Anda di halaman 1dari 17

PEMBUKA

A.Latar Belakang
Setiap insan memiliki potensi yang sama untuk menguasai bahasa. Proses dan sifat
penguasaan bahasa setiap orang berlangsung dinamis dan melalui tahapan berjenjang. Manusia
mengawali komunikasinya dengan dunia sekitarnya melalui bahasa tangis. Seorang bayi melatih
bahasa tersebut dengan mengkomunikasikan segala kebutuhan dan keinginannya. Sejalan dengan
perkembangan kemampuan serta kematangan jasmani terutama yang berkaitan dengan proses
bicara, komunikasi tersebut makin meningkat dan meluas, Misalnya, dengan orang di sekitarnya,
lingkungan dan berkembang dengan orang lain yang baru dikenal dan bersahabat dengannya.
Perkembangan bahasa tersebut selalu meningkat sesuai dengan meningkatnya usia anak..
Perkembangan bahasa pada anak-anak sangat penting karena anak dapat mengembangkan
kemampuan sosialnya (social skill) melalui berbahasa. Melalui bahasa, anak dapat
mengekspresikan pikirannya menggunakan bahasa sehingga orang lain dapat menangkap apa yang
dipikirkan oleh anak dan menciptakan suatu hubungan sosial. Pada saatnya anak akan dapat
berkembang dan tumbuh menjadi pribadi yang bahagia karena dengan mulai berkomunikasi
dengan lingkungan, bersedia mcmberi dan menerima segala sesuatu yang terjadi di
lingkungannya. Proses perkembangan tersebut melalui berbagai tahapan-tahapan perkembangan
bahasa anak, mulai kanak-kanak sampai dengan penguasaan usia sekolah. Dalam tahapan
penguasaan bahasa inilah peran orang tua sebagai orang terdekat sangat dibutuhkan. Orang tua
sebaiknya selalu memperhatikan perkembangan tersebut, sebab pada masa ini sangat menentukan
prosesseorang anak dalam bersosialisasi maupun belajar.

B.Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian perkembangan bahasa ?
2. Bagaimanakah perkembangan bahasa pada anak ?
3. Teori apa saja yang mendukung perkembangan bahasa pada anak ?
4. Apa saja tahapan perkembangan bahasa pada anak ?
5. Apakah faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak ?
6. Apa implementasi perkembangan bahasa pada anak terhadap pendidikan ?
BAB II
PEMBAHASAN
1.Pengertian Perkembangan Bahasa
Bahasa dalam bahasa inggris berarti language, Dalam bukunya, Berko Gleason mengungkapkan
Language has been hailed as the hallmark of humanity, the ability that separates humans from
animals (Berko-Gleason, 1997). As humans in society, we use our language ability continuously to
embrace ideas, share our feelings, comment on the world, and understand each other’s minds.
Language can be defined as an organized system of arbitrary signals and rule-governed structures
that are used as a means for communication. Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi
dengan orang lain. Bahasa merupakan faktor hakiki yang membedakan manusia dengan hewan.
Bahasa erat kaitannya dengan perekembangan berfikir individu. Perkembangan berfikir individu
tampak dalam perkembangan bahasanya yaitu kemampuan membentuk pengertian, menyusun
pendapat dan menarik kesimpulan.
Banyak orang yang mempertukarkan penggunaan istilah “bicara” (speech) dengan bahasa
(language), meskipun kedua istilah tersebut sebenarnya tidak sama. Bahasa mencakup setiap
sarana komunikasi dengan menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna
kepada orang lain. Termasuk didalamnya perbedaan bentuk komunikasi yang luas seperti: tulisan,
bicara, bahasa symbol, ekspresi muka, isyarat, dan seni. Bicara adalah bentuk bahasa yang
menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud. Karena
bicara merupakan bentuk komunikasi yang paling efektif, penggunaannya paling luas dan paling
penting. Berbicara merupakan alat komunikasi terpenting dalam berkelompok. Anak belajar
bagaimana berbicara dengan baik dalam berkomunikasi dengan orang lain. Bertambahnya
kosakata yang berasal dari berbagai sumber menyebabkan semakin banyak perbendaharaan kata
yang dimiliki. Anak mulai menyadari bahwa komunikasi yang bermakna tidak dapat dicapai bila
anak tidak mengerti apa yang dikatakan oleh orang lain. Hal ini mendorong anak untuk
meningkatkan pengertiannya.
Sementara pengertian perkembangan atau dalam bahasa inggrisnya development merupakan suatu
proses yang pasti dialami setiap individu, perkembangan ini adalah bersifat kualitatif dan
berhubungan dengan kematangan serta sistematis.
Syamsu Yusuf dalam bukunya mendefinisikan perkembangan sebagai perubahan yang progress
dan kontinyu dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati. Yang mana aspek-aspek dari
perkembangan meliputi : fisik, intelegensi, emosi, bahasa, sosial, kepribadian, moral dan
kesadaran beragama.

2.Perkembangan Bahasa pada Anak


Bahasa merupakan alat komunikasi bagi setiap orang, termasuk anak-anak. Bahasa yang pertama
dikenali anak adalah bahasa ibu. Maka dari itu pemerolehan bahasa merupakan proses yang
berlangsung didalam otak seorang anak-anak ketika ia memperoleh bahasa pertamanya atau
bahasa ibunya. Agar dapat berbahasa dengan baik dan lancar , anak-anak memerlukan latihan
yang intensif dan bertahap. Hal ini sesuai dengan pendapat Soenyono Darjowidjojo (Tarigan
dkk.,1998) bahwa pemerolehan bahasa anak itu tidaklah tiba-tiba atau sekaligus, tetapi bertahap.
Kemajuan kemampuan berbahasa mereka berjalan seiring dengan perkembangan fisik, mental,
intelektual, dan sosialnya. Oleh karena itu, perkembangan bahasa anak ditandai oleh suatu
rangkaian kesatuan yang bergerak dari bunyi-bunyi atau ucapan yang sederhana menuju tuturan
yang lebih kompleks. Perkembangan bahasa anak itu dipengaruhi oleh bakat bawaan, lingkungan
atau faktor lain yang menunjang, yaitu perkembangan fisik dan intelektual. Kemampuan
berbahasa sangat penting bagi anak-anak karena anak-anak akan dapat mengembangkan
kemampuan sosialnya melalui berbahasa. Keterampilan bergaul dalam lingkungan sosial dimulai
dengan penguasaan kemampuan berbahasa. Melalui bahasa, anak dapat mengekspresikan pikiran,
sehingga orang lain memahaminya dan menciptakan suatu hubungan sosial. Jadi, tidaklah
mengherankan bahwa bahasa dianggap sebagai salah satu indikator kesuksesan seorang anak.

