Anda di halaman 1dari 6

Nama : Dikta Azmy Anjani

Nim : 2011102010008

Sel Archaebacteria

Archaebacteria adalah organisme yang metabolisme energi khasnya


membentuk gas metana (CH4) dengan cara mereduksi karbon dioksida (CO2).
Archaebacteria bersifat anaerobik dan kemosintetik. Nama “archaebacteria,”
dengan awalannya yang berarti “kuno,” menunjukkan bahwa ini adalah kelompok
yang sangat tua.

Archaebacteria adalah kelompok bakteri yang dinding selnya tidak


mengandung peptidokglikan, namun membrane plasmanya mengandung lipid.
Archaebacteria ini hidup di lingkungan yang ekstrim. Archaebacteria terdiri dari
bakteri-bakteri yang hidup di tempat-tempat kritis atau ekstrim, misalnya bakteri
yang hidup di air panas, bakteri yang hidup di tempat berkadar garam tinggi, dan
bakteri yang hidup di tempat yang panas atau asam, di kawah gunung berapi, dan
di lahan gambut.

Ciri – ciri Archaebacteria

Archaebacteria dapat hidup di tempat yang ekstrim, seperti pada sumber air
panas dengan temperatur 92ᴼC hingga tempat yang hampir beku di Antartika.
Archaebacteria juga dapat ditemukan pada tempat-tempat dengan kadar asam atau
kadar garam yang sangat tinggi. Archaebacteria sebagai organisme uniseluler
memiliki ciri – ciri sebagai berikut, Grameds:

 Ukurannya sekitar 1/10 mikrometer hingga 15 mikrometer.

 Bertahan di asam, lingkungan air garam atau alkali, beberapa bisa menahan
tekanan lebih dari 200 atmosfer.

 Membran selnya tersusun atas lemak, berupa ikatan eter dan unit isoprene.

 Selnya bersifat prokariotik (tidak mempunyai membran inti).

 Lipida bercabang pada membran sel.


 Dinding sel terdiri atas polisakarida dan protein bukan peptidoglikan.

 Tidak mempunyai RE (Retikulum Endoplasma), mitokondria, lisosom dan


badan golgi.

 Ribosomnya mengandung beberapa jenis RNA polymerase.

 Archaebacteria mengandung asam nukleat berupa RNA.

 Reproduksi dengan cara pembentukan tunas, pembelahan biner dan


fragmentasi.

 Sensitif terhadap toksin difteri.

 Hidup secara koloni (berkelompok) dan soliter (sendiri).

 Beberapa spesies Archaebacteria mempunyai flagela untuk bergerak.

 Sebagian besar bersifat anaerob, tetapi ada juga beberapa spesies bersifat
aerob, anaerob fakultatif dan anaerob obligat.

Struktur Tubuh Archaebacteria

Perbedaan eubacteria dan archaebacteria terutama terletak pada sifat biokimianya.


Misal pada eubacteria dengan ikatan ester di lapisan lemak membran plasma,
sedangkan archaebacteria memiliki ikatan dalam bentuk ester. Struktur antara
Kingdom Eubacteria dan Archaebacteria hampir sama. Satu-satunya perbedaan
terdapat pada komposisi struktur bakteri. Berikut gambaran umum dari struktur
bakteri Grameds:

 Flagella atau Falgelum: Flagella sebagai filamen yang menonjol dari sel
bakteri dan terdiri dari protein. Flagella bertindak sebagai alat bergerak,
tetapi ada juga bakteri tanpa flagela yang dapat bergerak. Beberapa jenis
bakteri memiliki pili dengan struktur seperti flagela, tetapi lebih pendek dan
lebih tipis. Pili memainkan peran khusus dalam mentransfer molekul
Genetime (DNA) dari satu bakteri ke bakteri lain selama peristiwa
konjugasi.
 Kapsul: Bakteri memiliki lendir yang kental dan tebal yang menutupi
dinding sel. Kapsul terbuat dari polisakarida dan air, yang membantu bakteri
menempel ke permukaan atau bakteri lain. Secara umum, kapsul adalah
bakteri yang menyebabkan penyakit. Fungsinya sebagai alat pertahanan dan
perlindungan, untuk mencegah kekeringan dan sebagai sumber makanan
bagi bakteri.

