Disusun oleh:
A. Kefir
Kefir merupakan salah satu produk fermentasi susu yang memiliki
kekentalan seperti krim serta mempunyai rasa asam dan beralkohol. Kefir dibuat
dari susu sapi, susu kambing atau susu domba yang ditambahkan starter kefir
berupa granula kefir atau biji kefir (Kosikowski dan Mistry, 1982; Bottazi, 1983
dalam Metanggui, 2002). Menurut Hidayat dkk (2006), starter kefir terdiri dari
BAL dan khamir yang berperan dalam pembentukan cita rasa dan struktur kefir.
Usaha kefir ini tidak dimulai sebagai suatu usaha yang serius, melainkan
dimulai karena adanya kebutuhan dari pendirinya untuk menjaga kesehatan
sendiri. Setelah mengetahui secara lebih mendalam mengenai khasiat kefir, maka
kemudian kefir diperkenalkan kepada rekan-rekannya. Pengenalan ini dimulai
untuk menanggulangi gangguan pencernaan (khususnya maag), maka kemudian
diperkenakan kepada penderita penyakit lainnya, khususnya penyakit dalam.
Walaupun usaha ini belum diselenggarakan dalam skala besar dan
pengolahan sendiri belum terlalu fokus untuk mengembangkannya, tetapi dalam
waktu sepuluh tahun ini telah banyak penderita berbagai penyakit yang merasakan
keampuhan kefir.
Jenis-jenis kefir yang diproduksi di sini yaitu
1. Kefir PRIMA (Kefir P)
Kefir ini beraroma asam sedang, merupakan penjaga kesehatan dan
kebugaran dengan gizi yang lengkap. Cocok untuk bayi sampai orang lanjut usia.
Dapat mencegah gestational diabetes pada ibu hamil (penyebab bayi terlalu besar,
sehingga menyulitkan kelahiran).
2. Kefir MEDIKA (Kefir M)
Kefir Medika mempunyai aroma dan rasa asam yang lebih kuat. Di Rusia
digunakan untuk pengobatan tuberculosis, karena mempunyai efek antibiotika
yang kuat. Juga dipakai untuk mengobati kulit yang terbakar matahari (sunburn),
dan beberapa jenis infeksi kulit, seperti eksim, kutu air dan sejenisnya.
3. KEFIR BENING (W)
Kefir Bening terbuat dari whey yang terbentuk saat proses pembuatan
Kefir. Kefir ini dikenal di Indonesia sebagai obat diabetes. Kefir ini juga
digunakan dalam pembuatan asinan (sauerkraut) dan pengganti cuka dapur yang
aman terhadap iritasi lambung.
4. KEFIR SOYA (S)
Kefir soya terbuat dari 70% susu kedelai dan 30% susu sapi. Kefir ini
mengandung lesitin yang berguna untuk memperbaiki kondisi pembuluh darah
koroner di jantung. Direkomendasikan juga untuk yang membutuhkan
keseluruhan manfaat susu dan kedelai yaitu diabetes, kolesterol tinggi dan tekanan
darah tinggi serta yang kurang suka aroma susu.
5. KEFIR OPTIMA (O)
Kefir ini merupakan hasil fermentasi susu dengan menggunakan kefir
prima sebagai starter. Hasilnya juga tidak dipisahkan antara bagian yang
putih/padatan tidak larut dengan kefir beningnya. Kefir ini sangat proktis untuk
dibuat sendiri karen anyaris tidak memrlukan peralatan apapun dalam
pembuatannya. Cukup satu bagian kefir prima dengan 7 sampai 10 bagian susu
murni maka dalam 2x 24 jam semuanya sudah menjadi kefir optima.
Untuk 300 cc kefir siap minum berharga Rp10.000,00 dan 1 liter berharga
Rp30.000,00. Kefir ini diproduksi bila ada yang memesan. Maka produksi rumah
kefir per minggunya memerlukan 120 liter susu. Susu yang didapatkan dari petani
sekitar dengan harga Rp5.000,00 pel liter. Susu ini masih asli tanpa proses
pengawetan, tanpa proses pasteurisasi.
Fungsi : Benda-benda asing yang terikut air susu pada waktu pemerahan
(rambut, selephithel, kotoran lain), perlu disaring agar air susu benar-bena
rbersih.