3.Teori-teori perkembangan bahasa pada anak


Berbagai pendapat tentang teori pengembangan bahasa dikemukakan oleh para ahli. Pemahaman
akan berbagai teori pengembangan bahasa dapat memengaruhi penerapan metode implementasi
terhadap pengembangan bahasa anak. Beberapa teori mengenai hal ini antara lain:
3.1 Teori Behaviorisme
Kaum behaviorisme menerangkan bahwa proses pemerolehan bahasa pertama dikendalikan dari
luar diri si anak, yaitu oleh rangsangan yang diberikan melalui lingkungan. Istilah bahasabagi
kaum behaviorisme dianggap kurang tepat karenan istilah bahasa itu menyiaratkan suatu wujud,
sesuatu yang dimiliki atau digunakan, dan bukan sesuatu yang dilakukan. Padahal bahasa itu
merupakan salah satu perilaku, di antara perilaku-perilaku manusia lainnya. Menurut kaum
behaviorisme kemempuan berbicara dan memehami bahasa oleh anak diperoleh melalui
rangsangan dari lingkungannya. Anak dianggap sebagai penerima pasif dari tekanan
lingkungannya, tidak memiliki peranan yang aktif di dalam proses perkembangan perilaku
verbalnya. Bahkan kaum behaviorisme tidak mengakui kematangan anak dalam pemerolehan
bahasa. Kaum behaviorisme tidak mengakui pandangan bahwa anak menguasai kaidah bahasa dan
memiliki kemempuan untuk mengabstrakkan cirri-ciri penting dari bahasa di lingkungannya.
Mereka berbendapat rangsangan (stimulus) dari lingkungan tertentu memperkuat kemempuan
berbahasa anak. Perkembangan bahasa mereka pandang sebagai suatu kemajuan dari
pengungkapan verbal yang berlaku secara acak sampai ke kemampuan yang sebenarnya untuk
berkomunikasi memalui prinsip pertalian S – P (stimulus – respon) dan proses peniruan-peniruan.
Skinner, mendefinisikan bahwa pembelajaran dipengaruhi oleh perilaku yang dibentuk oleh
lingkungan eksternalnya, artinya pengetahuan merupakan hasil dari interaksi dengan
lingkungannya melalui pengondisian stimulus yang menimbulkan respons. Perubahan lingkungan
pembelajaran dapat memengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku anak secara bertahap. Perilaku
positif pada anak cenderung akan diulang ketika mendapat dorongan yang sesuai dengan
kemampuan anak dari lingkungannya. Latihan untuk anak harus menggunakan bentuk-bentuk
pertanyaan (stimulus) dan jawaban (respons) yang dikenalkan secara bertahap, mulai dari yang
sederhana sampai pada yang lebih rumit.
3.2 Teori Nativisme
Nativisme berpendapat bahwa selama proses pemerolehan bahasa pertama, kanak-kanak
(manusia) sedikit demi sedikit membuka kemampuan lingualnya yang secara genetis telah
diprogramkan. Pandangan ini tidak mengangggap lingkungan punya pengaruh dalam pemerolehan
bahasa, melainkan mengganggap bahwa bahasa merupakan biologis, sejalan dengan yang disebut
“hipotesis pemberian alam”. Kaum nativis berpendapat bahwa bahasa itu terlalu kompleks dan
rumit, sehingga mustahil dapat dipelajari dalam waktu singkat melalui metode seperti “peniruan”
(imitation). Jadi, pasti ada beberapa aspek penting mengenai system bahasa yang sudah ada pada
manusia secara alamiah.
Menurut Chomsky (1965, 1975) bahasa hanya dapat dikuasai oleh manusia, Binatang tidak
mungkin dapat menguasai bahasa manusia. Pendapat ini didasarkan pada asumsi.
Pertama,perilakubahasa adalah sesuattu yang diturunkan (genetik); pola perkembangan bahasa
adalah sama pada semua macam bahasa dan budaya (merupakan sesuatu yang universal); dan
lingkungan hanya memiliki peran kecil di dalan proses pematangan bahasa. Kedua, bahasa dapat
dikuasai dalam waktu singkat, anak berusia empat tahun sudah dapat berbicara mirip dengan
orang dewasa. Ketiga, lingkungan bahasa si anak tidak dapat menyediakan data secukupnya bagi
penguasaan tata bahasa yang rumit dari orang dewasa.
Menurut Chomsky, seorang anak dibekali “alat pemerolehan bahasa” (language acquisition
device (LAD). Alat yang merupakan pemberian biologis yang sudah diprogramkan untuk merinci
butir-butir yang mungkin dari suatu tat bahasa, dan dianggap sebagai bagian fisiologis dari otak
yang khususuntuk memproses bahasa, yang tidak punya kaitannya dengan kemempuan kognitif
lainnya
3.3 Teori Kognitivisme
Istilah kognitif berkaitan dengan peristiwa mental yang terlibat dalam proses pengenalan tentang
dunia, yang sedikit banyak melibatkan pikiran atau berpikir. Oleh karena itu, secara umum kata
kognisi bias dianggap bersinonim dengan kata berpikir atau pikiran. Piaget menyatakan adnya
beberapa tahap dalam perkembangan kognitif anak. Tahap itu yaitu :
3.3.1 Tahap sensomontorik
Tahap ini merupakan tahap pertama dalam perkembangan kognisi anak dan berlangsung pada
sebagaian dari dua tahun pertama dalam kehidupannya, lalu pada tahun kedua muncul koordiansi
dari kedua kemampuan awal ini. Pada akhirnya periode sensorik bayi dapat berpikir tentang
dunia, yaitu yang berhungan dengan pengalaman-pengalaman dan tindakan-tindakan yang
sederhana.
3.3.2 Tahap Praoperasional
Pada tahap ini cara “berfikir” anak-anak masih didominasi oleh cara bagaimana hal-hal atau
benda-benda itu tampak. Cara berfikirnya masih kurang operasional.
3.3.3 Tahap Operasional Konkret
Pada tahap ini anak-anak telah memahami konsep konvensi.Tahap ini dilalui anak yang berusia
sekitar tujuh sampai dengan menjelang sebelas tahun.
3.3.4 Tahap Operasional Formal
Pada tahap ini dilalui anak setelah anak berusia 11 tahun ke atas, anak-anak sudah berfikir logis
seperti halnya dengan orang dewasa. Mereka merumuskan dan mengetes hipitesis-hipotesis yang
rumit mereka berfikir abstrak dan mereka menggeneralisasikan dengan menggunakan konsep yang
abstrak, dari satu situasi ke situasi yang lain (Morgan, 1986).

4.Tahap-Tahap Perkembangan Bahasa Pada Anak


4.1 Menurut pendapat Piaget (Sumantri, dkk. 2009:1-15) mengemukakan bahwa proses
perkembangan anak dari kecil hingga dewasa melalui empat tahap perkembangan, yaitu:
4.1.1 Tahap Sensori Motor (0–2 Tahun)
Pada tahap ini, kegiatan intelektual anak hampir seluruhnya merupakan gejala yang diterima
secara langsung melalui indera. Pada saat anak mencapai kematangan dan secara perlahan mulai
memperoleh keterampilan berbahasa, mereka menerapkannya pada objek-objek yang nyata. Pada
tahap ini anak mulai memahami hubungan antara benda dengan nama benda tersebut
4.1.2 Tahap Praoperasional (2–7 Tahun)
Perkembangan yang pesat dialami oleh anak pada tahap ini. Anak semakin memahami lambang-
lambang bahasa yang digunakan untuk menunjukkan benda-benda. Keputusan yang diambil hanya
berdasarkan intuisi, bukan atas dasar analisis rasional. Kesimpulan yang diambil merupakan
kesimpulan dari sebagian kecil yang diketahuinya, dari suatu keseluruhan yang besar. Anak akan
berpendapat bahwa pesawat terbang berukuran kecil karena itulah yang mereka lihat di langit
ketika ada pesawat terbang yang lewat.
4.1.3 Tahap Operasional Konkret (7–11 Tahun)
Pada tahap ini anak mulai berpikir logis dan sistematis untuk mencapai pemecahan masalah.
Masalah yang dihadapi dalam tahap ini bersifat konkret. Anak akan merasa kesulitan bila
menghadapi masalah yang bersifat abstrak. Pada tahap ini anak menyukai soal-soal yang telah
tersedia jawabannya.
4.1.4 Tahap Operasional Formal (11–15 Tahun)
Anak mencapai tahap perkembangan ini ditandai dengan pola pikirnya yang seperti orang dewasa.
Anak telah dapat menerapkan cara berpikir terhadap permasalahan yang konkret maupun abstrak.
Pada tahap ini anak sudah dapat membentuk ide-ide dan berpikir tentang masa depan secara
realistis.

