Anda di halaman 1dari 9

TUGAS PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA

“DIVERSITY DALAM MASYARAKAT”

Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem informasi Keperawatan

Dosen Pembimbing :

Disusun oleh

Program Studi Ners

Eko Jaeni

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN

JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG

2019
A. Pengertian Keberagaman Menurut Para Ahli
Keberagaman atau diversity semula dipergunakan dalam pengertian
secara umum sebagai pernyataan bervariasi (Chris Speechley dan Ruth
Weatley, 2001: 4). Namun, keberagaman kemudain berkemabang dan
dipergunakan untuk menjelaskan terdapatnya variasi di tempat pekerjaan,
karena dalam suatu organisasi terdapat orang dengan berbagai latar belakang
dan budaya.
Frederick A. Miller dan Judith H. Katz (2002: 198) berpendapat bahwa
keberagaman merupakan tentang identitas sosial kelompok yang meliputi
suatu organisasi. Mereka menyatakan pula bahwa terminologi keberagaman
atau diversity sering salah dipergunakan, dengan saling mempertukarkan
dengan pengertian affirmative action, equal employment opportunity, dan
inclusion, karena masing-masing mempunyai makna sendiri yang unik.
R. Roosevelt Thomas, Jr. (2006: 93) sendiri mengakui bahwa
pandangannya sendiri tentang definisi keberagaman mengalami evolusi. Pada
1970-an, dia memandang keberagaman sebagai perbedaan fungsional. Pada
1984-1985 keberagaman diartikan sebagai semua perbedaan tenaga kerja,
ditambah dengan isyarat tentang perbedaan di luar tenaga kerja. Sementara
itu, antara 1996-2000, keberagaman menunjukkan setiap bauran semua hal
yang ditandai oleh perbedaan dan kesamaan. Akhirnya pada 2001-2005 dia
sampai suatu pandangan bahwa keberagaman menunjukkan bauran dari
perbedaan, kesamaan, dan tegangan yang dapat terjadi di antara elemen
bauran yang bersifat pluralistik.
Dari uraian tersebut di atas, tampak bahwa cara para ahli
mengungkapkan pengertian keberagam sangat bervariasi, namun
menunjukkan adanya persamaan. Keberagaman menyangkut aspek yang
sanagt luas, dapat dilihat dari tingkatannya dan faktor yang
mempengaruhunya. Keberagamn dapat terjadi pada tingkat individu,
kelompok, organisasi, komunitas, dan masyarakat. Keberagaman juga sangat
dipengaruhi oleh latar belakang demografis dan budaya sumber daya
manusia, kondisi lingkungan internal tempat kerja dan kondisi eksternal
masyarakat yang dihadapi.
Dengan demikian, dapat dirumuskan pengertian keberagaman sebagai
variasi dari berbagai macam kombinasi elemen demokrafis sumber daya
manusia, organisasional, komunitas, masyarakat, dan budaya. Adapun
keberagaman budaya adalah merupakan variasi kombinasi budaya sumber
daya manusia di dalam organisasi, komunitas, atau masyarakat.
B. Perlunya Memahami Keberagaman
Kondisi lingkungan eksternal dan internal organisasi telah bayak
mengalami perubahan. Perubahan telah terjadi dalam konteks sosial,
perubahan di tempat kerja dan perubahan organisasi. Birokrasiyang telah
memberikan sumbangan besar dalam pencapayan tujuan organisasi pada
masa yang lalu, dirasakan tidak lagi mencukupi kebutuhan. Keberagaman
diharapkan dapat menjadi alternatif yang dapat menghapus kekurangan
biroksasi dalam menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi.
Namun demikian,dengan penerapan keberagaman tidak berarti bebas dari
masalah.pemahaman tentang makna keberagaman dan kemampuan mengelola
keberagaman perlu ditingkatkan secara berkelanjutan.
C. Keberagaman Dalam Organisasi
Keberagaman dalam budaya organisasi ditunjukkan oleh adanya ciri-ciri
tertentu. Dalam suatu organisasi yang dapat menerima keberagaman akan
menunjukkan terdapatnya ciri-ciri sebagai berikut (Chris speechley dan Ruth
Wheatley, 2001:9).
a. Minoritas Etnik
Pengertian menoritas diantara berbagai negara dapat berbeda. Di
amerika serikat kelompok minoritas dapat diartikan penduduk pendatang
yang jumlahnya kecil, seperti kaum kulit hitam atau negro, kaum kulit
kuning dari china dan vietnam, kaum kulit merah suku indian yang
merupakan penduduk asli amerika, kaum pendatang dari amerika latin
dan seterusnya.
Kaum minoritas pada umumnya mempunyai ikatan budaya yang
kuat dalam upaya mempertahankan diri untuk bertahan. Mereka menjadi
pesaing karena pada umumnya lebih ulet dan bersedia diberi upah lebih
rendah. Perbedaan ini mencerminkan terjadinya diskriminasi dan di
beberapa negara mereka mendapatkan perlindungan hukum terhadap
perlakuan diskriminatif tersebut.
b. Glass Ceiling
Dalam bernagai organisasi yang menjalankan diskriminasi sering
terjadi yang dinamakan Glass Ceiling Effect. Kaum minoritas sering
tidak atau sedikit sekali terwakili dalam posisi penting organisasi.
Dengan demikian, tenaga kerja berasal dari kelompok minoritas,
walaupun mempunyai kelebihan sering tidak mendapatkan posisi
penting. Hal yang sama dapat terjadi pada tenaga kerja wanita.
Sebenarnya hal tersebut bersifat merugikan dilihat dari segi kinerja
organisasi.
c. Pekerja Wanita
Tenaga kerja wanita pada dasarnya sudah mendapatkan
kesempatan yang sama dengan tenaga kerja pria. Perkembangan tenaga
kerja wanita di indonesia telah tumbuh dengan cepat. Namun, masih
terdapat kenyataan tentang perbedaan masalah dan hambatan yang
dihadapi tenaga kerja wanita dibandingkan pria.
d. Kelompok Tuna Daksa
Manajemen keberagaman yang menyangkut kelompok tuna daksa
dapat besifat tuna daksa sebagai pekerja atau sebagai pelanggan. Secara
teoretik kesempatan dapat diberikan sama kepada kelompok ini. Namjun,
secara operasional terdapat pekerjaan tertentu yang tidak mungkin
dilakukan oleh mereka atas dasar kelemahan fisiknya. Disamping itu,
dirasakan masih adanya faktor psikologis yang dapat menghambat
penggunaan tenaga kerja yang menyandang kekurangan fisik tersebut.
Namun arah yang harus ditempuh adalah memberikan kesempatan
seluas-luasnya sepanjang memiliki kemampuan sesuai dengan kebutuhan
pekerjaan.
e. Kelompok Umur
Kebajakan terhadap kelompok umur dapat berbeda di antara
negara tergantung struktus kependudukannya. Negara dengan penduduk
muda dalam jumlah besar mungkin menempuh memberikan pensiun
lebih cepat bagi kelompok tau, sehingga kelompok kerjanya segera bisa
diisi oleh kelompok muda. Namun, apabila struktur kependudukan muda
lebih rendah, mungkin dapat memberikan masa kerja lebih panjang bagi
kelompok tua.

D. Asas Manajemen Keberagaman


Terdapat lima asas untuk memahami dan mempromusikan efektifitas
untuk menguasai keberagaman yang secara bersama-sama mendasari
kerangka kerja pengambilan keputusan. Kelima asas tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut ( R. Roosevelt Thomas, Jr., 2006: 119) .
1. Harus dibangun pemahaman bersama tentang konsep inti
2. Konteks adalah kunci
3. Usaha keberagaman harus “requirements driven”
4. Aspirasi keberagaman individu dan perusahaan harus dipertimbangkan
5. Perusahaan dan individu harus menerapakan “strstegic driversity
E. Mengelola Keberagaman
Keberagaman bukanlah konsep abstrak, dapat terlihat setiap hari, di
setiap organisasi, di mana dua orang atau lebih terikat dalam aktivitas
bersama. R. Roosevelt Thomas, Jr. (2006: 101) mengemukakan adanya lima
konsep dasar manajemen keberagaman; manajemen keberagaman strategis
adalah keahlian yang dapat dipelajari; tegangan keberagaman adalah wajar;
menjadi “ diversity challenged” tidak menjadi orang buruk; dan menjadi
diversity capable adalah menjadi tujuan.
1. Pemahaman penegrtian keberagaman
2. Manajemen keberagaman strategi adalah keahlian yang dapat
dipelajari
3. Tegangan keberagaman adalah wajar
4. Menjadi “diversity challanged” tidak berarti menjad orang buruk
5. Menjadi “ deversity capable” adalah tujuan
F. Perspektif Keberagaman
Perspektif keberagaman ditandai oleh meningkatnya minat orang
terhadap manajemen keberagaman, dan meningkatnya keberagaman tentang
pentingnya budaya terbuka. Untuk itu di perlukan belajar mengenai
keberagaman dari pengalaman sebelumnya, baik dalam kebaikan maupun
kekurangannya. Pengelolaan keberagamn budaya diperlukan untuk
mempertahankan kerja yang telah ada meupun dalam mendapatkan pekerja
baru.