Spesifikasi : SK Ditjen Peternakan No. 17/1983 tentang wadah susu
c. Milk Can
Type ini semua peralatan mesin perah (Pompa vakum s/d Bucket) ditaruh
diatas Troley dan didorong ke sapi yang akan di perah. Jumlah dan
Volume bucket bervariasi, ada yang single bucket (25 lt, 30 lt) ada yang
double bucket. Demikian pula jumlah teat cup (cluster) ada yang single
ada pula yang double.
Fungsi : Sebagai wadah menampung dan membawa susu segar dari para
peternak ke Pusat Pendinginan Susu.
Spesifikasi Alat :
1) Material :Satinless steel 304, single wall
2) Top manhole diameter 500 mm
3) Ledder; Saddle t = 4 mm
4) Outlet : 2 ½ : witg Butterfly valve
5) Kapasitas : 500 – 1.000 lt
b. Cooling Unit
Fungsi : Sebagai alat untuk menampung dan menyimpan susu segar dalam
kondisi dingin (4-7 oC), tertutup, dan tidak tembus cahaya. Alat ini
dilengkapi dengan termostat, display suhu susu di dalam cooling unit,
pengaduk, tombol operasi alat.
Spesifikasi : Material cooling unit seluruhnya terbuat dari stainless steel
sheet type AISI 304. Dinding diunsulasi dengan lapisan polyurethane (PU)
dan dilengkapi dengan agitator berkecepatan rendah serta thermometer.
3. Bahan Penunjang
Bahan penunjang pembuatan kefir yaitu stater kefir. Menurut Hidayat dkk
(2006), starter kefir terdiri dari BAL dan khamir yang berperan dalam
pembentukan cita rasa dan struktur kefir.
Gambar Kefir Grain
LACTOBACILLI
Lb. fructivorans
STREPTOCOCCI/LACTOCOCCI ACETOBACTER
Enterococcus durans
Leuc. dextranicum ^
YEASTS
C. inconspicua
Pichia fermentans t/ C. firmetaria a
C. maris
Yarrowia lipolytica t/ C. lipolytica a
Cryptococcus humicolus
Debaryomyces hansenii t/ C. famata
a#
Kluyveromyces lactis var. lactis #
Galactomyces geotrichum t/
Sacc. humaticus
Geotrichum candidum a
Sacc. unisporus
C. friedrichii
Sacc. exiguus
C. rancens
Sacc. turicensis sp. nov
C. tenuis
Torulaspora delbrueckii t
C. humilis
* Zygosaccharomyces rouxii
Lactococci : 1,000,000,000
Leuconostocs : 100,000,000
Lactobacilli : 5,000,000
Yeast : 1,000,000
Acetobacter : 100,000
Gambar Pengadukan
4. Saring menggunakan saringan dengan lubang sekitar 2 milimeter.
SUSU
PASTEURISASI
INOKULASI SUSU
PENDINGINAN
FERMENTASI
PENYARINGAN
PENGEMASAN
KEFIR
5. Limbah Kefir
Pada produk fermentasi susu ini yaitu kefir tidak memiliki limbah. Karena
semua bahan ikut terlarut didalamnya. Terlebih lagi melalui fermentasi kita dapat
menghasilkan kefir grains dan dapat digunakan kembali dalam pembuatan kefir.
Bila dari segi pengunaan alat-alatnya tentu saja akan terdapat limbah yaitu pada
saat pencucian toples dan alat-alat lainnya yang perlu dibersihkan.
B. Yakult
Yakult merupakan produk susu fermentasi dengan menggunakan starter
tunggal yaitu Lactobacillus casei shirota strain. Yakult memiliki beberapa
keunggulan yaitu: terbukti aman untuk dikonsumsi, tahan asam lambung dan
cairan empedu, tetap hidup di usus kecil. Keistimewaan Yakult adalah tanpa zat
pengawet, tanpa zat pewarna, memiliki satu rasa dan satu warna, dibuat secara
hygienis, HACCP. Harga produk yakult adalah Rp 6000,-/pcs yang berisi 5 buah
yakult. Harga per biji adalah Rp 1500,- neto 50 ml. Kandungan yakult sebagai
berikut.