 Dinding Sel: Dinding sel bakteri adalah struktur yang kompleks dan
berfungsi sebagai penentu bentuk sel yang terdiri dari mucopolysaccharides
dan peptidoglikan yang terdiri dari polimer besar asetil-N-asetil yang saling
berhubungan dengan ikatan kovalen. Perbedaan antara eubacteria dan
archaebacteria terletak pada konten dinding sel.

 Membran Plasma: Membran plasmanya bersifat selektif permeabel, yaitu


hanya molekul atau zat tertentu yang dapat ditransfer. Terdiri dari lapisan
fosfolipid dan protein. Membran plasma mengatur pertukaran zat antara sel
dan lingkungannya serta pembentukan mesosom.

 Sitoplasma: Sitoplasma bertindak sebagai tempat reaksi kimia untuk sel.


Terdiri dari 80% air, protein, asam nukleat, lemak, karbohidrat, ion
anorganik, dan kromatofor

 Ribosom: Ribosom dibentuk dalam bentuk RNA halus dan butiran protein
yang berkontribusi terhadap kelangsungan hidup bakteri selama sintesis
protein.

 Klorosom: Klorosom adalah struktur di bawah membran plasma,


mengandung pigmen klorofil dan pigmen lain yang berperan dalam
fotosintesis. Biasanya ditemukan pada bakteri tertentu, kebanyakan
archaebacteria.

 Vakuola Gas: Vakuola gas memungkinkan bakteri mengapung di permukaan


air dan mendapatkan cahaya. Vakuola gas hanya dimiliki oleh bakteri air
yang bersifat fotosintesis.

 Plasmid yakni Sirkular DNA dapat diwariskan dengan membawa gen


tertentu. Plasmida berada di sitoplasma.
 Bahan nuklir (kromosom DNA): DNA adalah bahan genetik (pembawa)
yang disebut kromosom atau inti bakteri. Bahan nuklir memainkan peran
penting dalam mengatur proses yang terjadi dalam sel bakteri.

 Mesosom: Bertindak sebagai pembangkit energi, adalah pusat pembentukan


dinding sel baru dan pembelahan sel.

Klasifikasi Archaebacteria

Archaebacteria meliputi organisme autotrof dan heterototrof. Jenis-jenis


Archaebacteri adalah sebagai berikut : Bakteri termo-asidofil Halobacterium,
Bakteri Metagen, Kingdom Archebacteria dikelompokkan lagi menjadi 5 filum,
yaitu :

 Crenarchaeota, banyak ditemukan di lingkungan laut. Crenarchaeota


termasuk dalam hyperthermophiles, thermophiles, dan thermoacidophiles.

 Euryarchaeota, merupakan bagian yang sering diteliti dan sebagian besar


termasuk dalam bakteri halophiles dan metanogenik.

 Thaumarchaeota, meliputi ammonia-oksidasi archaea dan yang diketahui


dengan metabolisme energy.

 Nanoarchaeota, filum ini memiliki anggota perwakilan tunggal yaitu


nanoarchaeum equitans. Korarchaeota, terdiri atas hyperthermophiles yang
ditemukan pada suhu lingkungan yang tinggi.

Berdasarkan metabolisme dan habitatnya, Archebacteria dikelompokkan menjadi


tiga kelompok, yaitu :

