Anda di halaman 1dari 20

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1 Penjaminan Mutu Hasil Penelitian.

Penjaminan mutu hasil pemeriksaan cTnI next generation dengan

menggunakan alat Triage MeterPro dilakukan dengan mengerjakan prosedur

kontrol kualitas dengan QC device. Kontrol kualitas dikerjakan setiap hari

sebelum mengerjakan sampel pasien. Alat dapat dipakai untuk mengerjakan

sampel pasien apabila hasil pengerjaan QC device mengeluarkan hasil ‘PASSED’

untuk tiga parameter yaitu calib, align dan laser.

Penjaminan mutu hasil pemeriksaan cTnI high sensitive dengan

menggunakan alat Mitsubishi Pathfast dilakukan dengan mengerjakan prosedur

kalibrasi dan pemeriksaan bahan kontrol. Kontrol kualitas dikerjakan setiap 4

minggu sekali. Alat dapat dipakai untuk mengerjakan sampel pasien apabila hasil

pengerjaan bahan kontrol level low dan high masuk dalam rentang kontrol yang

tertera pada masing-masing keterangan bahan kontrol sesuai nomor lot.

Penjaminan mutu hasil pemeriksaan CKMB dengan menggunakan alat

Architect dilakukan dengan mengerjakan proseur kalibrasi dan pemeriksaan bahan

control. Kontrol kualitas dikerjakan setiap hari. Alat dapat dipakai untuk

mengerjakan sampel pasien apabila hasil pengerjaan bahan control level low dan

high masuk dalam rentang control yang tertera pada masing-masing keterangan

bahan control sesuai nomor lot.


5.2 Karakteristik Sampel Penelitian.

Pengumpulan sampel dimulai pada bulan April 2016 sampai dengan Juni

2016 dan didapatkan sebanyak 101 orang pasien yang diduga mengalami

sindroma koroner akut menjalani pemeriksaan di IRD rumah sakit Dr. Soetomo

Surabaya. Sebanyak 82 orang dari 101 orang tersebut yang memenuhi kriteria

penerimaan dan penolakan sampel. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi

dengan keluhan nyeri dada tipikal atau dada terasa tidak nyaman dan persisten

selama lebih dari 20 menit, kemudian dilakukan anamnesis, pemeriksaan EKG,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Anamnesis terhadap riwayat

merokok, diabetes mellitus, hipertensi, dislipidemia dilakukan pada setiap subyek

penelitian. Pemeriksaan fisik yang dilakukan antara lain pengukuran tekanan

darah, laju pernapasan, hitung denyut nadi dan pemeriksaan sistematik.

Pemeriksaan laborotorium yang dikerjakan adalah pemeriksaan rutin seperti darah

lengkap, kimia klinik dan pemeriksaan penanda jantung (troponin, CKMB). Tabel

5.1 menjelaskan data karakteristik subyek penelitian. Berdasarkan jenis kelamin

didapatkan data 62 orang (75,6%) laki-laki dan 20 orang (24,4%) perempuan.

Median usia sampel pada penelitian ini adalah 57 tahun, rerata usia sampel

penelitian ini adalah 57±20 tahun dengan rentang usia antara 39-82 tahun dan

sampel terbanyak adalah usia 60 tahun (tabel 5.1) Sebanyak 36 sampel adalah

pasien dengan diagnosis sindroma koroner akut, sedangkan 46% lainnya

merupakan pasien bukan sindroma koroner akut.

Tabel 5.1 Karakteristik Subyek Penelitian.


Parameter N %
Total Sampel 82 100
Jenis Kelamin
Laki-laki 62 75,6
Perempuan 20 24,4
Usia (tahun)
30-39 3 3,7
40-49 16 19,5
50-59 30 36,5
60-69 20 24,5
≥ 70 13 15,8
Diagnosis
SKA 36
Non-SKA 46
Penyakit Kardiovaskuler 22 43,9
Penyakit Non- Kardiovaskuler 16 56,1
Stable Angina 8

Stratifikasi pasien sindroma koroner akut berdasarkan kriteria WHO

didapatkan 4 pasien dengan diagnosis Unstable Angina, 32 pasien IMA. Pasien

dengan IMA terdiri dari STEMI dan NSTEMI dimana terdapat 12 orang STEMI

(34 %) dan 20 orang NSTEMI sekitar 55% (tabel 5.2).

