Anda di halaman 1dari 14

1.

Biological Classification

2. Carrolus Linneaus
Carolus Linnaeus atau Carl (von) Linné (lahir di Älmhult, 23 Mei 1707 – meninggal di
Uppsala, 10 Januari 1778 pada umur 70 tahun) adalah seorang ilmuwan Swedia yang
meletakkan dasar tatanama biologi. Ia dikenal sebagai "bapak taksonomi modern" dan juga
merupakan salah satu bapak ekologi modern.
3. Metode Klasifikasi

4. Taksonomi
Kata taksonomi diambil dari bahasa Yunani tassein yang berarti untuk mengelompokkan
dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi dapat diartikan sebagai pengelompokan suatu hal
berdasarkan hierarki (tingkatan) tertentu. Di mana taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih
umum dan taksonomi yang lebih rendah bersifat lebih spesifik.
Dalam biologi, taksonomi juga merupakan cabang ilmu tersendiri yang mempelajari
penggolongan atau sistematika makhluk hidup. Sistem yang dipakai adalah penamaan
dengan dua sebutan, yang dikenal sebagai tata nama binomial atau binomial nomenclature,
yang diusulkan oleh Carl von Linne (Latin: Carolus Linnaeus), seorang naturalis
berkebangsaan Swedia.
Ia memperkenalkan enam hierarki (tingkatan) untuk mengelompokkan makhluk hidup.
Keenam hierarki (yang disebut takson) itu berturut-turut dari tingkatan tertinggi (umum)
hingga terendah (spesifik) adalah :

 Phylum/Filum untuk hewan, atau Divisio/Divisi untuk tumbuhan


 Classis/Kelas,
 Ordo/Bangsa,
 Familia/Keluarga/Suku,
 Genus/Marga, dan
 Species/jenis.

Perkembangan pengetahuan lebih lanjut memaksa dibuatnya takson baru di antara


keenam takson yang sudah ada (memakai awalan 'super-' dan 'sub-'). Dibuat pula satu takson
di atas Phylum, yaitu Regnum (secara harafiah berarti Kingdom atau Kerajaan) untuk
membedakan Prokariota (terdiri dari Regnum Archaea dan Bacteria) dan Eukariota (terdiri
dari Regnum Fungi atau Jamur, Plantae atau Tumbuhan, dan Animalia atau Hewan)..

5. Nomenclatur binomial
Pada tahun 1735 pula, Carolus Linnaeus menemukan sebuah sistem penamaan
organisme/ makhluk hidup, sistem ini dikenal dengan nama Binominal Nomenclature. Setiap
nama organisme terdiri dari dua nama dalam bahasa latin, karena bahasa latin atau yunani
merupakan bahasa yang banyak dipakai di sekolah-sekolah atau lembaga akademik pada saat
itu.
Nama yang pertama disebut sebagai Genus dan nama yang kedua adalah nama spesies
dari organisme tersebut dan tidak ditulis dengan huruf kapital. Genus dan spesies ditulis
dengan memberikan garis bawah atau dengan huruf miring. Sebagai contoh, Staphylococcus
aureus adalah bakteri yang sudah umum dikenal. Staphylococcus adalah Genus dari bakteri
tersebut dan aureus adalah nama spesiesnya. Dalam Kasus ini, Genus menggambarkan
keadaan nyata atau keadaan yang nampak dari sel tersebut. Staphylo artinya susunannya
bergerombol kecil seperti buah anggur dan coccus menandakan bahwa bentuk selnya bulat.
Dengan kata lain, Staphylococcus berarti segerombolan sel yang berbentuk seperti bola/
bulatan bulatan. Aureus adalah bahasa latin untuk emas, ini berarti Staphylococcus aureus
adalah segerombolan sel yang berbentuk seperti bola/ bulatan bulatan dan memiliki corak
emas.

6. Eukaryota

Eukariota (berasal dari bahasa Yunani "eu" yang artinya "baik", dan "karyon" yang
artinya menunjuk pada nuklei sel) adalah organisme dengan sel kompleks, di mana bahan-
bahan genetika disusun menjadi nuklei yang terikat membran. Eukariota termasuk hewan.

Tumbuhan, dan jamur yang kebanyakan multiselular serta berbagai kelompok lainnya yang
diklasifikasikan secara kolektif sebagai protista (banyak di antaranya uniselular). Sebaliknya,
organisme-organisme lainnya, misalnya bakteri, tidak mempunyai nuklei dan struktur sel
kompleks lainnya, organisme-organisme seperti itu disebut prokariota.

