Anda di halaman 1dari 5

Apa itu DESA SIAGA ?

A. Pengertian

Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan serta kemauan untuk untuk mencegah dan mengatasi masalah
kesehatan, bencana, dan kegawadaruratan, kesehatan secara mandiri. Desa yang dimaksud di sini
adalah kelurahan atau istilah lain bagi kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas – batas
wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan yang diakui dan dihormati
dalam Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Si (siap), yaitu pendataan dan mengamati seluruh ibu hamil, siap mendampingi ibu, siap menjadi
donor darah, siap memberi bantuan kendaraanuntuk rujukan, siap membantu pendanaan, dan bidan
wilayah kelurahan selalu siap memberi pelayanan.
A (antar), yaitu warga desa, bidan wilayah, dan komponen lainnya dengan cepat dan sigap
mendampingi dan mengatur ibu yang akan melahirkan jika memerlukan tindakan gawat darurat.
Ga (jaga), yaitu menjaga ibu pada saat dan setelah ibu melahirkan serta menjaga kesehatan bayi
yang baru dilahirkan.

B. Tujuan

1. Tujuan umum desa siaga adalah terwujudnya masyarakat desa yang sehat, peduli, dan tanggap
terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya.
2. Tujuan khususnya adalah sebagai berikut.
a. Peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan.
b. Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap risiko dan bahaya yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah, kegawadaruratan dan sebagainya)
c. Peningkatan kesehatan lingkungan di desa. Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat
desa untuk menolong diri sendiri di bidang kesehatan.

C. Ciri – ciri pokok desa siaga


a. Minimal Memiliki pos kesehatan desa yang berfungsi memberi pelayanan dasar ( dengan
sumberdaya minimal 1 tenaga kesehatan dan sarana fisik bangunan, perlengkapan & peralatan alat
komunikasi ke masyarakat & ke puskesmas )
b. Memiliki sistem gawat darurat berbasis masyarakat
c. Memiliki sistem pembiayaan kesehatan secara mandiri
d. Masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat

D. Sasaran pengembangan desa siaga adalah mempermudah strategi intervensi, sasaran ini
dibedakan menjadi tiga yaitu sebagai berikut :

1. Semua individu dan keluarga di desa yang diharapkan mampu melaksanakan hidup sehat, peduli,
dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya
2. Pihak- pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan keluarga atau
dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut, seperti tokoh masyarakat
termasuk tokoh agama, tokoh perempuan dan pemuda, kader serta petugas kesehatan
3. Pihak-pihak yang diharapkan memberi dukungan memberi dukungan kebijakan, peraturan
perundang –undangan, dana, tenaga, sasaran, dll, seperti kepala desa, camat, pejabat terkait, LSM,
swasta, donatur, dan pemilik kepentingan lainnya.

E. Dalam pengembangan desa siaga akan meningkat dengan membagi menjadi empat kriteria.

1. Tahap bina. Tahap ini forum masyarakat desa mungkin belum aktif, tetapi telah ada forum atau
lembaga masyaratak desa yang telah berfungsi dalam bentuk apa saja misalnya kelompok rembuk
desa, kelompok pengajian, atau kelompok persekutuan do’a.
2. Tahap tambah. Pada tahap ini, forum masyarakat desa talah aktif dan anggota forum
mengembangkan UKBM sesuai kebutuhan masyarakat , selain posyandu. Demikian juga dengan
polindes dan posyandu sedikitnya sudah oada tahap madya.
3. Tahap kembang. Pada tahap ini, forum kesehatan masyarakat telah berperan secara aktif,dan
mampu mengembangkan UKBMsesuai kebutuhan dengan biaya berbasis masyarakat.Jika selama
ini pembiyaan kesehatan oleh masyarakat sempat terhenti karena kurangnya pemahaman terhadap
sistem jaminan,masyarakat didorong lagi untuk mengembangkan sistem serupa dimulai dari
sistem yang sederhana dan di butuhkan oleh masyarakat misalnya tabulin.
4. Tahap Paripurna,tahap ini,semua indikator dalam kriteria dengan siaga sudah terpenuhi.
Masyarakat sudah hidup dalam lingkungan seha tserta berperilaku hidup bersih dan sehat.

