Disusun oleh:
Kelompok 3 Gizi Tk II A
Dosen Pengampu :
Yessi Alza, SST, M.Biomed
JURUSAN GIZI
T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga
tugas makalah tentang“Gangguan Saluran Cerna Terkait Masalah Gizi”
dalam mata kuliah Patologi Manusia tahun ajaran 2019/2020 yang telah berhasil
di susun sehingga telah selesai pada waktu yang telah di tentukan.
Makalah ini di susun sebagai penunjang bagi kita untuk lebih mengetahui
apa saja gangguan saluran cerna yang terkait dengan masalah gizi. Kami sebagai
penyusun makalah ini berterimakasih kepada Ibu Yessi Alza, SST, M.Biomed
selaku dosen mata kuliah Patologi Manusia.
Penyusun
DAFTAR ISI
Glosarium .................................................................................................... 40
Soal ............................................................................................................. 41
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Gatritis
A. Pengertian
1. Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung
(Sudoyo, 2006)
2. Gastitisadalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat
akut, kronik, difus, atau local yang di sebabkan oleh bakteri atau obatobatan
(Price, 2005).
3. Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung. Gambaran klinis yang
ditemukan berupa dispepsia atau indigesti (Mansjoer, 2001).
4. Gastritis adalah peradangan permukaan mukosa lambung yang akut
dengan kerusakan-kerusakan erosi. Erosi karena perlukaan hanya pada bagian
mukosa (Inayah, 2004).
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa gastritis adalah
peradangan pada mukosa lambung dan submukosa lambung yang bersifat secara
akut, kronis, difus atau lokal akibat infeksi dari bakteri, obat-obatan dan bahan
iritan lain, sehingga menyebabkan kerusakan-kerusakan atau perlukaan yang
menyebabkan erosi pada lapisan-lapisan tersebut dengan gambaran klinis yang
ditemukan berupa dispepsia atau indigesti.
B. Anatomi
Gambar 1.
Anatomi Lambung www.google.com ( gambar lambung ) Lambung adalah
bagian dari saluran pencernaan yang dapat mekar paling banyak terutama
didaerah epigaster, dan sebagian di sebelah kiri daerah hipokondriak dan
umbilikal. Lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri berhubungan dengan
osofagus melalui orifisium pilorik, terletak di bawah diapragma di depan
pankreas dan limpa, menempel disebelah kiri fundus uteri.
2) Lapisan otot sirkuler, yang ditengah merupakan lapisan yang paling tebal
dan terletak di pilorus serta membentuk otot sfingter dan berada dibawah lapisan
pertama.
3) Lapisan oblik, lapisan yang paling dalam merupakan lanjutan lapisan otot
sirkuler esofagus dan paling tebal pada daerah fundus dan terbentang sampai
pilorus.
c. Lapisan submukosa
Terdiri dari jaringan areolar jarang yang menghubungkan lapisan mukosa dan
lapisan muskularis. Jaringan ini memungkinkan mukosa bergerak bersama
gerakan peristaltik. Lapisan ini mengandung pleksus saraf dan saluran limfe.
d. Lapisan mukosa
Lapisan dalam lambung tersusun dari lipatan-lipatan longitudinal yang disebut
rugae. Ada beberapa tipe kelenjar pada lapisan ini yaitu :
2) Kelenjar fundus atau gastrik, terletak di fundus dan pada hampir seluruh
korpus lambung. Kelenjar gastrik memiliki tiga tipe utama sel yaitu :
Sistem pencernaan (mulai dari mulut sampai anus) berfungsi sebagai berikut :
1. Mulut
2. Faring (tekak)
b) Lemak, enzim lipase yang disekresi oleh sel chief menghidrolisis lemak
susu menjadi asam lemak dan gliserol, tetapi aktivitasnya terbatas dalam kadar
PH yang rendah.
5. Usus halus
Saluran pencernaan diantara lambung dan usus besar, yang merupakan tuba
terlilit yang merentang dari sfingter pylorus sampai katupileosekal, tempatnya
menyatu dengan usus besar fungsi usus halus terdiri dari :
Didalam usus halus terdapat kelenjar yang menghasilkan getah usus yang
menyempurnakan makanan :
a) Enterokinase, mengaktifkan enzim tripsinogen pankreas menjadi tripsin
yang kemudian mengurai protein dan peptida yang lebih kecil.