7. Prokaryota

Prokariota adalah makhluk hidup yang tidak memiliki membran inti sel (= karyon),
sedangkan eukariota memiliki membran inti sel. Semua prokariota adalah uniseluler, kecuali
myxobacteria yang sempat menjadi multiseluler di salah satu tahap siklus hidup biologinya.[1]
Kata prokaryota’' berasal dari Yunani πρό- (pro-) "sebelum" + καρυόν (karyon) "kacang
atau biji".[2]

Prokaryota terbagi menjadi dua domain: Bakteri dan Archaea. Archaea baru diakui sebagai
domain sejak 1990. Archaea pada awalnya diperkirakan hanya hidup di kondisi yang tidak
nyaman, seperti dalam suhu, pH, dan radiasi yang ekstrem, tapi kemudian Archaea
ditemukan juga di berbagai macam habitat.
8. Archaebacter

Arkea atau archaea (bahasa Yunani: αρχαία— "yang tua"), juga disebut arkeobakteri,
merupakan satu divisi organisme hidup yang utama. Meskipun filogeni yang tepat masih tidak
dapat dipastikan untuk kumpulan-kumpulan ini, Arkea, Eukariota, dan Bakteria merupakan kelas
yang termasuk sistem tiga domain. Sama dengan bakteria, Arkea merupakan organisme yang
tidak memiliki nukleus, oleh sebab itu, Arkea termasuk Prokariota. Awalnya, termasuk dalam
kerajaan Monera. Arkea berhabitat di lingkungan kotor, tetapi ditemukan bahwa arkea terdapat
di setiap tempat.

1. Jenis-Jenis Archaebacteria

Dalam sistem klasifikasi modern, Archaebacteria dibagi menjadi empat kelompok


utama yaitu krenarkaeota, euriarkaeota, korarkaeota, dan nanoarkaeota. Euriarkaeota
merupakan kelompok yang penting, terdiri dari metanokokus, metanopiri,
metanobakter, halobakteri, termoplasma, termokokus, dan arkaeoglobi. Berdasarkan
keadaan lingkungan yang dikehendaki, Archaebacteria dibedakan menjadi tiga
kelompok.

a. Archaebacteria Halofil

Archaebacteria ini ditemukan di lingkungan berkadar garam tinggi. Contohnya adalah


Halobacterium yang dapat tumbuh optimum pada kadar garam setinggi 20 – 30 persen.
Jika konsentrasi garam turun, sel Halobacterium mengalami lisis sehingga rusak dan
mati.

b. Archaebacteria Metanogen

Archaebacteria metanogen memperoleh energi dari metabolisme yang mengubah


senyawa karbon dioksida dan hidrogen menjadi gas metana. Senyawa yang dapat
diubah menjadi metana oleh orgnisme ini antara lain methanol, asam formiat, asam
asetat, dan metal alamin. Dalam dekomposisi senyawa organik misalnya selulosa, pati,
protein, asam amino, lemak, dan alkohol Archaebacteria metanogen membutuhkan
bakteri anaerob lain yang dapat mengubah senyawa itu menjadi karbon dioksida dan
hidrogen. Gas karbon dioksida dan hidrogen ini kemudian digunakan oleh
Archaebacteria metanogen.

Semua Archaebacteria metanogen bersifat anaerobik. Archaebacteria jenis ini sering


ditemukan pada sisa-sisa tanaman yang membusuk secara anaerobik. Bakteri ini juga
ditemukan hidup di tanah, kolam, dan di saluran pencernaan hewan ruminansia.
Archaebacteria metanogen berperan penting pada degradasi limbah di unit pengolahan
limbah. Contoh Archaebakteria metanogen adalah Metanococcus, Metanobacter, dan
Metanomicrobium.

c. Archaebacteria Termofil
Archaebacteria ini dapat hidup di lingkungan bersuhu relatif tinggi, lebih tinggi
daripada suhu yang ditolerir Eubacteria, yaitu mencapai suhu 80° – 110°C. Suhu
setinggi ini biasanya dijumpai di tempat pembuatan kompos, sumber air panas, dan
daerah geothermal di laut dalam. Thermus aquaticus ditemukan di perairan yang
suhunya mencapai 79°C.