G. Minat Terhadap Keberagaman


Manajemen keberagaman secara komparatif merupakan bidang baru
dengan keahlian perkembangan secara gradual melalui pengalaman. Banyak
alasan orang untuk menaruh minat dalam masalah keberagaman, tetapi
terutama difokuskan pada masalah sebagai berikut (Chris Speechley dan Ruth
Wheatley, 2001: 17).

H. Manfaat budaya terbuka


Keterbukaan merupakan kunci bagi budaya keberagaman. Organisasi
dengan budaya terbuka menciptakan iklim yang lebih hidup, bersahabat,
spontan dan kegembiraan. Orang lebih banyak tertawa dan lebih siap untuk
mengajukan pertanyaan, lebih siap untuk menyampaikan masalah. Dalam
budaya keberagaman, orang merasa dapat berbicara dengan jujur,
mengharapkan untuk di dengar dan melakukan tindakan berkaitan dengan
masalah di pekerjaan.
I. Masalah Keberagaman
Pendekatan tradisional keberagaman penting memerhatikan,
menciptakan siklus krisis, pengenalan masalah, tindakan, harapan besar,
kekecewaan, istirahat, dan memperbarui krisis. Kebanyakan manajer merasa
bahwa mereka berputar dalam siklus.
Sekarang, dengan perubahan besar, tanpa harapan berlebihan, tetapi
mereka masih menghadapi kebuntuan, tetap berputar dalam siklus. R.
Roosevelt Thomas, Jr. (2006: 70) memaknai organisasi yang mengalami
stuck atau kebuntuan masih dapat memperoleh kemajuan, namun tidak dapat
mencapai tujuan yang diharapkan.

J. Terobosan Implementasi Keberagaman


Pemahaman dan kebijaksanaan tentang keberagaman menjadi kurang
berarti apabila tidak dapat diimplementasikan. Implementasi keberagaman
memerlukan lebih dari sekedar menggunakan tenaga kerja yang beragam.
Perubahan radikal juga diperlukan dalam struktur dan budaya, baik dalam
kebijaksanaan dan peraktik, keterampilan dan gaya para pemimpinya, dan
interaksi sehari-hari diantara pekerjanya (frederick A. Miller dan judith H.
Katz, 2002: 1).
Banyak organisasi gagal membuat perubahan karena perubahan
tampak terlalu radikal. Organisasi nsemacam ini tidak akan dapat bertahan.
Bagi banyak orang dan kebanyakan organisasi, keberagaman tampak seperti
suatu persoalan dan buku merupakan solusi. Hal tersebut terjadi karena
perbedaan dihindari, tetapi tidak dirangkul dan dimanfaatkan. Hirarki lama,
tradisi dan biasa seharusnya jangan dipertanyakan atau diuji. Untuk membuat
perubahan dirangkul dan mengkapitalisasi keberagaman akan memerlukan
terobosan yang benar, yang dinamakan inclusion breakthrough (frederick A.
Miller dan judith H. Katz, 2002: 1).

K. Keterampilan manajemen keberagaman


Ada tiga macam keterampilan manajemen keberagaman yang
diperlukan untuk menguasai keahlian manajeman keberagaman strategis (R.
Roosevelt Thomas, Jr., 2006: 154), yaitu:
a. Mampu mengenal diversity mixture
b. Mempertimbangkan apakah diperlukan tindakan.
c. Memilih dan menggunakan tindakan yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA

http://dinkkk.blogspot.com/2012/11/makalah-keanekaragaman-budaya-
dan.html
http://6inggris2cujangdeni.blogspot.com/2015/02/memahami-
keragaman.html
http://werdiati.blogspot.com/2014/09/sebaran-keragaman-budaya.html

Anda mungkin juga menyukai