua air
mereka dan mati, halofilik telah beradaptasi untuk bertahan hidup dalam perbedaan gradien air
ini. Kedua, lingkungan asin sangat basa, beberapa memiliki pH hingga 11,5. Selain hanya
bertahan dalam lingkungan yang tidak ramah ini, halofilik telah dimasukkan ke dalam kondisi
jalur fotosintesis yang unik mereka. Kebanyakan halofilik adalah aerob.

Lokasi dan letak geografis untuk archaea halofilik yang sangat sulit, pada dasarnya tidak
mungkin, untuk setiap predator dapat bertahan
Reduksi sulfur

Seperti metanogen, reduksi sulfur tinggal di dekat ventilasi vulkanik dan kolam renang. Seperti
namanya, mereka menggunakan sulfur anorganik berlimpah ditemukan di dekat ventilasi ini,
bersama dengan hidrogen, sebagai makanan. Mereka juga memiliki toleransi panas yang sangat
tinggi, hidup dalam suhu hingga 85 derajat Celcius.

Termoasidofil

Termoasidofil juga hidup dari belerang, tetapi mereka melakukannya dengan mengoksidasi itu,
menggabungkan belerang dengan molekul oksigen dan bukan hidrogen. Seperti bakteri
metanogen dan reduser belerang, archaebacteria ini tinggal di dekat ventilasi vulkanik dan kolam
renang dan dengan demikian beradaptasi dengan suhu tinggi (65-80 derajat Celcius). Berbeda
dengan dua kelas lainnya, meskipun, termoasidofil juga lebih memilih kondisi yang sangat asam,
yang tinggal di lingkungan dengan pH serendah 1,0. Hampir semua termoasidofil adalah anaerob
obligat.

Konsentrasi garam yang tinggi akan membunuh sebagian besar bakteri, tetapi konsentrasi tinggi
ini bermanfaat bagi pertumbuhan Termoasidofil dan organisme ini menggunakan garam untuk
menghasilkan ATP.

Struktur Archaebacteria bervariasi karena lingkungan yang sangat berbeda di antara kisaran
organisme ini. Sementara sebagian besar memiliki dinding sel mirip dengan Eubacteria,
komposisi mereka sangat berbeda baik dari yang Eubacteria dan antara berbagai jenis
archaebacteria. Beberapa metanogen memiliki dinding sel yang terbuat
dari pseudopeptidoglikan, molekul mirip dengan peptidoglikan yang membentuk dinding
eubacteria. Dinding sel archaebacteria lain kekurangan molekul seperti peptidoglikan dan terbuat
dari polisakarida, glikoprotein, atau protein.

Dibandingkan dengan kekayaan informasi yang kita miliki tentang Eubacteria, lebih sedikit yang
diketahui tentang archaebacteria. Struktur sederhana yang umum dan proses kehidupan filum ini
cukup mirip dengan mereka yang dari Eubacteria sehingga kedua kelompok diklasifikasikan
bersama sebagai kingdom Monera; sampai saat ini, bagaimanapun, perbedaan yang
memungkinkan archaebacteria dapat hidup dalam keadaan ekstrim tetapi akan membunuh
Eubacteria belum ditemukan. Mungkin ketika perbedaan telah menjadi terang, klasifikasi akan
berubah.

Ringkasan

Ciri-ciri Metanogen:

Metabolisme energi khasnya membentuk gas metana (CH4) dengan cara mereduksi karbon
dioksida (CO2)

Bersifat anaerobik dan kemosintetik

Memperoleh makanan dengan membusukkan sisa tumbuhan mati

Tumbuh baik pada suhu 98°C dan mati pada suhu 84°C

Contoh:

– Lachnospira multipara

– Rumino coccus albus

– Succimonas amylolitica

Ciri-ciri halofil ekstrem:

Bersifat heterotrof

Energi didapat dengan melakukan respirasi aerobik dan berfotosintesis

Koloni halofil ekstrem terlihat seperti buih berwarna merah-ungu

Ciri-ciri termofil ekstrem:

