Anda di halaman 1dari 34

SKENARIO 2

ANYANG-ANYANGAN
Seorang perempuan muda, usia 23 tahun, belum menikah, datang ke dokter puskesmas dengan
keluhan nyeri saat buang air kecil dan anyang-anyangan berulang. Keluhan ini dirasakan sejak
dua hari yang lalu. Dalam pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan kecuali nyeri tekan supra
pubik. Pada pemeriksaan mikroskopis urin didapatkan peningkatan leukosit. Kemudian pasien
disarankan untuk melakukan pemeriksaan kultur urin.

1
KATA SULIT

 Anyang-anyangan : rasa ingin berkemih terus menerus lebih dari 2-3 kali
dalam satu waktu, kadang-kadang disertai nyeri.
 Supra pubik : daerah di atas os pubis.
 Puskesmas : organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya
kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau
oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat
dipikul oleh pemerintah dan masyarakat.
 Pemeriksaan kultur urin : penumbuhan di media kultur untuk melihat
mikroorganisme.

PERMASALAHAN

1. Mengapa terdapat nyeri tekan supra pubik?


Anyang-anyangan terjadi di vesika urinaria , vesika urinaria terletak di daerah posterior.
Dan adanya inflamasi di vesika urinaria.
2. Mengapa terdapat nyeri pada saat buang air kecil?
Karena adanya inflamasi.
3. Mengapa terjadi peningkatan leukosit?
Karena terdapat bakteri, sehingga menyebabkan inflamasi pada vesika urinaria. Adanya
inflamasi ditunjukkan dengan peningkatan leukosit.
4. Mengapa dilakukan kultur urin?
Untuk mengetahui atau mengidentifikasi mikroorganisme penyebabnya.
5. Apakah diagnosis kasus tersebut?
Infeksi Saluran Kemih Bawah (Cystitis)
6. Apakah ada hubungan Antara penyakit dengan status perkawinan?
Ada. Bila sudah menikah dan telah melakukan hubungan sexual, cenderung mengalami
iritasi sehingga mudah terinfeksi.
7. Bagaimana cara pengambilan sampel urin yang baik dan benar?
Pengambilan urin dilakukan pagi hari dengan cara pengambilan urin midstream,
menggunakan wadah yang steril. Pada bayi, pengambilan sampel dilakukan dengan
aspirasi supra pubik dan dapat pula memperoleh sampel dari hasil perasan urin pada
pampers. Pada pasien dengan pemasangan kateter, urin yang dapat digunakan sebagai
sampel yaitu urin sebelum disambungkan dengan urine bag.
8. Mengapa bias terjadi anyang-anyangan?
Vesika urinaria yang mengalami inflamasi menyebabkan rasa nyeri. Selain itu, volume
urin di VU menurun atau berkurang sehingga VU seolah-olah sudah penuh dan
kemudian dikeluarkan.

2
HIPOTESIS

Berdasarkan anamnesis didapatkan dysuria dengan urgensi. Dari pemeriksaan fisik


ditemukan nyeri tekan supra pubik. Dan dari pemeriksaan penunjang urinalisis, didapatkan
leukositosis. Maka dugaan sementara, pasien ini didiagnosis Infeksi Saluran Kemih Bawah
(ISKB.Cystitis). untuk memastikannya, dilakukan pemeriksaan kultur urin.

3
SASARAN BELAJAR
LI 1. Memahami dan Menjelaskan Vesika Urinaria dan Uretra
LO 1.1. Memahami dan Menjelaskan Makroskopik Vesika Urinaria dan Uretra
LO 1.2. Memahami dan Menjelaskan Mikroskopik Vesika Urinaria dan Uretra
LI 2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Berkemih
LO 2.1. Memahami dan Menjelaskan Proses Berkemih
LO 2.2. Memahami dan Menjelaskan Reflex Berkemih
LI 3. Memahami dan Menjelaskan Infeksi Saluran Kemih
LO 3.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Infeksi Saluran Kemih
LO 3.2. Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi Infeksi Saluran Kemih
LO 3.3. Memahami dan Menjelaskan Etiologi dan Faktor Resiko Infeksi Saluran
Kemih
LO 3.4. Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Infeksi Saluran Kemih
LO 3.5. Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi dan Pathogenesis Infeksi Saluran
Kemih
LO 3.6. Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding Infeksi
Saluran Kemih
LO 3.7. Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Infeksi Saluran Kemih
LO 3.8. Memahami dan Menjelaskan Prognosis Infeksi Saluran Kemih
LI 4. Memahami dan Menjelaskan Terapi ISKB
LO 4.1. Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana
LO 4.2. Memahami dan Menjelaskan Pencegahan
LI 5. Memahami dan Menjelaskan Kultur Urin
LI 6. Memahami dan Menjelaskan Ruksah dalam Thaharah

4
LI 1. Memahami dan Menjelaskan Vesika Urinaria dan Uretra
LO 1.1. Memahami dan Menjelaskan Makroskopik Vesika Urinaria dan Uretra
a. Vesica Urinaria (Kandung Kemih)
Vesica urinaria terletak tepat di belakang pubis di dalam cavitas pelvis. Vesica urinaria
cukup baik untuk menyimpan urine. Vesica urinaria mempunyai dinding otot yang kuat.
Bentuk dan batas-batasnya sangat bervariasi sesuai dengan jumlah urin di dalamnya. Vesica
urinaria yang kosong pada dewasa seluruhnya terletak di dalam pelvis; bila vesica urinaria
terisi, dinding atasnya terangkat sampai masuk regio hypogastricum. Pada anak kecil, vesica
urinaria yang kosong menonjol di atas apertura pelvis superior; kemudian bila cavitas melebar,
vesica urinaria terbenam di dalam pelvis untuk menempati posisi seperti pada orang dewasa.
Vesica urinaria yang kosong berbentuk piramid, mempunyai apex, basis, dan sebuah facies
superior serta dua buah facies inferolateralis; juga mempunyai collum.
Vesica Urinaria mempunyai 4 bagian, yaitu :
 Apex vesicale, dihubungkan ke cranial oleh urachus sampai ke umbilicus membentuk
ligamentum vesico umbilicale mediale.
 Corpus vesicae, antara apex dan fundus.
 Fundus (basis) vesicae, sesuai dengan basis.
 Cervix vesicae, sudut caudal mulai uretra dengan ostium uretra internum.
Lapisan dalam vesica urinaria pada muara masuknya ureter terdapat plica ureterica yang
menonjol. Ketika VU ini kosong maka plica ini terbuka sehingga urin dapat masuk dari ginjal
melalui ureter, sedangkan ketika VU penuh maka plica ini akan tertutup karena terdorong oleh
urin sehingga urin tidak akan naik ke atas ureter.
Membran mukosa VU pada waktu kosong membentuk lipatan yang sebagian menghubungkan
kedua ureter membentuk plica interureterica. Bila dihubungkan dengan ostium uretra
internum maka akan membentuk segitiga yang disebut trigonum vesicae (litaudi). Lapisan
otot VU terdiri dari 3 otot polos membentuk trabekula yang disebut m.Destrusor vesicae yang
akan menebal di leher VU membentuk sfingter vesicae.
▲Gambar 1-1. Vesica urinaria dan prostata, dilihat dari ventral

Gambar 1-1. Vesika Urinaria

Perdarahan Vesica Urinaria

5
Berasal dari Aa.Vesicalis superior dan A.vesicalis inferior cabang dari A.iliaca interna,
sedangkan pembuluh baliknya melalui V.vesicalis menyatu disekeliling VU membentuk
plexus dan akan bermuara ke V.iliaca interna .

Persarafan Vesica Urinaria


VU dipersarafi oleh cabang-cabang plexus hypogastricus inferior yaitu :
a. Serabut-serabut post ganglioner simpatis glandula para vertebralis L1-2
b. Serabut-serabut preganglioner parasimpatis N.S2,3,4 melalui N.splancnicus dan plexus
hypogastricus inferior mencapai dinding vesica urinaria.
Saraf simpatis menghambat kontraksi musculus detrusor vesicae dan merangsang penutupan
musculus sphincter vesicae. Saraf parasimpatis merangsang kontraksi musculus detrusor
vesicae dan menghambat kerja musculus sphincter vesicae.

▲Gambar 1-2. Vesica urinaria dan prostata, dilihat dari dorsal

b. Urethra
 Urethra masculina
Urethra masculina panjangnya sekitar 15-20 cm dan
terbentang dari collum vesicae urinaria sampai ostium
urethra externum pada glans penis. Urethra masculina
dibagi menjadi tiga bagian: (1) pars prostatica, (2) pars
membranacea, dan (3) pars spongiosa.
Urethra pars prostatica panjangnya 3 cm dan
berjalan melalui prostat dari basis sampai apexnya.
Bagian ini merupakan bagian yang paling lebar dan
yang paling dapat dilebarkan dari urethra. Pada bagian
ini bermuara ductus ejaculatorius dan saluran keluar
kelenjar prostat.
Urethra pars membranacea panjangnya sekitar
1,25 cm, terletak di dalam diaphragma urogenitale, dan
dikelilingi oleh musculus sphincter urethrae. Bagian ini
merupakan bagian urethra yang paling tidak bisa
dilebarkan.
▲Gambar 1-3. Urethra masculina

Urethra pars spongiosa panjangnya sekitar 15,75 cm dan dibungkus di dalam bulbus dan
corpus spongiosum penis. Ostium urethrae externum merupakan bagian yang tersempit dari

6
seluruh urethra. Bagian urethra yang terletak di dalam glans penis melebar membentuk fossa
navicularis (fossa terminalis). Glandula bulbourethralis bermuara ke dalam urethra pars
spongiosa distal dari diaphragma urogenitale.

 Urethra feminina
Panjang urethra feminina + 3,8 cm. Urethra terbentang dari collum vesicae urinaria sampai
ostium urethrae externum yang bermuara ke dalam vestibulum sekitar 2,5 cm distal dari
clitoris. Urethra menembus musculus sphinter urethrae dan terletak tepat di depan vagina. Di
samping ostium urethrae externum, terdapat muara kecil dari ductus glandula paraurethralis.
Urethra dapat dilebarkan dengan mudah.

▲Gambar 1-4. Urethra feminina


Vaskularisasi Urethra
Arteria dorsalis penis dan arteria bulbourethralis yang merupakan cabang dari arteria
pudenda interna.
Persarafan Urethra
Persarafan urethra diurus oleh nervus dorsalis penis yang merupakan cabang-cabang dari
nervus pudendus.

LO 1.2. Memahami dan Menjelaskan Mikroskopik Vesika Urinaria dan Uretra

VESIKA URINARIA
Tunika mukosa VU dilapisi oleh epitel transisional dengan ketebalan 5-6 lapisan, namun pada
saat sel meregang menjadi 2-3 lapisan. Pada permukaan sel dapat ditemukan sel payung.
Tunika muskularisnya terdiri dari 3 lapisan otot yaitu bagian luar terdapat otot polos tersusun
secara longitudinal, bagian tengan terdapat otot polos tersusun secara sirkular dan bagian dalam
tersusun otot polos tersusun secara longitudinal.

7
▲Gambar 1-5. Vesika Urinaria

URETRA
Uretra Wanita
Dilapisi oleh epiter berlapis gepeng dan
terkadang ada yang dilapisi oleh epitel
bertingkat toraks. Ditengah-tengah uretra
terdapat sfingter eksterna / muscular bercorak.

Uretra Pria
Pada pars prostatica dilapisi oleh epitel
transisional. Pada pars membranaceae
dilapisi oleh epitel bertingkat toraks. Pada
pars spongiosa umumnya dilapisi oleh epitel
bertingkat torak namun diberbagai tempat
terdapat epitel berlapis gepeng.
▲Gambar 1-6. Urethra

LI 2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Berkemih


LO 2.1. Memahami dan Menjelaskan Proses Berkemih
PROSES BERKEMIH
Setelah dibentuk ginjal, urin disalurkan melalui ureter ke kandung kemih. Kontraksi otot
peristaltik otot polos dalam dinding uretra juga mendorong urin bergerak dari ginjal menuju
kandung kemih. Ureter menembus dinding kandung kemih secara oblik sebelum bermuara di

8
rongga kandung kemih. Susunan anatomis ini mencegah aliran balik urin dari kandung kemih
ke ginjal ketika terjadi peningkatan tekanan di kandung kemih.
Ketika kandung kemih terisi, ujung ureter yang terdapat di dinding kandung kemih tertekan
dan menutup. Tapi urin masih tetap bisa masuk ke kandung kemih, karena kontraksi ureter
menghasilkan tekanan yang cukup besar untuk mendorong urin melewati saluran yang tertutup.
Lapisan epitel kandung kemih (epitel transisional) mampu meningkatkan atau mengurangi luas
permukaan melalui proses teratur daur membran saat kandung kemih terisi atau kosong.

 Kandung kemih terisi → permukaan epitel meluas dengan cara vesikel-vesikel


sitoplasma disisipkan ke dalam membran permukaan melalui proses eksositosis.
 Isi kandung kemih keluar → vesikel-vesikel ditarik melalui proses eksositosis.
Kandung kemih harus memiliki kapasitas penyimpanan yang cukup, sehingga urin tidak perlu
terus menerus dikeluarkan.
Otot polos kandung kemih banyak mendapatkan persarafan parasimpatis, yang apabila
dirangsang akan menyebabkan kontraksi kandung kemih. Ketika m.detrussor vesicae
berkontraksi terjadi perangsangan urin.

Pintu keluar kandung kemih dijaga 2 sfingter:


 Sfingter uretra interna, terdiri dari otot polos dan berada di bawah kontrol involunter.
Sewaktu kandung kemih melemas/ rileks, susunan anatomis uretra interna menutupi
pintu keluar kandung kemih.
 Sfingter uretra eksterna, diperkuat seluruh diafragma pelvis, dipersarafi neuron
motorik, di bawah kesadaran karena merupakan otot rangka. Dapat dengan sengaja
dikontraksikan untuk mencegah pengeluaran urin sewaktu kandung kemih kontraksi &
sfingter uretra interna terbuka.

Daya tampung kandung kemih berkisar 250-400ml, semakin banyak terisi urin maka volume
di dalam kandung kemih juga semakin besar dan semakin besar pula tingkat pengaktifan
reseptor regang.
Aktivasi reseptor regang→ke serat-serat aferen→korda spinalis→antar neuron→rangsang
parasimpatis→hambat neuron motorik yang persarafi sfingter eksterna, kedua sfingter terbuka
dan urin terdorong keluar menuju uretra karena gaya kontraksi kandung kemih.

LO 2.2. Memahami dan Menjelaskan Reflex Berkemih


Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat
pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih
(proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat
yang sama terjadi relaksasi sfingter internus, diikuti oleh relaksasi sfingter eksternus, dan
akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih. Rangsangan yang menyebabkan kontraksi
kandung kemih dan relaksasi sfingter interus dihantarkan melalui serabut – serabut para
simpatis. Kontraksi sfingter eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau
menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf – saraf yang menangani
kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh. Bila terjadi kerusakan pada saraf
– saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin (kencing keluar terus – menerus tanpa
disadari) dan retensi urine (kencing tertahan). Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria,
diatur oleh torako lumbar dan kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi
untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna. Peritonium melapis kandung kemih

9
sampai kira – kira perbatasan ureter masuk kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan
membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung kemih terisi penuh. Pembuluh darah
Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman
dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus limfatilis sepanjang arteri
umbilikalis.
Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang) Sebagian besar
pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat di pelajari “latih”. Sistem saraf simpatis
: impuls menghambat Vesika Urinaria dan gerak spinchter interna, sehingga otot detrusor relax
dan spinchter interna konstriksi. Sistem saraf parasimpatis: impuls menyebabkan otot detrusor
berkontriksi, sebaliknya spinchter relaksasi terjadi MIKTURISI (normal: tidak nyeri).

Gambar 7. Kontrol Refleks dan Volunter Atas Berkemih

LI 3. Memahami dan Menjelaskan Infeksi Saluran Kemih


LO 3.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Infeksi Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih adalah suatu infeksi yang melibatkan ginjal, ureter, buli-buli, ataupun
uretra. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang menunjukkan keberadaan
mikroorganisme (MO) dalam urin.
LO 3.2. Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi Infeksi Saluran Kemih

10
Dalam setiap tahun, 15% perempuan mengalami ISK. Kejadian ISK makin sering
terjadi pada masa kehamilan. Prevalensi ISK di masyarakat makin meningkat seiring dengan
meningkatnya usia. Pada usia 40 – 60 tahun mempunyai angka prevalensi 3,2 %. Sedangkan
pada usia sama atau diatas 65 tahun kira-kira mempunyai angka prevalensi ISK sebesar 20%.
Infeksi saluran kemih dapat mengenal baik laki-laki maupun wanita dari semua umur baik
anak-anak, remaja, dewasa maupun lanjut usia.Sekitar 15% wanita, mengalami paling sedikit
satu kali serangan akut inferksi saluran kemih selama hidupnya. Sebagian besar infeksi tersebut
adalah asimtomatik, angka kejadiannya pada wanita hamil adalah 5%-6% dan meningkat
sampai 10% pada resiko tinggi.
Namun pada masa neonatus , ISK lebih banyak terdapat pada bayi laki-laki (2,7%) yang
tidak menjalani sirkumsisi daripadi bayi perempuan (0,7%) . Dengan bertambahnya usia
insiden ISK terbalik, yaitu pada masa usia sekolah, ISK pada anak perempuan 36% sedangkan
pada nak laki-laki 1,1%. Insiden ISK ini pada usia remaja anak perempuan meningkat sampai
3,3 sampai 5,8%. Bakteriuria asimtomatik pada wanita usia 18-40 tahun adalah 5-6% dan
angka tersebut meningkat menjadi 20% pada wanita usia lanjut
LO 3.3. Memahami dan Menjelaskan Etiologi dan Faktor Resiko Infeksi Saluran
Kemih
Penyebab terbanyak adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya menghuni
usus kemudian naik ke sistem saluran kemih. Dari gram negatif tersebut, ternyata Escherichia
coli menduduki tempat teratas kemudian diikuti oleh :
a. Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
b. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.

Jenis kokus gram positif lebih jarang sebagai penyebab ISK sedangkan Enterococci dan
Staphylococcus aureus sering ditemukan pada pasien dengan batu saluran kemih, lelaki usia
lanjut dengan hiperplasia prostat atau pada pasien yang menggunakan kateter urin. Demikian
juga dengan Pseudomonas aeroginosa dapat menginfeksi saluran kemih melalui jalur
hematogen dan pada kira-kira 25% pasien demam tifoid dapat diisolasi salmonella dalam urin.
Bakteri lain yang dapat menyebabkan ISK melalui cara hematogen adalah brusella, nocardia,
actinomises, dan Mycobacterium tubeculosa.
Candida sp merupakan jamur yang paling sering menyebabkan ISK terutama pada pasien-
pasien yang menggunakan kateter urin, pasien DM, atau pasien yang mendapat pengobatan
antibiotik berspektrum luas. Jenis Candida yang paling sering ditemukan adalah Candida
albican dan Candida tropicalis. Semua jamur sistemik dapat menulari saluran kemih secara
hematogen.