Tabel 5.2 Stratifikasi Pasien Sindroma Koroner Akut Berdasarkan WHO

Parameter Jumlah %
Total Sampel SKA 36
Unstable Angina 4 11
IMA
- STEMI 12 34
- NSTEMI 20 55

5.2.1 Karakteristik Kelompok Sampel IMA (STEMI, NSTEMI).


Jumlah sampel penderita IMA pada penelitian ini adalah 32 orang terdiri

dari 29 orang laki-laki (90 %) dan 3 wanita (10 %), dengan rentang umur antara

37 sampai dengan 82 tahun, dan sampel terbanyak adalah pada rentang usia 50-

59 tahun (40,63 %). Keluhan angina pectoris dirasakan kurang dari 6 jam

sebelum masuk rumah sakit pada 38% pasien dan lebih dari 6 jam sebelum masuk

rumah sakit pada 47% pasien. Faktor risiko terjadinya IMA yang diketahui pada

subyek penelitian antara lain merokok 44%, hipertensi 50%, Diabetes Mellitus

34%, dislipidemia 2% (Tabel 5.3).

Tabel 5.3 Karakteristik Sampel Pasien IMA.

Karakteristik Sampel Jumlah Persentase (%)


Jenis kelamin
Laki-laki 29 90,63
Wanita 3 9,38
Usia
30-39 1 3,12
40-49 4 12,5
50-59 12 40,63
60-69 35 25
70-79 6 18,75
Faktor Risiko
Usia 29 91
Diabetes Mellitus 11 34
Dislipidemia 2 6,3
Merokok 44 44
Hipertensi 16 50

5.3 Karakteristik Hasil Pemeriksaan Enzim Jantung.

Hasil pemeriksaan cTnI next generation dan high sensitive dinyatakan

secara kuantitatif dalam bentuk kadar dengan satuan ng/ml dan diinterpretasikan
juga secara kualitatif menggunakan cut off 0,02 ng/ml. Kadar cTnI > 0,02 ng/ml

diinterpretasikan sebagai hasil positif, sedangkan kadar cTnI ≤ 0,02 ng/ml

diinterpretasikan sebagai hasil negatif. Hasil kuantitatif akan dikeluarkan oleh

alat sesuai dengan batas deteksinya. Selain pemeriksaan cTnI, sampel penelitian

juga diperiksakan CKMB menggunakan metode enzimatik dengan alat Architect.

Parameter CKMB menggunakan nilai rentang normal 7-25 U/L. cardiac

troponin- I nilai batas deteksi dan nilai cut off untuk masing-masing parameter

dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4 Batas deteksi dan cut off pemeriksaan enzim jantung

Parameter Batas deteksi Cut off


cTnI next generation 0,01 – 10 ng/ml ≤ 0,02 ng/ml
cTnI high sensitive 0,01 – 50 ng/ml ≤ 0,02 ng/ml

Hasil pemeriksaan cTnI next generation dan high sensitive dapat dilihat

pada lampiran. Nilai rerata untuk masing-masing hasil pemeriksaan dapat dilihat

pada tabel 5.5. Penghitungan rerata kadar cTnI next generation dihitung dengan

mengeluarkan 11 sampel yang memiliki kadar cTnI >10 ng/ml dan perhitungan

rerata kadar cTnI high sensitive dihitung dengan mengeluarkan 2 sampel yang

memiliki kadar cTnI >50 ng/ml. Rerata kadar cTnI next generation dan cTnI high

sensitive tidak dapat dibandingkan karena kedua metode memiliki rentang deteksi

kadar yang berbeda. Kadar minimal cTnI next generation lebih tinggi

dibandingkan kadar cTnI high sensitive. Penghitungan rerata kadar CKMB

dihitung dengan mengeluarkan 1 sampel yang tidak memiliki data kadar CKMB.
Tabel 5.5 Rerata Kadar Hasil Pemeriksaan pada pasien IMA

N Minimum Maximum Mean


cTnI next generation 32 0,05 IU/L >10 ng/ml 2,056 ± 5,02
ng/ml
cTnI high sensitive 32 0,024 IU/L >50 ng/ml 5,256 ± 20,15
ng/ml
CKMB 32 18,7 IU/L 1000 IU/L 146 ± 474 IU/L

5.3.1 Karakteristik Hasil Pemeriksaan cTnI next generation pada Subyek

Penelitian.