6. Usus besar
Usus besar merupakan bagian akhir dari proses pencernaan, karena
sebagai tempat pembuangan, maka diusus besarsebagian nutrien telah dicerna dan
diabsorbsi dan hanya menyisakan zat-zat yang tidak tercerna. Biasanya
memerlukan waktu dua sampai lima hari untuk menempuh ujung saluran
pencernaan. Dua sampai enam jam di lambung, enam sampai delapan jam diusus
halus, dan sisa waktunya diusus besar. Usus besar mempunyai berbagai fungsi
yang semuanya berkaitan dengan proses ahir isi usus, fungsi usus besar adalah :
a) Menyerap air dan elektrolit 80% sampai 90% dari makanan dan
mengubah dari cairan menjadi massa.
a) Sekum,
c) Rektum
Produk buangan yang mencapai bagian kolon sigmoid, disebut feses.
Sigmoid menyimpan feses sampai beberapa saat sebelum defekasi.dalam kondisi
normal, rektum tidak berisi feses sampai defekasi. Rektum dibangun oleh lipatan-
lipatan jaringan vertikal dan tranversal. Setiap lipatan vertikal berisi sebuah arteri
dan lebih dari satu vena.
Apabila masa feses atau gas bergerak ke dalam rektum untuk membuat
dindingnya berdistensi, maka proses defekasi dimulai. Proses ini melibatkan
kontrol volunter dan kontrol involunter. Sfingter interna adalah sebuah otot polos
yang dipersarafi oleh sistem saraf otonom. Saat rektum mengalami distensi, saraf
sensorik dstimulasi dan membawa impuls-impuls yang menyebabkan relaksasi
sfingter interna, memungkinkan lebih banyak feses yang memasuki rektum. Pada
saat yang sama, impuls bergerak ke otak untuk menciptakan suatu kesadaran
bahwa individu perlu melakukan defekasi.
(Potter, 2005)
7. Defekasi
Menurut Setiadi ( 2007), defekasi sebagian merupakan refleks, sebagian
lagi merupakan aktivitas volunter ( yaitu dengan mengejan terjadi kontraksi
diafragma dan otot abdominal untuk meningkatkan tekanan intra abdominal )
Komposisi feses mengandung :
d) Feses juga mengandung sejumlah bakteri kasar, atau serat dan selulosa
yang tidak tercerna.
e) Warna coklat berasal dari pigmen empedu
f) Dan bau berasal dari kerja bakteri.
D. Klasifikasi
1. Gastritis Akut
Gastritis akut adalah inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian besar
merupakan penyakit yang ringan dan sembuh sempurna.
( Hirlan, 2001)
2. Gastritis Kronis
Menurut Muttaqin, (2011) Gastritis kronis adalah suatu peradangan
permukaan mukosa lambung yang bersifat menahun. Gastritis kronik
diklasifikasikan dengan tiga perbedaan sebagai berikut :
2. Gastritis Kronis
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau
maligna dari lambung atau oleh bakteri helicobactery pylory ( H. pylory )
Gastritis Kronis dapat diklasifikasikan sebagai tipe A / tipe B, tipe A ( sering
disebut sebagai gastritis autoimun ) diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang
menimbulkan atrofi dan infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan dengan penyakit
autoimun seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari
lambung. Tipe B ( kadang disebut sebagai gastritis ) mempengaruhi antrum dan
pylorus ( ujung bawah lambung dekat duodenum ) ini dihubungkan dengan
bakteri Pylory. Faktor diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan atau
obat-obatan dan alkohol, merokok, atau refluks isi usus kedalam lambung
(Smeltzer dan Bare, 2001)
G. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis pada gastritis yaitu:
1. Gastritis Akut, gambaran klinis meliputi:
a) Dapat terjadi ulserasi superfisial dan dapat menimbulkan hemoragi.
b) Rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala, kelesuan, mual,
dan anoreksia. disertai muntah dan cegukan.
2. Gastritis Kronis
Pasien dengan Gastritis tipe A secara khusus asimtomatik kecuali untuk gejala
defisiensi vitamin B12 . pada gastritis tipe B, pasien mengeluh anoreksia ( nafsu
makan menurun ), nyeri ulu hati setelah makan, kembung, rasa asam di mulut,
atau mual dan muntah. (Smeltzer dan Bare, 2001)
H. PemeriksaanDiagnosik
Pemeriksaan dignostik menurut Dermawan (2010) dan Doenges (2000) sebagai
berikut :
12. Amilase serum: meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah diduga
gastritis.