 Metanogen: merupakan kelompok Archaebacteria yang mereduksi


karbondioksida (CO2) menjadi air (H2O) dan metana (CH4) menggunakan
hidrogen (H2). Metanogen bersifat kemosintetik dan anaerobik. Habitatnya
berada di rawa, lumpur dan tempat-tempat dengan sedikit oksigen. Ada juga
beberapa spesies yang hidup dan bersimbiosi di dalam perut atau saluran
pencernaan hewan ruminansia, seperti rayap, sapi, dan herbivora lain yang
mengandalkan makanan berselulosa. Metanogen memiliki peranan penting
dalam nutrisi. Contohnya yaitu Succinomonas amylolytica sebagai pemecah
amilum di dalam pencernaan sapi. Selain itu metanogen juga berperan
sebagai pengurai, sehingga dapat digunakan dalam pengolahan kotoran
hewan untuk menghasilkan gas metana, yang menjadi bahan bakar alternatif.
Metanogen mendapatkan makanan dengan cara membusukkan sisa-sisa
tumbuhan yang telah mati, kemudian menghasilkan gas metana. Bakteri
jenis ini mampu menghasilkan metana CH4 dari hasil oksidasi H2 dan CO2,
contohnya:

 Lachnospora multiporus: Organisme ini memecah dan


menyederhanakan pektin

 Succumonas amylotica: Memiliki kemempuan mengurai almunium

 Ruminococcus albus: Organisme ini mampu menghidrolisis selulosa


dengan memecah selulosa

 Methanococcus janashi: Merupakan penghasil gas methane

 Termofil ekstrim (termoasidofilik): Termofil ekstrim (termoasidofilik) ialah


kelompok organisme Archaebacteria yang habitatnya berada di lingkungan
yang bersifat asam dan bersuhu panas, dapat hidup dalam maksimum suhu
60- 80ᴼC. Termoasidofilik hidup dengan cara mengoksidasi air yang
mengandung sulfur dan berada dekat lubang hidrotermal di laut bawah.
Termoasidofilik merupakan kelompok Archaebacteria yang paling dekat
dengan organisme eukariotik. Sulfolobus sp merupakan salah satu
organisme termoasidofilik yang hidup di mata air panas bersulfur di
Yellowstone National Park (Amerika Serikat). Sulfolobus sp hidup dengan
mengoksidasi sulfur untuk mendapatkan energi. Kelompok ini disebut juga
dengan termoasidofil, karena suka dengan asam dan panas. Organisme
Archaebacteria yang lain yaitu Thermus aquaticus yang hidup pada air
dengan suhu 105ᴼC di dekat lubang hidrotermal di laut dalam (kawah
gunung api bawah laut). Contoh termoasidofilik yaitu : Thermoproteus
tenax, Thermoplasma acidophilum, Humicola insolens, Chaetomium
thermophilum, Thermomyces lanuginosus, Brevibacillus levickii,
Thermoascus aurantiacus dan Sulfolobus yangmingensis
 Halofil ekstrem (halofilik): Istilah Halofil berasal dari 2 kata bahasa yunani,
yaitu ‘halo’ yang berarti garam dan ‘philos’ yang berarti pecinta. Halofil
ekstrim (halofilik) merupakan kelompok Archaebacteria yang hidup di
tempat yang asin dengan kadar garam tinggi, seperti di laut mati dan Great
Salt Lake (danau garam di Amerika). Halofilik bersifat heterotrof. Untuk
menghasilkan energi, Halofilik melakukan respirasi aerobik, ada pula yang
dapat berfotosintesis. Contoh Halofil ekstrim : Genus Halobacterium,
Halobacterium, Halococcus, Halogeometricum borinquense, Haloferax
volcanii, Haloterrigena turkmenica, Halococcus dombrowskii, Halorubrum
kocurii, Halobacterium salinarum, Haloarcula marismortui dan lain-lain.

 Reduksi sulfur: Seperti metanogen, reduksi sulfur tinggal di dekat ventilasi


vulkanik dan kolam renang. Mereka menggunakan sulfur anorganik
berlimpah yang kerap ditemukan di dekat ventilasi bersama dengan
hydrogen sebagai makanan. Mereka juga memiliki toleransi panas yang
sangat tinggi, sehingga dapat hidup dalam suhu hingga 85 derajat Celcius.

Referensi

Perry, J.J., Staley, J.T, and Lory, S., 2015, Microbial Life, Sinauer Ass.
Publ.,Sunderland.

Campbell, N.A., Reece, J.B., and Mitchell L.G., 2015, Biologi, Erlangga,

Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai