Anda di halaman 1dari 10
KEPUTUSAN REKTOR UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA NOMOR 468 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK DOSEN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA REKTOR UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Menimbang a. bahwa untuk menjaga marwah dan karakter dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berakhlak mulia, taat beragama, kompetitf, profesional, dan berintegritas tinggi, perlu adanya usaha yang terencana’dan maksimal dalam kehidupan kampus dan pemeliharaan Kondisi ingkungan sosialnya, b. bahwa berdasar pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a perlu menyusun Kode Etik Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan Keputusan Rektor Mengingat_ 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi; 4, Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2009 tentang Dosen 5, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi; 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaani 7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; 8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; 9. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2002 tentang Perubahan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta; 10 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang —_Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi; 11 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2014 tentang Perubahan Bentuk Perguruan Tinggi Keagamaan; 12 Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi; 13 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia _Nomor 42/KMK.05/2008 tentang Penetapan Universitas Isiam_ Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada Departemen Agama Sebagai Instansi Pemerintah yang menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum 14 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; 15. Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014 tentang Statuta UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; 16. Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam _ Nomor: Dj.1/255/2007 tentang Tata Tertib Mahasiswa Perguruan Tingai ‘Agama Islam. 17, Surat ketua Senat Universitas Nomor Un.01/SU/KP.07.1/69/2016 tanggal 8 Juni 2016 perthal Penyampaian Draft Peraturan Rektor tentang Kode Etik Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. MEMUTUSKAN: Menetapkan PERATURAN REKTOR UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TENTANG KODE ETIK DOSEN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KESATU + Memberlakukan Kode etik Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagaiamana teriampir dalam Lampiran Keputusan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini KEDUA + Keputusan ini berlaku mulai tanggal ditetapkan_ Ditetapkan di Jakarta Pada tanagal Juni 2016 Rosyada, MA 51987031003. Lampiran Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor :4¢? Tahun 2016 Tanggal : 16 Juni 2016 BABI KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan 1. Universitas adalah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; 2. Rektor adalah Rektor Universitas; 3. Dosen adalah Dosen Universitas, balk laki-laki maupun perempuan; 4. Kode Etik adalah seperangkat nilal balk dan buruk yang dituanokan secara tertulls sebagal acuan mengenai sikap, perkataan, perbuatan, perlaku, cara berpakaian dan