Beberapa jenis Archaebacteria termofil lain bergantung pada keberadaan sulfur dalam
metabolismenya. Contoh Archaebacteria termofil adalah Sulfolobus, Termoplasma,
Pyrodictium, dan Termococcus.

2. Peranan Archaebacteria

Archaebacteria membantu pencernakan makanan pada ruminansia. Bakteri metanogen


digunakan untuk degradasi limbah pada unit pengolahan limbah. Membantu
pembuatan kompos dan biogas. Sampai saat ini tidak ditemukan Archaebacteria yang
menyebabkan penyakit pada organisme lain.

Archaebacteria
Sering disebut Bakteri Purba.

Ciri-ciri Archaebacteria :

1. Uniseluler, prokariotik
2. Mikroskopik (mikroba/jasad renik)
3. Dinding sel tipis & tidak mengandung peptidoglikan, termasuk dalam bakteri gram
negatif
4. Hidup soliter atau koloni
5. Umumnya bersifat an-aerob
6. Habitat : di tempat-tempat ekstrem (gas metana, suhu tinggi, kadar garam tinggi)

Berdasarkan lingkungan yang ekstrim Archaebacteria dibedakan menjadi 3 kelompok :

1. Metanogen

Kelompok Archaebacteria ini bersifat anaerobik dan kemosintetik. Bakteri ini memperoleh
makanan dengan mereduksi CO2 menggunakan H2 menjadi metana (CH4). Hidup di rawa-rawa
dan danau yang kekurangan oksigen karena konsumsi mikroorganisme lain.

4H2 + CO2 ―→ CH4 + 2H2O

Metanogenik juga berperan dalam pembusukan sampah dan kotoran ternak. Metanogenik
merupakan bakteri utama dalam pembentukan biogas atau gas metana. Beberapa bakteri
metanogenik bersimbiosis dalam rumen herbivora dan hewan pengonsumsi selulosa lainnya.

Contoh :
 Lachnospira multiparus, organisme ini mampu menyederhanakan pektin
 Ruminococcus albus, organisme ini mampu menghidrolisis selulosa
 Succumonas amylotica, memiliki kemampuan menguraikan amilum.
 Methanococcus janashii, penghasil gas methane

2. Halofilik

Bakteri Halofilik (halo : garam, philis: suka) ini hidup pada lingkungan dengan kadar garam
tinggi dan sebagian memerlukan kadar garam 10 kali lebih tinggi daripada air laut untuk dapat
hidup. seperti di danau Great Salt (danau garam), Laut Mati, atau di dalam makanan yang
bergaram. Beberapa bakteri halofilik dapat berfotosintesis dan memiliki zat warna yang disebut
bacteriorodhopsin

3. Termofilik

Sesuai dengan namanya (thermo: panas, philis: suka), Archaebacteria ini hidup di tempat dengan
suhu 60°C hingga 80°C. Beberapa bakteri termofilik mampu mengoksidasi sulfur, seperti
Sulfolobus yang hidup di mata air sulfur. Bahkan, beberapa spesies mampu dengan suhu 105°C

PERBEDAAN SEL PROKARIOTIK DAN SEL EUKARIOTIK

Sel prokariot dan eukariot memiliki perbedaan yang sangat signifikan dengan dasar
utama ada tidaknya membrane inti sel. Namun masih ada beberapa perbedaan antara
keduanya yang dapat dilihat pada table 1.6 di bawah ini:

PROKARIOT EUKARIOT

Tidak memiliki inti yang sebenarnya, materi Memiliki nucleus yang sebenarnya karena
inti tersebar dalam sitoplasma karena tidak materi inti dilingkupi oleh membrane inti
mempunyai membrane inti
Memiliki DNA yang lebih sederhana, lebih Memiliki DNA yang lebih kompleks, lebih
sedikit mengandung pasangan basa banyak mengandung pasangan basa
nukleotida, berbentuk sirkuler nukleotida, sehingga harus digulung pada
protein histon (ada histonnya)
Hanya memiliki kromosom tunggal Memiliki kromosom lebih dari 1 (satu)
Tidak memiliki intron, hanya ekson Memiliki intron dan ekson
Memiliki operon Tidak memiliki operon
Proses transkipsi dan translasi dapat terjadi Transkipsi terjadi di inti, dan translasi terjadi
secara simultan di sitoplasma. Keduanya tidak dapat berjalan
secara bersamaan.
Proses transkipsi terjadi lebih sederhana Transkipsi lebih rumit terjadi, dikarenakan
akses RNA polymerase terhadap DNA lebih
lama akibat DNA dikemas secara kompak
dengan protein histon
Proses regulasi sintesis protein lebih Proses regulasi sintesis proteinnya lebih
sederhana kompleks

