Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
HIV atau Human Immunodeficiency Virus sejenis virus yang
menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya
kekebalan tubuh manusia. AIDS alau Acquired Immune Deficlency
Syndrome adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena
turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV. Akibat
menurunnya kekebalan tubuh maka orang tersebut sangat mudah terkena
berbagai penyakit infeksi yang sering berakibat fatal (Kemenkes RI, 2014)
Infeksi HIV/AIDS ( Human immuno Deficiency Virus / Acquired
Immune Deficiency Syndrom ) pertama kali dilaporkan di Amerika pada
tahun 1981 pada orang dewasa homoseksual, sedangkan pada anak tahun
1983. enam tahun kemudian ( 1989 ), AIDS sudah termasuk penyakit yang
mengancam anak di amerika. Di seluruh dunia, AIDS menyebabkan
kematian pada lebih dari 8000 orang setiap hari saat ini, yang berarti 1
orang setiap 10 detik, karena itu infeksi HIV dianggap sebagai penyebab
kematian tertinggi akibat satu jenis agen infeksius (Kiyaga et al., 2018).
Data dari Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia menunjukkan bahwa terjadi peningkatan angka kejadian HIV
sekitar 41.250 kasus terjadi dan sekitar 6,2%nya terjadi pada angka di
bawah usia 18 tahun (KEMENKES, 2017). Sebagian besar anak terinfeksi
HIV melalui infeksi vertikal yaitu melalui ibu pada saat kehamilan (5-10
persen). Proses kelahiran (10-20 persen), dan melalui air susu ibu/ASI (5-
20 persen). Sementara itu, sebagian kecil anak, kurang dari 10 persen,
dapat tertular melalui jarum yang terkontaminasi, transfusi darah, atau
kekerasan seksual dari dewasa yang terinfeksi HIV. Di Indonesia sendiri
provinsi yang yang memiliki angka HIV tertinggi pada anak adalah Jawa
timur dengan angka 1614 orang anak (KEMENKES, 2014).

1
Pada saat kelahiran, anak bisa terlihat seperti anak normal lainnya.
Apabila infeksi HIV tidak terdeteksi sejak dini, sistem kekebalan tubuh
anak mulai terganggu dan timbul gejala-gejala dari infeksi oportunistis.
Akibat dari infeksi yang berulang, timbul masalah nutrisi, anak dapat
menderita gizi kurang atau gizi buruk. Bahkan, perkembangan anak dapat
terganggu (Huriati, 2015). Melihat hal berikut maka penulis berinisiatif
untuk membuat makalah mengenai HIV pada Anak dan Remaja

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien Anak
dan Remaja dengan HIV
2. Untuk memberikan pendidikan kesehatan dan edukasi kepada pasien
dan keluarga

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar HIV pada Anak


1. Pengertian
AIDS adalah sekumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan
oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV ( Human
Immunodeficiency Virus) yang termasuk famili retroviridae (Sudoyo,dkk
2009)
HIV-AIDS merupakan penyakit defisiensi imun kombinasi yang
disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency virus) yang
mempunyai sasaran pada sel T (CD4). Penelitian-penelitian imunologik
menunjukkan adanya cacat pada sel T primer seperti diperlihatkan pada
sel Thelper dan sel T-supressor (Kliegman, 2011).
AIDS adalah salah satu penyakit retrovirus epidemic menular, yang
disebabkan oleh infeksi HIV, yang pada kasus berat bermanifestasi
sebagai depresi berat imunitas seluler, dan mengenai kelompok resiko
tertentu, termasuk pria homoseksual, atau biseksual, penyalahgunaan obat
intra vena, penderita hemofilia, dan penerima transfusi darah lainnya,
hubungan seksual dan individu yang terinfeksi virus tersebut (Kliegman,
2011).
2. Etiologi
Anak-anak yang beresiko mengalami HIV (Hikmah, 2010) yaitu:
a. Penularan melalui darah selama kehamilan
b. Proses persalinan melalui transfusi fetomaternal atau kontak antara
kulit atau membran mucosa bayi dengan darah atau sekresi maternal
saat melahirkan.
c. Transmisi Asi Ibu kepada bayi