Tabel 1. Persentase biakan mikroorganisme penyebab ISK


No. Mikroorganisme Persentase biakan

(%)
1. Escherichia coli 50-90
2. Klebsiela sp. atau Enterobacter sp. 10-40
3. Proteus sp. 5-10
4. Pseudomonas aeroginosa 2-10
5. Staphylococcus epidermidis 2-10
6. Enterococci sp. 2-10

11
7. Candida albicans 1-2
8. Staphylococcus aureus 1-2

A. Enterobacteriacea
Enterobacteriaceae adalah kuman yang hidup diusus besar manusia dan hewan,
tanah, dan air. Enterobacteriaceae adalah kuman berbentuk batang pendek dengan ukuran
0,5 um x 3,0 um negatif gram tidak berspora, gerak positif dengan flagel peritrik
(Salmonella, Proteus, Escherichia) atau gerak negatif (Shigella, Klebsiella), mempunyai
kapsul/selubung yang jelas seperti pada Klebsiella atau hanya berupa selubung tipis pada
Escherichia atau tidak berkapsul sama sekali. Sebagian besar spesies mempunyai fili atau
fimbriae yang berfungsi sebagai alat perlekatan dengan bakteri lain.
Contoh Enterobacteria yang menyebabkan infeksi saluran kemih
1. Escherichia coli
 Morfologi
Kuman ini berbentuk batang pendek, gemuk, berukuran 2,4 u x 0,4 sampai 0,7 u;
gram-negatif, tak bersimpai, bergerak aktif dan tidak berspora.
 Patogenisitas
Eschericia coli adalah penyebab yang paling lazim dari infeksi saluran kemih dan
merupakan penyebab infeksi saluran kemih pertama pada kira-kira 90% wanita muda.
Gejala dan tanda-tandanya antara lain sering kencing, disuria, hematuria, dan puria. Nyeri
pinggang berhubungan dengan infeksi saluran kemih bagian atas. Tak satupun dari gejala
atau tanda-tanda ini bersifat khusus untuk bakteri E. coli. Infeksi saluran kemih dapat
mengakibatkan bakterimia dengan tanda-tanda khusus sepsis.
E.coli yang nefropatogenik secara khas menghasilkan hemolisin. Kebanyakan
infeksi disebabkan oleh E.coli dengan sejumlah kecil tipe antigen O. Antigen K tampaknya
penting dalam patogenesis infeksi saluran atas. Pieloneftritis berhubungan dengan jenis
philus khusus, philus P yang mengikat zat golongan darah P.
Infeksi saluran kemih misalnya sistitis, pielitis dan pielonefritis. Infeksi dapat
terjadi akibat sumbatan saluran kemih karena adanya pembesaran prostat dan kehamilan.
E.coli yang biasa menyebabkan infeksi saluran kemih ialah jenis 01, 2, 4, 6, dan 7. Jenis-
jenis pembawa antigen K dapat menyebabkan timbulnya piolonefritis.
2. Klebsiella
Klebsiella pneumoniae kadang-kadang menyebabkan infeksi saluran kemih dan
bakteremia dengan lesi fokal pada pasien yang lemah. Ditemukan pada selaput lendir
saluran napas bagian atas, usus dan saluran kemih dan alat kelamin. Tidak bergerak,
bersimpai, tumbuh pada perbenihan biasa dengan membuat koloni berlendir yang besar
yang daya lekatnya berlainan.
3. Enterobacter aerogenes
Organisme ini mempunyai simpai yang kecil, dapat hidup bebas seperti dalam
saluran usus, serta menyebabkan saluran kemih dan sepsis. Infeksi saluran kemih terjadi
melalui infeksi nosokomial.
4. Proteus
Kuman ini adalah kuman patogen oportunis. Dapat menyebabkan infeksi saluran
kemih atau kelainan bemanah seperti abses, infeksi luka, infeksi telinga atau saluran napas.
Spesies proteus dapat menyebabkan infeksi pada manusia hanya bila bakteri itu
meninggalkan saluran usus. Spesies ini ditemukan pada infeksi saluran kemih dan
menyebabkan bakterimia, pneumonia dan lesi fokal pada penderita yang lemah atau pada
penderita yang menerima infus intravena.
P.mirabilis menyebabkan infeksi saluran kemih dan kadang-kadang infeksi lainnya.
Karena itu, pada infeksi saluran kemih oleh Proteus urine bersifat basa, sehingga

12
memudahkan pembentukan batu dan praktis tidak mungkin mengasamkannya. Pergerakan
cepat oleh Proteus mungkin ikut berperan dalam invasinya terhadap saluran kemih. Spesies
Proteus menghasilkan urease mengakibatkan hidrolisis urea yang cepat dengan
pembebasan amonia.
B. Pseudomonas aeroginosa
P.aeruginosa bersifat patogen bila masuk ke daerah yang fungsi pertahanannya abnormal,
misalnya bila selaput mukosa dan kulit "robek" karena kerusakan kulit langsung. Pada
pemakaian kateter intravena atau kateter air kemih atau bila terdapat netropenia, misalnya pada
kemoterapi kanker. Kuman melekat dan mengkoloni selaput mukosa atau kulit dan menginvasi
secara lokal dan menimbulkan penyakit sistemik. Proses ini dibantu oleh phili, enzim dan
toksin.
C. Enterococcus faecalis
Terdapat sedikitnya 12 spesies enterokokus. Enterococcus faecalis merupakan yang paling
sering dan menyebabkan 85-90% infeksi enterokokus. Enterokokus adalah yang paling sering
menyebabkan infeksi nosokomial.

Faktor predisposisi yang menaikkan prevalensi ISK :

1. Tidak mengosongkan kandung kemih segera, karena bisa menyebabkan multiplikasi


bakteri, dan bakteri tinggal di vesika urinaria.
2. Saat menggunakan tampon, atau saat melakukan aktivitas seksual, bisa saja bakteri
terdorong masuk ke uretra wanita bagian dalam
3. Menyebarnya bakteri dari anus saat membilas dari belakang ke depan, yang seharusnya
dari depan ke belakang
4. Saat mengganti kateter, bisa terjadi kerusakan
5. Bendungan di sistem urinarius yang menghalangi pengosongan kandung kemih
 Anomali kongenital
 Batu saluran kemih
 Oklusi ureter (sebagian atau total)
6. Pada wanita menopause, saluran dari vesika urinaria ke uretra menjadi tipis karena
kekurangan hormone estrogen. Hal ini menyebabkan mudahnya terjadi kerusankan dan
infeksi. Wanita juga memproduksi mucus lebih sedikit saat menopause, dan tanpa mucus
ini, bakteri bisa bermultiplikasi dengan mudahnya. Tapi bila wanita menopause melakukan
hormone replacement therapy (HRT) maka kemungkinan ISK lebih kecil
7. Pada wanita, kerusakan fisik dan memar bisa disebabkan aktivitas seksual yang sering dan
kuat, dan menyebabkan honeymoon cystitis .
Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
o Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang
kurang efektif
o Mobilitas menurun
o Nutrisi yang sering kurang baik
o Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
o Adanya hambatan pada aliran urin
o Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat

13
LO 3.4. Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Infeksi Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih dapat dibagi menjadi Cystitis dan Pielonefritis. Cystitis adalah infeksi
kandung kemih, yang merupakan tempat tersering terjadinya infeksi. Pielonefritis adalah
infeksi pada ginjal itu sendiri. Pielonefritis dapat bersifat akut atau kronik. Pielonefritis akut
biasanya terjadi akibat infeksi kandung kemih asendens. Pielonefritis akut juga dapat terjadi
melalui infeksi hematogen.
 Pielonefritis kronik dapat terjadi akibat infeksi berulang, dan biasanya dijumpai pada
individu yang mengidap batu, obstruksi lain, atau refluks vesikoureter. Pada pielonefritis
kronik, terjadi pembentukan jaringan parut dan obstruksi tubulus yang luas. Kemampuan
ginjal untuk memekatkan urin menurun karena rusaknya tubulus-tubulus. Glomerulus
biasanya tidak terkena, hal ini dapat menimbulkan gagal ginjal kronik.
 Cystitis adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh infeksi
asenden dari uretra. Penyebab lainnya mungkin aliran balik urine dari uretra kedalam
kandung kemih. Kontaminasi fekal atau penggunaan kateter atau sistoskop.
Beberapa penyelidikan menunjukkan 20% dari wanita-wanita dewasa tanpa mempedulikan
umur setiap tahun mengalami disuria dan insidennya meningkat sesuai pertumbuhan usia
dan aktifitas seksual, meningkatnya frekwensi infeksi saluran perkemihan pada wanita
terutama yang gagal berkemih setelah melakukan hubungan seksual dan diperkirakan pula
karena uretra wanita lebih pendek dan tidak mempunyai substansi anti mikroba seperti yang
ditemukan pada cairan seminal.
Infeksi ini berkaitan juga dengan penggunaan kontrasepsi spermasida-diafragma karena
kontrsepsi ini dapat menyebabkan obstruksi uretra parsial dan mencegah pengosongan
sempurna kandung kemih. Cistitis pada pria merupakan kondisi sekunder akibat bebarapa
faktor misalnya prostat yang terinfeksi, epididimitis, atau batu pada kandung kemih.
Cystitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu;
 Cystitis primer,merupakan radang yang mengenai kandung kemih radang ini dapat terjadi
karena penyakit lainseperti batu pada kandung kemih, divertikel, hipertropi prostat dan
striktura uretra.
 Cystitis sekunder, merukan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari penyakit
primer misalnya uretritis dan prostatitis
Klasifikasi berdasarkan etiologi
 Sistitis karena infeksi bakteri
Infeksi saluran kemih biasanya terjadi saat bakteri dari luar tubuh masuk ke dalam saluran
urinaria melalui uretra dan mulai bermultiplikasi. Kebanyak dari kasus sistitis disebabkan oleh
bakteri eschericia coli.
Tipe infeksi
Dua tipe utama dari tipe infeksi yang terjadi di sistem urinaria adalah :

o Infeksi komunitas. Infeksi ini terjadi saat seseorang tidak dalam penanganan fasilitas
medis. Pada infeksi ini rasio wanita lebih banyak dari laki-laki
o Infeksi nosokomial. Infeksi ini terjadi pada pasien dalam penanganan fasilitas medis
seperti rumah sakit atau ruang parawatan. Biasanya terjadi pada pasien dengan
pemasangan kateter
o Bakteri agen infeksi :