berpenampllan yang dinarapkan bersama; 5. Kode Etik Dosen adalah Kode Etik Dosen Universitas; 6. Dekan adalah Dekan Fakultas pada Universitas; 7. Direktur adalah Direktur Sekolah Pascasarjana pada Universitas; 8, Mahkamah Etik Dosen Universitas adalah mahkamah yang dibentuk oleh Rektor untuk_memberikan saran/rekomendasi tentang sanksi bagi pelaku pelanggaran Kode Etik Dosen; 9, Mahkamah tik’ Dosen Fakultas/Sekolah Pascasarjana adalah mahkamah yang dibentuk oleh Dekan Fakultas/Direktur Sekolah Pascasarjana untuk memberikan saran/rekomendasi tentang sanksi bagi pelaku pelanggaran Kode Etik Dosen. 10. Pelanggaran Kode Etik Dosen adalah pelanggaran terhadap Kode Etik Dosen Universitas; 11, Pemeriksaan adalah usaha yang dllakukan Rektor atau Dekan Fakultas/Direktur Sekolah Pascasarjana atau pejabat yang ditunjuk dalam rangka mencari keterangan dan menemukan bukti-bukti permulaan pelanggaran Kode Etik Dosen setelah menerima laporan tertulls dugaan terjadinya pelanggaran Kode Etik Dosen; 12, Sanksi adalah hukuman yang ditetapkan oleh Dekan/Direktur atas rekomendasi Mahkamah EtIk Dosen Fakultas/Sekolah Pascasarjana atau oleh Rektor atas rekomendasi Makhamah Etik Dosen Universitas; 13, Pembelaan adalah upaya dosen di depan sidang Mahkamah Etik Dosen Fakultas/Sekolah Pascasarjana untuk mengajukan alasan-alasan, saksi-saksi yang meringankan dan atau membebaskannya dari sanksi; 14, Rehobiltasi adalah pernyataan pemulihan nama baik dan hakchak dosen yang telah dljatuhi sanksi atas pelanggaran Kode Etik Dosen dan dituangkan dalam Keputusan Rektor. BAB IL MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 Maksud diberlakukannya Kade Etik Dosen Universitas adalah untuk a. Menegakkan dan menjunjung tinggi ajaran Islam dalam kehidupan di kampus maupun kehidupan sehari-hati; b. memelihara akhlak mulia dalam kehidupan dosen; cc. memberikan landasan dan panduan kepada dosen dalam bersikap, berkata, berperilaku dan berkarya selama berbakti di Universitas; dd. menjamin terlaksananya pelayanan prima dan mutu Universitas Pasal 3 Tujuan diberlakukannya Kode Etik Dosen Universitas adalah a. Terciptanya suasana yang kondusif bagi berlangsungnya proses belajar mengajar di Universitas; b. terpeliharanya harkat, martabat, dan kewibawaan Universitas sebagai Perguruan Tinggi Islam; . berkembangnya semangat integrasi ilmu kelslaman dan ilmu lainnya yang dilandasi nilai-nilai keislaman, keadaban, kemanusiaan, kemoderenan, kebangsaan, dan keindonesiaan. . terwujudnya kempus Universitas sebagai wadah berkumpulnya sarjana_ yang berakhlak mulia, taat beragama, kompetitif, profesional, berkepemimpinan, dan berintegritas tingai. BAB IIT HAK DAN KEWAJIBAN Pasal 4 (1) Dosen Universitas mempunyai hak: a. Memperoleh gaji/imbalan atas pelaksanaan tugas yang dibebankan sesuai peraturan; b. mendapatkan pelayanan akademik dan administrasi sesuai peraturan yang berlaku, termasuk pelayanan bagi yang berkebutuhan khusus; «. menggunakan fasiitas yang tersedia secara bertanggung jawab; d, mengikuti kegiatan akademik dan non akademik dosen; fe. menyampaikan pendapat secara bebas, santun, damai, bertanggung jawab, dengan tetap menghormati hak-hak orang lain; f._memperoleh penghargaan atas karya dan prestasi; ‘g. memperoleh bantuan hukum dan perlindungan hukuny hh. memperoleh fasilitas kesejahteraan; i. bergabung dalam kegiatan lembaga serta organisasi profesi dan