Perkembangan Fonologis
Sebelum masuk SD, anak telah menguasai sejumlah fonem/bunyibahasa, tetapi masih ada
beberapa fonem yang masih sulit diucapkan dengan tepat. Menurut Woolfolk (1990) sekitar 10 %
anak umur 8 tahun masih mempunyai masalah dengan bunyi s, z, v. Hasil penelitian Budiasih dan
Zuhdi (1997) menunjukkan bahwa anak kelas dua dan tiga melakukan kesalahan pengucapan f, sy,
dan ks diucapkan p, s, k. Terkait dengan itu, Tompkins (1995) juga menyatakan bahwa ada
sejumlah bunyi bahasa yang belum diperoleh anak sampai menginjak usia kelas awal SD,
khususnya bunyi tengah dan akhir, misalnya v, zh, sh,ch. Bahkan pada umur 7 atau 8 tahun anak
masih membuat
bunyi pengganti pada bunyi konsonan kluster. Kaitannya dengan anak SD di Indonesia diduga pun
mengalami kesulitandalam pengucapan r, z, v, f, kh, sh, sy, x, dan bunyi kluster misalnya str, pr,
pada kata struktur dan pragmatik. Di samping itu, anak SD bahkan orang dewasa kadangkala ada
yang kesulitan mengucapkan bunyi kluster pada kata: kompleks, administrasi diucapkan komplek
dan adminitrasi. Agar hal itu tidak terjadi, sejak di SD anak perlu dilatih mengucapkan kata-kata
tersebut.

5.2 Perkembangan Morfologis


Afiksasi bahasa Indonesia merupakan salah aspek morfologi yangkompleks. Hal ini terjadi karena
satu kata dapat berubah makna karena proses afiksasinya (prefiks, sufiks, simulfiks) berubah-
ubah. Misalnya kata satu dapat berubah menjadi: bersatu, menyatu, kesatu, satuan, satukan,
disatukan,persatuan, kesa-tuan, kebersatuan, mempersatukan, dst. Zuhdi dan Budiasih (1997)
menyatakan bahwa anak-anak mempelajari morfem mula-mula bersifat hapalan. Hal ini kemudian
diikuti dengan membuat simpulan secara kasar tentang bentuk dan makna morfem. Akhirnya anak
membentuk kaidah. Proses yang rumit ini dimulai pada priode prasekolah dan terus berlangsung
sampai pada masa adolesen.
Berdasarkan kerumitan afiksasi tersebut, perkembangan morfologis atau kemampuan
menggunakan morfem/afiks anak SD dapat diduga sebagai berikut:
5.2.1 Anak kelas awal SD telah dapat mengunakan kata berprefiks dan bersufiks seperti
melempar dan makanan.
5.2.2 Anak kelas menengah SD telah dapat mengunakan kata berimbuhan simulfiks/konfiks
sederhana seperti menjauhi, disatukan.
5.2.3 Anak kelas atas SD telah dapat menggunakan kata berimbuhan konfiks yang sudah
kompleks misalnya diperdengarkan dan memberlakukan dalam bahasa lisan atau tulisan.

5.3 Perkembangan Sintaksis


Brown dan Harlon (dalam Nurhadi dan Roekhan, 1990) berkesimpulanbahwa kalimat awal anak
adalah kalimat sederhana, aktif, afirmatif, dan berorientasi berita. Setelah itu, anak baru
menguasai kalimat tanya, dan ingkar. Berikutnya kalimat anak mulai diwarnai dengan kalimat
elips, baik pada kalimat berita, tanya, maupun ingkar. Sedangkan menurut hasil pengamatan
Brown dan
Bellugi terhadap percakapan anak, memberi kesimpulan bahwa ada tiga macam cara yang biasa
ditempuh dalam mengembangkan kalimat, yaitu:pengembangan, pengurangan, dan peniruan.
Kedua peneliti ini sepakat bahwa peniruan merupakan cara pertama yang ditempuh anak,
meskipun peniruan yang dilakukan terbatas pada prinsip kalimat yang paling pokok yaitu urutan
kata.
Cara yang kedua yang ditempuh anak untuk mengembangkan kalimatmereka adalah pengulangan
dan pengembangan. Anak mengulang bagian kalimat yang memperoleh tekanan yaitu bagian
kalimat kontentif, atau bagian kalimat yang berisi pesan pokok, sedangkan bagian lain dihilangkan
secara sistematis. Karena itu, bahasa anak disebut dengan istilah tuturan telegrafis,
karena mengandung pengurangan bagian kalimat secara sistematis. Dilihat dari segi frase,
menurut Budiasih dan Zuchdi (1997) bahwa frase verba lebih sulit dikuasai oleh anak SD
dibanding dengan frase nomina dan frase lainnya. Kesulitan ini mungkin berkaitan dengan
perbedaan bentuk kata
kerja yang menyatakan arti berbeda. Misalnya ditulis, menuliskan, ditulisi, dan seterusnya.
Dari segi pola kalimat lengkap, anak kelas awal cenderung menggunakanstruktur sederhana bila
berbicara. Mereka sudah mampu memahami bentuk yang lengkap namun belum dapat
memahamai bentuk kompleks seperti kalimat pasif (Wood dalam Crown, 1992). Menurut
Emingran siswa kelas atas SD menggunakan struktur yang lebih kompleks dalam menulis
daripada dalamberbicara (Tompkins, 1989). Pada umumnya anak SD mengenal bentuk pasif
daripada preposisi“oleh” misalnya “Buku itu dibeli oleh Ali.” Dengan demikian kalimat pasif
yang tidak disertai kata oleh, mereka menganggapnya bukan kalimat pasif, misalnya “Saya
melempar mangga (kalimat aktif) menjadi “Mangga sayalempar (kalimat pasif) bukan “Mangga
dilempar oleh saya.” (Salah).
Anak biasanya menggunakan kalimat pasif yang subjeknya dari kata ganti/tak dapat dibalik dan
kalimat pasif yang subjeknya bukan kata ganti/dapat dibalik secara seimbang. Namun, anak sering
mengalami kesulitan dalam membuat kalimat dan menafsirkan makna kalimat pasif yang dapat
dibalik (subjeknya bukan kata ganti). Menjelang umur 8 tahun mereka mulai lebih banyak
menggunakan kalimat pasif yang tidak dapat dibalik (subjeknya kata ganti). Pada umur 9 tahun,
anak mulai banyak menggunakan bentuk pasif yang subjeknya dari kata ganti. Dan pada umur 11-
13 tahun mereka banyak menggunakan kalimat yang subjeknya dari kata ganti. Penggunaan kata
penghubung juga meningkat pada usia SD. Anak di bawah umur 11 tahun sering menggunakan
kata “dan” pada awal kalimat. Pada umur 11-14 tahun, penggunaan “dan” pada awal kalimat
mulai jarang muncul.
Anak sering mengalami kesulitan penggunaan kata penghubung “karena”: dalam kalimat, seperti
“Saya menghadiri pertemuan itu karenadiundang”. Anak SD bingung membedakan kata hubung
karena, dan, laludilihat dari segi urutan waktu kejadiannya. Yakni diundang dahulu baru pergi
ke pertemuan. Oleh karena itu kadangkala ada anak TK yang mengucapkan “Saya sakit karena
saya tidak masuk sekolah” padahal maksudnya “Saya tidakmasuk sekolah karena sakit.”.
Pemahaman kata penghubung “karena“ barumulai berkembang pada umur 7 tahun. Pemahaman
yang benar dan konsisten baru terjadi pada umur skitar 10-11 tahun (Budiasih dan Zuchdi, 1997).
5.4 Perkembangan Semantik
Selama priode usia sekolah dan dewasa, ada dua jenis penambahanmakna kata. Secara horisontal,
anak semakin mampu memahami dan dapat menggunakan suatu kata dengan nuansa makna yang
agak berbeda secara tepat. Penambahan vertikal berupa penambahan jumlah kata yang dapat
dipahami dan digunakan dengan tepat (Owens dalam Budiasih dan Zuchdi, 1997). Menurut
Lindfors, perkembangan semantik berlangsung dengan sangat pesat di SD. Kosa kata anak
bertambah sekitar 3000 kata per tahun (Tompkins,1989). Sedang Berger menyatakan bahwa antara
2-6 rata-rata anak mempelajari 6 -10 kata per hari. Ini berarti bahwa rata-rata anak umur 6 tahun
mempunyai kata 8.000 - 14.000 kata. Dan pada usia 9 - 10 thn. sekitar 5000 kata baru dalam
perbendaharaan kosa katanya (Woolfolk, 1990). Merujuk apa yang tercantum dalam Kurikulum
1994, perbendaharaan kata siswa SD diharapkan lebih kurang 6000 kata. Dengan demikian
pendapat
Berger di atas sangat tinggi. Pendapat yang relatif mendekati harapan Kurikulum 1994 adalah
hasil temuan penelitian Slegers bahwa rata-rata anak masuk kelas awal dengan pengetahuan
makna sekitar 2500 kata dan meningkat rata-rata 1000 kata per tahun di kelas awal dan menengah
SD dan 2000 kata di kelas atas sehingga perbendaharaan kosa kata siswa berjumlah 8500 di kelas
VI
(Harris dan Sipay, 1980). Kemampuan anak kelas rendah SD dalam mendefinisikan kata
meningkat dengan dua cara. Pertama, secara konseptual yakni dari definisi berdasar pengalaman
individu ke makna yang bersifat sosial atau makna yang dibentuk bersama. Kedua, anak bergerak
secara sintaksis dari definisi kata-kata lepas ke kalimat yang menyatakan hubungan kompleks
(Owens, 1992)
Pengetahuan kosa kata mempunyai hubungan dengan kemampuan kebahasan secara umum. Anak
yang menguasai banyak kosa lebih mudah memahami wacana dengan baik. Selama priode usia
SD, anak menjadi semakin baik dalam menemukan makna kata berdasarkan konteksnya. Anak
usia 5 thn.mendefinisikan kata secara sempit sedang anak berumur 11 tahun membentuk definisi
dengan menggabungkan makna-makna yang telah diketahuinya. Dengan demikian definisinya
menjadi lebih luas, misalnya kucing ialah binatang yang biasa dipelihara di rumah-rumah
penduduk. Menurut Budiasih dan Zuchdi (1997), anak usia SD sudah mampu mengembangkan
bahasa figuratif yang memungkinkan penggunaan Bahasa secara kreatif. Bahasa figuratif
menggunakan kata secara imajinatif, tidak secara literal atau makna sebenarnya untuk
menciptakan kesan emosional. Yang termasuk bahasa figuratif adalah (a) ungkapan misalnya
kepala dingin, (b) metafora, misalnya “Suaranya membelah bumi”., (c) kiasan, misalnya
“Wajahnya seperti bulan purnama.”, (d) pribahasa, misalnya “Menepuk air didulang, terpecik
muka sendiri.”

5.5 Perkembangan Pragmatik


Berbicara tentang pragmatik ada 7 faktor penentu yang perlu dipahami anak (1) kepada
siapa berbicara (2) untuk tujuan apa, (3) dalam konteks apa, (4) dalam situasi apa, (5) dengan jalur
apa, (6) melalui media apa, (7) dalam peristiwa apa (Tarigan, 1990). Ke-7 faktor penentu
komunikasi tersebut berkaitan erat dengan fungsi (penggunaan) bahasa yang dikemukakan oleh
M.A.K Halliday: instrumental, regulator, interaksional, personal, imajinatif,heuristik, dan
informatif. Pinnel (1975) dalam penelitiannya tentang penggunaan fungsi bahasa di SD kelas awal
menemukan bahwa umumnya anak menggunakan fungsi interaksional (untuk bekomunikasi) dan
jarang menggunakan fungsi heuristic (mengunakan bahasa untuk mencari ilmu pengetahuan saat
belajar dan berbicara dalam kelompok kecil). Dilihat dari segi perkembangan kemampuan
bercerita, anak umur 6 thsudah dapat bercerita secara sederhana tentang acara televisi/film yang
mereka lihat. Kemampuan ini selanjutnya berkembang secara teratur dan sedikit-demi sedikit.
Mereka belajar menghubungkan kejadian tetapi bukan yang mengandung hubungan sebab akibat.
Kata penghubung yang digunakan: dan,lalu. Pada usia 7 tahun anak mulai dapat membuat cerita
yang ang agak padu. Mereka sudah mulai mengemukakan masalah, rencana mengatasi masalah
dan penyelesaian masalah tersebut meskipun belum jelas siapa yang melakukannya.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak

Faktor perkembangan bahasa anak dapat di sebabkan oleh banyak factor antaran lain
yaitu :
6.1 Tingkat pendidikan orang tua
Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor dari kualitas pengasuhan anak. Penelitian oleh
NICHD menyimpulkan bahwa anak yang mendapatkan pengalaman perawatan dengan kualitas
yang tinggi secara konsisten menunjukkan fungsi kognitif dan perkembangan bahasa yang lebih
baik sepanjang tiga tahun pertama kehidupannya. Penelitian Pancsofar dan Vemon-Feagans
menemukan bahwa tingkat pendidikan orangtua mempunyai pengaruh yang bermakna pada
kemampuan bicara dan bahasa anaknya, sebab memberi dampak pada pola bahasa dalam keluarga.

6.2 Faktor ekonomi orang tua


Faktor ekonomi orang tua sangat mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak-anak seperti
yang diungkapkan A family history of language and learning problems, and low socioeconomic
status are each associated with language impairment. Beberapa studi tentang hubungan antara
perkembangan bahasa dengan status sosial ekonomi keluarga menunjukkan bahwa anak yang
berasal dari keluarga miskin mengalami kelambatan dalam perkembangan bahasa dibandingkan
dengan anak yang berasal dari keluarga yang lebih baik. Kondisi ini terjadi mungkin disebabkan
oleh perbedaan kecerdasan atau kesempatan belajar (keluarga miskin diduga kurang
memperhatikan perkembangan bahasa anaknya), atau kedua-duanya (Hetzer & Reindorf dalam E.
Hurlock. 1956).

6.3. Hubungan Keluarga


Hubungan ini dimaknai sebagai proses pengalaman berinteraksi dan berkomunikasi dengan
lingkungan keluarga, terutama dengan orang tua yang mengajar, melatih dan memberikan contoh
berbahasa dengan anak. Hubungan yang sehat antara orang tua dan anak memfasilitasi
perkembangan bahasa anak, sedangkan hubungan yang tidak sehat menakibatkan anak akan
mengalami kesulitan atau kelambatan dalam perkembangan bahasanya. Hubungan yang sehat itu
bisa berupa sikap orang tua yang keras\kasar, kurang kasih sayang dan kurang perhatian untuk
memberikan latihan dan contohdalam berbahasa yang baik kepada anak, maka perkembangan
bahasa anak cenderung akan mengalami stagnasi atau kelainan. Seperti gagap dalam berbicara,
tidak jelas dalam mengungkapkan kata-kata, merasa takut untuk mengungkapkan pendapat, dan
berkata yang kasar atau tidak sopan.

6.4 Kesehatan
Anak yang sehat lebih cepat belajar berbicara ketimbang anak yang tidak sehat, karena
motivasinya lebih kuat untuk menjadianggauta kelompok sosial dan berkomunikasi dengan
anggauta kelompok tersebut. Apabila pada usia dua tahun pertama, anak mengalami sakit terus
menerus, maka anak tersebut cenderungakan mengalami kelambatan atau kesulitan dala
perkembangan bahasannya.

6.5 Metode Pelatihan Anak


Anak-anak yang dilatih secara otoriter yang menekankan bahwa ”anak harus dilihat dan didengar”
merupakan hambatan belajar. Sedangkan pelatihan yang memberikan keleluasan dan demokratis
akan mendorong anak untuk belajar.

PERKEMBANGAN BAHASA ANAK SD / MI

Perkembangan merupakan suatu perubahan yang berlangsung seumur hidup dengan bertambahnya
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara
dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.
[1] Ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan anak antara lain, menimbulkan perubahan,
berkolerasi dengan pertumbuhan, memiliki tahap yang berurutan dan mempunyai pola yang tetap.
Perkembangan berbicara dan menulis merupakan suatu proses yang menggunakan bahasa
ekspresif dalam membentuk arti. Perkembangan berbicara pada awal dari anak yaitu menggumam
maupun membeo.

Menurut pendapat Dyson bahwa perkembangan berbicara terkadang individu dapat menyesuaikan
dengan keinginannya sendiri, hal ini tidak sama dengan menulis. Seorang bayi dari hari ke hari
akan mengalami perkembangan bahasa dan kemampuan bicara, namun tentunya tiap anak tidak
sama persis pencapaiannya, ada yang cepat berbicara ada pula yang membutuhkan waktu agak
lama. Untuk membantu perkembangannya ibu dapat membantu memberikan stimulasi yang
disesuaikan dengan keunikan masing-masing anak.

Sejalan dengan perkembangan kemampuan serta kematangan jasmani terutama yang bertalian
dengan proses bicara, komunikasi tersebut makin meningkat dan meluas, misalnya dengan orang
di sekitarnya lingkungan dan berkembang dengan orang lain yang baru dikenal dan bersahabat
dengannya. Terdapat perbedaan yang signifikan antara pengertian bahasa dan berbicara. Bahasa
mencakup segala bentuk komunikasi, baik yang’diutarakan dalam bentuk lisan, tulisan, bahasa
isyarat, bahasa gerak tubuh, ekspresi wajah pantomim atau seni.

Sedangkan bicara adalah bahasa lisan yang merupakan bentuk yang paling efektif untuk
berkomunikasi, dan paling penting serta paling banyak dipergunakan. Perkembangan bahasa
tersebut selalu meningkat sesuai dengan meningkatnya usia anak. Orang tua sebaiknya selalu
memperhatikan perkernbangan tersebut, sebab pada masa ini, sangat menentukan proses belajar.
Hal ini dapat dilakukan dengan memberi contoh yang baik, memberikan motivasi pada anak untuk
belajar dan sebagainya.
B.Tujuan.

Dari rumusan masalah, maka akan diketahui tujuan dari penulisan masalah ini yaitu: Mengetahui
bagaimana proses dan pola perkembangan bahasa seorang anak.

C.Permasalahan.

Dari latar belakang tersebut, dalam makalah ini penulis dapat merumuskannya menjadi beberapa
rumusan masalah, yaitu:

1.Tahap perkembangan bahasa berbicara anak secara umum.

2.Keterlambatan dan bahaya (gangguan) di dalam perkembangan bicara pada anak.

BAB II

PEMBAHASAN

PENGERTIAN BAHASA
Bahasa merupakan media komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan, pendapat,
perasaan dengan menggunakan simbol-simbol yang disepakati bersama, kemudian kata dirangkai
berdasarkan urutan membentuk kalimat yang bermakna dan mengikuti aturan atau tata bahasa
yang berlaku dalam suatu komunitas atau masyarakat, Bahasa dapat dibedakan menjadi 3, yaitu
bahasa lisan, bahasa tulis, dan bahasa isyarat.

Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi untuk orang lain. Dalam pengertian ini,
tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk
lambang atau simbol untuk mengungkapkan sesuatu pengertian, seperti dengan menggunakan
lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan, dan mimik muka. Bahasa merupakan faktor hakiki yang
membedakan manusia dengan hewan.

Bahasa merupakan anugrah dari ALLAH SWT., yang dengan Nya manusia dapat mengenal atau
memahami dirinya, sesama manusia, alam ,dan penciptaannya serta mampu memposisikan dirinya
sebagai makhluk berbudaya dan mengembangkan budayanya. Bahasa sangat erat kaitannya
dengan perkembangan berfikir individu. Perkembangan pikiran individu tampak dalam
perkembangan bahasanya yaitu kemampuan membentuk pengertian, menyusun pendapat, dan
meanrik kesimpulan.