14
o Escherichia (E.) coli adalah bakteri yang paling sering menyebabkan sistitis tanpa
komplikasi pada wanita. Terutama para wanita muda. E. coli sebenarnya adalah flora
normal di usus. Apabila ia menyebar ke daerah vagina ia dapat berkolonisasi dan
menyebabkan infeksi. Penyebaran E. coli biasanya terjadi pada wanita yang
membersikan kemaluannya dari belakang ke depan setelah berkemih atau setelah
aktivitas seksual
o Staphylococcus saprophyticus Persentasenya 5 - 15% of sebagai penyebab infeksi
saluran kemih, kebanyakan pada wanita muda
o Klebsiella , Enterococci bacteria, and Proteus mirabilis Biasanya ditemukan pada
wanita dewasa
o Ureaplasma urealyticum and Mycoplasma hominis jarang menyebabkan ISK

 Sistitis noninfeksius
Meskipun sistitis umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri, ada banyak faktor noninfeksius
yang meyebabkan saluran kemih mengalami inflamasi. Diantaranya adalah :

o Interstitial cystitis. Penyebab dari inflamasi kronik saluran kemih ini masih belum dapat
diketahui. Kebanyakan diderita oleh wanita dan merupakan penyakit yang sulit didiagnosis
dan diobati
o Drug-induced cystitis. Beberapa jenis obat, biasanya obat-obat kemoterapi seperti
cyclophosphamide and ifosfamide, dapat menyebabkan inflamasih dari saluran kemih saat
degradasi komponen obat tersebut keluar dari tubuh
o Radiation cystitis. Terapi radiasi terutama di daerah pelvis dapat menyebabkan inflamsi
karena menyebabkan terjadinya perubahan jaringan pada saluran kemih
o Foreign-body cystitis. Pemasangan kateter yang lama dapat menjadi predisposisi infeksi
bakteri dan kerusakan jaringan dimana kedua hal ini dapat menimbukan inflamasi
o Chemical cystitis. Beberapa orang dengan tertentu yang hipersensitivitas terhadap
kandungan kimia pada obat-obat perbersih daerah kewanitaan, sabun mandi dsb dapat
menyebabkan terjadinya reaksi alergi sehingga menimbulkan inflamasi
o Cystitis associated with other conditions. Sistisis dapat disebabkan oleh komplikasi dari
penyakit lain seperti kanker ginekologi, kelainan peeradangan pelvis, endometriosis,
Crohn's disease, diverticulitis, lupus or tuberculosis.
Secara Anatomi
ISK bawah, presentasi klinis ISK bawah tergantung dari gender.
 Perempuan
o Sistitis adalah presentasi klinis infeksi saluran kemih disertai bakteriuria bermakna
o Sindroma uretra akut (SUA), adalah presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan
mikroorganisme (steril).
 Laki-laki
o Presentasi ISK bawah pada laki-laki dapat berupa sistitis, prostatitis, epidimidis, dan
uretritis.
ISK atas
 Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan oleh
infeksi bakteri.
 Pielonefritis kronis (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih serta refluk
vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan jaringan ikat
parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis kronik yang spesifik.

15
- Klinis
o ISK Sederhana/ tak berkomplikasi, yaitu ISK yang terjadi pada perempuan yang tidak
hamil dan tidak terdapat disfungsi truktural ataupun ginjal.
o ISK berkomplikasi, yaitu ISK yang berlokasi selain di vesika urinaria, ISK pada anak-
anak, laki-laki, atau ibu hamil.

- Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi:


1. ISK uncomplicated (simple)
ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak baik, anatomic
maupun fungsional normal. ISK ini pada usi lanjut terutama mengenai penderita wanita
dan infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih.
2. ISK complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit
diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika,
sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini terjadi bila terdapat keadaan-
keadaan sebagi berikut:
a. Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral obstruksi,
atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kencing menetap dan prostatitis.
b. Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK.
c. Gangguan daya tahan tubuh
d. Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen sperti prosteus spp yang
memproduksi urease.

LO 3.5. Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi dan Pathogenesis Infeksi Saluran


Kemih
Bakteri masuk ke saluran kemih manusia dapat melalui beberapa cara yaitu :
- Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat infeksi terdekat
- Hematogen
- Limfogen
- Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi
Dua jalur utama masuknya bakteri ke saluran kemih adalah jalur hematogen dan asending,
tetapi asending lebih sering terjadi.
1. Infeksi hematogen (desending)
Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh rendah, karena
menderita suatu penyakit kronik, atau pada pasien yang sementara mendapat pengobatan
imunosupresif. Penyebaran hematogen dapat juga terjadi akibat adanya fokus infeksi di
salah satu tempat. Contoh mikroorganisme yang dapat menyebar secara hematogen adalah
Staphylococcus aureus, Salmonella sp, Pseudomonas, Candida sp., dan Proteus sp.
Ginjal yang normal biasanya mempunyai daya tahan terhadap infeksi E.coli karena itu
jarang terjadi infeksi hematogen E.coli. Ada beberapa tindakan yang mempengaruhi
struktur dan fungsi ginjal yang dapat meningkatkan kepekaan ginjal sehingga
mempermudah penyebaran hematogen. Hal ini dapat terjadi pada keadaan sebagai berikut
:
 Adanya bendungan total aliran urin
 Adanya bendungan internal baik karena jaringan parut maupun terdapatnya presipitasi
obat intratubular, misalnya sulfonamide
 Terdapat faktor vaskular misalnya kontriksi pembuluh darah

16
 Pemakaian obat analgetik atau estrogen
 Pijat ginjal
 Penyakit ginjal polikistik
 Penderita diabetes melitus

2. Infeksi asending

a. Kolonisasi uretra dan daerah introitus vagina


Saluran kemih yang normal umumnya tidak mengandung mikroorganisme kecuali pada
bagian distal uretra yang biasanya juga dihuni oleh bakteri normal kulit seperti basil
difteroid, streptpkokus. Di samping bakteri normal flora kulit, pada wanita, daerah 1/3
bagian distal uretra ini disertai jaringan periuretral dan vestibula vaginalis yang juga
banyak dihuni oleh bakteri yang berasal dari usus karena letak usus tidak jauh dari
tempat tersebut. Pada wanita, kuman penghuni terbanyak pada daerah tersebut adalah
E.coli di samping enterobacter dan S.fecalis. Kolonisasi E.coli pada wanita didaerah
tersebut diduga karena :
1) adanya perubahan flora normal di daerah perineum
2) Berkurangnya antibodi lokal
3) Bertambahnya daya lekat organisme pada sel epitel wanita

b. Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih


Proses masuknya mikroorganisme ke dalam kandunh kemih belum diketahui dengan
jelas. Beberapa faktor yang mempengaruhi masuknya mikroorganisme ke dalam
kandung kemih adalah :
1) Faktor anatomi
Kenyataan bahwa infeksi saluran kemih lebih banyak terjadi pada wanita daripada laki-
laki disebabkan karena :
 Uretra wanita lebih pendek dan terletak lebih dekat anus
 Uretra laki-laki bermuara saluran kelenjar prostat dan sekret prostat merupakan
antibakteri yang kuat
2) Faktor tekanan urin pada waktu miksi
Mikroorganisme naik ke kandung kemih pada waktu miksi karena tekanan urin. Selama
miksi terjadi refluks ke dalam kandung kemih setelah pengeluarann urin.

3) Faktor lain, misalnya


 Perubahan hormonal pada saat menstruasi
 Kebersihan alat kelamin bagian luar
 Adanya bahan antibakteri dalam urin
 Pemakaian obat kontrasepsi oral

17
c. Multiplikasi bakteri dalam kandung kemih dan pertahanan kandung kemih
Dalam keadaan normal, mikroorganisme yang masuk ke dalam kandung kemih akan cepat
menghilang, sehingga tidak sempat berkembang biak dalam urin. Pertahanan yang normal
dari kandung kemih ini tergantung tiga faktor yaitu :
1) Eradikasi organisme yang disebabkan oleh efek pembilasan dan pemgenceran urin
2) Efekantibakteri dari urin, karena urin mengandung asam organik yang bersifat
bakteriostatik. Selain itu, urin juga mempunyai tekanan osmotik yang tinggi dan pH
yang rendah
3) Mekanisme pertahanan mukosa kandung kemih yang intrinsik
Mekanisme pertahanan mukosa ini diduga ada hubungannya dengan
mukopolisakarida dan glikosaminoglikan yang terdapat pada permukaan mukosa,
asam organik yang bersifat bakteriostatik yang dihasilkan bersifat lokal, serta enzim
dan lisozim. Selain itu, adanya sel fagosit berupa sel neutrofil dan sel mukosa saluran
kemih itu sendiri, juga IgG dan IgA yang terdapat pada permukaan mukosa.
Terjadinya infeksi sangat tergantung pada keseimbangan antara kecepatan proliferasi
bakteri dan daya tahan mukosa kandung kemih.
Eradikasi bakteri dari kandung kemih menjadi terhambat jika terdapat hal sebagai
berikut : adanya urin sisa, miksi yang tidak kuat, benda asing atau batu dalam kandung
kemih, tekanan kandung kemih yang tinggi atau inflamasi sebelumya pada kandung
kemih

d. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal


Hal ini disebabkan oleh refluks vesikoureter dan menyebarnya infeksi dari pelvis ke
korteks karena refluks internal. Refluks vesikoureter adalah keadaan patologis karena tidak
berfungsinya valvula vesikoureter sehingga aliran urin naik dari kandung kemih ke ginjal.
Tidak berfungsinya valvula vesikoureter ini disebabkan karena :
 Memendeknya bagian intravesikel ureter yang biasa terjadi secara kongenital
 Edema mukosa ureter akibat infeksi
 Tumor pada kandung kemih
 Penebalan dinding kandung kemih

18
LO 3.6. Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding Infeksi
Saluran Kemih
Manifestasi klinis
Gejala – gejala dari cystitis sering meliputi:
· Gejala yang terlihat, sering timbulnya dorongan untuk berkemih
· Rasa terbakar dan perih pada saat berkemih
· Seringnya berkemih, namun urinnya dalam jumlah sedikit (oliguria)
· Adanya sel darah merah pada urin (hematuria)
· Urin berwarna gelap dan keruh, serta adanya bau yang menyengat dari urin
· Ketidaknyamanan pada daerah pelvis renalis
· Rasa sakit pada daerah di atas pubis
· Perasaan tertekan pada perut bagian bawah
· Demam
· Anak – anak yang berusia di bawah lima tahun menunjukkan gejala yang nyata, seperti
lemah, susah makan, muntah, dan adanya rasa sakit pada saat berkemih.
· Pada wanita yang lebih tua juga menunjukkan gejala yang serupa, yaiu kelelahan,
hilangnya kekuatan, demam
· Sering berkemih pada malam hari

Jika infeksi dibiarkan saja, infeksi akan meluas dari kandung kemih hingga ginjal. Gejala –
gejala dari adanya infeksi pada ginjal berkaitan dengan gejala pada cystitis, yaitu demam,
kedinginan, rasa nyeri pada punggung, mual, dan muntah. Cystitis dan infeksi ginjal termasuk
dalam infeksi saluran kemih.