Perbedaan di atas akan dibahas lebih lanjut pada materi di bawah ini. Selain perbedaan-
perbedaan di atas, eukariot dan prokariot memiliki tipe genom yang berbeda. Dimana
genom merupakan kandungan genetic total pada set haploid kromosom.

Ada dua metode klasifikasi makhluk hidup. Tiap-tiap metode mempunyai dasar yang jelas.
Metode yang pertama adalah metode empiris. Pada metode ini, makhluk hidup dikelompokkan
berdasarkan persamaan alfabet, tanpa melihat sifat atau ciri yang dimilikinya serta tanpa melihat
hubungan satu dengan lainnya.

Metode yang kedua adalah metode rasional. Menurut metode rasional, makhluk hidup
dikelompokkan atas dasar hubungan yang jelas dari sifat atau ciri yang ada. Metode ini
dibedakan menjadi tiga system sebagai berikut.

1. Sistem praktis, yaitu makhluk hidup berdasarkan persamaan cirri yang berguna.
Misalnya, persamaan ciri dapat dimakan atau tidak, dapat digunakan untuk obat atau
tidak, menghasilkan buah atau tidak, serta menghasilkan serat atau tidak. Penganut sistem
ini antara lain St. Augustine (abad ke-4 SM).
2. Sistem artifisial, yaitu sistem yang mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan
persamaan ciri yang ditetapkan oleh peneliti sendiri, misalnya, ukuran, bentuk, dan
habitat makhluk hidup. Penganut sistem ini, di antaranya, Aristoteles dan Theophratus
(370 SM). Aristoteles membagi makhluk hidup menjadi dua golongan, yaitu hewan dan
tumbuhan. Selanjutnya, hewan dikelompokkan menjadi tiga kelompok berdasarkan
persamaan ciri habitat, misalnya, habitat air, darat, dan udara. Berdasarkan ciri ukuran
tubuhnya, tumbuhan dikelompokkan menjadi tumbuhan pohon, perdu, dan tumbuhan
semak. Aristoteles juga mengelompokkan hewan atas dasar warna darahnya, yaitu hewan
yang berdarah merah dan hewan yang tidak berdarah. Dengan demikian, ia telah
mengenal kurang lebih 1.000 jenis makhluk hidup dan struktur dalamnya.
3. Sistem natural, yaitu sistem yang mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan
persamaan ciri struktur tubuh eksternal (morfologi) dan struktur tubuh internal (anatomi).
Penganut sistem ini, di antaranya, Carolus Linnaeus (abad ke-18). Linnaeus berpendapat
bahwa setiap tipe makhluk hidup mempunyai bentuk spesies yang berbeda. Oleh karena
itu, jika sejumlah makhluk hidup memiliki sejumlah ciri yang sama, berarti makhluk
hidup tersebut sama spesiesnya. Dengan cara ini, Linnaeus dapat mengenal 10.000 jenis
tanaman dan 4.000 jenis hewan.
4. Sistem modern, yaitu sistem mengklasifikasikan makhluk hidup pada taksonomi modern
berdasarkan pendapat Linnaeus, tetapi lebih dikembangkan sehingga mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:

 persamaan struktur tubuh dapat diketahui secara eksternal dan internal;


 menggunakan biokimia perbandingan. Misalnya, hewan Limuluspolyphemus, dahulu
dimasukkan ke dalam golongan rajungan (Crab) karena bentuknya seperti rajungan,
tetapi setelah dianalisis darahnya secara biokimia, terbukti bahwa hewan ini lebih dekat
dengan laba-laba (Spider). Berdasarkan bukti ini, Limulus dimasukkan ke dalam
golongan laba-laba;
 berdasarkan genetika modern. Gen dipergunakan juga untuk melakukan klasifikasi
makhluk hidup. Adanya persamaan gen menunjukkan adanya kekerabatan.