F. PENGEMBANGAN DESA SIAGA

Pengembangan desa siaga dilaksanakan dengan membantu/memfasilitasi/mendampingi


masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran melalui siklus atau spiral pemecahan masalah
yang terorganisasi dan dilakukan oleh forum masyarakat desa (pengorganisasian masyarakat),
yaitu dengan menempuh tahap berikut .
1. Mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, dan sumber daya, yang dapat dimanfaatkan untuk
mengatasi masalah.
2. Mendiagnosis masalah dan merumuskan alternatif pemecahan masalah.
3. Menetapkan alternatif pemecahan masalah yang layak merencanakan dan melaksanakannya.
4. Memantau, mengevaluasi, dan membina kelesatarian upaya yang telah dilakukan.
Dalam pengembangan desa siaga juga sangat diperlukan forum komunikasi masyarakat yaitu
terbagi menjadi empat money dan pelaporan, musyawarah mufakat desa, gerakan masyarakat desa,
survey mawas diri.
1) Pengembangan tim petugas
Langkah ini merupakan awal kegiatan, sebelum kegiatan lainnya dialaksanakan. Tujuan langkah
ini adalah persiapan para petugas kesehatan yang berada di wilayah puskesmas, baik petugas teknis
maupun petugas administrasi. Persiapan para petugas ini dapat berbentuk sosialisasi, pertemuan,
atau pelatihan yang bersiafat konsolidasi, yang di sesuaikan dengan kondisi setempat. Keluaran
atau out put dari langkah ini adalah para petugas yang memahami tugas dan fungsinya, serta siap
bekerja sama dalam satu tim untuk melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat.
2) Pengembangan tim di masyarakat
Tujaun langkah ini adalah mempersiapakan para petugas, tokoh masyarakat, dan masyarakat
(forum masyarakat desa ) agar mereka mengetahui dan mau bekerja sama dalam satu tim untuk
mengembangkan desa siaga. Langkah ini, termasuk kegiatan advokasi kepada para penentu
kebijakan, bertujuan agar mereka mau memberi dukungan, baik berupa kebijakan atau anjuran,
persejuan, dana, maupun sumber daya lain sehingga pengembangan desa siaga dapat berjalan
denag lancar. Penfdekatan pada tokoh – tokoh masyarakat bertujuan agar mereka memahami dan
mendukung ,khususnya dalam membentuk opini masyarakat guna menciptakan iklim yang
kondusif bgi pengembangan desa siaga.
3) Survei Mawas Diri
Survei Mawas Diri (SMD) atau telah mawas diri (TMD) atau Comunity Self Survei (CSS)
bertujuan agar tokoh masyarakat mampu melakukan telah mawas diri untuk desanya. Survei harus
dilakukan oleh tokoh-tokoh masyarakat setempat dengan bimbingan tenaga kesehatan.
Keluaran atau output dari SMD ini berupa identifikasi masalah kesehatan dan daftar potensi di
desa yang dapat di dayagunakan dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan tersebut,termasuk
dalam rangka membangun poskedes.
Bentuk :
-Curah Pendapat
-Pengisisan Kartu Mawas Diri
-Observasi lapangan dll
- Penyajian Data berupa : - Data masalah
- Data potensi

4) Musyawarah masyarakat desa


Tujuan penyelenggaraan musyawarah masyarakat desa (MMD) ini adalah mencari alternatif
penyelesaian,masalah kesehatan dan upaya membangun poskesdes di kaitkan dengan potensi yang
dimiliki desa.Disamping itu,untuk menyusun rencana jangka panjang pengembangan desa siaga.
Data serta temuan lain yang diperoleh pada saat SMD disampaikan,biasanya adalah daftar masalah
kesehatan,data potensi serta harapan masyarakat.Hasil pendataan tersebut dimusyawarahkan untuk
menentukan prioritas,serta langkah-langkah solusi untuk pengembangan poskesdes dan
pengembangan desa siaga.