Hasil pemeriksaan cTnI next generation pada subyek penelitian di

dapatkan 28 sampel dengan hasil cTnI next generation negatif dan 54 sampel

dengan hasil cTnI positif. Gambar 5.1 menunjukkan proporsi diagnosis pasien

dengan hasil kualitatif cTnI next generation negatif.

Gambar 5.1 Proporsi subyek penelitian berdasarkan diagnosis pada


sampel dengan hasil cTnI next generation negatif
SKA: Sindroma Koroner Akut; Kardiak: Penyakit kardiovaskuler selain IMA; Non-Kardiak: Penyakit lain
selain kardiovaskuler; SA: Stable Angina; UA: Unstable Angina.

Gambar 5.2 menunjukkan proporsi diagnosis pasien dengan kadar cTnI

next generation positif. Hasil positif cTnI next generation terdapat pada pasien

dengan diagnosis non SKA kardiak diantaranya adalah 8 pasien dengan gagal
jantung, 1 pasien dengan kardiomiopati, 4 pasien dengan gangguan irama jantung

seperti atrial fibrilasi, SVT, dan bradikardia. Satu pasien didapatkan dengan cTnI

meningkat dengan diagnosis efusi pericard post CABG. Hasil positif cTnI next

generation terdapat juga pada pasien dengan diagnosis non SKA yang bukan

penyakit kardiovaskuler antara lain 2 pasien dengan diabetes mellitus, 1 pasien

dengan infeksi HIV dan 3 pasien penyakit paru kronis. Dua pasien dengan

diagnosis kerja stable angina memiliki kadar cTnI next generation yang

meningkat.

Gambar 5.2 Proporsi subyek penelitian berdasarkan diagnosis pada sampel


dengan hasil cTnI next generation positif
SKA: Sindroma Koroner Akut; Kardiak: Penyakit kardiovaskuler selain IMA; Non-Kardiak: Penyakit lain
selain kardiovaskuler; SA: Stable Angina; NST: non ST elevasi IMA; ST: ST elevasi IMA

Perbandingan rerata kadar cTnI next generation pada masing-masing

kelompok diagnosis pasien tertera pada gambar 5.3. Perhitungan rerata kadar cTnI

next generation pada pasien IMA STEMI dengan mengeluarkan 6 sampel yang

memiliki hasil cTnI >10 ng/ml adalah 0,898 ± 2,15 ng/ml sedangkan pasien IMA

NSTEMI dengan mengeluarkan 5 sampel yang memiliki hasil cTnI >10 ng/ml

adalah 2,519 ± 5,58 ng/ml. Rerata kadar cTnI next generation pada pasien IMA

NSTEMI lebih tinggi dari pada pasien STEMI. Rerata kadar pasien non SKA
dengan diagnosis penyakit kardiovaskuler adalah 1,206 ± 4,80 ng/ml, sedangkan

perhitungan rerata kadar pasien non SKA dengan diagnosis penyakit non

kardiovaskuler adalah 0,744 ± 2,02 ng/ml dengan mengeluarkan 1 sampel

diagnosis DM yang memiliki hasil cTnI >10 ng/ml.

Gambar 5.3 Perbandingan rerata kadar cTnI next generation dengan hasil
positif pada subyek penelitian berdasarkan diagnosis.
SKA: Sindroma Koroner Akut; Kardiak: Penyakit kardiovaskuler selain IMA; Non-Kardiak: Penyakit lain
selain kardiovaskuler; SA: Stable Angina; NST: non ST elevasi IMA; ST: ST elevasi IMA

5.3.2 Karakteristik Hasil Pemeriksaan cTnI high sensitive pada Subyek

Penelitian.

