Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS

PSORIASIS VULGARIS

Disusun oleh :
Lidya Tanjaya (2018-0601-0003)

Pembimbing :
dr. Mahdar Johan, Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN ATMA JAYA
RSUD R. SYAMSUDIN SH SUKABUMI
2019
I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. S
Usia : 54 tahun
Suku bangsa : Sunda
Status Pendidikan : SD
Agama : Islam
Alamat : Kampung Cibatu Caringin RT 28/05
Tanggal Periksa : 21 Agustus 2019

II. ANAMNESIS
Dilakukan secara autooanamnesis pada tanggal 21 Agustus 2019 di Poliklinik Kulit
dan Kelamin RSUD R. Syamsudin, SH., Sukabumi jam 11.30.

A. Keluhan Utama
Gatal dan bercak merah pada kedua kaki dan tangan
B. Keluhan Tambahan
Tidak ada keluhan tambahan
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD R. Syamsudin, SH.,
Sukabumi dengan keluhan gatal dan bercak merah pada kedua kaki dan tangan
sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan sudah dirasakan sejak 3 tahun yang lalu dan
pasien sudah rutin berobat di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD R. Syamsudin,
SH. Pasien mengatakan bercak merah awalnya muncul di kedua tungkai bawah,
kemudian bermunculan di area tubuh lain, seperti kedua siku, kedua lutut, lengan,
dan punggung. Bercak merah tertutup lapisan putih dan keluhan gatal dirasakan
terlebih dahulu sebelum munculnya bercak merah.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat trauma pada tubuh, penyakit sistemik ( diabetes mellitus dan hipertensi )
dan riwayat asma disangkal oleh pasien.
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Ayah pasien mengalami keluhan serupa. Keluarga tidak ada yang memiliki
riwayat asma dan rhinitis.

1
2

F. Riwayat Pengobatan
Pasien tidak pernah mengonsumsi dan menggunakan obat-obatan lain selain yang
diberikan dari Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD R. Syamsudin, SH., yaitu
Desoksimetason dan Ketokonazol krim, Loratadin, dan Vitamin B kompleks.
G. Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan (cokelat, kerang, ikang,
udang, kacang-kacangan), suhu dingin, debu, hewan, obat-obatan dan benda-
benda tertentu.
H. Riwayat Psikososial
Pasien tidak memiliki kebiasan tertentu (merokok dan mengonsumsi alkohol)
yang berkaitan dengan keluhan pasien.

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. Pemeriksaan Generalisata

Keadaan umum : Tampak tenang


Kesadaran : Compos mentis (GCS 15, E4M6V5).
Tekanan darah : 120 / 80 mmHg
Laju nadi : 85 x / menit.
Laju napas : 18 x / menit.
Suhuh : 37 °C
Berat Badan : 35 kg
Tingi Badan : 155 cm

B. Pemeriksaan Status Dermatologi


Regio/Letak Lesi
Cruris bilateral, patella bilateral, antrebrachii bilateral, siku, Punggung bagian
bawah

Efloresensi
UKK Primer : Eritema
UKK Sekunder : Skuama
3
4

IV. RESUME
Pasien perempuan, Ny. S, usia 54 tahun, datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin
RSUD R. Syamsudin, SH., Sukabumi dengan keluhan gatal dan bercak merah dengan
lapisan putih pada lutut, tungkai bawah, siku, lengan bawah dan punggung. Keluhan
sudah dirasakan sejak 3 tahun yang lalu dan pasien rutin berobat di Poliklinik Kulit
dan Kelamin RSUD R. Syamsudin, SH. Pasien selama ini rutin menggunakan
Desoksimetason dan Ketokonazol krim, mengonsumsi Loratadin, dan Vitamin B
kompleks. Pasien menyangkal adanya riwayat trauma pada tubuh, riwayat alergi,
asma, kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol. Pada pemeriksaan dermatologi
ditemukan lesi simetris pada regio cruris, patella, antrebrachii dan punggung, multipel,
lonjong- tidak teratur, numuler, berbatas tegas, tidak menimbul, dengan efloresensi
eritema, skuama.

V. DIAGNOSIS
A. Diagnosis Banding
Psoriasis vulgaris
Dermatitis numularis
Tinea korporis

C. Diagnosis Kerja
Psoriasis vulgaris

VI. SARAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


Kerokan kulit KOH 10%
Pemeriksaan fungsi hati
Profil lipid
Biopsi kulit
Tes tempel / Patch test
5

VII. TATALAKSANA
Non-farmakologis
Pasien diberikan edukasi bahwa penyakit ini kronis dan residif, oleh karena itu pasien
harus menghindari faktor-faktor pencetus dan diberitahu bahwa pemakaian
pengobatan akan berlangsung seumur hidup.
Farmakologis
Terapi sistemik
Metotreksat 2.5 mg (dosis terapeutik 15 mg per minggu) diberikan selama 2 hari
Sebelum memulai terapi metotreksat, pasien harus melakukan pemeriksaan fungsi
hati, bila hasil baik maka terapi metrotreksat boleh dimulai.