Perkembangan pikiran itu bisa dimulai pada usia 1,6- 2,0 tahun, yaitu pada saat anak dapat
menyusun kalimat dua atau tiga kata. Laju perkembangan itu sebagai berikut:
Usia 1,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat positif, seperti “Bapak makan”
Usia 2,0 tahun, anak dapat menyusun pendapat negatif (menyangkal), seperti “Bapak tidak
makan”.
TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN BAHASA
Dalam berbahasa, anak dituntut untuk menuntaskan atau menguasai empat tugas pokok yang satu
sama lainnya saling berkaitan. Apabila anak berhasil menuntaskan tugas yang satu, maka berarti
juga ia dapat menuntaskan tugas-tugas yang lainnya. Keempat tugas itu adalah sebagai berikut:

Pemahaman, yaitu kemampuan memahami makna ucapan orang lain. Bayi memahami bahsa
orang lain bukan memahami kata-kata yang diucapkannya, tetapi dengan memahami kegiatan /
gerakan atau bahasa tubuhnya.
Pengembangan perbendaharaan kata, berkembang secara lambat pada usia 2 tahun pertama,
kemudian mengalami tempo yang cepat pada usia pra- sekolah dan terus meningkat setelah anak
masuk sekolah.
Penyusunan kata-kata menjadi kalimat, pada umumnya berkembang pada usi 2 tahun. Bentuk
kalimat pertama adalah kalimat tunggal dengan disertai bahasa tubuh untuk melengkapi cara
berpikirnya. Contohnya anak menyebut “ bola” sambil menunjuk bola itu dengan jarinya. Kalimat
tunggal itu berarti “ tolong ambilkan bola untuk saya”. Seiring dengan meningkatnya usia anak
dan keluasan pergaulannya, tipe kalimat yang diucapkannya pun semakin panjang dan kompleks.
Ucapan, merupakan hasil belajar melalui peniruan terhadap suara-suara yang didengar anak dari
orang lain( terutama orang tuanya). Pada usia bayi, antara 11-18 bulan, pada umumnya mereka
belum dapat berbicara atau mengungkapkan kata-kata secara jelas, sehingga sering tidak
dimengerti maksudnya. Kejelasan ucapan itu baru tercapai ketika usia 3 tahun.
TIPE PERKEMBANGAN BAHASA
Ada dua tipe perkembangan bahas anak yaitu sebagai berikut: 1. Egocentric speech Yaitu anak
berbicara kepada dirinya sendiri. 2. Socialized speech Yang terjadi ketika berlangsung kontak
antara anak dengan temannya atau dengan lingkungannya. Perkembangan ini dibagi kedalam lima
bentuk:

Adapted information, disini terjadi saling tukar gagasan atau adanya tujuan bersama yang dicari.
Critism, yang menyangkut penilaian anak terhadap ucapan atau tingkah laku orang lain.
Command (perintah), request (permintaan), threat (ancaman)
Questions ( pertanyaan)
Answers (jawaban) Berbicara monolog atau egocentric speech berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan berpikir anak yang apada umumnya dilakukan oleh anak berusia 2-3 tahun.
Sementara yang socialized speech mengembangkan kemampuan penyesuaian sosial.

PERKEMBANGAN BAHASA ANAK


Keterampilan dalam berbahasa memiliki 4 aspek atau ruang lingkup, yaitu:

Keterampilan mendengarkan
Keterampilan berbicara
Keterampilan membaca
Keterampilan menulis
Di sekolah dasar, keterampilan mendengarkan meliputi kemampuan memahami bunyi bahasa,
perintah, dongeng, drama, petunjuk, denah, pengumuman, beruta, dan konsep materi pelajaran.
Keterampilan berbicara meliputi kemampuan mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi
secara lisan mengenai perkenalan, tegur sapa,pengenalan benda, fungsi anggota tubuh, kegiatan
bertanya, percakapan, berita, deklamasi, memberi tanggapan, pendapat/saran, dan diskusi.
Keterampilan membaca meliputi ketrampilan memahami teks bacaan melalui membaca intensif
dan sekilas. Keterampilan menulis meliputi kemampuan menulis permulaan, dikte,
mendeskripsikan benda, mengarang, menulis surat, undangan, dan ringkasan paragraf.

POLA PERKEMBANGAN BAHASA ANAK


Anak dikatakan siap atau matang berbicara dan belajar bahasa apabila aspek motorik bicara
(koordinasi otot bicara) dan aspek mental bicara (kemampuan berpikir) anak sudah mulai
berfungsi dengan baik. Pada saat anak mulai masuk sekolah merupakan masa yang paling baik
untuk belajar bahasa. Anak selalu bertanya mengenai segala yang dilihat dan ditemui dalam
kehidupan sehari-hari. Anak mulai membangun kosakata yang biasanya merupakan kata benda,
kata kerja, kata sifat, kata keterangan, kata merangkai/pengganti dari apa saja yang dijumpai anak
dalam kehidupan sehari-hari khususnya mengenai warna, waktu, uang, dan kata popular yang
digunakan kelompok anak atau teman sebaya.

Selanjutnya perkembangan bahasa dengan pembentukan kalimat, dimulai dengan kalimat


sederhana menjadi kalimat lengkap.Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan berbicara atau
berbahasa anak semakin baik. Tahapan-tahapan Umum Perkembangan Kemampuan Berbahasa
Seorang Anak, Yaitu:

Babling Pada usia lebih dari 3 minggu, ketika bayi merasa lapar atau tidak nyaman ia akan
mengeluarkan suara tangisan. Berbeda dengan sebelumnya, tangisan yang dikeluarkan telah dapat
dibedakan sesuai dengan keinginan atau perasaan si bayi.
Lalling Di usia 3 minggu sampai 2 bulan mulai terdengar suara-suara namun belum jelas. Bayi
mulai dapat mendengar pada usia 2 s/d 6 bulan sehingga ia mulai dapat mengucapkan kata dengan
suku kata yang diulang-ulang, seperti: “ba….ba…, ma..ma….”
Echolalia Di tahap ini, yaitu saat bayi menginjak usia 10 bulan ia mulai meniru suara-suara yang
di dengar dari lingkungannya, serta ia juga akan menggunakan ekspresi wajah atau isyarat tangan
ketika ingin meminta sesuatu.
True Speech Bayi mulai dapat berbicara dengan benar. Saat itu usianya sekitar 18 bulan atau biasa
disebut batita. Namun, pengucapannya belum sempurna seperti orang dewasa. Perkembangan
bahasa anak usia dini terbagi atas dua periode besar, yaitu: periode Prelinguistik (0-1 tahun) dan
Linguistik (1-5 tahun).
Mulai periode linguistik inilah mulai hasrat anak mengucapkan kata kata yang pertama, yang
merupakan saat paling menakjubkan bagi orang tua. Periode linguistik terbagi dalam tiga fase
besar, yaitu:

Fase satu kata atau Holofrase Pada fase ini anak mempergunakan satu kata untuk menyatakan
pikiran yang kompleks, baik yang berupa keinginan, perasaan atau temuannya tanpa pcrbedaan
yang jelas. Pada umumnya kata pertama yang diurapkan oleh anak adalah kata benda, setelah
beberapa waktu barulah disusul dengan kata kerja.
Fase lebih dari satu kata Fase dua kata muncul pada anak berusia sekkar 18 bulan. Pada fase ini
anak sudah dapat membuat kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata. Setelah dua kata,
muncullah kalimat dengan tiga kata, diikuti oleh empat kata dan seterusnya. Orang tua mulai
melakukan tanya jawab dengan anak secara sederhana.
Fase ketiga adalah fase diferensiasi Periode terakhir dari masa balita yang berlangsung antara usia
dua setengah sampai lima tahun. Keterampilan anak dalam berbicara mulai lancar dan
berkembang pesat. Anak mulai dapat mengkritik, bertanya, menjawab, memerintah, memberitahu
dan bentuk-bentuk kalimat lain yang umum untuk satu pembicaraan “gaya” dewasa.
Bicara merupakan salah satu alat komunikasi yang paling efektif. Semenjak anak masih bayi
string kali menyadari bahwa dengan mempergunakan bahasa tubuh dapat terpenuhi kebutuhannya.
Namun hal tersebut kurang mengerti apa yang dimaksud oleh anak. Oleh karena itu baik bayi
maupun anak kecil stlalu berusaha agar orang lain mengcrti maksudnya. Hal ini yang mendorong
orang untuk belajar berbicara dan membuktikan bahwa berbicara merupakan alat komunikasi yang
paling efektif dibandingkan dengan bentuk-bcntuk komunikasi yang lain yang dipakai anak
sebelum pandai berbicara. Potensi Anak Berbicara didukung oleh Beberapa Hal :