kellmuan; ji. mengundurkan diri sebagai dosen Universitas (2)Dosen Universitas mempunyai kewajiban: a. Beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, b. taat beribadah dan menjalankan ajaran agama; c. setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; menjunjung tinggi hukum Negara Kesatuan Rebublik Indonesia; ‘menjunjung tinggi akhlak mulia dengan penuh tanggung jawab; menjaga nama baik, harkat, dan martabat Universitas; ‘menjunjung tinggi nilai-nilal kemanusiaan; menjunjung tinggi nifal-nilal kejujuran, keterbukaan, objektivitas, kritis, kreatif, inovatif, berprestasi, tidak lekas quas, toleran, pandal bersosialisasi, santun, selalu menghormati Sesama manusia, dan selalu ingin mengembangkan iImu; berusaha untuk senantiasa berguna untuk agama, masyarakat, bangsa, negara dan kemanusiaan; k. menjalankan tugas-tugas sebagai dosen sesuai peraturan perundangan yang berlaku dengan semangat dan ikhias. BABIV BENTUK PELANGGARAN Pasal 5 Seorang dosen Universitas dinilal melakukan pelanggaran Kode EtIk Dosen apabila melakukan salah satu atau lebih dari perbuatan di bawah ini, balk di dalam maupun di luar kampus 1. Mengucapkan kata-kata kotor dan tidak sopan 2. mengucapkan kata-kata atau melakukan gerakan anggota tubuh yang menyerang atau menyakiti perasaan orang lain atau menimbulkan permusuhan; 3, melanggar standar busana, tata cara berbusana dan berpenampllan; 4, melakukan perbuatan yang mengganggu proses belajar mengajar, baik di dalam maupun di luar kelas; 5, melakukan perbuatan yang mengganggu ketertiban, kebersihan, keindahan, keamanan, dan kenyamanan kampus sesuai peraturan Universitas; 6. berdusta; 7. merokok'di gedung dalam kampus; 8. melakukan perbuatan yang mengakibatkan kebisingan, kegaduhan, dan keributan ‘yang mengganagu aktifitas Universitas; 9. menginap di dalam kampus; 10. _mencoret-coret tembok dan fasilitas kampus lainnya; 11, melakukan perbuatan yang bersifat fitnah, provokasi, dan agitasi; 42. berkelahi; 13. _melakukan perusakan sarana atau prasarana kampus; 44. berjudi; 15, melakukan penipuan; 16. memalsukan nilal atau dokumen akademik lainnya; 17. memalsukan dokumen; 18. menyontek atau beriaku curang; 19. mencemarkan nama baik seseorang atau lembaga, 20. mengancam atau menzalimi orang lain (bul); 21. berkhalwat dengan lain jenis; 22. berkhalwat dengan sesama Jenis dengan tujuan negatif; 23. melakukan pernikahan tanpa pencatatan oleh Petugas Pencatat Nikah; 24, -melakukan tindakan anarkis; 25. _membiarkan terjadinya pelanggaran Kode ‘Etk Dosen tanpa melaporken kepada pihak terkait; 26. menolak menjadi saksi atas perkara pelanggaran Kade Etik Dosen; 27. membiarkan terjadinya tindakan pidana; 28. melakukan perbuatan yang mengganggu ketenteraman dan ketertiban umum, kesehatan umum, moralitas umum, dan keamanan umum; 29. melakukan kolusi dan nepotisme; 30. _membawa atau menggunakan senjata tajam; 31. membawa atau menggunakan senjata api; 32. membawa atau menggunakan benda-benda yang dapat menggangu atau mengancam keselamatan diri senditi atau orang lain 33. memiliki, membawa, menyimpan, menyebarkan, memperdagangkan atau mempergunakan NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif) atau obat-obatan terlarang lainnya untuk citi sendiri atau orang lain di luar tujuan pengobatan yang sah sesuai resep/petunjuk dokter; 34. membawa atau: mengkonsumsi minuman keras atau minuman yang memabukkan; 35.