Hidup di tempat bersuhu tinggi dan bersifat asam

Hidup dengan mengoksidasi sulfur

Hidup pada suhu 45-110°C dan pH 1-2


ARCHAEBACTERIA

Archaebacteria memiliki susunan, struktur, metabolisme dan urutan asam nukleat yang berbeda
dengan Eubacteria, sehingga dipisahkan kingdomnya. Archaebacteria adalah kelompok bakteri
yang dinding selnya tidak mengandung peptidokglikan, namun membrane plasmanya
mengandung lipid. Archaebacteria ini hidup di lingkungan yang ekstrim

Berdasarkan lingkungan ekstrimnya, archaebacteria dibagi tiga kelompok:

metanogen

- bakteri metanogen: bakteri yang menghasilkan metana dari gas hydrogen dan karbondioksida
atau asam asetat yang disebut juga biogas.

halofil

- bakteri halofil: bakteri yang hidup di lingkungan kadar garam tinggi


termoasidofil

- bakteri termoasidofil: hidup di lingkungan ekstrim yang panas dan asam.Bakteri ini terdapat
pada daerah yang mengandung asam sulfat, seperti kawah vulkanik.

Bakteri dalam kehidupan manusia

Bakteri tidak hanya ada yang merugikan, namun juga menguntungkan

Bakteri yang menguntungkan


Eubacteria
- pembusukan sisa makhluk hidup
- pembuatan makanan dan minuman hasil fermentasi
- berperan dalam siklus nitrogen sebagai bakteri pengikat nitrogen
- penyubur tanah
- penghasil antibiotic
- penelitian rekayasa genetika
- pembuatan zat kimia

Archaebacteria
- berperan dalam proses pembusukan sampah dan kotoran hewan

- Enzim Archaebacteria dapat digunakan untuk menambah kemampuan sabun cuci pada suhu
dan pH yang tinggi.
- Enzim Archaebacteria dapat digunakan dalam industri pangan untuk mengubah pati jagung
menjadi dekstrin.
- Beberapa jenis Archaebacteria dapat digunakn untuk mengatasi pencemaran tumpahan minyak.

Bakteri yang merugikan


Eubacteria
- pembusukan makanan
- penyebab terjadi penyakit pada manusia
- penyebab terjadi penyakit pada hewan
- penyebab penyakit tumbuhan budidaya

Archaebacteria
- penyebab kerusakan makanan yang diawetkan dengan garam

Penanggulangan terhadap bakteri yang merugikan


- pengawetan dan pengolahan makanan
pasteurisasi: pemanasan untuk mematikan bakteri-bakteri pada makanan selama sekitar 20 menit
strelisasi: pemanasan dengan menggunakan udara panas atau uap api bertekanan tinggi
- kebersihan dan kesehatan diri
menjaga kebersihan lingkungan, menjaga kebersihan badan, melakukan olahraga secara teratur,
makan makanan bergizi, cukup istirahat
- imunisasi: upaya memperoleh kekebalan terhadap penyakit
imunisasi merangsang kekebalan seseorang dengan memberikanmikroorganisme yang sudah
dilemahkan
KINGDOM ARCHAEBACTERIA
Istilah Archebacteria berasal dari bahasa yunani yaitu archio yang artinya kuno dan bacteria
yang berarti bakteri. Archebacteria pertama kali ditemukan pada tahun 1977 dan diklasifikasikan
sebagai bakteri. Archebacteria merupakan bakteri primitive yang bersifat prokariotik. Kelompok
bakteri ini merupakan bakteri purba dan hidup di tempat yang ekstrim. Morfologi archaea
menyerupai morfologi eubakteri, yaitu bentuk batang, coccus, dan heliks, namun ada beberapa
genus archaea memiliki bentuk yang tidak biasa. Seperti Pyrodictium abyssi yang hidup di dasar
laut pada temperatur 1100C, dengan bentuk serupa cakram dengan jalinan benang-benang
tubulus di sekitarnya. Beberapa archaea tergolong gram negative, yang selebihnya merupakan
gram positif. Salah satu contohnya yaitu methanococcuc jannaschii, memiliki genom sebesar
1.740 kb yang menyandi 1.738 protein. Bagian genomnya terlibat dalam produksi energy dan
metabolism cenderung menyerupai prokariot, sedangkan bagian genom yang terlibat dalam
replikasi, transkripsi, dan translasi cenderung menyerupai eukariot. Reproduksi archae dengan
cara pembelahan biner, pembelahan ganda, pembentukan tunas dan fragmentasi.