Terapi topikal
Kortikosteroid topikal poten tinggi (betametason dipropionate atau desoksimetason)
dioleskan 2x/hari selama 2-4 minggu

VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
6

ANALISA KASUS

Teori Kasus
Definisi Penyakit kronik dan residif yang Pasien sudah mengalami
disebabkan oleh proses autoimun keluhan sejak 3 tahun yang
atau faktor genetik yang ditandai lalu.
dengan bercak-bercak eritema
disertai skuama yang tebal,
berlapis-lapis, dan berwarna putih
mengkilap simetris pada ekstensor
ekstremitas.
Epidemiologi Umumnya pada usia 15-30 tahun Pasien seorang perempuan
(peak incidence 22.5 years old), berusia 54 tahun, dan
prevalensi pada perempuan dan keluhan muncul saat pasien
laki-laki sama berusia 51 tahun.
Etiologi HLA-B13, -B37, -B57, dan Ayah pasien mengalami
terutama HLA-Cw6 keluhan serupa.
Faktor Trauma mekanik (mengusap dan Pasien tidak mengonsumsi
predisposisi
menggaruk), merokok, obesitas, obat-obatan selain dari
stress, konsumsi obat-obatan Poliklinik Kulit dan
(Glukokortikoid sistemik, litium Kelamin, tidak menderita
oral, obat anti-malaria, interferon , penyakit sistemik, dan
beta-blocker) tidak merokok maupun
minum alkohol.
7

Manifestasi Rasa gatal namun biasanya Rasa gatal dirasakan


klinis
asimtomatik. Lesi eritema disertai terlebih dahulu sebelum
skuama berlapis putih atau lesi muncul. Lesi simetris
mengkilat, simetris, berbatas pada regio cruris, patella,
tegas, terkadang lesi dapat antrebrachii dan punggung,
konfluen. multipel, lonjong- tidak
Auspitz sign (Skuama putih akan teratur, numuler, berbatas
meninggalkan bintik-bintik tegas, tidak menimbul,
perdarahan ketika digores dengan dengan efloresensi eritema,
pinggiran kaca objek), Fenomena skuama.
Koebner (trauma induced
psoriasis, muncul 7-14 hari
setelah trauma)
Fenomena tetesan lilin (Skuama
yang berubah warna menjadi
putih seperti lilin, akibat
perubahan indeks bias)
Pemeriksaan Pemeriksaan laboratorium tidak Pemeriksaan penunjang
penunjang
spesifik dan dapat tidak tidak dilakukan.
ditemukan pada semua pasien.
Pemeriksaan profil lipid, asam
urat, serum albumin dan balans
nitrogen.
Histopatologi : akantosis dengan
elongasi seragam dan penipisan
epidermis. Hiperkeratosis dan
parakeratosis dengan penipisan
atau hilangnya stratum
granulosum.
8

Tatalaksana 1. Tatalaksana sistemik Krim desoksimetason 20g dan


Metotreksat : Test dose 2.5 mg ketokonazol 20g
Loratadine 10 mg
dan perlahan ditingkatkan
Vitamin B kompleks 1 tablet
mencapai level terapetik (10-
15 mg/minggu, dosis
maksimum 25-30
mg/minggu) , mengurangi
derajat psoriasis sampai
50%.
Siklosporin A : Dosis rendah 2.5
mg/kg/hari, ditingkatkan
setiap 2-4 minggu.
Dosis tinggi 5 mg/kg/hari, sangat
efektif.
Acitretin : Mulai dengan 20-25
mg setiap hari, ditingkatkan
dan diturunkan sesuai
dengan respon pasien
2. Tatalaksana topikal
Kortikosteroid : 10.000 kali lipat,
steroid poten tinggi
dioleskan 2x/hari selama 2-4
minggu, terapi jangka
pendek yang efektif.
Analog Vitamin D :
Calcipotriene 0.005%
2x/hari, efektivitas
meningkat dengan
pemakaian steroid.
Inhibitor kalsineurin :
Takrolimus, dioleskan pada
area yang terkena 2x setiap
hari, terutama efektif untuk
psoriasis di wajah dan
inverse.
Tazarotene : 0.05% dan 0.1%
8

dalam sediaan gel dan krim,


dioleskan setiap malam,
efektivitas meningkat dengan
pemakaian steroid.
3. Fototerapi dengan UVA dan
UVB. Fototerapi mampu
menginduksi apoptosis,
imunosupresan, mengubah
profil sitokin.
Prognosis Pengobatan psoriasis bersifat Kualitas hidup pasien baik
remitif, kekambuhan hampir dengan pengobatan yang
selalu ada mengakibatkan diberikan , walaupun rasa
pemakaian obat dapat gatal terkadang membuat
berlangsung seumur hidup. pasien tidak nyaman.
10