I. Penatalaksanaan
1. Pengobatan pada gastritis meliputi:
a) Antikoagulan: bila ada pendarahan pada lambung
b) Antasida: pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan
intravena untuk mempertahankan keseimbangan cairan sampai gejala-gejala
mereda, untuk gastritis yang tidak parah diobati dengan antasida dan istirahat.
b) Bila korosi luas atau berat, emetik, dan lafase dihindari karena bahaya
perforasi.
terapi pendukung mencakup intubasi, analgesic dan sedative, antasida,
serta cairan intravena. Endoskopi fiberopti mungkin diperlukan. Pembedahan
darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangrene atau jaringan perforasi.
Gastrojejunostomi atau reseksi lambungmungkin diperlukan untuk mengatasi
obstruksi pilrus. Gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi diet pasien,
meningkatkan istiratahat, mengurangi stress dan memulai farmakoterapi. H.
Pilory data diatasi dengan antibiotic ( seperti tetrasiklin atau amoksisilin ) dan
garam bismu ( pepto bismo ). Pasien dengan gastritis A biasanya mengalami
malabsorbsi vitamin B12 yang disebabkan oleh adanya antibody terhadap faktor
instrinsik (Smeltzer, 2001)
c. Pola Eliminasi
Menjelaskan pola fungsi eksresi, kandung kemih dan Kulit.
Kebiasaan defekasi, ada tidaknya masalah defekasi, masalah miksi (oliguri, disuri
dll), penggunaan kateter, frekuensi defekasi dan miksi, Karakteristik urin dan
feses, pola input cairan, infeksi saluran kemih dll.
d. Pola Latihan-Aktivitas
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan dan sirkulasi.
Pentingnya latihan/gerak dalam keadaan sehat dan sakit, gerak tubuh dan
kesehatan berhubungan satu sama lain, Range Of Motion (ROM), riwayat
penyakit jantung, frekuensi, irama dan kedalaman nafas, bunyi nafas riwayat
penyakit paru.
e. Pola Kognitif Perseptual
Menjelaskan Persepsi sensori dan kognitif.Pola persepsi sensori meliputi
pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan, pembau dan
kompensasinya terhadap tubuh. Sedangkan pola kognitif didalamnya
mengandung kemampuan daya ingat klien terhadap persitiwa yang telah lama
terjadi dan atau baru terjadi dan kemampuan orientasi klien terhadap waktu,
tempat, dan nama (orang, atau benda yang lain).Tingkat pendidikan, persepsi
nyeri dan penanganan nyeri, kemampuan untuk mengikuti, menilai nyeri skala 0-
10, pemakaian alat bantu dengar, melihat, kehilangan bagian tubuh atau
fungsinya, tingkat kesadaran, orientasi pasien, adakah gangguan penglihatan,
pendengaran, persepsi sensori (nyeri), penciuman dan lain-lain.
f. Pola Istirahat-Tidur
Menggambarkan Pola Tidur, istirahat dan persepasi tentang energi.
Jumlah jam tidur pada siang dan malam, masalah selama tidur, insomnia atau
mimpi buruk, penggunaan obat, mengeluh letih.
i. Pola Reproduksi/Seksual
Menggambarkan kepuasan atau masalah yang aktual atau dirasakan
dengan seksualitas. Dampak sakit terhadap seksualitas, riwayat haid, pemeriksaan
mamae sendiri, riwayat penyakit hubungan seksual, pemeriksaan genital.
Merusak mukosa
lambung
Tukak Lambung
D. Diagnosis
Sekitar 90% dari penderita mengeluh nyeri pada epigastrium, seperti
terbakar disertai mual, muntah, perut kembung, berat badan menurun,
hematemesis, melena dan anemia disebabkan erosi yg superficial atau erosi
dalam pada mukosa gastrointestinal (McPhee, 1997).
Pemeriksaan yang biasanya dilakukan untuk diagnosis tukak peptik yaitu
seperti endoskopi dengan biopsi dan sitologi, pemeriksaan dengan barium,
radiologi pada abdomen, analisis lambung, pemeriksaan laboratorium (kadar Hb,
Ht, dan pepsinogen darah), dan melena (Priyanto & Lestari, 2009).