1) Kematangan alat berbicara. Kemampuan berbicara juga tergantung pada kematangan alat-alat
berbicara. Misalnya tenggorokan, langit-langit, lebar rongga mulut dan Iain-lain dapat
mempengaruhi kematangan berbicara. Alat-alat tersebut baru dapat berfungsi dengan baik setelah
sempi’rpa dan dapat membentuk atau memproduksi suatu kata dengan baik scbagai permulaan
berbicara.

2) Kesiapan berbicara. Kesiapan mental anak sangat berganrung pada pertumbuhan dan
kematangan otak. Kesiapan dimaksud biasanya dimulai sejak anak berusia antara 12-18 bulan,
yang discbut teachable moment dari perkembangan bicara. Pada saat inilah anak betul-betul sudah
siap untuk belajar. bicara yang sesungguhriya. Apabila tidak ada gangguan anak akan segera dapat
berbicara sekalipun belum jelas maksudnya.

3) Adanya model yang baik untuk dicontoh oleh anak. Anak dapat membutuhkan suatu model
tertentu -agar dapat melafalkan kata dengan tepat untuk dapat dikombinasikan dengan kata lain
sehingga menjadi suatu kalimat yang berarti. Model tersebut dapat diperoleh dari orang lain,
misalnya orang tua atau saudara, dari radio yang sering didengarkan atau dari TV, atau actor film
yang bicaranya jelas dan berarti. Anak akan mengalami kesulitan apabila tidak pernah
memperoleh model scbagaimana disebutkan diatas. Dengan scndirinya potcnsi anak tidak dapat
berkembang sebagaimana mestinya.

4) Kesempatan berlatih. Apabila anak kurang mendapatkan latihan keterampilan berbicara akan
timbul frustasi dan bahkan sering kali marah yang tidak dimengerti penyebabnya oleh orang tua
atau lingkungannya: Pada gilirannya anak kurang memperoleh motivasi untuk belajar berbicara
yang pada umumnya disebut “anak ini lamban” bicaranya.
5) Motivasi untuk belajar dan berlalih. Memberikan motivasi dan melatih anak untuk berbicara
sangat penting bagi annk karena untuk memenuhi kebutuhannya untuk memanfaatkan potensi
anak. Orang tua hendaknya selalu berusaha agar motivasi anak untuk berbicara jangan terganggu
atau tidak mendapatkan pengarahan.

6) Bimbingan. Bimbingan bagi anak sangat. penting untuk mengembangkan potensinya. Oleh
karena itu hendaknya orang tua suka memberikan contoh atau model bagi anak, berbicara dengan
pelan yang mudah diikuti oleh anak dan orang tua siap memberikan kritik atau mcmbetulkan
apabila dalam berbicara anak berbuat suatu kesalahan. Bimbingan tersebut sebaiknya selalu
dilakukan secara terus menerus dan konsisten sehingga anak tidak mengalami kesulitan apabila
berbicara dengan orang lain.

Langkah-langkah untuk membantu perkembangan bahasa anak :

Membaca. Buatlah kegiatan membaca menjadi menyenangkan dan menarik bagi anak dan
lakukanlah setiap hari.
Berbicaralah mengenai kegiatan sederhana yang orang tua dan anak lakukan dengan
menggunakan bahasa yang sederhana.
Perkenalkan kata-kata baru pada anak setiap hari, dapat berupa nama-nama tanaman, nama hewan
ataupun nama makanan yang disiapkan baginya.
Cobalah untuk tidak menyelesaikan kalimat anak. Berikan kesempatan baginya untuk menemukan
sendiri kata yang tepat yang ingin dia sampaikan.
Berbicaralah pada anak setiap hari, dan pandanglah mereka ketika berbicara atau mendengarkan
mereka. Biarkan mereka tahu bahwa mereka sangat penting.

Berikut beberapa cara untuk menstimulasi agar perkembangan bicara batita semakin lancar dan ia
gemar bicara:

Ceritakan kesibukan Anda. Omongkan dengan lantang apa saja yang sedang Anda kerjakan dan
lemparkan pertanyaan-pertanyaan untuk batita. “Teruslah bicara, walaupun Anda nampak konyol
karena batita tak bisa menjawab,” usul Pam Quinn, terapis wicara di RS Rehabilitasi Schwab,
Chicago.
Jadi ‘role model’. Bila batita Anda mengatakan “cucu” untuk susu, gunakan pengucapan yang
benar ketika Anda merespon, “Ini susumu.” Kembangkan penguasaan bahasanya dengan
menambahkan kata-kata baru, misalnya “Susumu warnanya putih, enak sekali.” Strategi ini tak
hanya akan menambah jumlah kosa katanya tapi juga mengajarkan cara kombinasi kata. Namun
hindari mengoreksi ucapannya. “Menunjukkan kesalahan anak bisa membuatnya tak nyaman.
Bahkan anak seusia itupun dapat mulai merasa bahwa apapun yang dilakukannya selalu salah di
mata ibu,” kata Pam lagi.
Berlagak “bodoh”. Beri batita kesempatan untuk meminta dan mengungkapkan kebutuhannya
sebelum Anda memberikan padanya. Contohnya, saat bermain, ia menggulirkan bola dan Anda
tahu ia ingin anda mengembalikan bola itu padanya, pura-pura saja Anda tidak mengerti, berikan
ekspresi wajah bingung dan bertanya, “Ibu harus apa?” Jeda seperti ini akan menyemangatinya
untuk berkomunikasi.
Tetap nyata. Hindari untuk mengucapkan kata berlebihan atau berbicara dalam bahasa silang atau
bahasa pergaulan yang tak dimengerti balita usia 1-2 tahun. Orangtua wajib berbicara dalam
kalimat-kalimat reguler dan dalam bahasa yang benar, yang akan membantu anak mengerti cara
memadukan kata menjadi kalimat yang bermakna.
Keterlambatan dan bahaya (gangguan) di dalam perkembangan bicara pada anak. Apabila anak
tidak diberikan rangsangan (stimulasi) didorong untuk berceloteh, hal ini akan menghambat
penggunaan didalam berbahasa/kosa kata yang baik dan benar. Kekurangan dorongan tersebut
merupakan penyebab serius keterlambatan berbicara anak terlihat dari fakta bahwa apabila orang
tua tidak hanya berbicara kepada anak mereka tetapi juga menggunakan kosa kata yang lebih luas
dan bervariasi.