ANALISA DIAGNOSIS BANDING

Dermatitis numularis
Definisi Dermatitis kronis, pruritik dan inflamatorik berbentuk koin
terdiri dari papul dan vesikel berkelompok pada dasar eritema.
Epidemiologi Umumnya ditemukan pada orang dewasa laki-laki
dibandingkan perempuan, pada usia 50-65 tahun.
Etiologi Fokus infeksi (gigi, saluran nafas atas dan bawah)
Alergen lingkungan; tungau debu rumah dan Candida
albicans. Pasien dengan terapi isotretinoin dan emas
dilaporkan mengalami dermatitis numularis.
Faktor Risiko menderita dermatitis numularis meningkat di iklim
predisposisi yang dingin dan kering. Xerosis kutis, aliran darah buruk dan
pembengkakan di kaki, cidera pada kulit (gigitan serangga,
kontak kimia, abrasi), pioderma, obat-obatan (isotretinoin dan
interferon)
Manifestasi Plak papular dan papulovesikel berbentuk koin berbatas tegas.
klinis Plak dapat berukuran 1-3 cm, kulit sekitar umumnya normal
namun dapat menjadi xeroxis. Pruritis dirasakan minimal
sampai berat. Plak kronis tampak kering, skuama, likenifikasi.
Pinpoint oozing dan krusta, krusta dapat menutupi seluruh
permukaan. Distribusi lesi pada permukaan ekstensor
ekstremitas.
Pemeriksaan Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah uji tempel dan
penunjang pemeriksaan histopatologi. Pada lesi akut, tampak spongiosis
dengan atau tanpa mikrovesikel, pada lesi subakut ditemukan
parakeratosis, krusta, hiperplasia epidermal, spongiosis,
sedangkan pada lesi kronis ditemukan hiperkeratosis dan
akantosis.
11

Tatalaksana Kortikostreroid topikal potensi sedang- tinggi.


Inhibitor kalsineurin (takrolimus dan pimekrolimus)
Emolien bila terdapat xerosis kutis
Sediaan tar ( 2-5% tar ointment)
Antihistamin oral bila pruritus berat, antibiotik bila infeksi
sekunder
Prognosis Dermatitis numularis merupakan penyakit kronis dan
kekambuhan pada regio yang sama sering kali terjadi.

Tinea korporis
Definisi Dermatofitosis pada kulit glabrosa kecuali telapak tangan,
telapak kaki dan daerah kemaluan.
Epidemiologi Dermatofita dibagi berdasarkan tempat hidupnya, yaitu
geofilik, zoofilik dan antropofilik.
Tinea korporis dapat transmisi langsung dari orang yang
terinfeksi atau binatang. Anak-anak lebih mungkin terinfeksi
patogen zoofilik, terutama M.canis (kucing atau anjing).
Etiologi Dermatofita termasuk kelas Fungi impefecti, yang terbagi
dalam 3 genus; Tricophyton, Microsporum dan
Epidermophyton. Pada tinea korporis, patogen yang sering
ditemukan T.rubrum. Selain itu, E.floccosum, T. interdigitale,
M. canis, T. tonsurans juga merupakan kausa tinea korporis.
Faktor Pakaian oklusif dan cuaca lembab, kontak kulit yang sering,
predisposisi dan trauma minor.
Manifestasi Penderita merasa gatal dan lesi berbentuk bulat atau lonjong,
klinis berbatas tegas terdiri atas eritema, skuama terkadang dengan
vesikel dan papul di tepi lesi. Daerah tengah lebih tenang
(central healing). Lesi-lesi pada umumnya merupakan bercak-
bercak terpisah satu sama lain. Kelainan kulit dapat pula
terlihat seperti lesi-lesi dengan tepi polisiklik,karena lesi
menyatu.
12

Pemeriksaan Sediaan KOH 10% tampak hifa bersepta, hifa panjang dan
penunjang bercabang.
Kultur dengan medium Saboraud: mikrokonidia dan
makrokonidia pada mikroskopik.
Tatalaksana Antifungal topikal : alilamin, imidazol, tolnaftate, butenafine
atau ciclopirox, dipakai 2 kali/hari selama 2-4 minggu.
Antifungal oral diberikan jika erupsi luas atau inflamatorik.
Terbinafine 250 mg/hari selama 2-4 minggu, itrakonazole 200
mg/hari selama 1 minggu, flukonazole 150-300 mg/hari
selama 4-6 minggu.
Prognosis Dengan menjaga higenitas dan pengobatan yang tepat dan
sesuai, prognosis baik.
13

DAFTAR PUSTAKA

1. Wolff K, Goldsmith L, Katz S, Gilchrest B, Paller AS, Leffell D. Fitzpatrick's Dermatology in


General Medicine, 8th Edition. New York: McGraw-Hill; 2011.
2. Du Vivier A. Atlas on clinical dermatology 4th edition. Elsevier Health Sciences, 2012.
3. Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FKUI. 2016. Ilmu penyakit kulit dan kelamin.
Edisi VII. Jakarta: Universitas Indonesia.
13
13

Anda mungkin juga menyukai