19
Tidak setiap orang dengan infeksi saluran kemih dapat dilihat tanda – tanda dan gejalanya,
namun umumnya terlihat beberapa gejala, meliputi:
· Desakan yang kuat untuk berkemih
· Rasa terbakar pada saat berkemih
· Frekuensi berkemih yang sering dengan jumlah urin yang sedikit (oliguria)
· Adanya darah pada urin (hematuria)

Setiap tipe dari infeksi saluran kemih memilki tanda – tanda dan gejala yang spesifik,
tergantung bagian saluran kemih yang terkena infeksi:
1. Pyelonephritis akut. Pada tipe ini, infeksi pada ginjal mungkin terjadi setelah meluasnya
infeksi yang terjadi pada kandung kemih. Infeksi pada ginjal dapat menyebabkan rasa salit
pada punggung atas dan panggul, demam tinggi, gemetar akibat kedinginan, serta mual
atau muntah.
2. Cystitis. Inflamasi atau infeksi pada kandung kemih dapat dapat menyebabkan rasa tertekan
pada pelvis, ketidaknyamanan pada perut bagian bawah, rasa sakit pada saat urinasi, dan
bau yang mnyengat dari urin.
3. Uretritis. Inflamasi atau infeksi pada uretra menimbulkan rasa terbakar pada saat urinasi.
Pada pria, uretritis dapat menyebabkan gangguan pada penis.

Gejala infeksi saluran kemih pada anak – anak, meliputi:


1. Diarrhea
2. Menangis tanpa henti yang tidak dapat dihentikan dengan usaha tertentu (misalnya:
pemberian makan, dan menggendong)
3. Kehilangan nafsu makan
4. Demam
5. Mual dan muntah

Untuk anak – anak yang lebih dewasa, gejala yang ditunjukkan berupa:
1. rasa sakit pada panggul dan punggung bagian bawah (dengan infeksi pada ginjal)
2. seringnya berkemih
3. ketidakmampuan memprodukasi urin dalam jumlah yang normal, dengan kata lain, urin
berjumlah sedikit (oliguria)
4. tidak dapat mengontrol pengeluaran kandung kemih dan isi perut
5. rasa sakit pada perut dan daerah pelvis
6. rasa sakit pada saat berkemih (dysuria)
7. urin berwarna keruh dan memilki bau menyengat

Gejala pada infeksi saluran kemih ringan (misalnya: cystitis, uretritis) pada orang dewasa,
meliputi:
1. rasa sakit pada punggung
2. adanya darah pada urin (hematuria)
3. adanya protein pada urin (proteinuria)
4. urin yang keruh
5. ketidakmampuan berkemih meskipun tidak atau adanya urin yang keluar
6. demam
7. dorongan untuk berkemih pada malam hari (nokturia)
8. tidak nafsu makan
9. lemah dan lesu (malaise)
10. rasa sakit pada saat berkemih (dysuria)

20
11. rasa sakit di atas bagian daerah pubis (pada wanita)
12. rasa tidak nyaman pada daerah rectum (pada pria)

Gejala yang mengindikasikan infeksi saluran kemih lebih berat (misalnya: pyelonephritis) pada
orang dewasa, meliputi:
1. kedinginan
2. demam tinggi dan gemetar
3. mual
4. muntah (emesis)
5. rasa sakit di bawah rusuk
6. rasa sakit pada daerah sekitar abdome

Merokok, ansietas, minum kopi terlalu banyak, alergi makanan atau sindrom pramenstruasi
bisa menyebabkan gejala mirip infeksi saluran kemih. Gejala infeksi saluran kemih pada bayi
dan anak kecil. Infeksi saluran kemih pada bayi dan anak usia belum sekolah memilki
kecendrungan lebih serius dibandingkan apabila terjadi pada wanita muda, hal ini disebabkan
karena memiliki ginjal dan saluran kemih yang lebih rentan terhadap infeksi.
 Anamnesis :
ISK bawah : frekuensi, disuria terminal, polakisuria, nyeri suprapubik.
ISK atas : nyeri pinggang, demam, menggigil, mual dan muntah,
hematuria.
 Pemeriksaan fisik : febris, nyeri tekan suprapubik, nyeri ketok sudut kostovertebra.
 Pemeriksaan penunjang
o Urinalisis

Untuk pengumpulan spesimen, dapat dipilih pengumpulan urin melalui urin porsi tengah,
pungsi suprapubik, dan kateter uretra. Secara umum, untuk anak laki-laki dan perempuan yang
sudah bisa berkemih sendiri, maka cara pengumpulan spesimen yang dapat dipilih adalah
dengan cara urin porsi tengah.Urin yang dipergunakan adalah urin porsi tengah (midstream).
Untuk bayi dan anak kecil, spesimen didapat dengan memasang kantong steril pada genitalia
eksterna. Cara terbaik dalam pengumpulan spesimen adalah dengan cara pungsi suprapubik,
walaupun tingkat kesulitannya paling tinggi dibanding cara yang lain karena harus dibantu
dengan alat USG untuk memvisualisasikan adanya urine dalam vesica urinaria. Yang dinilai
adalah sebagai berikut:
a) Eritrosit
Ditemukannya eritrosit dalam urin (hematuria) dapat merupakan penanda bagi berbagai
penyakit glomeruler maupun non-gromeruler, seperti batu saluran kemih dan infeksi saluran
kemih. Positif bila ditemukan 5-10 per lapang pandang sedimen urin.
b) Piuria
Piuria atau sedimen leukosit dalam urin yang didefinisikan olehStamm, bila ditemukan
paling sedikit 8000 leukosit per ml urin yang tidak disentrifus atau setara dengan 2-5
leukosit per lapangan pandang besar pada urin yang di sentrifus. Infeksi saluran kemih dapat
dipastikan bila terdapat leukosit sebanyak > 10 per mikroliter urin atau > 10.000 per ml urin.
c) Silinder
Silinder dalam urin dapat memiliki arti dalam diagnosis penyakit ginjal, antara lain :
 Silinder eritrosit, sangat diagnostik untuk glomerulonefritis atau vaskulitis ginjal
 Silinder leukosit bersama dengan hanya piuria, diagnostik untuk pielonefritis
 Silinder epitel, dapat ditemukan pada nekrosis tubuler akut atau pada gromerulonefritis akut

21
 Silinder lemak, merupakan penanda untuk sindroma nefrotik bila ditemukan bersamaan
dengan proteinuria nefrotik.
d) Kristal
Kristal dalam urin tidak diagnostik untuk penyakit ginjal.
e) Bakteri
Bakteri dalam urin yang ditemukan dalam urinalisis tidak identik dengan infeksi saluran
kemih, lebih sering hanya disebabkan oleh kontaminasi.
o Bakteriologis

a) Mikroskopis
Pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan urin segar tanpa diputar atau pewarnaan gram.
Bakteri dinyatakan positif bila dijumpai satu bakteri lapangan pandang minyak emersi.
b) Biakan bakteri
Pembiakan bakteri sedimen urin dimaksudkan untuk memastikan diagnosis ISK yaitu bila
ditemukan bakteri dalam jumlah bermakna, yaitu:
Pengambilan spesimen Jumlah koloni bakteri per ml urin
Aspirasi supra pubik >100 cfu/ml dari 1 atau lebih organisme
patogen
Kateter >20.000 cfu/ml dari 1 organisme patogen
Urine bag atau urin porsi tengah >100.000 cfu/ml
 Pemeriksaan penunjang lainnya :

1) Tes Kimiawi
Dipakai untuk penyaring adanya bakteriuria, diantaranya yang paling sering dipakai
adalah tes reduksi griess nitrate (untuk bakteri gram negative). Dasarnya adalah sebagian
besar mikroba kecualienter ococci mereduksi nitrat. Batasannya bila ditemukan bakteri
>100.000. Kepekaannya mencapai 90% dengan spesifitas 99%.