3
3. Tanda Gejala
a. Pertumbuhan tubuh buruk
Bayi dan anak-anak umumnya tak akan tunjukkan gejala yang bisa
dibilang cukup jelas sekali. Masalah paling utama yang mudah sekali
dikenali adalah pada saat bayi dan anak-anak tak mempunyai grafik
pertumbuhan normal. Bayi dan anak-anak akan lebih tampak kurus
(Huriati, 2015) .
b. Perkembangan melambat
Di Indonesia monitoring perkembangan dan juga pertumbuhan bayi
serta anak di bawah usia 5 tahun di pantau dalam program posyandu.
Akan tetapi bayi dan anak-anak yang positif terkena HIV akan
mempunyai perkembangan serta pertumbuhan yang kurang baik. Bayi
dan anak-anak akan tampak dengan terjadinya perkembangan yang
kurang sesuai dengan standar. Ini merupakan ciri ciri terkena HIV
pada bayi dan anak-anak yang mudah sekali dikenali (Huriati, 2015).
c. Sering kejang
Kejang jadi ciri-ciri terkena HIV pada bayi dan anak-anak yang juga
wajib diwaspadai. Kejang tersebut jadi pertanda bahwasannya tubuh
bayi dan anak-anak alami masalah khususnya pada sistem syaraf serta
otak. Kejang umumnya paling sering terjadi pada saat anak-anak
alami panas yang sebabkan tubuhnya memberi reaksi yang cukup
berat. Akan tetapi bagi bayi dan anak-anak yang terkena HIV
mempunyai tubuh yang cukup lemah, sehingga kejang akan jadi lebih
sering terjadi. Kondisi yang seperti ini butuh perawatan secara khusus
sebab bisa saja infeksi sudah mulai menyebar pada bagian otak .
d. Infeksi telinga
Ciri-ciri terkena HIV pada bayi dan anak-anak memang sangat rentan
sekali terkena infeksi telinga. Infeksi telinga ini disebabkan karena
vius sudah lemahkan sistem organ tersebut. Sebelum kembangkan
infeksi umumnya diawali dengan beberapa gejala seperti halnya tubuh
panas, sakit di tenggorokan, dan juga rewel. Untuk bisa atasi hal yang

4
seperti ini, maka bayi dan anak-anak haruslah dibawah ke dokter
untuk mendapat obat yang dapat sembuhkan infeksi (Huriati, 2015).
e. Diare
Ini merupakan salah satu masalah yang bisa dibilang paling sering
terjadi jadi ciri ciri terkena HIV pada bayi dan anak-anak. Diare
disebabkan oleh infeksi virus yang sudah sebabkan organ pencernaan
tak dapat lakukan fungsi dengan sangat baik. Ada begitu banyak
sekali bakteri buruk yang sudah berkembang di dalam sistem
pencernaan. Mengontrol makanan dan juga minuman pada bayi dan
anak-anak akan bantu tubuh supaya tak terkena diare secara
berlebihan (Huriati, 2015).
Infeksi oportunistik yang seirng terjadi terkait HIV meliputi:
1) Pneumosistis pneumonia – infeksi jamur di paru-paru
2) Infeksi serius terkait sitomegalovirus (CMV)
3) Kondisi jaringan parut pada paru-paru yang disebut dengan
limfositik interstitial pneumonitis (LIP)
4) Oral trush (jamur pada mulut) atau iritasi popok (diaper rash) yang
berat karena infeksi jamur Candida

4. Pencegahan HIV/AIDS pada Anak


Penularan HIV dari dari ibu ke bayi bisa dicegah melalui 4 cara:
a. Mulai saat hamil, saat melahirkan dan setelah lahir yaitu: penggunaan
antiretroviral selama kehamilan
b. Penggunaan antiretroviral saat persalinan dan bayi yang baru
dilahirkan
c. Penggunaan obstetrik selama selama persalinan
d. Penatalksanaan selama menyusui.
Pemberian antiretroviral bertujuan agar viral load rendah sehingga
jumlah virus yang ada di dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif
untuk menularkan HIV. Persalinan sebaiknya dipilih dengan metode
sectio caecaria karena terbukti mengurangi resiko risiko penularan

5
HIV dari ibu ke bayi sampai 80%. Walaupun caesaria. demikian
bedah Caesar juga memiliki risiko penularan HIV dari ibu ke bayi
sampai 80%. Bila bedah caesar selektif disertai penggunaan terapi
antiretroviral, maka risiko dapat ditirinkan sampai 87% (Huriati,
2015).