1. Sejarah
Sejarah Yakult diawali lebih dari 70 tahun yang lalu, saat ditemukannya
satu jenis bakteri asam laktat yang mempunyai manfaat oleh Dr. Minoru Shirota,
seorang dokter dan peneliti di bidang mikrobiologi. Setelah berhasil dikulturkan,
bakteri bermanfaat Lactobacillus casei Shirota strain ini, digunakan untuk
meningkatkan kesehatan kita melalui produk Yakult. Untuk menerapkan Shirota-
ism, dimulai dari Jepang Yakult terus menyebarluaskan manfaat Yakult ke
seluruh dunia. Diluar Jepang Yakult mulai diproduksi dan dipasarkan di Taiwan
pada tahun 1964, kemudian diikuti dengan hal yang sama di negara-negara
lainnya di Asia, Australia dan Eropa.
Sampai saat ini jaringan global Yakult berkembang meliputi 27 negara dan
dikonsumsi sebanyak 25 juta botol setiap hari.Sejarah peningkatan kesehatan
melalui probiotik.Diabad 20 ilmu kedokteran mencatat perkembangan yang
penting dengan ditemukannya antibiotik. Tetapi ternyata abad ini juga ditandai
dengan masalah-masalah penyakit kanker, jantung dan diabetes. Dengan kata lain
bahwa penyakit penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup tidak dapat
disembuhkan dengan obat-obatan tetapi lebih melalui perbaikan gaya hidup. Hal
ini menjadikan abad 21 sebuah abad dimana pengobatan preventif menjadi fokus
perhatian.
Melalui penggalian terhadap ilmu pengetahuan, Yakult terus berusaha
menemukan cara baru untuk membuat hidup kita lebih sehat dan
berkualitas.Untuk mendukung aktifitas ini pada tahun 1967 telah didirikan
lembaga pusat Yakult untuk penelitian mikrobiologi (Yakult Central Institute for
Microbiological Research) di Tokyo. Institut ini telah menghasilkan sejumlah
penelitian dengan hasil yang memuaskan. Beberapa penelitian juga telah
disebarluaskan kepada masyarakat.
Pemasaran Yakult di indonesia dimulai dengan didirikannya perusahaan
PT. Yakult Indonesia Persada pada tanggal 2 Februari 1990 yang merupakan
usaha patungan dengan status Penanaman Modal Asing (PMA) antara PT. Perkasa
Simpati Persada dan Yakult Honsha Co.Ltd. (Jepang).
Secara komersial Yakult mulai diproduksi pada tanggal 1 Januari 1991 dari pabrik
di Jl. Kiwi Pekayon Pasar Rebo Jakarta. Pada tahun 1997 lokasi pabrik di Pasar
Rebo yang berkapasitas 720.000 botol per hari dipindahkan ke Desa Pesawahan,
Cicurug, Sukabumi, Jawa Barat dan kapasitas produksi ditingkatkan menjadi
1.800.000 botol per hari.
Pada bulan Desember 2001 PT. Yakult Indonesia Persada menjadi PMA
murni dengan permodalan dari Yakult Honsha Co. Ltd dan Yakult Management
Service Co.Ltd di Jepang. Karena komitmennya terhadap bidang pengobatan
preventif, Dr. Minoru Shirota berusaha meneliti pemanfaatan mikroorganisme
untuk mencegah penyakit di laboratorium mikrobiologi Kyoto Imperial
University, School of Medicine.
Pada tahun 1930, usaha keras ini menjadikannya orang pertama di dunia
yang berhasil menciptakan strain baru Lactobacillus casei yang unggul, dapat
melewati asam lambung dan cairan empedu, mampu mencapai usus dalam
keadaan hidup sehingga bermanfaat untuk mencegah gangguan kesehatan. Bakteri
ini dinamakan Lactobacillus casei Shirota strain. Meski saat itu ilmu pengobatan
preventif kurang menjadi perhatian para ahli kesehatan, tetapi Dr. Shirota selalu
menekankan bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati, beliau juga
menyampaikan ide mencegah gangguan pencernaan dan menjaga usus tetap sehat
adalah kunci menuju hidup sehat dan panjang umur.
Setelah sukses dengan penemuannya, Dr. Shirota menciptakan minuman
susu fermentasi yang mengandung Lactobacillus casei Shirota strain hidup yang
dinamakan Yakult. Dr. Shirota bercita-cita agar manfaat Yakult dapat terjangkau
oleh seluruh lapisan masyarakat di dunia. Karena itu selain dibuat dengan harga
terjangkau, sejak tahun 1964 Yakult mulai diproduksi dan dipasarkan di Taiwan,
kemudian negara Asia lainnya, Australia dan dipasarkan di Eropa tahun 1990-an.