Klasifikasi ilmiah
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Klasifikasi biologi

Klasifikasi ilmiah ialah cara ahli biologi mengelompokkan dan mengkategorikan spesies dari
organisme yang punah maupun yang hidup. Klasifikasi modern berakar pada sistem Carolus
Linnaeus, yang mengelompokkan spesies menurut kesamaan sifat fisik yang dimiliki.[1]
Pengelompokan ini sudah direvisi dan dikembangkan sejak Carolus Linnaeus hidup untuk
menjaga konsistensi dengan asas sifat umum yang diturunkan dari Darwin.[2]

Klasifikasi (pengelompokan) merupakan suatu cara memilah dan mengelompokkan makhluk


hidup menjadi golongan atau unit tertentu. Urutan klasifikasi makhluk hidup dari tingkat
tertinggi ke terendah (yang sekarang digunakan) adalah Domain (Daerah), Kingdom (Kerajaan),
Phylum atau Filum (hewan)/Divisio (tumbuhan), Classis (Kelas), Ordo (Bangsa), familia (Suku),
Genus (Marga), dan Spesies (Jenis).
Tujuan klasifikasi makhluk hidup adalah untuk mempermudah mengenali, membandingkan, dan
mempelajari makhluk hidup. Membandingkan berarti mencari persamaan dan perbedaan sifat
atau ciri pada makhluk hidup.

Klasifikasi makhluk hidup didasarkan pada persamaan dan perbedaan ciri yang dimiliki makhluk
hidup, misalnya bentuk tubuh atau fungsi alat tubuhnya. Makhluk hidup yang memliliki ciri yang
sama dikelompokkan dalam satu golongan. Contoh klasifikasi makhluk hidup adalah:

 Berdasarkan ukuran tubuhnya. Contoh: Tumbuhan dikelompokkan menjadi pohon,


perdu, dan semak.
 Berdasarkan lingkungan tempat hidupnya. Contoh: Tumbuhan dikelompokkan menjadi
tumbuhan yang hidup di lingkungan kering (xerofit), tumbuhan yang hidup di lingkungan
air (hidrofit), dan tumbuhan yang hidup di lingkungan lembap (higrofit).
 Berdasarkan manfaatnya. Contoh: Tumbuhan dikelompokkan menjadi tanaman obat-
obatan, tanaman sandang, tanaman hias, tanaman pangan dan sebagainya
 Berdasarkan jenis makanannya. Contoh: Hewan dikelompokkan menjadi hewan pemakan
daging (karnivora), hewan pemakan tumbuhan (herbivora), dan hewan pemakan hewan
serta tumbuhan (omnivora).

Pengelompokan makhluk hidup seperti ini dianggap kurang sesuai karena dengan cara demikian
dibuat berdasarkan keinginan orang yang mengelompokkannya sehingga kadang sulit untuk di
pelajari oleh kebanyakan orang.

Daftar isi
 1 Sistem Klasifikasi Domain
 2 Sistem Klasifikasi Enam Kingdom (Menurut Woese tahun 1977)
o 2.1 Kingdom Eubacteria
o 2.2 Kingdom Archaebacteria
o 2.3 Kingdom Protista
o 2.4 Kingdom Fungi (Jamur)
o 2.5 Kingdom Plantae (Tumbuhan)
o 2.6 Kingdom Animalia (Hewan)
 3 Sistem Klasifikasi 6 Kingdom
 4 Sejarah Klasifikasi
 5 Lihat pula
 6 Referensi
 7 Pranala luar

Sistem Klasifikasi Domain


Belakangan, sistem Kingdom sempat dianggap basi, sehingga dibentuk sistem baru yang
menambah urutan dan memiliki lebih sedikit jenis, yaitu Domain.
Ada tiga jenis Domain, yaitu:
1. Archaea (dari Archaebacteria)
2. Bacteria(dari Eubacteria)
3. Eukariota (termasuk fungi, hewan, tumbuhan, dan protista)

Perbandingan Ciri Archaebacteria, Eubacteria, dan Eukariota

Ciri Archaebacteria Eubacteria Eukariota


Membran nukleus Tidak ada Tidak ada Ada
Organel yang terbungkus
Tidak ada Tidak ada Ada
oleh membran
Peptidoglikan dalam dinding
Tidak ada Ada Tidak ada
sel
Pertumbuhan tidak Pertumbuhan Pertumbuhan tidak
Respons terhadap antibiotik
terhambat terhambat terhambat