5. Penatalaksanaan
a. Pengobatan pada Anak dengan HIV/AIDS
Prinsip pemberian ARV pada anak hampir sama dengan dewasa,
tetapi pemberian ARV pada anak memerlukan perhatian khusus
tentang dosisi dan toksisitasnya. Pada bayi, sistem kekebalannya
mulai dibentuk dan berkembang selama beberapa tahun pertama. Efek
obat pada bayi dan anak juga akan berbeda dengan orang dewasa.
Pedoman pengobatan HIV/AIDS pada Anak menurut yaitu Rejimen
Lini pertama yang direkomendasikan adalah 2Nucleosida Reverse
Transkriptase Inhibitor (NRTI) + 1 Non Nucleosida Reverse
Transkriptase Inhibitor(NNRTI) (KEMENKES, 2014).
b. Perawatan pada Anak dengan HIV/AIDS
1) Nutrisi pada Anak dengan HIV/AIDS
Pemberian Nutrisi pada bayi dan anak dengan HIV/AIDS berupa
asupan kalori dan proteinnya perlu ditingkatkan. Selain itu perlu
juga diberikan multivitamin, dan antioksidan untuk
mempertahankan kekebalan tubuh dan menghambat replikasi virus
HIV (KEMENKES, 2014).
2) Dukungan sosial spiritual pada Anak dengan HIV/AIDS
Anak yang didiagnosis HIV juga mendatangkan trauma emosi yang
mendalam bagi keluarganya. Orang tua harus menghadapi masalah
berat dalam perawatan anak, pemberian kasih sayang, dan
sebagainya sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan mental
anak. Orang tua memerlukan waktu untuk mengatasi masalah
emosi, syok, kesedihan, penolakan, perasaan berdosa, cemas,

6
marah, dan berbagai perasaan lain. Anak perlu diberikan dukungan
terhadap kehilangan dan perubahan mencaku (1) memberi
dukungan dengan memperbolehkan pasien dan keluarga untuk
membicarakan hal-hal tertentu dan mengungkapkan perasaan
keluarga, (2) membangkitkan harga diri anak serta keluarganya
dengan melihat keberhasilan hidupnya atau mengenang masa lalu
yang indah, (3) menerima perasaan marah, sedih, atau emosi dan
reaksi lainnya, (4) mengajarkan pada keluarga untuk mengambil
hikmah, dapat mengendalikan diri dan tidak menyalahkan diri atau
orang lain (KEMENKES, 2014).

7
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1. Identifikasi Klien :
a) Nama : An. Y
b) No. MR : XXXXXX
c) Tempat/ Tgl lahir : Bandung/1 Januari 2003
d) Umur : 16 tahun
e) Jenis Kelamin : Laki-laki
f) Status kawin : Belum kawin
g) Agama : Islam
h) Pendidikan terakhir : SMA
i) Pekerjaan : Pelajar
j) Tanggal masuk : 25 Maret 2019
k) Alamat : Bandung
l) Diagnosa medis : HIV/AIDS

2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien masuk RS dengan keluhan diare lebih dari satu bulan
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang ke IGD dengan keluhan diare lebih dari satu bulan
dan sudah mengalami demam serta flu yang
berkepanjangan,saat dikaji pasien mengatakan lemas dengan
tanda-tanda vital TD:100/70 mmhg,Nadi: 80x/menit,RR:
20x/menit dan suhu : 39ºC.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan mempunyai riwayat penggunaan obat-obatan
terlarang, diantaranya adalah obat suntik

8
d. Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)
1) Tanda – tanda vital
TD : 100/70
N : 80x/menit
S : 390 c
RR : 20x/menit

2) Kepala
Kepala simetris, tidak ada pembengkakan pada kepala, dan
tidak ada lesi.
3) Wajah
Simetris kiri dan kanan, tampak pucat, tidak ada lesi dan
tidak ada edema.
4) Rambut
Rambut berwarna hitam, tampak kusam distribusi rambut
merata,
5) Mata
Mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis, cekung,
sklera tidak ikhterik,
6) Hidung
Hidung simetris, tidak terdapat pernapasan cuping hidung,
tidak terdapat pembengkakan, tidak terdapat nyeri tekan,
ada secret/ingus.
7) Mulut
Bibir tampak kering dan pecah-pecah, terdapat stomatitis
8) Telinga
Telinga simetris, tidak terdapat pembengkakan di area
telinga,
9) Leher
Leher tidak ada pembengkakan kelenjer getah bening, dan
tidak terdap bendungan vena jugularis.