Walaupun awalnya hanya dipandang sebelah mata oleh para ahli di Eropa, tetapi
setelah manfaatnya dapat dirasakan, perhatian terhadap Lactobacillus casei
Shirota strain meningkat. Istilah probiotikpun menjadi populer terutama setelah
media masa tertarik oleh hasil penelitian kerjasama antara Yakult dengan
universitas-universitas di Eropa.
Sejak saat itu dunia kesehatanpun berpaling ke konsep pencegahan
penyakit melalui konsumsi probiotik secara teratur dan peningkatan kesehatan
dengan probiotik dilakukan setiap hari oleh 25 juta orang di 27 negara diseluruh
dunia.
2. Penanganan Bahan Baku Yakult
Produksi asam laktat mayoritas menggunakan gula yang di fermentasi oleh
lactic acid bacteria seperti Lactobacillus, yang memiliki high acid tolerance dan
bisa direkayasa genetika untuk menghasilkan D-(-) atau L-(+) optical isomers dari
asam ini secara selektif. Namun bakteri jenis ini memerlukan medium kompleks
yang bisa membuat proses pemurnian (downstream processing) sulit dan mahal.
Ditambah, bakteri ini juga tidak mampu mengfermentasi gula pentosa dengan
efektif. Solusinya adalah penggunaan bakteri lain jenis Escherichia coli yang telah
direkayasa genetika guna produksi asam laktat secara optimum.
Beberapa penelitian telah dilakukan dengan menggunakan E. coli.
Produksioptically pure D-lactic acid dimineral media bisa dilakukan hingga
mencapai produktivitas 10.8 mM/hour dengan bahan baku glucose 50 g/l. Selain
itu, L-lactic acid diproduksi dengan mengganti gen ldhA E. coli dengan ldhL dari
Pediococcus acidilactici yang mampu menghasilkan optically pure L-lactic acid
dengan laju 7.18 mM/hour. Sucrose dan mollases juga bisa dipakai dan
menghasilkan D-lactic acid dengan yield sampai 97%. Di samping itu, aplikasi
growth-based selection technique sukses menghasilkan jenis E. coli yang
memproduksi 28.6 mM/hour froD-lactic aciddari 100 g/l sucrose dalam LB
medium. Perlu juga diketahui jika genetically modified yeast S. cerevisiae yang
membawa enam copy gen bovine L-LDH bisa memproduksi > 1 M L-lactic acid
dengan kemurnian 99.9 % optical purity. Sedangkan bahan baku yakult adalah
bakteri Lactobacillus casei Shirota strain hidup.
Susu bubuk skim, Skimmed milk atau susu skim. Disebut juga susu padat
atau bebas lemak. Susu skim merupakan produk samping dari pemisahan butterfat
(lemak mentega) dari susu utuh atau susu full cream, sehingga bebas lemak.
Dalam bentuk bubuk, susu ini membuang kadar airnya sekitar 91%. Sukrosa dan
glukosa, Sukrosa atau glikosa adalah bentuk dari karbohidrat, jenis gula yang
paling sering digunakan adalah kristal sukrosa padat.
Gula digunakan untuk merubah rasa dan keadaan makanan atau
minuman .Glukosa (C6H12O6), suatu gula monosakarida, adalah salah satu
karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga. Perisa. Air (H2O)
adalah zat kimia yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui
sampai saat ini di bumi.Tubuh agar berfungsi dengan baik memerlukan 1 -7 literi
air setiap hari. Air merupakan pelarut universal karena dapat melarutkan banyak
zat.
pembuatan
pembibitan distribusi
botol
fermentasi pengisian
pencampuran pengepakan
3. Tangki fermentasi
Selanjutnya bibit bakteri Lactobacillus Casei Shirota Strain dicampu dengan
campuran bahan-bahan di no. 1 diatas dan dimasukkan kedalam tangki
fermentasi.
4. Tangki pencampur
Hasil proses homogenizer tersebut dicampur dengan sirup dari tangki sirup
dan disimpan dalam tangki pencampur.
5. Tangki penampung
Kemudian hasil dari proses no. 4 tersebut dicampur dengan air yang sudah di
sterilisasi dan ditampung didalam tangki penampung.
8. Mesin pengepakan
Botol-botol yang sudah terisi untuk selanjutnya dikemas dalam kemasan
dimana 1 kemasan ( packing ) terdiri dari 5 botol Yakult.