2) Tes Plat-Celup (Dip-Slide)


Beberapa pabrik mengeluarkan biakan buatan yang berupa lempengan plastik
bertangkai dimana pada kedua sisi permukaannya dilapisi pembenihan padat khusus.
Lempengan tersebut dicelupkan ke dalam urin pasien atau dengan digenangi urin. Setelah
itu lempengan dimasukkan kembali kedalam tabung plastik tempat penyimpanan semula,
lalu diletakkan pada suhu 37oC selama satu malam. Penentuan jumlah kuman/mL dilakukan
dengan membandingkan pola pertumbuhan kuman yang terjadi dengan serangkaian gambar
yang memperlihatkan pola kepadatan koloni antara 1000 hingga 10.000.000 cfu per mL urin
yang diperiksa. Cara ini mudah dilakukan, murah dan cukup adekuat. Kekurangannya
adalah jenis kuman dan kepekaannya tidak dapat diketahui.
 Pemeriksaan penunjang lainnya
3) Radiologi
Pemeriksaan radiologis pada ISK dimaksudkan untuk mengetahui adanya batu atau kelainan
anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK. Pemeriksaan ini dapat berupa foto polos
abdomen, pielonegrafi intravena, demikian pula dengan pemeriksaan lainnya, misalnya
ultrasonografi dan CT Scan.
Pemeriksaan tersebut antara lain berupa :
a. Foto polos abdomen
Dapat mendeteksi sampai 90% batu radio opak
b. Pielografi intravena (PIV)

22
Memberikan gambaran fungsi eksresi ginjal, keadaan ureter, dan distorsi system pelviokalises.
Untuk penderita: pria (anak dan bayi setelah episode infeksi saluran kemih yang pertama
dialami, wanita (bila terdapat hipertensi, pielonefritis akut, riwayat infeksi saluran kemih,
peningkatan kreatinin plasma sampai < 2 mg/dl, bakteriuria asimtomatik pada kehamilan, lebih
dari 3 episode infeksi saluran kemih dalam setahun. PIV dapat mengkonfirmasi adanya batu
serta lokasinya. Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi batu radiolusen dan memperlihatkan
derajat obstruksi serta dilatasi saluran kemih. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan setelah > 6
minggu infeksi akut sembuh, dan tidak dilakukan pada penderita yang berusia lanjut, penderita
DM, penderita dengan kreatinin plasma > 1,5 mg/dl, dan pada keadaan dehidrasi.
c. Sistouretrografi saat berkemih
Pemeriksaan ini dilakukan jika dicurigai terdapat refluks vesikoureteral, terutama pada anak –
anak.
d. Ultrasonografi ginjal
Untuk melihat adanya tanda obstruksi/hidronefrosis, scarring process, ukuran dan bentuk
ginjal, permukaan ginjal, masa, batu, dan kista pada ginjal.
e. Pielografi antegrad dan retrograde
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat potensi ureter, bersifat invasive dan mengandung
factor resiko yang cukup tinggi. Sistokopi perlu dilakukan pada refluks vesikoureteral dan pada
infeksi saluran kemih berulang untuk mencari factor predisposisi infeksi saluran kemih.
f. CT-scan
Pemeriksaan ini paling sensitif untuk menilai adanya infeksi pada parenkim ginjal, termasuk
mikroabses ginjal dan abses perinefrik. Pemeriksaan ini dapat membantu untuk menunjukkan
adanya kista terinfeksi pada penyakit ginjal polikistik. Perlu diperhatikan bahwa pemeriksaan
ini lebih baik hasilnya jika memakai media kontras, yang meningkatkan potensi nefrotoksisitas.
g. DMSA scanning
Penilaian kerusakan korteks ginjal akibat infeksi saluran kemih dapat dilakukan dengan
skintigrafi yang menggunakan (99mTc) dimercaptosuccinic acid (DMSA). Pemeriksaan
ini terutama digunakan untuk anak – anak dengan infeksi saluran kemih akut dan biasanya
ditunjang dengan sistoureterografi saat berkemih. Pemeriksaan ini 10 kali lebih sensitif
untuk deteksi infeksi korteks ginjal dibanding ultrasonografi.
Gejala pada bayi baru lahir timbul demam, hipotermia, nafsu makan (ASI) yang
menurun, ikterus, kegagalan pertumbuhan atau sepsis pada bayi timbul demam yang tidak
diketahui sebabnya, berkurangnya nafsu makan yang mengakibatkan kegagalan pertumbuhan,
kesakitan waktu kencing, dan iritabel.
Pada anak pra sekolah timbul nyeri abdominal, muntah, demam, kesakitan waktu
kencing, urgensi, frekuensi sampai disuria.
Pada anak usia sekolah timbul tanda klasik dari ISK, meliputi : urgensi, frekuensi
sampai disuria, demam, atau nyeri panggul. Kadang-kadang anak dengan ISK bakterial disertai
dengan cystitis hemoragik. Semua grup umum diatas bila menderita ISK asimtomatik dapat
menyebabkan kerusakan ginjal terutama pada bayi dan anak kemungkinan dapat
berkembangmenjadi refluks vesikourethral. Anak penderita ISK yang disertai dengan demam,
nyeri panggul, nyeri abdominal, maningkatnya lekosit PMN di dalam darah, peningkatan
jumlah sedimen, atau peningkatan c-reaktive protein biasanya membuktikan adanya
pyelonefritis. Anak yang menderita ISK asimtomatik dan disertai adanya infesi traktus
urinarius bagian bawah yang bisa pula disertai dengan infeksi traktus urinarius bagian atas yang
asimtomatik,hati-hati terhadap anak yang mempunyai tanda klasik dan cystitis sering kali
bukan ISK tetapi karena iritasi urethral atau karena sebab lain misalnya vaginitis.
Hasil laboratorium ISK cystitis :
1. Urin keruh berbau busuk
2. Protein < 0,5 g/dl
23
3. Terdapat sedikit kandungan darah
4. Nitrit positif : adanya enzim nitrat reduktase dari MO yang mereduksi nitrat menjadi nitrit
5. Lekosit esterase positif :deteksi sensitif dan spesifik adanya piuria
6. Sedimen : kenaikan lekosit, bakteri, eritrosit, epithel transitional

Hasil laboratorium ISK PNA :


1. Lekositosis ringan
2. Tes fungsi ginjal normal
3. Urin sangat keruh dan berbau busuk
4. Sedimen : kenaikan sel lekosit, bakteri, epithel
5. Silinder : lekosit, granular, kadang-kadang silinder lilin

Hasil laboratorium ISK PNK :


1. Polyuria, nokturia
2. Urin keruh
3. Protein < 2,5g/dl
4. Nitrit positif
5. Lekosit esterase positif
6. Sedimen : kenaikan lekosit
7. Silinder : granular, lilin (besar-besar)

DIAGNOSIS BANDING
1. Sistitis nonbakterial adalah istilah yang mencakup semuanya yang terdiri berbagai
gangguan kesehatan, termasuk nonbakterial infeksi (virus, mikobakteri, klamidia, jamur,
schistosomal) dan tidak menular ( sistitis radiasi , kimia, autoimun, hipersensitivitas)
sistitis, serta menyakitkan sindrom kandung kemih / sistitis interstisial ( PBS / IC).
2. Pielonefritis akut dapat menyebabkan kerusakan ginjal yang signifikan; gagal ginjal ,
pembentukan abses (misalnya, nephric, perinephric); sepsis, atau sindrom sepsis, syok
septik, dan kegagalan multiorgan sistem.
3. Refluks vesicoureteral (VUR) adalah aliran abnormal urin dari kandung kemih ke saluran
kemih atas dan penyakit urologi paling umum di masa kecil.Keberadaannya adalah
patologis, dan merupakan faktor risiko yang paling signifikan untuk anak usia jaringan
parut ginjal dan gejala sisa.
4. Obstruksi saluran kemih dapat terjadi pada setiap titik di saluran kencing, dari ginjal ke
meatus uretra.Uropati obstruktif dapat mengakibatkan rasa sakit, infeksi saluran kemih,
kehilangan fungsi ginjal, atau, mungkin, sepsis atau kematian. Gejala hematuria mungkin
ada dengan atau tanpa infeksi.

LO 3.7. Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Infeksi Saluran Kemih


Komplikasi ISK tergantung dari tipe yaitu ISK tipe sederhana (uncomplicated) dan tipe
berkomplikasi (complicated)
a. ISK sederhana (uncomplicated). ISK akut tipe sederhana (sistitis) yaitu non-obstruksi dan
bukan perempuan hamil merupakan penyakit ringan (self limited disease) dan tidak
menyebabkan akibat lanjut jangka lama.
b. ISK tipe berkomplikasi (uncomplicated)
1) ISK selama kehamilan
2) ISK pada DM. Penelitian epidemiologi klinik melaporkan bakteriuria dan ISK lebih
sering ditemukan pada DM dibandingkan perempuan tanpa DM.

24
Komplikasi lain yang mungkin terjadi setelah terjadi ISK yang terjadi jangka panjang adalah
terjadinya renal scar yang berhubungan erat dengan terjadinya hipertensi dan gagal ginjal
kronik. ISK pada kehamilan dengan BAS (Basiluria Asimtomatik) yang tidak diobati:
pielonefritis, bayi prematur, anemia, Pregnancy-induced hypertension
 ISK pada kehamilan: retardasi mental, pertumbuhan bayi lambat, Cerebral palsy, fetal
death.
 Sistitis emfisematosa : sering terjadi pada pasien DM.
 Pielonefritis emfisematosa syok septik dan nefropati akut vasomotor.
 Abses perinefrik
 Pielonefritis berulang dapat mengakibatkan hipertensi, parut ginjal, dan gagal ginjal kronik
Berdasarkan Klinis

 Tanpa komplikasi : sistitis pada wanita hamil kelainan neurologis atau struktural yang
mendasarinya
 Dengan Komplikasi : infeksi saluran kemih atas atau setiap kasus ISK pada laki-laki, atau
perempuan hamil, atau ISK dengan kelainan neurologis atau struktural yang mendasarinya

LO 3.8. Memahami dan Menjelaskan Prognosis Infeksi Saluran Kemih


Infeksi saluran kemih tanpa kelainan anatomis mempunyai prognosis lebih baik bila dilakukan
pengobatan pada fase akut yang adekuat dan disertai pengawasan terhadap kemungkinan
infeksi berulang. Prognosis jangka panjang pada sebagian besar penderita dengan kelainan
anatomis umumnya kurang memuaskan meskipun telah diberikan pengobatan yang adekuat
dan dilakukan koreksi bedah, hal ini terjadi terutama pada penderita dengan nefropati refluks.
Deteksi dini terhadap adanya kelainan anatomis, pengobatan yang segera pada fase akut,
kerjasama yang baik antara dokter, ahli bedah urologi dan orang tua penderita sangat
diperlukan untuk mencegah terjadinya perburukan yang mengarah ke fase terminal gagal ginjal
kronis.