9
10) Paru-Paru
Inspeksi : Dada terlihat normal, Tidak ada kelainan gerakan
dada
Palpasi: Terdapat nyeri tekan pada epigastrium, Tidak
nampak adanya pembesaran hati
Perkusi : nada sonor
Auskultasi : Tidak terdengar adanya bunyi nafas tambahan
Tidak ada retraksi dinding dada (+).
11) Abdomen
Inspeksi : Nampak normal, simetris kiri kanan
Palpasi: Turgor jelek ,tidak ada massa
Perkusi : Bunyi timpany (+). Kembung (-)
Auskultasi: terdengar bunyi peningkatan peristaltic
(40x/menit)
12) Kulit
Kulit terlihat kering, tidak terdapat tanda-tanda lesi, turgor
kulit jelek.
13) Genitalia
Pasien mengatakan tidak ada keluhan di area kelamin.

10
3. Analisa data :

No. Data Etiologi Problem


1. DS: Pasien mengeluh Kehilangan cairan Defisien volume
diare lebih dari satu aktif cairan
bulan.
DO: An. Y mempunyai
turgor kulit buruk,
mukosa kering, serta
terdapat stomatitis.

2. DS : Pasien mengeluh Proses Penyakit Hipertermi


demam disertai flu
DO :
Didapatkan pemeriksaan
pasien dengan suhu 39℃
3. DS: pasien mengatakan Kurang pemahaman Perilaku Kesehatan
mempunyai riwayat Cenderung
penggunaan obat-obatan Beresiko
terlarang, diantaranya
adalah obat suntik.
DO: -

B. Diagnosis Keperawatan:
1. Defisien volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
2. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
3. Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan kurang
pemahaman

11
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No. NOC NIC
Keperawatan
1. Defisiensi Setelah dilakukan Monitor Cairan
volume cairan tindakan keperawatan
O: Monitor membrane mukosa,
berhubungan selama 3x24 jam
turgor kulit, dan respon haus.
dengan diharapkan masalah
kehilangan pada klien teratasi N: Periksa turgor kulit dengan
cairan aktif dengan kriteria hasil: memegang jaringan sekitar
tangan atau tulang kering,
1. Turgor kulit baik
mencubit kulit dengan lembut,
2. Tidak ada tanda-
pegang dengan kedua tangan dan
tanda dehidrasi
lepaskan (dimana kulit akan
turun kembali dengan cepat jika
klien terhidrasi dengan baik).

N: Periksa isi ulang kapiler


dengan memegang tangan klien
pada tinggi yang sama seperti
jantung dan menekan jari tengah
selama 5 detik lalu lepaskan
tekanan dan hitung waktu
sampai jarinya kembali merah
(yaitu harus kurang dari 2 detik).

E: Ajarkan klien untuk


mengetahui kondisi tubuh yang
kekurangan cairan atau dehidrasi

C: Konsultasikan ke dokter jika


pengeluaran urin kurang dari
0.5mh/kg/jam atau asupan cairan
orang dewasa kurang dari 2000

12
dalam 24jam.

2. Hipertermi Setelah dilakukan Perawatan Demam


tindakan keperawatan O : Pantau suhu dan tanda-tanda
selama 3x24jam vital sepenuhnya.
diharapkan masalah Mempertahankan
pada klien teratasi lingkungan yang sejuk
dengan kriteria hasil: dengan menggunakan
piyama dan selimut yang
1. Suhu tubuh normal
tidak tebal serta
pertahankan suhu ruangan
antara 22o dan 24 oC
N : fasilitasi istirahat dan
terapkan pembatasan aktivitas.
N : berikan obat atau cairan IV
(misalnya antipiuretik, agen anti
bakteri dan agen anti menggigil).
E : beritahu kepada kelurga
untuk memberikan kompres
hangat kepada klien jika
mengalami kenaikan suhu.
C : kolaborasikan dengan ahli
kesehatan lain jika suhu
meningkat.
3. Perilaku Setelah dilakukan Perawatan Penggunaan Zat
kesehatan tindakan keperawatan Terlarang
cenderung selama 1 x 30 menit O: Pantau penyakit menular
beresiko diharapkan masalah misalnya HIV/AIDS, TBC,
berhubungan pada klien teratasi mengobati dan memberikan
dengan kurang dengan kriteria hasil: bantuan untuk memodifikasi
pemahaman perilaku jika perlu.
Perilaku Promosi

13
Kesehatan N: Diskusikan pentingnya yntuk
tidak menggunakan zat
a. Mengerti tentang
terlarang, identifikasi tujuan
informasi yang
perawatan yang paling ideal
didapatkan
(misalnya sama sekali tidak
b. Menghindari
menggunakan, ketenangan hari
penggunaan narkoba
demi hari)
a.
N: instruksikam keluarga
mengenai gangguan penggunaan
narkoba dan disfungsi terkait
dan termasuk dalam
perencanaan dan aktivitas
pengobatan
E: informasikan klien bahwa
frekuensi dan volume
penyalahgunaan zat terlarang
bias mengakibatkan disfungsi
yang bervariasi antara satu orang
dengan orang lain.
C: bangun program multidisiplin
dengan baik (terapi rawat jalan
jangka pendek, program
detoksifikasi)