1. Ciri-Ciri Kingdom Archebacteria


Ciri-ciri yang dimiliki Archebacteria adalah :
 Komposisi sel tidak mengandung peptidoglikan
 Lemak penyusun membrane selnya terdiri atas unit isoprene dan ikatan eter
 RNA ribosomnya berupa metionin
 Reproduksi pembelahan amitosis
 Mampu hidup di tempat ekstrem (salinitas, suhu, dan senyawa kimia tinggi)
 Ukurannya berkisar antara 1/10 mikrometer sampai lebih dari 15 mikrometer
 Bertahan di asam, alkali atau lingkungan air garam, beberapa dapat menahan tekanan
lebih dari 200 atmosfer.
 Bertahan di suhu 1000C dan 212 F
2. Klasifikasi Kingdom Archebacteria
a. Kingdom Archebacteria diklasifikasikan dalam beberapa filum :
 Euryarchaeota, merupakan bagian yang paling sering diteliti dan sebagian besar
termasuk bakteri metanogenik dan halophiles.
 Crenarchaeota, termasuk kedalam thermophiles, hyperthermophiles, dan
thermoacidophiles, kebanyakan ditemukan di lingkungan laut.
 Korarchaeota, terdiri dari hyperthermophiles yang ditemukan pada suhu lingkungan
yang tinggi, hydrothermal.
 Thaumarchaeota, meliputi ammonia-oksidasi archaea dan yang diketahui dengan
metabolism energy
 Nanoarchaeota, perwakilan tunggal bernama nanoarcheum equitans.

b. Berdasarkan metabolisme dan ekologinya, Archebacteria dibagi menjadi tiga kelompok


yaitu :
(1) Metanogen
Dinamakan metanogen karena jenis ini bermetabolisme meembentuk gas metana (CH4) dengan
cara mereduksi karbon dioksida. Metanogen bersifat anaerobic dan kemosintetik. Metanogen
hidup di lumpur, rawa, dan tempat-tempat yang kekurangan oksigen. Metanogen memperoleh
makanan dengan membusukkan sisa-sisa tumbuhan yang mati lalu menghasilkan gas metana
dengan persamaan reaksi tertentu. Contohnya adalah Methanococcus jannaschii. Beberapa
metanogen juga bersimbiosis dengan rumen herbivore serta saluran pencernaan rayap sebagai
agen fermentasi selulosa.

(2) Halofil ekstrem (halofilik)


Halofil (halo=garam, philos=pecinta) bersifat heterotrof. Halofil ekstrem ini hidup pada
lingkungan yang berkadar garam tinggi seperti di danau air asin atau laut mati. Halofil ekstrim
melakukan respirasi aerobic untuk menghasilkan energy, ada juga beberapa yang dapat
berfotosintesis. Klorofilnya disebut bakteriorodopsin yang menghasilkan warna ungu. Contohnya
halobacterium.

(3) Termofil ekstrim (termoasidofilik)


Bakteri ini hidup ditempat yang bersuhu tinggi dan bersifat asam. Termoasidofilik hidup dengan
mengoksidasi air bersulfur dekat lubang hidrotermal di laut bawah. Contoh bakteri
termoasidofilik adalah bakteri pereduksi sulfur, sulfolobus, yang hidup di mata air sulfur
Yellowstone National Park, Amerika.

(4) Psychrophili
Bakteri jenis ini hidup di temat yang memiliki temperature yang sangat dingin.