Hasil pemeriksaan cTnI high sensitive pada subyek penelitian di dapatkan

32 sampel dengan hasil cTnI high sensitive negatif dan 50 sampel dengan hasil

cTnI positif. Gambar 5.4 menunjukkan proporsi diagnosis pasien dengan hasil

kualitatif cTnI high sensitive negatif.


Gambar 5.4 Proporsi subyek penelitian berdasarkan diagnosis pada
sampel dengan hasil cTnI high sensitive negatif
SKA: Sindroma Koroner Akut; Kardiak: Penyakit kardiovaskuler selain IMA; Non-Kardiak: Penyakit lain
selain kardiovaskuler; SA: Stable Angina; UA: Unstable Angina.

Gambar 5.5 menunjukkan proporsi diagnosis pasien dengan hasil kualitatif

cTnI high sensitive positif. Hasil positif cTnI high sensitive terdapat pada pasien

dengan diagnosis non SKA dengan penyakit kardiovaskuler diantaranya adalah 8

pasien dengan gagal jantung, 3 pasien dengan gangguan irama jantung seperti

atrial fibrilasi, SVT, dan bradikardia. Hasil positif cTnI high sensitive terdapat

juga pada pasien dengan diagnosis non SKA yang bukan penyakit kardiovaskuler

antara lain 1 pasien dengan diabetes mellitus, 1 pasien dengan infeksi HIV dan 3

pasien penyakit paru kronis. Dua pasien dengan diagnosis kerja stable angina

memiliki kadar cTnI high sensitive yang meningkat.


Gambar 5.5 Proporsi subyek penelitian berdasarkan diagnosis pada sampel
dengan hasil cTnI high sensitive positif
SKA: Sindroma Koroner Akut; Kardiak: Penyakit kardiovaskuler selain IMA; Non-Kardiak: Penyakit lain
selain kardiovaskuler; SA: Stable Angina; NST: non ST elevasi IMA; ST: ST elevasi IMA

Perbandingan rerata kadar cTnI high sensitive pada masing-masing

kelompok diagnosis pasien tertera pada gambar 5.6. Perhitungan rerata kadar cTnI

high sensitive pada pasien IMA STEMI dengan mengeluarkan 1 sampel yang

memiliki hasil cTnI > 50 ng/ml adalah 8,9 ± 29,82 ng/ml sedangkan pasien IMA

NSTEMI dengan mengeluarkan 1 sampel yang memiliki hasil cTnI >50 ng/ml

adalah 3,14 ± 29,82 ng/ml. Rerata kadar cTnI high sensitive pada pasien IMA

STEMI lebih tinggi dari pada pasien NSTEMI. Rerata kadar pasien non SKA

dengan diagnosis penyakit kardiovaskuler adalah 0,501 ± 1,18 ng/ml, sedangkan

perhitungan rerata kadar pasien non SKA dengan diagnosis penyakit non

kardiovaskuler adalah 3,14 ± 12,9 ng/ml.


Gambar 5.6 Perbandingan rerata kadar cTnI high sensitive dengan hasil
positif pada subyek penelitian berdasarkan diagnosis.
SKA: Sindroma Koroner Akut; Kardiak: Penyakit kardiovaskuler selain IMA; Non-Kardiak: Penyakit lain
selain kardiovaskuler; SA: Stable Angina; NST: non ST elevasi IMA; ST: ST elevasi IMA

5.3.3 Karakteristik Hasil Pemeriksaan CKMB pada Subyek Penelitian.

Hasil pemeriksaan CKMB pada subyek penelitian di dapatkan 20 sampel

dengan hasil CKMB dalam batas normal/negatif, 60 sampel dengan hasil CKMB

meningkat/positif, dan terdapat 2 pasien yang tidak diperiksakan CKMB. Gambar

5.7 menunjukkan proporsi diagnosis pasien dengan hasil kualitatif CKMB

negatif.