Diagnosis tukak peptik ditegakkan berdasarkan:
1) Pengamatan klinis
2) Hasil pemeriksaan penunjang (radiologi dan endoskopi)
3) Hasil biopsi untuk pemeriksaan CLO ( Compylobacter Like Organism),
histopatologi kuman H. Pylori (Tarigan, 2006)
Diagnosis terhadap H.pylori diperlukan untuk menetapkan adanya infeksi
sebelum memberikan pengobatan. Jenis tes diagnostik infeksi H. pylori adalah
sebagai berikut:
1) Non invasif : Serologi (IgG, IgA anti Hp, urea breath test)
2) Invasif/endoskopi : Tes urease (CLO , histopatologi, kultur mikrobiologi,
Polymerase chain reaction ) (Rani & Fauzi, 2006)
E. Penatalaksanaan Tukak Peptik
Tujuan pengobatan tukak peptik adalah menghilangkan keluhan/ gejala
penderita, menyembuhkan tukak, mencegah relaps/ kekambuhan dan mencegah
komplikasi. Secara garis besar pengobatan tukak peptik adalah eradikasi kuman
H. Pylori serta pengobatan/ pencegahan gastropati NSAID (Tarigan, 2001). Pada
saat ini, penekanan pengobatan ditujukan pada peran luas infeksi Helicobacter
pylori sebagai penyebab ulkus peptikum.
Eradikasi Helicobacter pylori infeksi dapat dilakukan pengobatan
antibiotik yang sesuai. Penderita ulkus harus menghentikan pengobatan dengan
NSAID atau apabila hal ini tidak dapat dilakukan pemberian agonis prostaglandin
yang berkerja lama, misalnya misoprostol. Dalam memberikan terapi terhadap
tukak peptik akut pada umumnya serupa dengan penderita tukak peptik kronik.
Bila ditemukan penderita dengan keluhan berat, maka sebaiknya dirawat di rumah
sakit, serta perlu istirahat untuk beberapa minggu.
Penderita dengan keluhan ringan umumnya dapat dilakukan dengan
berobat jalan (Akil, 2006). Secara garis besar pengelolaan penderitadengan tukak
peptik adalah sebagai berikut:
a.Non Farmakologi
Menghentikan konsumsi minuman beralkohol, rokok dan penggunaan NSAID.
Beristirahat yang cukup, dan menghindari stress.
Menghindari makanan dan minuman yang memicu sekresi asam lambung yang
berlebih, seperti cabai, teh, kopi, dan alkohol. (Truter, 2009)
b.Farmakologi
Antasida
Antasida meningkatkan pH lumen lambung, sehingga dapat menetralkan asam
lambung serta meningkatkan kecepatan pengosongan lambung. Antasida yang
mengandung magnesium, tidak larut dalam air dan bekerja cukup cepat.
Magnesium mempunyai efek laksatif da n bisa menyebabkan diare, sedangkan
preparat antasida yang mengandung aluminium, bekerja relatif lambat dan
menyebabkan konstipasi. Kombinasi antara magnesium dan aluminium dapat
digunakan untuk meminimalkan efek pada motilitas (Neal, 2007).
PPI (Pump Proton Inhibitor)
Inhibitor pompa proton (PPI) adalah penekan sekresi lambung yang paling
potensial. Contohnya seperti omeprazole, es omeprazole, lansoprazole,
rabeprazole dan pantoprazole (Truter, 2009). Ob at-obat golongan PPI dapat
menghambat sekresi asam lambung dengan cara memblok H + / K + ATPase (
Adenosine Triphosphatase) yang terdapat di sel parietal la mbung. Obat-obat
tersebut dapat digunakan untuk terapi eradikasi H. pylori yang dikombinasikan
dengan antibiotik. Selain itu juga dapat digunakan untuk terapi tukak peptik yang
disebabkan NSAID (BNF 58, 2009).
Penggunaan pantoprazole intravena setelah terapi endoskopi pada
perdarahan tukak peptik dapat menurunkan angka kejadian perdarahan ulang,
tindakan operasi, dan mengurangi lama waktu rawat inap di rumah sakit (Wang et
al ., 2009).
c.Antagonis reseptor H2 histamin
Obat-obat golongan ini memblok kerja histamin pada sel parietal dan
mengurangi sekresi asam, sekaligus mengurangi nyeri akibat ulkus peptikum dan
meningkatkan kecepatan penyembuhan tukak. Contoh obat-obatnya seperti
simetidin dan ranitidin (Neal, 2007).
d.Sukralfat
Sukralfat merupakan agen pelindung mukosa yang melindungi ulkus epitel
dari zat ulcerogenic, sepe rti asam lambung, pepsin dan empedu. Hal ini juga
secara langsung mengadsorbsi empedu danpepsin. Sulkrafat mengalami
polimerisasi pada pH < 4 untuk menghasilkan gel yang sangat lengket dan
melekat kuat pada dasar ulkus (Neal, 2007).