9. Ruang pendingin
Kemasan yang berisi botol Yakult disimpan dalam ruang pendingin untuk
menjamin kualitas dari minuman kesehatan Yakult.
C. Alkohol
Di Indonesia, pemanfaatan tebu belum dilaksanakan secara maksimal.
Tebu kebanyakan dimanfaatkan untuk pembuatan gula karena produksi tebu
hanya dilakukan sesuai kebutuhan dan permintaan pasar. Oleh karena itu, perlu
dilakukan diversifikasi produk dari tebu salah satunya adalah mengolah hasil
samping tebu menjadi bioetanol. Salah satu penghasil bioetanol yang dapat
digunakan adalah hasil samping dari pengolahan tebu menjadi gula yaitu molase.
Molase adalah sejenis sirup yang merupakan sisa dari proses pengkristalan gula
pasir. Molase tidak dapat dikristalkan karena mengandung glukosa dan fruktosa
yang sulit untuk dikristalkan (Pramana, A.S. D, 2008).
Ketersediaan molase di Indonesia cukup banyak. Hal ini berkorelasi dengan
luas areal perkebunan tebu yang semakin meningkat. Berdasarkan data yang
diperoleh dari Ditjenbun, areal tebu seluas 382.354 hektar dengan produksi gula
yang dihasilkan sebanyak 2.244.417 ton, molase sebanyak 1,5 juta ton, MSG
sebanyak 600 ribu ton, 900 ribu ton untuk bioetanol 95 %, industri minuman dan
eksport. Dengan adanya penambahan areal potensial di daerah Merauke dan
Sulawesi Tenggara seluas 750 ribu hektar maka areal tersebut mempunyai
produksi potensial sebanyak 62 juta ton tebu dan akan menghasilkan 4,6 juta liter
(Anonimb,2010).
2. Penyaringan
Pada proses penyaringan, tetes tebu diatur pHnya sekitar 4,8 dengan diberi
H2SO4 agar tetes tebu tidak tekontaminasi dengan bakteri lain. Hal ini dilakukan
agar tetes tebu tidak gagal dalm proses peragian. Karena dalam proses peragian
tetes tebu akan diberi bakteri khusus yang dapat menjadikan tetes tebu menjadi
atau memiliki kandungan alkohol.
3. Peragian
Tetes tebu yang pHnya telah diatur (4,8), kemudian masuk ke tangki
pembibitan dan fermentasi. Pada tangki tersebut tetes tebu diberi ragi yang
mengandung bakteri (Sacharomyces Cereviceae).
Dalam memperbanyak Saccharomyces Cereviseae meggunakan cara kultur
dengan medium gulosa, pepton, ekstrak tauge, ekstrak pisang ambon, agar, tetes
tebu/molase sebagai aklimitasi. Peremajaan kultur Saccharomyces Cereviseae
dilakukan 1 bulan sekali, dan maksilmal 2 bulan dengan tujuan untuk
mengaktifkan kembali fungsi kerja Saccharomyces Cereviseae. Pada tahap
pertama, tetes tebu dan kultur yang telah dibuat dimasukkan ke dalam tangki
kapasitas 12 L dengan dilakukan penambahan Urea 10 gr, NPK 3 gr, H2SO4 dan
di inkubasi selama 24 jam. Tahap kedua,hasil inkubasi dialihkan ke dalam tangki
kapasitas 48 L dengan menambah Urea 48 gr, NPK 14,4 gr, H2SO4 dan diinkubasi
kembali selama 24 jam. Hasil pada tahap tersebut selanjutnya dimasukkan ke
dalam tangki dengan kapasitas 480 L dengan penambahan urea 480 gr, NPK 144
gr, H2SO4 dan diinkubasi selama 24 jam. Hasil inkubasi tahap ketiga dimasukkan
ke dalam tangki dengan kapasitas 3010 L dan diinkubasi selama 24 jam. Setelah
diinkubasi selama 24 jam, diinkubasi kembali selama 16 jam, dan akan diperoleh
starter Saccharomyces Cereviseae dalam tangki sebanyak 350 L dan kondisi
starter masih aerob. Bibit tersebut kemudian dicampurkan ke dalam tangki yang
berkapasitas 18000 L dengan penambahan Urea, NPK, dan H2SO4 dan diinkubasi
kembali selama 16 jam dalam kondisi aerob. Selanjutnya dimasukkan ke dalam
tangki kapasitas 75000 L dan diinkubasi selama 50 jam dalam kondidi anaerob.