Gambar 5.7 Proporsi subyek penelitian berdasarkan diagnosis pada


sampel dengan hasil CKMB negatif
SKA: Sindroma Koroner Akut; Kardiak: Penyakit kardiovaskuler selain IMA; Non-Kardiak: Penyakit lain
selain kardiovaskuler; SA: Stable Angina; UA: Unstable Angina; NST: IMA tanpa ST elevasi; ST: IMA
dengan ST elevasi

Gambar 5.8 menunjukkan proporsi diagnosis pasien dengan hasil kualitatif

CKMB positif. Hasil positif CKMB terdapat pada pasien dengan diagnosis non

SKA dengan penyakit kardiovaskuler diantaranya adalah 10 pasien dengan gagal

jantung, 3 pasien dengan diagnosis infark miokard lama (old myocard infarct) dan

3 pasien dengan gangguan irama jantung seperti atrial fibrilasi, SVT, dan

bradikardia. Hasil positif CKMB terdapat juga pada pasien dengan diagnosis non

SKA yang bukan penyakit kardiovaskuler antara lain 1 pasien dengan diabetes

mellitus, 2 pasien dengan infeksi HIV, 1 pasien dengan diagnosis stroke dan 6

pasien penyakit paru kronis. Empat pasien dengan diagnosis kerja stable angina

memiliki kadar CKMB yang meningkat, dan 2 pasien dengan diagnosis kerja

unstable angina memiliki kadar CKMB yang meningkat.

Gambar 5.8 Proporsi subyek penelitian berdasarkan diagnosis pada sampel


dengan hasil CKMB positif
SKA: Sindroma Koroner Akut; Kardiak: Penyakit kardiovaskuler selain IMA; Non-Kardiak: Penyakit lain
selain kardiovaskuler; SA: Stable Angina; UA: Unstable Angina; NST: IMA tanpa ST elevasi; ST: IMA
dengan ST elevasi
Perbandingan rerata kadar CKMB positif pada masing-masing kelompok

diagnosis pasien tertera pada gambar 5.9. Rerata kadar CKMB pada pasien IMA

STEMI adalah 158,35 ± 333,15 IU/ml sedangkan pasien IMA NSTEMI adalah

159,77 ± 570,8 IU/ml. Rerata kadar CKMB pasien non SKA dengan diagnosis

penyakit kardiovaskuler adalah 69,5 ± 208,9 IU/ml, sedangkan rerata kadar

CKMB pasien non SKA dengan diagnosis penyakit non kardiovaskuler adalah

61,9 ± 60,2 IU/ml. Rerata kadar CKMB pasien stable angina adalah 38,9 ± 32,8

IU/ml, sedangkan rerata kadar CKMB pasien unstable angina adalah 105,3 ±

153,3 IU/ml.

Gambar 5.9 Perbandingan rerata kadar CKMB dengan hasil positif pada
subyek penelitian berdasarkan diagnosis.
SKA: Sindroma Koroner Akut; Kardiak: Penyakit kardiovaskuler selain IMA; Non-Kardiak: Penyakit lain
selain kardiovaskuler; SA: Stable Angina; UA: Unstable Angina; NST: IMA tanpa ST elevasi; ST: IMA
dengan ST elevasi

5.4 Korelasi cTnI next generation dengan cTnI high sensitive dan CKMB
Hasil pemeriksaan cTnI next generation, cTnI high sensitive dan CKMB

diuji normalitas sebaran datanya dengan uji Kolmogorov Smirnov (lampiran).

Berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov menunjukkan bahwa sebaran/distribusi

datanya adalah distribusi normal, karena berdistribusi normal maka untuk

mengetahui hubungan antara cTnI next generation, cTnI next generation dan

CKMB dilakukan analisis korelasi Pearson.

5.4.1 Korelasi cTnI next generation dengan cTnI high sensitive

Berdasarkan korelasi Pearson, besar koefisien korelasi antara cTnI next

generation dan cTnI high sensitive adalah ....... dengan nilai signifikansi ......,

mempunyai arti bahwa terdapat korelasi yang cukup kuat antara cTnI next

generation dan cTnI high sensitive.

5.4.2 Korelasi cTnI next generation dengan CKMB

Berdasarkan korelasi Pearson, besar koefisien korelasi antara cTnI next

generation dan CKMB adalah ....... dengan nilai signifikansi ......, mempunyai arti

bahwa terdapat korelasi yang cukup kuat antara cTnI next generation dan

CKMB.