Sistem Klasifikasi Enam Kingdom (Menurut Woese tahun


1977)
Semula para ahli hanya mengelompokkan makhluk hidup menjadi 2 kerajaan, yaitu kerajaan
tumbuhan dan kerajaan hewan. Dasar para ahli mengelompokkan makhluk hidup menjadi 2
kerajaan :

1. Kenyataan bahwa sel kelompok tumbuhan memiliki dinding sel yang tersusun dari
selulosa.
2. Tumbuhan memiliki klorofil sehingga dapat membuat makanannya sendiri melalui proses
fotosintesis dan tidak dapat berpindah tempat sedangkan hewan tidak memiliki dinding
sel, tidak bisa membuat makanannya sendiri, dan umumnya dapat berpindah tempat.

Namun ada tumbuhan yang tidak dapat membuat makanannya sendiri, yaitu jamur (fungi).
Berarti, tumbuhan berbeda dengan jamur maka para ahli taksonomi kemudian mengelompokkan
makhluk hidup menjadi tiga kelompok, yaitu Plantae (tumbuhan), Fungi (jamur), dan Animalia
(hewan).

Setelah para ahli mengetahui struktur sel (susunan sel) secara pasti, makhluk hidup
dikelompokkan menjadi empat kerajaan, yaitu Prokariot, Fungi, Plantae, dan Animalia,
Pengelompokan ini berdasarkan ada tidaknya membran inti sel. Sel yang memiliki membran inti
disebut sel eukariotik, sel yang tidak memiliki membran inti disebut sel prokariotik.

Pada tahun 1969 Robert H. Whittaker mengelompokkan makhluk hidup menjadi lima kingdom,
yaitu Monera, Protista, Fungi, Plantae, dan Animalia. Pengelompokan ini berdasarkan pada
susunan sel, cara makhluk hidup memenuhi makanannya, dan tingkatan makhluk hidup.

Kemudian sistem ini diubah dengan dipecahnya kingdom monera menjadi kingdom Eubacteria
dan Archaebacteria.
Penjelasan Sistem Klasifikasi Makhluk Hidup Enam Kingdom:

Kingdom Eubacteria

Para makhluk hidup di Kingdom Eubacteria berupa makhluk hidup sel tunggal (uniseluler).
Makhluk hidup yang dimasukkan dalam kerajaan Eubacteria memiliki sel prokariotik (sel
sederhana yang tidak mempunyai kapsul sebagai lapisan terluarnya dan dinding sel didalamnya).
Eubacteria juga dikenal dengan istilah bakteri. Organisme yang dikelompokkan ke dalam
kingdom ini memiliki peptidoglikan di dalam dinding sel mereka.

Kingdom Archaebacteria

Pada tahun 1977 seorang mikrobiolog bernama Carl Woese dan peneliti lain dari University of
Illinois menemukan suatu kelompok bakteri yang memiliki ciri unik dan berbeda dari anggota
kingdom Monera lainnya. Kelompok tersebut dinamakan Archaebacteria. Archaebacteria lebih
mendekati makhluk hidup eukariota dibandingkan bakteri lain yang merupakan prokariota.[3] Hal
itu menyebabkan sistem klasifikasi 6 kingdom pemisah kingdom Archaebacteria dari anggota
kingdom Monera lain yang disebut Eubacteria. Namun hingga sekarang yang diakui sebagai
sistem klasifikasi standar adalah sistem lima kingdom yang ditemukan oleh Whittaker.

Makhluk hidup di kingdom Archaebacteria tidak jauh berbeda dengan yang ada di kingdom
Eubacteria karena mereka dulunya satu kingdom. Namun Archaebacteria umumnya tahan di
lingkungan yang lebih ekstrem.