LI 4. Memahami dan Menjelaskan Terapi ISKB


LO 4.1. Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana
Prinsip pengobatan infeksi saluran kemih adalah memberantas (eradikasi) bakteri dengan
antibiotika.
Tujuan pengobatan :
 Menghilangkan bakteri penyebab Infeksi saluran kemih.
 Menanggulangi keluhan (gejala).
 Mencegah kemungkinan gangguan organ ( terutama ginjal).
Tata cara pengobatan :
 Menggunakan pengobatan dosis tunggal.
 Menggunakan pengobatan jangka pendek antara 10-14 hari.
 Menggunakan pengobatan jangka panjang antara 4-6 minggu.
 Menggunakan pengobatan pencegaham (profilaksis) dosis rendah.
 Menggunakan pengobatan supresif, yaitupengobatan lanjutan jika pemberantasan
(eradikasi) bakteri belum memberikan hasil.
Non Medika Mentosa

25
Istirahat penting selama fase akut. Bila mual-mual dan muntah-muntah perlu
mendapatmakanan parenteral. Pasien dianjurkan minum banyak supaya jumlah diuresis
mencapai 2 liter per hari selama fase akut. Keuntungan minum banyak :
a. pertumbuhan mikroorganisme terutama E.colidapat dihambat
b. mengurangi resiko anuria selama pengobatan dengan sulfonamide
c. mikroorganisme banyak diekskresikan selama miksi.
Beberapa kerugian minum banyak :
a. pasien tidak istirahat karena sering kencing
b. mengurangi konsentrasi antibiotika dalamurin sehingga mengurangi efek terapeutik

Pengobatan infeksi saluran kemih menggunakan antibiotika yang telah diseleksi terutama
didasarkan pada beratnya gejala penyakit, lokasi infeksi, serta timbulnya komplikasi.
Pertimbangan pemilihan antibiotika yang lain termasuk efek samping, harga, serta
perbandingan dengan terapi lain. Tetapi, idealnya pemilihan antibiotika berdasarkan toleransi
dan terabsorbsi dengan baik, perolehan konsentrasi yang tinggi dalam urin, serta spectrum yang
spesifik terhadap mikroba pathogen.

Antibiotik yang sering dipergunakan untuk terapi ISK, yaitu :


SULFONAMIDE
Sulfonamide dapat menghambat baik bakteri gram positif dan gram negatif. Secara struktur
analog dengan asam p-amino benzoat (PABA).(7) Biasanya diberikan per oral, dapat
dikombinasi dengan Trimethoprim, metabolisme terjadi di hati dan di ekskresi di ginjal.
Sulfonamide digunakan untuk pengobatan infeksi saluran kemih dan bisa terjadi resisten
karena hasil mutasi yang menyebabkan produksi PABA berlebihan. (9)
Efek samping yang ditimbulkan hipersensitivitas (demam, rash, fotosensitivitas),
gangguan pencernaan (nausea, vomiting, diare), Hematotoxicity (granulositopenia,
(thrombositopenia, aplastik anemia) dan lain-lain. (9,10) Mempunyai 3 jenis berdasarkan waktu
paruhnya :
- Short acting
- Intermediate acting
- Long acting

TRIMETHOPRIM
Mencegah sintesis THFA, dan pada tahap selanjutnya dengan menghambat enzim
dihydrofolate reductase yang mencegah pembentukan tetrahydro dalam bentuk aktif dari folic
acid. Diberikan per oral atau intravena, di diabsorpsi dengan baik dari usus dan ekskresi dalam
urine, aktif melawan bakteri gram negatif kecuali Pseudomonas spp. Biasanya untuk
pengobatan utama infeksi saluran kemih. Trimethoprim dapat diberikan tunggal (100 mg setiap
12 jam) pada infeksi saluran kemih akut (7,11)
Efek samping : megaloblastik anemia, leukopenia, granulocytopenia.

TRIMETHOPRIM-SULFAMETHOXAZOLE
 Nama Generik: Co-trimoxazoleIndikasi : Infeksi Saluran Kemih, Infeksi Saluran
Pencernaa, Infeksi Saluran Pernapasan, Infeksi kulit
 Kontra Indikasi : hipersensitif terhadap komponen obat, anemia megaloblastik
 Bentuk Sediaan:
o Tablet (80 mg Trimethoprim – 400 mg Sulfamethoxazole)
o Kaplet Forte (160 mg Trimethoprim – 800 mg Sulfamethoxazole)
o Sirup suspensi (Tiap 5 ml mengandung 40 mg Trimethoprim – 200 mg
Sulfamethoxazole)

26
 Dosis:
o Anak diatas 2 bulan : 6-12 mg trimethoprim/ kg/ hari, terbagi dalam 2 dosis (tiap
12 jam)
o Dewasa : 2 x sehari 2 tablet atau 2 x sehari 1 kaplet forte
 Efek Samping : mual, muntah, hilang nafsu makan, kemerahan pada kulit
 Resiko Khusus : defisiensi G6PD, defisiensi asam folat, wanita hamil dan menyusui,
gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal.

CIPROFLOXACIN
 Nama Generik : Ciprofloxacin
 Indikasi : Infeksi Saluran Kemih, Sinusitis Akut, Infeksi Kulit, Infeksi Tulang dan
Sendi, Demam Typhoid, Pneumonia Nosokomial
 Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap Ciprofloxacin atau golongan quinolon lain
 Bentuk Sediaan : Tablet, kaplet (250 mg, 500 mg, 750 mg); Tablet lepas lambat (500
mg, 1000 mg)
 Dosis : Dewasa : 250 mg tiap 12 jam
 Efek Samping : ruam kulit, diare, mual, muntah, nyeri perut, sakit kepala, susah tidur,
jantung berdebar-debar, halusinasi
 Resiko Khusus : Pasien dengan gangguan ginjal, Wanita hamil dan menyusui.

AMPICILLIN
 Infeksi saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin : 500 mg setiap 6 jam.
 Efek:
Pada beberapa penderita, pemberian secara oral dapat disertai diare ringan yang bersifat
sementara disebabkan gangguan keseimbangan flora usus. Umumnya pengobatan tidak
perlu dihentikan. Flora usus yang normal dapat pulih kembali 3 - 5 hari setelah
pengobatan dihentikan.

FLUOROQUINOLON
Mekanisme kerjanya adalah memblok sintesis DNA bakteri dengan menghambat
topoisomerase II (DNA gyrase) topoisomerase IV. Penghambatan DNA gyrase mencegah
relaksasi supercoiled DNA yang diperlukan dalam transkripsi dan replikasi
normal. Fluoroquinolon menghambat bakteri batang gram negatif
termasuk enterobacteriaceae, Pseudomonas, Neisseria. Setelah pemberian per oral,
Fluoroquinolon diabsorpsi dengan baik dan didistribusikan secara luas dalam cairan tubuh
dan jaringan, walaupun dalam kadar yang berbeda-beda. Fluoroquinolon terutama
diekskresikan di ginjal dengan sekresi tubulus dan dengan filtrasi glomerulus. Pada
insufisiensi ginjal, dapat terjadi akumulasi obat.
Efek samping yang paling menonjol adalah mual, muntah dan diare.Fluoroquinolon dapat
merusak kartilago yang sedang tumbuh dan sebaiknya tidak diberikan pada pasien di bawah
umur 18 tahun.

NITROFURANTOIN
Bersifat bakteriostatik dan bakterisid untuk banyak bakteri gram positif dan gram negatif.
Nitrofurantoin diabsorpsi dengan baik setelah ditelan tetapi dengan cepat di metabolisasi
dan diekskresikan dengan cepat sehingga tidak memungkinkan kerja antibakteri
sistemik. Obat ini diekskresikan di dalam ginjal. Dosis harian rata-rata untuk infeksi
saluran kemih pada orang dewasa adalah 50 sampai 100 mg, 4 kali sehari dalam 7 hari
setelah makan.

27
Efek samping : anoreksia, mual, muntah merupakan efek samping utama, neuropati

LEVOFLOXACIN
Merupakan generasi ketiga dari fluoroquinolone. Hampir sama baiknya dengan generasi
kedua tetapi lebih baik untuk bakteri gram positif.

NORFLOXACIN
Merupakan generasi pertama dari fluoroquinolones dari nalidixic acid, sangat baik untuk
infeksi saluran kemih.
Terapi ISK dewasa

28
29
Pilihan antimikroba berdasarkan Educated Guess (Farmakologi, FKUI)
Jenis infeksi Penyebab tersering Pilihan antimikroba

Sistitis akut E.coli, S.saprophyticus, Nitrofurantion, ampisilin,


kuman gram negative trimetroprim
lainnya
Pielonefritis akut E.coli, kuman gram negative Untuk pasien rawat:
lainnya, Streptococcus Gentamisin(atau
aminoglikosida lainnya),
kotrikmoksazol
parenteral, sefalosporin
generasi III, aztreonam
Untuk pasien berobat
jalan:
Kotrimoksazol oral,
fluorokuinolon,
amoksisilin-asam
klavulanat
Prostatitis akut E.coli, kuman gram negative Kotrimoksazol atau
lainnya, E.faecalis fluorokuinolon, atau
aminoglikosid+ampisilin
parenteral

Prostatitis kronis E.coli, kuman gram negative Kotrimoksazol atau


lainnya, E.faecalis fluorokuinolon atau
trimetroprim

LO 4.2. Memahami dan Menjelaskan Pencegahan


- Menjaga dengan baik kebersihan sekitar organ intim dan saluran kencing.