__memalsukan tanda tangan; 36. melakukan plagiasi atau penfiplakan karya; 37. melakukan pencurian, perampasan, atau pemalakan; 38. melakukan korupsi; 39. melakukan perampokan atau pembegalan; 40. membawa atau menggunakan bahan peledak; 41. melakukan pergaulan bebas; 42. melakukan zina; 43. melakulkan tindakan asusila, baik dengan lawan jen's maupun sesama jenis; 44. melakukan aborsi atau membantu melakukan aborsi; 45, melakukan perkosaan atau membantu melakukan perkosean; 46. membunuh orang atau melakukan upaya pembunuhan atau membantu orang lain melakukan pembunuhan atau upaya pembunuhan; 47. melakukan teror} 48. terlibat dalam gerakan teror atau terorisme; 49. melakukan kekerasan fisik atau mental; 50. terlibat dalam ideologi terlarang; 51. terlibat dalam organisasi terlarang; 52. melakukan perbuatan pidana atau membantu terfadinya tindak pidana, 53. menjual, membell, mengagunkan, menyewa, menyewakan atau meminjemkan aset, dokumen, atau surat berharga milik Negara dan atau milik Universitas secara tidak sah; 54, menerima gratifikasi; 55, menghambat berjelannya tugas Universitas; 56, membocorkan atau memanfaatkan rahasia Negara atau Universitas yang diketahui karena kedudukan jabatan untuk kepentingan pribadl, golongan, atau pihak lain, 57. bertindak secara tidak profesional atau selaku perantara bagi pelaku usaha atau golongan untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau pihak lain; 58, melakukan pungutan tidak sah dalam bentuk apa pun juga dalam melaksanakan tugasnya, BABV KATEGORI SANKSI Pasal 6 (2) Sanksi pelanggaran Kode Etik Dosen bersifat akaderik dan non akademik ; (2)Sanksi pelanggaran Kode Etik Dosen terdiri atas: a. Sanksiringan, yaitu berupa teguran lisan atau tertuls; b. Sanksi sedang, yaitu berupa peniadaan hak memperoleh sebagian atau seluruh pelayanan akademik, administrasi dan kesejahteraan; ©. Sanksi berat, yaitu berupa pemecatan jabatan sebagei dosen atau statusnya sebagai dosen Universitas sesuai ketentuan yang berleku. Pasal 7 (1) Suatu perbuatan pelanggaran Kode Etik Dosen diberikan sanksi akademik ringan, sedang atau berat. (2) Svatu perbuatan pelanggaran Kode Etik Dosen yang juga merupakan pelanggaran pidana diberikan sanksi akademik, administrasi dan Kesejahteraan serta diproses sesuai hukum. (3)Suatu perbuatan pelanggaran Kode Etik Dosen kategori sanksi ringan, apabila ilakukan berulang-ulang atau dua perbuatan pelanggaran Kode Etik Dosen kategori sanksi ringan dilakukan sekaligus, maka akan naik menjadi pelanggaran Kategori sanksi sedang. (4)Suatu perbuatan pelanggaran Kode Etik Dosen kategori sanksi sedang, apabila dilakukan berulang-ulang atau dua perbuatan pelanggaran Kode Etik Dosen kategor! sanksi sedang cilakukan sekaligus, maka akan naik menjadi pelanggaran kategori ssanksi berat. BAB VI PENERAPAN KATEGORI SANKSI Pasal 8 (1)Pelanggaran Kode Etik Dosen sebagaimana disebut pada Pasal 5 nomor urut 1 sampai dengan 10 adalah pelanggaran kategor! sanksi ringan. (2)Pelanggaran Kode Etik Dosen sebagaimana disebut pada Pasal 5 nomor urut 11 ssampai dengan 26 adalah pelanggaran kategori sanksi sedang, (3)Pelanggaran Kode Etk Dosen sebagaimana disebut pada Pasal 5 nomor urut 27 sampai dengan 58 adalah pelanggaran kategori sanksi berat. BAB VIT PROSES PENETAPAN SANKSI Pasal 9 Penetapan sanksi atas pelanggaran Kode Etik Dosen dilakukan melalui tahapan sebagal