G. Pelaksanaan Kegiatan

Secara operasional, pembentukan desa siaga dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut.

1. Pemilihan pengurus dan kader desa siaga. Pemilihan pengurus dan kader siaga dilakukan
melalui pertemuan khusus para pimpinan formal desa dan tokoh masyarakat
Serta beberapa wakil masyarakat pilihan dilakukansecara musyawarah dan mufakat, sesuai dengan
tata cara dan criteria yang berlaku dengan di fasilitasi oleh masyarakat.
2. Orientasi / pelatihan kader siaga.
Sebelum melaksanakn tugasnya, pengolahan dan kader desa yang telah ditetapkan perlu di beri
orientasi atau pelatihan. Orientasi / pelatihan di laksanakan oleh dinas kesehatan kabupaten / kota.
Materi orientasi / pelatihan mencakup kegiatan yang akan di laksanakan di desa dalam rangka
pembangunan desa siaga yang meliputi penolahan desa siaga secara umum, pembangunan dan
pengelolaan poskesdes, pembangunan dan pengelolaan UKBM lain, dan hal-hal penting lain yang
terkait seperti kehamilan dan persalinan sehat.
3. Pengembangan poskesdes dan UKBM lain. Dalam hal ini, pembangunan poskesdes dapat di
kembangkan dari polindes yang sudah ada. Dengan demikian, akan diketahui bagaimana
poskesdes tersebut diadakan, membangun baru dengan fasilitas dari pemerintah, membangun baru
dengan bantuan dari donator, membangun baru dengan swadaa masyarakat atau memodivikasi
bangun lain. Jika poskesdes sudah berhasil di selenggarakan, kegiatan di lanjutkan dengan UKBM
lain, seperti posyandu dengan berpedoman pada panduan yang berlaku.
4. Penyelenggaraandesa siaga. Dengan adanya poskesdes, desa yang bersangkutan telah di tetapkan
sebagai desa siaga. Setelah desa siaga resmi dibentuk, dilanjutkan dengan pelaksanaann kegiatan
poskesdes secara rutin, yaitu pengembanagan system surveilans berbasis nasyarakat,
pengembangan kesiap siagaan dan penanggulangan kegawat daruratan dan bencana,
pemberantasan penyakit(dimilai dengan 2 penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB),
penanggulangan masalah dana, pemberdayaan masyrakat menuju kadarsi dan PHBS, serta
penyehatan lingkungan.
5. Pembinaan dan peningkatan. Mengingat permasalahan kesehatan sangat dipengaruhi oleh kinerja
sector lain dan adanya keterbatasan sumber daya, maka untuk memajukan desa siaga, perlu adanya
pengembangan jejaring kesjasama dengan berbagi pihak perwujudan dari pengembangan jejaring
desa siaga dapat dilakukan melalui temu jejaring IKBM secara internal di dalam desa sendiri dan
atau temu jejaring antar desa siaga ( minimal sekali dalam setahun). Upaya ini selain memantapkan
kerjasama, juga diharapkan dapat menyediakan wahana tukar menukar pengalaman dan
memecahkan masalah yang dihadapi bersama. Pembinaan jejaring lintas sector juga sangat penting
, khususnya dengan program pembangunan yang bersasaran desa. Salah satu kunci keberhasilan
dan kelestarian desa siaga adalah keaktifan para kader.
H. Pembinaan Desa Siaga
Pembentukan desa siaga memerlukan tim lintas sector dan komponen masyarakat (LSM) untuk
melakukan pendampingan dan fasilitasi. Tim ini dibutuhkan ditingkat kecamatan, kabupaten,
kota, dan profinsi, yang bekerja berdasarkan surat keputusan camat , surat keputusan bupati atau
wali kota dan surat keputusan gubernur .
Untuk mengingat permasalahan kesehatan sangat di pengaruhi oleh kinerja sector lain dan adanya