Kingdom Protista

Makhluk hidup yang ada dalam kerajaan Protista memiliki sel eukariotik. Protista memiliki
tubuh yang tersusun atas satu sel atau banyak sel tetapi tidak berdiferensiasi. Protista umumnya
memiliki sifat antara hewan dan tumbuhan. Kelompok ini terdiri dari Protista menyerupai
tumbuhan (ganggang atau Protophyta), Protista menyerupai jamur, dan Protista menyerupai
hewan (Protozoa, Protos: pertama, zoa: hewan). Protozoa mempunyai klasifikasi berdasarkan
sistem alat geraknya, yaitu Flagellata/Mastigophora (bulu cambuk, contoh Euglena, Volvox,
Noctiluca, Trypanosoma, dan Trichomonas), Cilliata/ Infusiora (rambut getar, contoh
Paramaecium), Rhizopoda/ Sarcodina (kaki semu, contoh Amoeba), dan Sporozoa (tidak
mempunyai alat gerak, contoh Plasmodium). Ganggang dikelompokkan berdasarkan pigmen /
jenis chlorophyl, yaitu Chrolophyta (warn; hijau), Euglenoid, Chrysophyta (warna;
keemasan/kuning), Rhodophyta (warna; merah), Phaeophyta (warna; coklat), dan Phyropyta
(warna; api).

Kingdom Fungi (Jamur)

Fungi memiliki sel eukariotik. Fungi tidak bisa membuat makanan sendiri. Cara makannya
bersifat heterotrof, yaitu menyerap zat organik dari lingkungannya sehingga hidupnya bersifat
parasit dan saprofit. Kelompok ini terdiri dari semua jamur, kecuali jamur lendir (Myxomycota)
dan jamur air (Oomycota). Beberapa kelompok kelas antara lain:
a. kelas Myxomycetes (jamur lendes) contohnya Physarum policephalius.

b. kelas Phycomycetes (jamur ganggang) contoh nya jamur tempe (Rhizopus oryzae, mucor
mue)dan spesies jamur lainnya

Kingdom Plantae (Tumbuhan)

Tumbuhan terdiri dari tumbuhan lumut (Bryophyta), tumbuhan paku (Pteridophyta), tumbuhan
berbiji terbuka (Gymnospermae), dan tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae).

Tumbuhan memiliki sel eukariotik. Tubuhnya terdiri dari banyak sel yang berdiferensiasi
membentuk jaringan. Tumbuhan memiliki kloroplas sehingga dapat membuat makanannya
sendiri (bersifat autotrof).

Kingdom Animalia (Hewan)

Hewan memiliki sel eukariotik. Tubuhnya tersusun atas banyak sel yang telah berdiferensiasi
membentuk jaringan. Hewan tidak dapat membuat makanannya sendiri sehingga bersifat
heterotrof. Kelompok ini terdiri dari semua hewan, yaitu hewan tidak bertulang belakang
(invertebrata/avertebrata) dan hewan bertulang belakang (vertebrata).

Sistem Klasifikasi 6 Kingdom


Pada tahun 2004, seorang ilmuwan, Thomas Cavalier-Smith mengklasifikasikan makhluk hidup
menjadi 6 Kingdom, namun dengan memisahkan Eukaryota dari Protista yang bersifat autotrof
menjadi Kingdom baru, yaitu Chromista.

6 Kingdom menurut Klasifikasi Cavalier-Smith, yaitu:

1. Bacteria
2. Protozoa
3. Chromista
4. Fungi
5. Plantae
6. Animalia

Walaupun sekarang Indonesia sedang berusaha mengadaptasikan klasifikasi Domain, namun


klasifikasi menurut ketentuan terakhir (yang terbaru) adalah klasifikasi Cavalier-Smith ini.

Sejarah Klasifikasi
Linnaeus, Haeckel, Copelan Whittake Woese
Woese et al, Cavalier-
1735 (2 1866 (3 Chatton, 1925 d, 1938 r, 1969 (5 et al,
1977 (6 Smith, 2004
Kingdom Kingdo (2 Empire) (4 Kingdom 1990 (3
Kingdom) (6 Kingdom)
) m) Kingdom ) Domain
) )
Bacteria
(Belum
(Gabungan
ada
Prokaryota Monera Monera Eubacteria Bacteria Archaebacter
klasifikasi
ia dan
mikroba)
Eubacteria)
Prokaryota
(idem/klasifika Monera Monera Archaebacter Bacteria
Protista Archaea
si yg sama dgn (idem) (idem) ia (idem)
yang di atas)
--
-- Eukaryota Eukarya
Protoctist
mulai dari sini Protista Protista mulai Protozoa
a
-- dari sini
--
Protista Protista
Chromista
(idem) (idem)
Vegetabili
Plantae Eukaryota Fungi Fungi Eukarya Fungi
a
Vegetabili Plantae
Plantae Plantae Plantae Plantae
a (idem) (idem)
Animalia Animalia Animalia Animalia Animalia Animalia

Anda mungkin juga menyukai