3. Peran Archebacteria dalam Kehidupan Manusia


Archaebacteria memiliki peranan yang penting bagi kehidupan manusia, terlepas dari efek
negatifnya, yaitu:
 Enzim dari archaebacteria ditambahkan ke dalam sabun cuci atau deterjen untuk
meningkatkan kemampuannya pada suhu dan pH tinggi
 Beberapa enzim archaebacteria juga digunakan dalam industry makanan untuk mengubah
pati jantung menjadi dekstrin(sejeniskarbohidrat)
 Beberapa jenis archaebacteria digunakan untuk mengatasi pencemaran, misalnya
tumpahan minyak
 Penghasil gas bio untuk bahan bakar alternative.

C. REPRODUKSI BAKTERI
Bakteri umumnya melakukan reproduksi atau berkembang biak secara aseksual. Selain itu
bakteri juga bereproduksi dengan cara pertukaran materi genetic dengan bakteri lainnya. Proses
pemindahan materi genetic semacam ini disebut juga paraseksual atau rekombinasi genetic.
Pertumbuhan bakteri, yaitu pembelahan sel pada koloni bakteri, sehingga jumlah koloni
bertambah dengan cepat. faktor yg mempengaruhi yaitu Temperatur (suhu optimal – 300 C),
Kelembaban (bakteri tumbuh baik pada lingkungan yg lembab), Sinar matahari (menghambat
pertumbuhan bakteri, karena merusak struktur kromosom bakteri), Zat kimia
(merusak/mematikan dinding sel bakteri, sehingga menghambat pertumbuhan bakteri),
Ketersediaan cadangan makanan dan zat sisa metabolisme (makin berkurang cadangan makan
anpada medium dan timbulnya zat sisa metabolisme bakteri akan menghambat pertumbuhan
koloni bakteri).
Archebacteria bereproduksi dengan cara pembelahan biner, pembelahan berganda, pembentukan
tunas dan fragmentasi.
ARCHAEBACTERIA

(BACTERI PURBA)

A. Ciri-ciri:

Uniseluler prokariotik, yaitu tidak memiliki membrane inti sel

Memiliki dinding sel

Mempunyai banyak jenis RNA polimerase

Biasanya hidup pada lingkungan ekstrem, seperti daerah dengan kadar garam tinggi

Reproduksi dengan cara pembelahan biner, pembentukan tunas, fragmentasi

B. Perbedaan Archaebacteria dan Eubacteria:

Karakteristik Archaebacteria Eubacteria

Peptidoglikan di
dinding del Tidak ada Ada

Lipid membran Hidrokarbon bercabang Hidrokarbon tidak bercabang

RNA Polimerase Beberapa jenis Satu jenis

Respon terhadap
antibiotic
Streptomisin dan Pertumbuhan tidak terhambat Pertumbuhan terhambat
kloramfenikol

Intron (gen yang


tidak diterjemahkan) ada Tidak ada

C. Klasifikasi Archaebacteria

Archaebacteria dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu:

Metanogen :
– Anaerobik dan khemosintetik

– metabolisme membentuk gas metana (CH4)

– Hidup di tempat dengan kadar metana tinggi

– contohnya: metanogen pada rumen rayap yaitu Lachnospira multipara, Ruminococcus albus

Halofil ekstrem :

– hidup pada lingkungan berkadar garam tinggi

– contohnya : Holobacterium

Termofil ekstrem ( thermoasidofil ):

– hidup pada tempat bersuhu tinggi dan bersifat asam

– contohnya : Sulfolobus, yang hidup di mata air sulfur

D. Manfaat Archaebacteria:

Enzim dari Archaebacteria ditambahkan ke sabun cuci untuk meningkatkan kemampuan sabun
cuci dan detergen pada suhu dan pH tinggi

Digunakan dalam industri makanan untuk mengubah pati jagung menjadi dekstrin (sejenis
karbohidrat)

Untuk mengatasi pencemaran laut karena tumpahan minyak.

Anda mungkin juga menyukai