Reaksi yang terjadi selama proses fermentasi :
4. Destilasi
Tetes tebu yang telah diberi ragi atau difermentasi akan masuk ke proses
destilasi. Destilasi atau penyulingan bertujuan untuk memisahkan alkohol dengan
air sehingga kadar alkohol lebih tinggi. Di P.S Madubaru destilasi dilakukan
secara bertingkat atau disebut destilasi bertingkat. Destilasi bertingkat bertujuan
untuk meningkatkan kadar alkohol. Dalam proses destilasi tetes tebu akan masuk
ke kolom-kolam yakni : Kolom Maische; Kolom Rectifiser; Kolom Voorloop;
Kolom Nachloop. Penyulingan menggunakan tenaga uap dengan tekanan 0.5
kg/cm2 suhu 120º C. Berikut penjelasan proses yang terjadi pada setiap kolom.
a. Kolom Maische
Kolom distilasi ini merupakan tahap awal proses pemisahan alkohol. Pada
tahap ini tetes tebu masuk ke Kolom Maische. Hasilnya alkohol kasar kadar
45% vinase (stillage) pada bottom product sebagai limbah cair PS Madukismo
yang masih bisa digunakan sebagai pupuk cair, biogas, dsb. Alkohol kasar
masuk ke kolom Voorloop.
b. Kolom Voorloop
Alkohol kasar dari kolom Maische masuk ke kolom Voorlop ini. Di dalam
kolom ini alkohl akan mengaami destilasi kembali. Hasil berupa 2 alkohol,
yaitu :
- Alkohol teknis kadar 94% beraldahide ditampung sebagai hasil akhir.
- Alkohol muda kadar + 25%. Alkohol ini masuk ke Kolom Rektifiser.
c. Kolom Rektifier
Di kolom Rektifiser alkohol muda dari kolom voorloop mengalami destilasi
kembali. Hasilnya :
- Alkohol murni (Prima I) kadar min 95%
- Alkohol Muda mengandung minyak Fusel masuk Kolom
Nachloop(Destilasi selanjutnya).
- Lutter Waser, air yang bebas alkohol, sebagai penyerap alkohol. Kembali
ke kolom vorloop dan sebagian dibuang.
d. Kolom Voorloop
Voorloop untuk membantu proses penyerapan alkohol.
Alkohol yang telah memiliki kadar yang tinggi tidak lagi mengalami proses
destilasi. Sedangkan alkohol yang masih berkadar rendah akan mengalami
destilasi pada kolom berikutnya.
e. Kolom Nachloop
Alkohol muda dari kolom Rektifiser mengalami destilasi di kolom Nachloop.
Hasil dari kolom Nachloop:
- Alkohol teknis kadar 94% sebagai hasil akhir
- Air yang bebas alkohol dibuang.
Hasil akhir dari proses produksi alkohol adalah etanol yang memiliki kadar
yang tinggi yakni berkisar antara 94%-96%. Pada proses ini menghasilkan minyak
fusel (amyl alcohol) yan merupakan hasil samping pabrik spirtus, ini biasa
digunakan untuk bahan baku pembuatan essence (amylacetat).
Gambar Diagram Alir Pembuatan Alkohol PS Madukismo
C. Hasil Produksi
Alkohol dibedakan atas dasar kualitas:
1. Alkohol teknis : yang masih mengandung aldehid, kadar ± 94% digunakan
untuk membuat spirtus bakar.
2. Alkohol murni : minimal kadar 95% bisa dipakai pada industri farmasi,
kosmetik dll.
Hasil samping : Minyak Fusel (amyl alcohol)
Pemakaian tetes : Rata-rata 1 hari 900 kuintal
Produksi rata-rata : 25.000 liter alkohol/24jam, terdiri dari 90% alkohol murni,
10% alkohol teknis.
Rendemen : 27% liter alkohol per kuintal tetes.
D. Alat Mesin yang Digunakan
Fermentor ini tertutup dari udara kecuali pipa ventilasi panjang dan sempit,
yang memungkinkan karbon dioksida untuk melarikan diri dari fermentor
tersebut. Karena ada aliran konstan CO2 melalui pipa, udara luar dicegah
memasuki fermentor, yang mengurangi ancaman kontaminasi oleh ragi liar.