berikut: (1) Pelaporan tertulis kepada Dekan/Direktur atau Rektor atas dugaan pelanggaran Kode Etik Dosen oleh sesama dosen, mahasiswa, karyawan, dan/atau pihak lain; (2) Pemeriksaan oleh Dekan/Direktur atau pejabat yang ditunjuk terhadap laporan dugaan terjadinya pelanggaran Kode Etik Dosen beserta bukti bukti permulaan dilakukan selambat-lambatnya 10 hari kerja setelah laporan dugaan pelanggaran Kode Etik Dosen diterima; (3) Pemeriksaan oleh Dekan/Direktur terhadap pelaku terduga pelanggaran Kode Etik Dosen dan saksi-saks! cllakukan selambat-lambatnya 22 hari kerja setelah diterimanya laporan dugaan terjadinya pelanggaran Kode Etik Dosen; (4) Pembuatan Berita Acora Pemeriksaan (BAP) oleh Dekan/Direktur selambat- lambatnya 29 hari Kerja setelah diterimanya laporan dugaan_ terjadinya pelanggaran Kode Etik Dosen; (5) Pembentukan dan pengangkatan Mahkamah Etik Dosen oleh Dekan/Direktur selambat-lambatnya 36 hari kerja setelah diterimanya laporan dugaan terjadinya pelanggaran Kode Etik Dosen; (6) Penyerahan Berita Acara Pemeriksaan oleh Dekan/Direktur kepada Mahkamah Etik Dosen Fakuitas/Sekolah Pascasarjana, selambat-ambatnya 43 harl kerja setelah diterimanya laporan dugaan terjadinya pelanggaran Kode Etik Dosen; (7). Petaksanaan pemeriksaan perkara oleh Mahkamah Etik Dosen selambat-lambatnya 50 hari kerja setelah diterimanya laporan dugaan terjadinya pelanggaran Kode Etik Dosen; (8) Penyampaian rekomendasi oleh Mahkamah Etik Dosen kepada Dekan/Direktur selambat-lambatnya 57 hari kerja setelah diterimanya laporan dugaan terjadinya pelanggaran Kode Etik Dosen; (9) Penetapan sanksi oleh Dekan/Direktur dengan surat keputusan_ selambat- fambatnya 64 hari Kerja setelah diterimanya laporan dugaan_ terjadinya pelanggaran Kode Etik Dosen; (10) Penyampaian surat keputusan penetapan sanksi kepada pelaku pelanggaran Kode tik Dosen selambat-lambatnya 71 hari kerja setelah diterimanya laporan dugaan terjadinya pelanggaran Kode Etik Dosen; (11) Pelaksanaan ketetapan sanksi oleh pelaku pelanggaran Kode Etk Dosen dan semua pihak terkait, Pasal 10 (1) Dosen yang telah mendapatkan ketetapan sanksi_ dengan keputusan Dekan/Direktur dapat mengajukan surat keberatan tertulls kepada Rektor dengan tembusan kepada Deken/Direktur, selambat-lambatnya 10 hari kerja setelah menerima surat keputusan tersebut; (2) Rektor atau pejabat yang ditunjuk melakukan pemeriksaan terhadap_ surat keberatan ketetapan sanksi pelanggaran Kode EtIk Dosen beserta bukti-buktinya, selambat-lambatnya 10 hari kerja setelah menerima surat keberatan tersebut; (3) Setelah Rektor menilai adanya alasan atau bukti baru bagi keberatan tersebut, dalam waktu 17 hari kerja setelah diterimanya surat keberatan, Rektor membentuk dan mengangkat Mahkamah Etik Dosen Universitas; (4) Penyerahan surat keberatan oleh Rektor kepada Mahkamah Etik Dosen Universitas, selambat-lambatnya 24 hari Kerja setelah diterimanya surat keberatan tersebut; (5) Pelaksanaan pemeriksaan perkara oleh Mahkamah Btik Dosen Universitas, tanpa menghadirkan dosen yang mengajukan keberatan dan saksi-saksi, selambat- lambatnya dalam 31 hari kerja setelah diterimanya surat keberatan; (6) Penyampaian rekomendasi oleh Mahkamah Etik Dosen Universitas kepada Rektor selambat-lambatnya dalam 38 hari kerja setelah diterimanya surat keberatan; (7) Penetapan diterima atau ditolaknya keberatan oleh Rektor dengan surat