5.4.3 Korelasi cTnI high sensitive dengan CKMB

Berdasarkan korelasi Pearson, besar koefisien korelasi antara cTnI high

sensitive dan CKMB adalah ....... dengan nilai signifikansi ......, mempunyai arti

bahwa terdapat korelasi yang cukup kuat antara cTnI high sensitive dan CKMB.

5.5 Analisis Enxim Jantung berdasarkan cut off


5.5.1 Kesesuaian Hasil cTnI next generation, cTnI high sensitive dan

CKMB pada pasien SKA

Hasil pemeriksaan cTnI next generation terhadap cTnI high sensitive pada

pasien SKA berdasarkan tabel 2x2 (tabel 5.6) didapatkan hasil perhitungan nilai

kappa sebesar …….. % (diatas 0,75) sehingga dapat dikatakan terdapat

kesesuaian yang baik antara cTnI next generation dengan cTnI high sensitive,

dengan nilai kemaknaan yang baik (p = 0,009).

Tabel 5.6 Kesesuaian hasil cTnI next generation dengan cTnI high sensitive
pada pasien SKA.

cTnI high sensitive


cTnI next generation Negatif (n) Positif (n) Jumlah
Negatif
Positif
Jumlah

Hasil pemeriksaan cTnI next generation terhadap CKMB pada pasien

SKA berdasarkan tabel 2x2 (tabel 5.7) didapatkan hasil perhitungan nilai kappa

sebesar …….. % (diatas 0,75) sehingga dapat dikatakan terdapat kesesuaian

yang baik antara cTnI next generation dengan CKMB, dengan nilai kemaknaan

yang baik (p = 0,009).

Tabel 5.7 Kesesuaian hasil cTnI next generation dengan CKMB pada pasien
SKA.

CKMB
cTnI next generation Negatif (n) Positif (n) Jumlah
Negatif
Positif
Jumlah
Hasil pemeriksaan cTnI high sensitive terhadap CKMB pada pasien SKA

berdasarkan tabel 2x2 (tabel 5.8) didapatkan hasil perhitungan nilai kappa sebesar

…….. % (diatas 0,75) sehingga dapat dikatakan terdapat kesesuaian yang baik

antara cTnI high sensitive dengan CKMB, dengan nilai kemaknaan yang baik (p

= 0,009).

Tabel 5.8 Kesesuaian hasil cTnI high sensitive dengan CKMB pada pasien
SKA.

CKMB
cTnI high sensitive Negatif (n) Positif (n) Jumlah (n)
Negatif
Positif
Jumlah

5.5.2 Kesesuaian Hasil cTnI next generation cTnI, high sensitive dan

CKMB terhadap baku emas pada pasien IMA

Hasil pemeriksaan cTnI next generation berdasarkan tabel 2x2 (Tabel 5.9)

didapatkan hasil perhitungan nilai kappa sebesar ….% (diatas 0,75) sehingga

dapat dikatakan terdapat kesesuaian yang cukup baik antara cTnI next

generation dengan baku emas, dengan nilai kemaknaan yang baik (p= 0,001).

Tabel 5.9 Hasil Pemeriksaan cTnI next generation dibandingkan baku emas
pada pasien IMA

Baku Emas
cTnI next generation Positif (n) Negatif (n) Jumlah (n)
Positif
Negatif
Jumlah
Hasil pemeriksaan cTnI high sensitive berdasarkan tabel 2x2 (Tabel 5.10)

didapatkan hasil perhitungan nilai kappa sebesar ….% (diatas 0,75) sehingga

dapat dikatakan terdapat kesesuaian yang cukup baik antara cTnI high

sensitive dengan baku emas, dengan nilai kemaknaan yang baik (p= 0,001).

Tabel 5.10 Hasil Pemeriksaan cTnI high sensitive dibandingkan baku emas
pada pasien IMA

Baku Emas
cTnI high sensitive Positif (n) Negatif (n) Jumlah (n)
Positif
Negatif
Jumlah

Hasil pemeriksaan CKMB berdasarkan tabel 2x2 (Tabel 5.11) didapatkan

hasil perhitungan nilai kappa sebesar ….% (diatas 0,75) sehingga dapat dikatakan

terdapat kesesuaian yang cukup baik antara cTnI high sensitive dengan baku

emas, dengan nilai kemaknaan yang baik (p= 0,001).