BAB III
3.1 Kesimpulan
Gangguan pencernaan adalah berbagai jenis masalah yang terjadi pada
sistem pencernaan tubuh, mulai dari mulut hingga anus. Masalah pencernaan
umumnya meliputi refluks asam lambung (GERD), irritable bowel syndrome
(IBS), dan inflammatory bowel disease (IBD).
Gangguan pencernaan adalah masalah yang terjadi pada salah satu organ
sistem pencernaan, atau lebih dari satu organ pencernaan secara bersamaan.
Sistem pencernaan terdiri dari sejumlah organ, mulai dari mulut, kerongkongan,
lambung, usus halus, usus besar, dan anus. Organ hati, pankreas, dan kantung
empedu juga berperan dalam mencerna makan, namun tidak dilewati oleh
makanan atau terletak di luar saluran pencernaan.
Disfagia adalah kesulitan menelan yang dapat pula disertai dengan nyeri
menelan. Penyakit ini adalah gangguan peredaran darah otak (stroke, penyakit
serebrovaskuler), miastenia gravis, distrofi otot, dan poliomyelitis bulbaris.
Keadaan ini memicu peningkatan resiko tersedak minuman atau makanan yang
tersangkut dalam trakea atau bronkus (Price, 2006).
Gastroenteritis adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal
(meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair (Suharyono: 2008).
Infeksi yang disebabkan oleh bakteri: shigella sp, E.coli pathogen, salmonella sp,
vibrio cholera, yersinia entero colytika, campylobacter jejuni, v.parahaemolitikus,
staphylococcus aureus, klebsiella, pseudomonas, aeromonas, dll
3.2 Saran
Dengan mengetahui apa saja bentuk gangguan saluran pencernaan, etologi
maupun patofisiologinya, diharapkan mahasiswa dapat memahami dan
menjadikan acuan sebagai penanggulangan dan pencegahan terhadap gejala
maupun gangguan saluran pencernaan,
GLOSARIUM
Gastroesophageal reflux: Juga dikenal sebagai acid reflux, ini adalah kondisi
umum di mana cairan pencernaan dari aliran lambung kembali ke kerongkongan,
menyebabkan rasa tidak nyaman dan rasa asam di mulut. Ketika refluks asam
terjadi secara teratur, seseorang dikatakan memiliki GERD.
Irritable bowel syndrome (IBS) adalah gangguan jangka panjang pada sistem
pencernaan yang umum terjadi. Penyakit ini menyerang usus besar untuk jangka
waktu yang lama, dengan gejala yang kambuh dari waktu ke waktu.
Inflammatory bowel disease (IBD) atau yang juga dikenal dengan nama
penyakit radang usus (kolitis) adalah kondisi gangguan yang menyebabkan sistem
pencernaan jadi meradang. Sistem pencernaan terdiri dari mulut, kerongkongan,
lambung, usus kecil, dan usus besar.
Disfagia: Disfagia, yang berarti kesulitan menelan, merupakan gejala penting dari
sejumlah masalah gastrointestinal serta parah.
Gastritis: Ini adalah istilah payung yang menggambarkan selaput lambung yang
meradang atau teriritasi. Ini memiliki berbagai penyebab, termasuk minum terlalu
banyak alkohol, penggunaan obat nyeri over-the-counter tertentu, cedera, luka
bakar, dan operasi.
cerebrovascular adalah penyakit pembuluh darah di otak, terutama arteri otak. ...
Luka pada lapisan dalam pembuluh darah menyebabkan pembuluh darah sempit,
kaku, dan kadang-kadang tidak teratur bentuknya.
Polio (Poliomyelitis) : Penyebab, Gejala, dan Pengobatan.Poliomyelitis atau yang
lebih sering disebut penyakit polio adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
virus polio. Virus polio menyerang otak dan saraf tulang belakang penderitanya
dan bisa menyebabkan kelumpuhan.
NGT : adalah Nasogastric tube. Alat ini adalah alat yang digunakan untuk
memasukkan nutsrisi cair dengan selang plastik yang dipasang melalui hidung
sampai lambung.