Gangguan/bahaya didalam perkembangan bicara pada anak yaitu :

Kelemahan didalam berbicara (berbahasa) kosa kata.


Lamban mengembangkan suatu bahasa/didalam berbicara.
Sering kali berbicara yang tidak teratur.
Tidak konsentrasi didalam menerima suatu kata (bahasa) dari orang tua/guru.
Kesalahan yang umum didalam pengucapan/bahasa (berbicara) pada anak yaitu :

Menghilangkan satu suku kata/lebih biasanya terletak ditengah-tengah kata contohnya : “buttfly”
padahal “butterfly”.
Mengganti huruf/suku kata seperti “tolly” padahal “Dolly”, “handakerchief” padahal
“handkerchief”.
Menghilangkan huruf mati yang sulit untuk diucapkan oleh anak contohnya : w,s,d, dan g.
4.Huruf-huruf hidup khususnya O yang paling sulit dikatakan anak (diucapkan)

Singkatan gabungan huruf mati yang sulit diucapkan oleh anak contohnya : “st, sk, dr, fl, str”.

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN ANAK


Meskipun pada umumnya pola perkembangan keterampilan berbahasa anak sama, namun tetapada
perbedaan individual.berikut ini adalah beberapa faktor penyebab perbedaan tersebut:

Kesehatan Anak yang sehat lebih cepat belajar berbicara dibandingkan dengan anak yang kurang
sehat, sebab perkembangan aspek aspek motorik dan aspek mental berbicaranya lebih baik
sehingga lebih siap untuk belajar berbicara.
Kecerdasan Anak yang memiliki kecerdasan tinggi, akan belajar berbicara lebih baik dan memiliki
penguasaan bahasa erat kaitannya dengan kemampuan berpikir.
Jenis kelamin Anak perempuan lebih dalam belajar bahasa daripada anak laki-laki, baik dalam
pengucapan, kosa kata maupun keseringan berbahasa.
Keluarga Semakin banyak jumlah anggota keluarga akan semakin sering anak mendengar dan
berbicara. Demikian pula anak pertama lebih baik perkembangan berbicaranya karena orang tua
lebih banyak memiliki waktu untuk berbicara dan berbahasa.
Keinginan dan Dorongan Komunikasi Semakin kuat keinginan dan dorongan untuk
berkomunikasi dengan orang lain terutama teman sebaya, akan semakin kuat pula usaha anak
untuk berbicara dan berbahasa.
Kepribadian Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik dan memiliki kepribadian yang baik
cenderung memiliki kemampuan bicara dan berbahasa lebih baik daripada anak yang mengalami
masalah dalam penyesuaian.

Kalau saja guru tahu latar belakang masalah perilaku muridnya, maka ia akan merasa iba dan
kasihan

Saya pribadi tidak setju dengan judul diatas karena cap atau label nakal mudah sekali diberikan
guru jika ia merasa tidak sanggup mengendalikan perilaku siswanya. Siswa yang nakal
kebanyakan akan menanggung cap tersebut selama tahun-tahun ia berada di sekolah yang sama.
Jika seorang anak mendapat cap nakal di tahun pertama ia bersekolah maka lazimnya cap itu akan
melekat terus.

Uniknya ukuran nakal tiap guru berbeda-beda. Bagi seorang guru yang mengajar di sekolah yang
berbasiskan agama maka semua anak ‘jalanan’ atau yang hidupnya di jalan akan dikatakan sebagai
anak nakal. Tidak heran karena di sekolah tsb segala perkataan anak dijaga dan diperhatikan. Anak
tidak boleh berkata kasar dan sebagainya. Sedangkan untuk anak yang hidup di jalan, bahasa
sehari-hari mereka memang kata-kata yang menurut kita ‘kasar’ dan tidak pada tempatnya.

Dengan demikian mari sebagai pendidik mulai untuk mengurangi memberi cap negatif. Karena
cap negatif sangat relatif dan punya standar dan ukuran berbeda.Hal yang bisa guru lakukan
adalah mendekonstruksi kembali cap anak nakal.

Menurut saya tidak ada yang namanya anak nakal, yang ada adalah;

anak yang kurang kasih sayang orang tua. Ia berulah negatif di kelas karena ia perlu perhatian.
Bagi anak seperti ini, teriakan marah guru seperti ‘belaian’ dikupingnya karena dirumah ia bahkan
jarang ada yang memperhatikan
anak yang terkena bully dari saudara atau teman sepermainannya. Tipe anak seperti ini akan
melakukan hal yang sama pada anak lainnya karena ia adalah ‘korban’ dan berusaha untuk
membalas dendam
anak yang kedua orang tuanya mengalami masalah perkawinan. Baginya kehidupan sudah tidak
nyaman lagi. Kedua orang tua yang seharusnya melindungi sedang berkonflik hal ini yang
menjadikannya tidak fokus saat di kelas dan menjadikannya biang onar di kelas.
Daftar diatas bisa bertambah lagi dengan sederet hal lain yang bisa dipandang sebagai penyebab
dari ‘kenakalan seorang’ anak.

Jika di kelas anda ada anak yang berkategori nakal ini saran saya;

stop ucapkan atau hentikan cap nakal pada anak tersebut. Katakan “saya pikir yang orang lain
katakan tentang kamu itu tidak benar, menurut saya kamu lebih baik dari yang orang bilang”
dengan demikian anak tersebut merasa ada orang yang masih percaya padanya.
cari terus info lengkap mengenai tara belakang keluarga atau info apapun demi membuat anda jadi
lebih pengertian dan sabar dalam menghadapi perilakunya
tetap bersabar dan berdoa untuk anak tersebut. Ucapkan nama anak tersebut dalam doa ketika
anda selesai beribadah, maka saat menghadapi ulahnya saya yakin guru akan dikaruniai kesabaran.
Beri ia kepercayaan. Mulai dari yang kecil, biarkan ia membawakan barang-barang anda ke ruang
guru sampai jadikan ia pemimpin dalam suatu kesempatan di kelas.
Tangkap basah saat ia berbuat baik, puji ia saat itu juga, atau dengan tulisan dengan secarik kertas.
Saat menegur katakan “minggu ini kamu sudah banyak kemajuan, kenapa sekarang kok berulah
yang negatif lagi?’
Katakan “saya bangga kamu bisa berubah’ bukan “saya senang kamu bisa berubah’. Jika anda
katakan senang maka ia akan berubah demi menyenangkan anda sebagai gurunya. Sementara
perasaan bangga dari guru murni terjadi karena guru bangga akan sikap yang muridnya perbuat.
Katakan “saya percaya kamu pasti bisa memilih hal yang paling baik untuk diri mu sendiri dan
bisa berubah’.
Menghentikan sikap anak yang negatif hanya bisa dimulai dengan strategi dengan menggunakan
pendekatan hati.

Jika setahun bersama anda ia belum juga berubah percayalah di tahun berikutnya ia akan berubah,
jika belum berubah juga percayalah bahwa ia akan ingat ada satu guru yaitu anda yang selalu
percaya padanya.

maoapaadadisini.blogspot.com/…/perkembangan-bahasa-anak-sd-mi.htm…
9 Mar 2013

Anda mungkin juga menyukai