14
D. Implementasi Keperawatan
No. Tgl/
Implementasi TTD
Dx Jam
1 25 Maret
2019
10.00 1. Mengukur tanda-tanda vital
diantaranya Tekanan
Darah,Nadi,Pernafasan dan Suhu
10.15 2. Memeriksa membran mukosa dan
respon haus
10.20 3. Memeriksa turgor kulit dengan
sedikit mencubit bagian kulit
tangan
10.30 4. Ajarkan klien untuk mengetahui
kondisi tubuh yang kekurangan
cairan atau dehidrasi
10.35 5. Konsultasi ke dokter jika
pengeluaran urin kurang dari
0.5mh/kg/jam atau asupan cairan
orang dewasa kurang dari 2000
dalam 24jam.
2 25 Maret
2019
10.40 1. Memantau suhu dan tanda-tanda
vital sepenuhnya
10.45 2. Mempertahankan lingkungan
yang sejuk dengan menggunakan
piyama dan selimut yang tidak
tebal serta pertahankan suhu
ruangan antara 22o dan 24 oC

15
10.50 3. Memfasilitasi istirahat dan
menerapkan pembatasan aktivitas
11.00 4. Memberikan obat atau cairan IV
(misalnya antipiuretik, agen anti
bakteri dan agen anti menggigil).
11.10 5. Memberitahu kepada kelurga
untuk memberikan kompres
hangat kepada klien pada bagian
dahi
11.30 6. kolaborasikan dengan ahli
kesehatan lain jika suhu
meningkat.
3 25 Maret
2019
13.00 1. Memantau penyakit menular
misalnya HIV/AIDS, TBC,
mengobati dan memberikan
bantuan untuk memodifikasi
perilaku jika perlu.
13.10 2. Mendiskusikan pentingnya untuk
tidak menggunakan zat terlarang
13.15 3. Menginstruksikan keluarga
mengenai gangguan penggunaan
narkoba
13.20 4. informasikan klien bahwa
frekuensi dan volume
penyalahgunaan zat terlarang bias
mengakibatkan disfungsi yang
bervariasi antara satu orang
dengan orang lain.
13.30 5. Membangun program

16
multidisiplin dengan baik

E. Evaluasi Keperawatan
No
Tanggal / Jam Evaluasi TTD
DX
1 28 Maret 2019 S : Pasien mengeluh masih diare
10.00 O : turgor kulit buruk, mukosa
kering, serta terdapat
stomatitis.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
2 28 Maret 2019 S : Pasien mengeluh demam
10.40 O : Pasien teraba panas
Suhu : 380 C
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
3 25 Maret 2019 S :Pasien mengerti tentang
13.30 kondisinya saat ini

O : pasien terlihat mengerti akan

informasi yang didapatkan

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan

17
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
HIV/AIDS menvebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia.
Akibat menurunnya kekebalan tubuh maka orang dengan HIV/AIDS
sangat mudah terkena berbagai penyakit infeksi yang sering berakibat
fatal. Kasus baru infeksi HIV terus meningkat di antara para pengguna
narkoba (Narkotika dan obat berbahaya lainnya) khususnya pada
pengguna narkoba dengan jarum suntik. Penggunaan jarum suntik yang
bergantian sangat rentan bagi terjangkitnya HIV/AIDS pada pengguna
narkoba. Pengguna sering sekali tidak menyadari bahayanya HIV/AIDS.
Setelah dinyatakan HIV positif, penderita menghadapi masalah yang
berhubungan dengan penyakit tersebut. Seperti akibat dari gejala penyakit
HIV/AIDS itu sendiri (demam, diare, lemas, batuk hingga TBC dan
hepatitis, serta penyakit oportunis lain yang membutuhkan waktu yang
lama bahkan sangat lama daripada orang tanpa HIV/AIDS

B. Saran
Sebagai seseorang yang akan memberikan asuhan keperawatan, perawat
sebagai tenaga kesehatan sebaiknya mampu menguasai konsep Asuhan
Keperawatan anak dan remaja dengan HIV/AIDS agar dapat memberikan
asuhan keperawatan dengan maksimal.

18

Anda mungkin juga menyukai