SOAL
A. menelan
B. menelan yang nyeri
C. mengunyah
D. gerakan menelan
E. kesulitan menelan
A. Disfagia
B. Odinofagia
C. Esofagus
D. regurgitasi nasal
E. disfagia orofaring
Jawab : B. Odinofagia
A. Protein
B. Lemak
C. Vitamin
D. Karbohidrat
E. Beras
Jawab : C. mineral
A. Esofagus
B. Duodenum
C. Ventrikulus
D. Lambung
E. Kolon
Jawab : B. duodenum
7. Lambung merupakan salah satu alat pencernaan pada manusia yang berfungsi
untuk melumatkan makanan. Hal itu disebabkan ?
A. Dispepsia
B. Disfagia
C. GERD
D. IBD
E. Esofagus
Jawab ; C. GERD
10. adalah Nasogastric tube. Alat ini adalah alat yang digunakan untuk
memasukkan nutsrisi cair dengan selang plastik yang dipasang melalui hidung
sampai lambung.adalah pengertian tentang ?
A. GERD
B. IBD
C. Esofagus
D. Usus halus
E. NGT
Jawab : E. NGT
11. penyakit pembuluh darah di otak, terutama arteri otak Luka pada lapisan
dalam pembuluh darah menyebabkan pembuluh darah sempit, kaku, dan kadang-
kadang tidak teratur bentuknya.adalah penejelasan mengenai ?
A. IBD
B. Esofagus
C. Cerebrovascular
D. NGT
E. Gastritis
Jawab : C. Cerebrovascular.
12. tabung yang membantu memindahkan makanan dan cairan dari tenggorokan
(atau faring) ke dalam lambung.pengertian tentang ?
A. Esofagus
B. Cerebrovascular
C. NGT
D. Gastritis
E. GERD
Jawab : A. Esofagus.
13. Pada orang dewasa, lumen esofagus dapat mengembang hingga mencapai
diameter ?
A. 3 cm
B. 6 cm
C. 5 cm
D. 4 cm
E. 2,5 cm
Jawab : D. 4 cm
A. 3 cm
B. 6 cm
C. 5 cm
D. 4 cm
E. 2,5 cm
Jawab : E. 2,5 cm
15. Kegiatan ibadah terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman, merupakan pola ?
A. Pola Eliminasi.
B. Pola Istirahat Tidur
C. Pola Aktivitas.
D. Pola Nilai dan Kepercayaan.
E. Pola Konsep Diri.
16. Akan terganggu kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat disentri
abdomen,adalah pola ?
A. Pola Eliminasi.
B. Pola Istirahat Tidur
C. Pola Nilai dan Kepercayaan.
D. Pola Konsep Diri.
E. Pola Aktivitas.
Jawab : E. Pola Aktivitas.
17. Pola eliminasi akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 xsehari,
BAK sedikit atau jarang.merupakan pola dari ?
A. Pola Eliminasi.
B. Pola Istirahat Tidur
C. Pola Nilai dan Kepercayaan.
D. Pola Konsep Diri.
E. Pola Aktivitas
18. Merupakan gambaran, peran, identitias, harga, ideal diri pasien selama sakit,
adalah pola ?
A. Pola Eliminasi.
B. Pola Istirahat Tidur
C. Pola Nilai dan Kepercayaan.
D. Pola Konsep Diri.
E. Pola Aktivitas
19. Gangguan jangka panjang pada sistem pencernaan yang umum terjadi.
Penyakit ini menyerang usus besar untuk jangka waktu yang lama, dengan gejala
yang kambuh dari waktu ke waktu.adalah pengertian tentang ?
A. GERD
B. IBS
C. Esofagus
D. Usus halus
E. NGT
Jawab : B. IBS
20. Suatu kondisi di mana lapisan esophagus meradang dan iritasi, biasanya oleh
episode refluks berulang,adalah pengertian tentang ?
A. GERD
B. IBS
C. Esophagitis
D. Usus halus
E. NGT
Jawab : C. Esophagitis
DAFTAR PUSTAKA
Walton RE, Torabinejad M. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia. Alih bahasa.
Narlan S. edisi ke-3. Jakarta: EGC, 2008: 258-9.
DAFTAR PUSTAKA
Aru W.Sudoyo, B.S. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI
Hirlan. 2001. Gastritis. Dalam Ilmu Penyakit Dalam jilid 2 Edisi III. Jakarta:
FKUI
Potter PA & Perry AG. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep.
Proses dan Praktik. Jakarta: EGC
Price, S.A., dan Wilson, L.M. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Ed 6. Jakarta: EGC
Akil,M.2007.Astices Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati Dan Edisi 1.Jakarta :
FK Universitas Indonesia