30
- Setiap buang air seni, bersihkanlah dari depan ke belakang. Hal ini akan mengurangi
kemungkinan bakteri masuk ke saluran urin dari rektum
- Membersihkan organ intim dengan sabun khusus yang memiliki pH balanced (seimbang)
sebab membersihkan dengan air saja tidak cukup bersih.
- Buang air seni sesering mungkin (setiap 3 jam) untuk mengosongkan kandung kemih dan
jangan menunda membuang air seni, karena perbuatan ini justru merupakan penyebab
terbesar dari ISK; Buang air seni sesudah hubungan kelamin, hal ini membantu
menghindari saluran urin dari bakteri.
- Pilih toilet umum dengan toilet jongkok. Sebab toilet jongkok tidak menyentuh langsung
permukaan toilet dan lebih higienis. Jika terpaksa menggunakan toilet duduk, sebelum
menggunakannya sebaiknya bersihkan dulu pinggiran atau dudukan toilet. Toilet-toilet
umum yang baik biasanya sudah menyediakan tisu dan cairan pembersih dudukan toilet.
- Jangan cebok di toilet umum dari air yang ditampung di bak mandi atau ember. Pakailah
shower atau keran.
- Ganti selalu pakaian dalam setiap hari, karena bila tidak diganti, bakteri akan berkembang
biak secara cepat dalam pakaian dalam. Gunakan pakaian dalam dari bahan katun yang
menyerap keringat agar tidak lembab.
- Gunakan pancuran (shower) untuk mandi ketimbang bath tub.
- Bersihkan kulit di sekitar vagina dan anus secara rutin setiap hari.
- Buang air kecil sesegera mungkin setelah melakukan hubungan seksual. Minumlah segelas
air untuk membantu mengeluarkan bakteri.
- Tidak menggunakan spray deodoran atau produk sejenisnya pada alat kelamin. Produk-
produk ini bisa mengiritasi uretra dan juga kandung kemih.
- Hindari menggunakan celana dalam yang terlalu kencang dan memiliki sirkulasi udara
yang buruk.
- Antibiotik dosis rendah bisa terus diberikan untuk orang-orang yang sering mengalami
infeksi kandung kemih. Namun pemberiannya harus sesuai dengan petunjuk dokter.
- Krim estrogen untuk vulva atau estrogen suppositoria untuk vagina bisa diberikan untuk
wanita post-menopause dengan vaginitis atrofik atau uretritis atrofik dan sering mengalami
infeksi kandung kemih.

LI 5. Memahami dan Menjelaskan Kultur Urin


Pemeriksaan Kultur Urin
Kultur (kultur : pembiakan mikroorganisme) yang negatif akan menyingkirkan
diagnosis infeksi saluran kemih. Sedangkan pada kultur yang positif, proses pengambilan
contoh urin harus diperhatikan. Jika kultur positif berasal dari aspirasi suprapubik atau
kateterisasi, maka hasil tersebut dianggap benar. Namun jika kultur positif diperoleh dari
kantung penampung urin, perlu dilakukan konfirmasi dengan kateterisasi atau aspirasi
suprapubik. Media pembiakan yang digunakan untuk kultur ini umumnya adalah agar
darah/blood agar dan agar mac conkey.
1. Agar darah
Salah satu agar pembiakan yang umum digunakan. Mengandung sel darah yang dapat
berasal dari hewan (misal: domba); banyak bakteri yang dapat tumbuh pada media ini.
2. Agar mac conkey
Media agar ini adalah media yang spesifik untuk pertumbuhan bakteri gram negatif. Yang
paling umum adalah E. coli, yang mana pada agar ini akan terlihat sebagai suatu koloni
berwarna merah karena adanya indikator pH. Ada dua versi agar ini: pertama, adalah yang
ditambahkan gula laktosa kedalamnya dan yang kedua tanpa penambahan gula. Karena E.
coli memfermentasi gula menjadi asam maka akan muncuk warna merah pada agar.

31
Deteksi jumlah bermakna kuman patogen (significant bacteriuria) dari kultur urin masih
merupakan baku emas untuk diagnosis ISK. Bila jumlah koloni yang tumbuh > 105 koloni/ml
urin, maka dapat dipastikan bahwa bakteri yang tumbuh merupakan penyebab ISK. Sedangkan
bila hanya tumbuh koloni dengan jumlah < 103 koloni / ml urin, maka bakteri yang tumbuh
kemungkinan besar hanya merupakan kontaminasi flora normal dari muara uretra. Jika
diperoleh jumlah koloni antara 103 - 105 koloni / ml urin, kemungkinan kontaminasi belum
dapat disingkirkan dan sebaiknya dilakukan biakan ulang dengan bahan urin yang baru. Faktor
yang dapat mempengaruhi jumlah kuman adalah kondisi hidrasi pasien, frekuensi berkemih
dan pemberian antibiotika sebelumnya.
Perlu diperhatikan pula banyaknya jenis bakteri yang tumbuh. Bila > 3 jenis bakteri yang
terisolasi, maka kemungkinan besar bahan urin yang diperiksa telah terkontaminasi.

 Tes Penyakit Menular Seksual (PMS) :Uretritia akut akibat organisme menular secara
seksual (misal,klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
 Tes- tes tambahan :Urogram intravena (IVU), Pielografi (IVP), msistografi, dan
ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari
abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renalatau abses, hodronerosis atau
hiperplasie prostate. Urogram IV atauevaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur
urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang
resisten.

LI 6. Memahami dan Menjelaskan Ruksah dalam Thaharah


Pengertian salisul-baul
Menurut mazhab Hanafi, salisul-baul adalah penyakit yang menyebabkan keluarnya air
kencing secara kontinyu, atau keluar angin(kentut) secara kontinyu, darah istihadhah,mencret
yang kontinyu, dan penyakit lainnya yang serupa.
Menurut mazhab Hanbali, salisul-baul adalah hadas yang kontinyu, baik itu berupa air kencing,
air madzi, kentut, atau yang lainnya yang serupa.
Menurut mazhab Maliki, salisul-baul adalah sesuatu yang keluar dikarenakan penyakit seperti
keluar air kencing secara kontinyu.
Menurut mazhab Syafi'i, salisul-baul adalah sesuatu yang keluar secara kontinyu yang
diwajibkan kepada orang yang mengalaminya untuk menjaga dan memakaikan kain atau
sesuatu yang lain seperti pembalut pada tempat keluarnya yang bisa menjaga agar air kencing
tersebut tidak jatuh ke tempat shalat.

Dalil tentang salisul-baul


‫بشر بن عباد أصيب وقد‬ ‫بسهام‬ ، ‫وهو‬ ‫يصلى‬ ، ‫فاستمر‬ ‫فى‬ ‫صالته‬ . ‫رواه‬ ‫أبو‬ ‫داود‬
‫تعليقا والبخارى خزيمة وابن‬
"Ubad bin Basyar menderita penyakit mencret dan dia tetap melanjutkan shalatnya (dalam
keadaan mencret tersebut)."
Dari hadis tersebut bisa disimpulkan bahwa seseorang yang mempunyai penyakit mencret,
keluar kentut/air kencing secara kontinyu tidak memiliki kewajiban untuk mengulang-ulang
wudhunya, namun tetap meneruskan shalat dalam keadaan tersebut.

32
Syarat-syarat dibolehkan ibadah dalam keadaan salisul-baul
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar ibadah tertentu diperbolehkan dalam keadaan
salisul-baul:
1. Sebelum melakukan wudhu harus didahului dengan istinja'
2. Ada kontinyuitas antara istinja' dengan memakaikan kain atau pembalut dan semacamnya,
dan adanya kontinyuitas antara memakaikan kain pada tempat keluar hadas tersebut dengan
wudhu.
3. Ada kontinyuitas antara amalan-amalan dalam wudhu (rukun dan sunnahnya)
4. Ada kontinyuitas antara wudhu dan shalat, yaitu segera melaksanakan shalat seusai wudhu
dan tidak melakukan pekerjaan lain selain shalat. Adapun jika seseorang berwudhu di rumah
maka perginya ke mesjid tidak menjadi masalah dan tidak menggugurkan syarat keempat.
5. Keempat syarat diatas dipenuhi ketika memasuki waktu shalat. Maka, jika melakukannya
sebelum masuk waktu shalat maka batal, dan harus mengulang lagi di waktu shalat.
Apabila telah terpenuhi kelima syarat ini maka jika seseorang berwudhu kemudian keluar air
kencing atau kentut dan lainnya maka dia tidak mempunyai kewajiban untuk melakukan istinja'
dan berwudhu lagi. Namun cukup dengan wudhu yang telah ia lakukan di awal.

33
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, GF, dkk. 2008. Jawetz, Melnick, & Adelberg’s: Mikrobiologi Kedokteran (Medical
Microbiology) Ed. 23. Jakarta: EGC

Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta:EGC

http://www.nytimes.com/health/guides/disease/cystitis-acute-bacterial/possible-
complications.html
http://www.nhs.uk/Conditions/Cystitis/Pages/Diagnosis.aspx
http://irma-r-fkp11.web.unair.ac.id/artikel_detail-44723-Umum-SISTITIS.html
http://edrinarina-edrina.blogspot.com/2012/02/askep-cystitis.html
http://medicastore.com/penyakit/86/Sistitis.html
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/cystitis/basics/definition/con-20024076

Hooton TM, Scholes D, Hughes JP, Winter C, Robert PL, stapleton AE, Stergachis A, Stamm
WE. A Prospective Study of Risk Factor for Symtomatic Urinary Tract. N Engl J Med. 1996
Aug 15;335(7):468-74.

Junquira, LC, Carneiro J. 2007. Histologi Dasar: Teks dan Atlas Edisi 10. Jakarta: EGC

Purnomo BB. 2003. Dasar-Dasar Urologi Ed 2. Jakarta: Sagung Seto.

Setyabudi, Rianto. 2008. Farmakologi dan Terapi Edisi Revisi edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.

Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem, edisi 2, ab. Brahm U. Pendit.
Jakarta: EGC

Sudoyo AW, dkk. 2009. Ilmu Penyakit Dalam, edisi V jilid II Infeksi Saluran Kemih Pasien
Dewasa. Jakarta:Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia.

Sukandar, Enday. 2009. Infeksi Saluran Kemih dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam oleh
Sudoyo AW dkk Jilid II Edisi V. Jakarta: InternaPublishing

Sofwan, Achmad. 2013. Systema Urogenitale. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas


YARSI

Tessy A, Ardaya, Suwanto. 2001. Infeksi Saluran Kemih, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam oleh Suyono HS. Edisi ke 3. Jakarta: FKUI.

34

Anda mungkin juga menyukai