keputusan dengan tembusan kepada Dekan/Direktur, selambat-lambatnya dalam 45 hari kerja setelah diterimanya surat keberatan; (8) Penyampaian surat keputusan Rektor tentang ditolak atau diterimanya keberatan dimaksud kepada dosen yang mengajukan keberatan, selambat-lambatnya dalam 52 hari kerja setelah diterimanya surat keberatan; (9) Apabila berdasarken rekomendasi Mahkamah Etik Dosen bahwa surat keberatan diterima, Rektor mencantumkan di dalam surat keputusannya tentang rehabiltasi mama balk dan hak-haknya sebagai dosen. Pasal 11 (1). Dugaan pelanggaran Kode Etik Dosen dengan kategori sanksi ringan, dinyatakan kadaluarsa apabila 3 (tiga) bulan sejak terjadinya pelanggaran, laporan tertulis tidak diterima oleh Dekan/Direktur atau Rektor. (2) Dugaan pelanggaran Kode Etik Dosen dengan kategori sanksi sedang, dinyatakan kadaluarsa apabila pelaku dugaan pelanggaran tidak lagi berstatus sebagal dosen Universitas. (3) Dugaan pelanggaran Kode Etik Dosen Kategori berat tidak memiliki masa kadaluarsa. (4) Dugaan pelanggaran Kode Etik Dosen kategori sanksi ringan, sedang atau berat yang merupakan bagian dari tindak pidana dinyatakan kadaluarsa sesual ketentuan hukum pidana, BAB VIII SIDANG MAHKAMAH ETIK DOSEN Pasal 12 (2) Keanggotaan Mahkamah Etik Dosen diangkat dari anggota Komisi Etlk Senat Fakultas/Sekolah Pascasarjana atau Senat Universitas dan pejabat yang ditunjuk oleh Dekan/Direktur atau Rektor. (2) Mahkamah Etik Dosen bersidang secara tertutup, dengan menghadirkan terduga pelaku pelanggaran Kode Etik Dosen dan saksi-saksi untuk sidang Mahkamah Etk Dosen Fakultas/Sekolah Pascasarjana. (3). Terduga pelaku pelanggaran Kode Etik Dosen diberi kesempatan pemibelaan dalam sidang Mahkamah Etik Dosen dengan mengemukakan informasi, argumen, atau saksi_yeng meringankan dalam sidang Mahkamah Etik Dosen Fakultas/Sekolah Pascasarjana. BABIX MONITORING DAN EVALUAST Pasal 13, (1) Ketua Senat Fakultas/Sekolah Pascasarjana bersama Ketua Komisi Etik Senat Fakultas/Sekolah Pascasarjana_melakukan monitoring pelaksanaan penanganan perkara pelanggaran Kode Etik Dosen pada tingkat Fakultas/Sekolah Pascasarjana, (2) Ketua Senat Universitas bersama Ketua Komis| Euk Senat Universitas melakukan monitoring pelaksanaan penanganan masalah pelanggaran Kode Etik Dosen pada tingkat Universitas; (3) Ketua Senat Fakultas/Sekolah Pascasarjana bersama Ketua Komisi Etik Senat Fakultas/Sekolah Pascasarjana menyelenggarakan forum atau rapat. evaluas! pelaksanaan tugas-tugas Mahkamah Etik Dosen Fakultas/Sekolah Pascasarjana sekurang-kurangnya sekali dalam setahun; (4) Ketua Senat Universitas bersama Ketua Komisi Etk Senat Universitas menyelenggarakan forum atau rapat evaluasi pelaksanaan tugas-tugas Mahkamah tik Dosen Universitas paling kurang setahun sekall. BABX ANGGARAN Pasal 14 (1) Dekan/Direktur menyediakan anggaran yang memadai bagi pelaksanaan seluruh tahapan kegiatan penanganan masalah pelanggaran Kode Etik Dosen di tingkat Fakultas/Sekolah Pascasarjana; (2) Rektor menyediakan anggaran yang memadai bagi pelaksanaan seluruh tahapan kegiatan penanganan masalah pelanggaran Kade Etik Dosen di tingkat Universitas. BAB XI PENUTUP. Pasal 15 Hal-hal yang bersifat teknis dan belum cukup diatur dalam Peraturan ini, ditetapkan lebih lanjut dalam Keputusan Rektor Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal,té Juni 2016

Anda mungkin juga menyukai