Mesin destilasi
Model kolom distilasi ekstraktif dipilih berdasarkan asumsi terjadi
kesetimbangan fasa uap-cair di setiap tahap dan model termodinamika yang
digunakan adalah NRTL (Gil dkk., 2005). Kolom distilasi ekstraktif terdiri dari 20
tahap dan menggunakan 2 umpan: solvent (campuran etilen glikol dan gliserol)
serta campuran azeotrop etanol-air, yaitu pada 89%-mol etanol.
Solvent masuk pada tahap ke-4, sedangkan umpan azeotrop masuk pada
tahap ke-12. Karena pada literatur tidak disebutkan besarnya pressure drop (∆P)
di sepanjang kolom, maka validasi dilakukan dua kali dengan kondisi kolom yang
berbeda. Pada validasi pertama, kolom disimulasikan tanpa ∆P di sepanjang
kolom, sedangkan pada validasi kedua, kolom disimulasikan dengan adanya ∆P
di sepanjang kolom. Asumsi ∆P yang terjadi di sepanjang kolom ekstraktif adalah
sebesar 75 mmHg. Asumsi ini didasarkan atas tinjauan pada literatur lain, di mana
suatu kolom distilasi dengan 20 tahap memiliki ∆P sebesar 75 mmHg (Cairns and
Furzer, 1990).
Daftar Pustaka
Anisa Dewi
Pertanyaan : Terdapat beberapa jenis kefir dan memiliki fungsi masing-masing,
Setiap jenis tersebut sama atau tidak proses pembuatan, bahan baku, dan
mesinnya?
Jawab : Setiap jenis kefir memiliki proses pembuatan, bahan baku, dan mesin
yang sama, tetapi dengan cara yang berbeda. Seperti halnya lamanya proses
fermentasi, takaran kefir grains yang harus diberikan, dan pengambilan
produk yang dihasilkan.
Perbedaan lamanya proses fermentasi seperti halnya pada fermentasi kefir
prima dengan kefir medika akan lebih lama kefir medika dibanding kefir
prima.
Perbedaan dari takaran kefir grains yang harus diberikan pada kefir medika
akan lebih banyak dibanding dengan kefir optima. Lalu perbedaan
pengambilan produk yang dihasilkan contohnya pada kefir bening. Pada
kefir bening disaring terlebih dahulu dan akan didapatkan kefir grains dan
kefir bening.
Namun, terdapat perbedaan yang mencolok pada bahan baku yang
digunakan untuk kefir soya karena terbuat dari 70% susu kedelai dan 30%
susu sapi.
Tania Iqbal
Pertanyaan : Bagaimana mesin yang digunakan untuk membuat kefir dalam
skala besar?
Jawab : Di Indonesia belum ditemukan industri kefir dalam skala besar. Industri
kefir tersebut masih dalam skala menengah. Maka, alat-alat yang digunakan
cukuplah sederhana. Bila skala mengengah ada alat fermentasi yang disebut
dengan bioreaktor yang membantu proses fermentasi.
Gambar Bioreaktor
Firman Ryan
Pertanyaan : Mengapa pada saat fermentasi, kefir disimpan dalam tempat yang
gelap?
Jawab : Karena di dalam kefir terdapat BAL dan ragi yang rentan dengan cahaya
sehingga sulit berkembang atau perkembangannya tidak optimal. Terlebih
lagi BAL yang mungkin di dalamnya terdapat bakteri yang memang sangat
tidak bisa melihat cahaya. Bila perkembangannya tidak optimal maka kefir
yang dihasilkan pun tidak optimal. Tidak optimal disini seperti halnya tidak
mendapatkan kefir grains yang banyak, keasamannya kurang, kekentalannya
pun kurang.
Dea Aisyah
Pertanyaan : Serentan apakah bakteri yang terdapat dalam kefir sehingga dalam
pengadukannya harus dengan perlahan?
Jawab : Di dalam pembuatan kefir ini melibatkan lebih dari 50 bakteri dan
terdapat ragi pula. Mereka memiliki sifat fisiologi dan biokimia yang
berbeda baik itu BAL maupun khamir, sehingga sulit untuk menjaga agar
viabilitas dan aktivitas mikroba yang terdapat di dalam granula kefir tetap
stabil. Maka pengadukannya yang dilakukan harus dengan perlahan-lahan.