keterbatasan sumber daya, maka untuk memajukan desa siaga, perlu adanya pengembangan
jejaring kerja sama denfan berbagai pihak. Perwujudan dari pengembangan jejaring desa siaga
dapat di lakukan melalui temu jejaring UKBM secara internal di dalam desa sendiri dan atau temu
jejaring antar desa siaga ( minimal sekali dalam setahun. Salah satu kunci keberhasilan dan esa
siaga adalah ke aktifan para kader. Oleh karena itu, dalam rangaka pembinaan, perlu
dikembangkan upaya-upaya untuk memenuhi kebutuhan para kader agar tidak drop out. Kader-
kader yang memiliki motifasi memuaskan kebutuhan social psikologisnya harus di beri
kesempatan seluas-luasnya utuk mengembangkan kreatifitasnya. Sementara kader-kader yang
masih dengan pemenuhan kebutuhan dasarnya harus dibantu untuk memperoleh pendapatan
tambahan misalnya dengan pemberian gaji/ insentif atau fasilitas atau dapat berwira usaha.
Perkembangan desa siaga perlu di pantau dan di evaluai berkaitan dengan ini kegiatan-kegiatan
desa siaga perlu di catat oleh kader, misalnya dalam buku register UKBM (contohnya system
informasi posyandu ).
I. Indicator keberhasilan
Keberhasilan upaya pembangunan desa siaga dapat di lihat dari 4 kelompok indikatornya :
1. Indicator masukan adalah indicator untuk menukur seberapa besar masukan telah di berikan
dalam rangka desa siaga. Indicator masukan terdiri dari :
a. Ada / tidaknya forum masyarakat desa
b. Ada/ tidaknya sarana pelayanan kesehatan serta perlengkapan atau peralatannya
c. Ada/ tidaknya PKBM yang di butuhkan masyarakat.
d. Ada/ tidaknya tenaga kesehatan (minimal bidan )
e. Ada/ tidaknya kader aktif.
f. Ada/ tidaknya sarana pembangunan atau poskesdes sebagai pusat pemberdayaan masyarakat di
bidang kesehatan.
g. Ada/ tidaknya alat komunikasi yang telah lazim di pakai masyarakat yang di manfaatkan untuk
mendung pergerakan surveilans berbasis masyarakat ( misalkan kentongan, bedug )
2. Indikaor proses adalah indicator untuk menukur seberapa aktif upaya yang di laksanakan di sutu
desa dalam rangka pengembangan desa siaga. Indicator proses meliputi :
a. Frekuensi pertemuan forum masyarakat desa
b. Berfungsi atau tidaknya UKBM poskesdes
c. Ada/tidaknya pembinaan dari puskesmas PONED
d. Berfungsi atau tidaknya UKBM yang ada
e. Berfungsi atau tidaknya system kegawat daruratan dan penanggulangan kegawaat daruratn dan
bencana.
f. Ada/tidaknya kegiatan kunjungan rumah kadarsi dan PHBS.
g. Ada/ tidaknya deteksi dini gangguan jiwa di tingkat rumah tangga.
3. Indicator keluaran adalah indicator untuk menukur seberapa besar hasil kegiatan yang di capai di
suatu desa dalam rangka pengembangan desa siaga indicator keluaran meliputi :
a. Cakupan pelayanan kesehatan dasar ( utamanya KIA )
b. Cakupan pelyanan UKBM lain
c. Jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang ada dan di laporkan
d. Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah oleh kadarsi dan PHBS.
e. Tertanganinya masalah kesehatan dengan respon tepat.
4. Indicator dampak adalah indicator untuk mengukur seberapa besar dampak dari kegiatan desa
dalam rangka pengembangan desa siaga indicator proses meliputi
a. Jumlah penduduk yang menderita sakit
b. Jumlah ibu melahrkan yang meninggal dunia
c. Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia
d. Jumlah balita dengan gizi buruk
e. Tidak terjadinya KLB penyakit
f. Respon cepat masalah kesehatan

Anda mungkin juga menyukai