Tabel 5.11 Hasil Pemeriksaan CKMB dibandingkan baku emas pada pasien
IMA

Baku Emas
CKMB Positif (n) Negatif (n) Jumlah (n)
Positif
Negatif
Jumlah

5.5.3 Nilai Diagnostik cTnI next generation, cTnI high sensitive, dan CKMB

pada Pasien IMA

Berdasarkan tabel 2x2 (Tabel 5.9) didapatkan nilai diagnostik cTnI next

generation adalah seperti yang terlihat pada tabel 5.12 yaitu menunjukkan

sensitivitas dan spesifisitas diagnostik 78,9% dan 92,9%. Nilai ramal positif
93,8%, nilai ramal negatif 76,5%. Rasio kemungkinan positif sebesar 11,052 kali

dan rasio kemungkinan negatif 0,23 kali.

Tabel 5.12 Nilai Diagnostik cTnI next generation pada IMA

Analisis Statistik Nilai


Sensitivitas diagnostik (%)
Spesifisitas diagnostik (%)
Nilai ramal positif (%)
Nilai ramal negative (%)
Rasio kemungkinan positif
Rasio kemungkinan negatif

Berdasarkan tabel 2x2 (Tabel 5.10) didapatkan nilai diagnostik cTnI high

sensitive adalah seperti yang terlihat pada tabel 5.13 yaitu menunjukkan

sensitivitas dan spesifisitas diagnostik 78,9% dan 92,9%. Nilai ramal positif

93,8%, nilai ramal negatif 76,5%. Rasio kemungkinan positif sebesar 11,052 kali

dan rasio kemungkinan negatif 0,23 kali.

Tabel 5.13 Nilai Diagnostik cTnI high sensitive pada IMA

Analisis Statistik Nilai


Sensitivitas diagnostik (%)
Spesifisitas diagnostik (%)
Nilai ramal positif (%)
Nilai ramal negative (%)
Rasio kemungkinan positif
Rasio kemungkinan negatif

Berdasarkan tabel 2x2 (Tabel 5.11) didapatkan nilai diagnostik CKMB

adalah seperti yang terlihat pada tabel 5.14 yaitu menunjukkan sensitivitas dan

spesifisitas diagnostik 78,9% dan 92,9%. Nilai ramal positif 93,8%, nilai ramal
negatif 76,5%. Rasio kemungkinan positif sebesar 11,052 kali dan rasio

kemungkinan negatif 0,23 kali.

Tabel 5.14 Nilai Diagnostik cTnI CKMB pada IMA

Analisis Statistik Nilai


Sensitivitas diagnostik (%)
Spesifisitas diagnostik (%)
Nilai ramal positif (%)
Nilai ramal negative (%)
Rasio kemungkinan positif
Rasio kemungkinan negatif

5.6 Analisis asosiasi CKMB, cTnI next generation, cTnI high sensitive

dengan kejadian IMA

Analisis asosiasi cTnI next generation, cTnI high sensitive dan CKMB

dengan kejadian IMA dilakukan dengan menggunakan uji chi-square, karena pada

analisis tabel 2x2 didapatkan beberapa sel yang kurang dari 5, maka digunakan

koreksi yaitu dengan uji Fisher’s exact. Perhitungan risiko relatif untuk rancangan

penelitian cross sectional dicerminkan dengan angka rasio prevalensi (Prevalence

Ratio = PR), oleh karena itu untuk menganalisis risiko terjadinya IMA dikaitkan

dengan biomarker-biomarker yang diperiksa maka pada penelitian ini dihitung

rasio prevalensi (Prevalence Ratio = PR) dari tiap biomarker tersebut.

5.6.1 Asosiasi cTnI next generation dengan kejadian IMA

Berdasarkan uji Fisher’s exact test besar nilai p = 0,005 yang artinya

kurang dari nilai α = 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada asosiasi yang

bermakna antara cTnI next generation dengan kejadian IMA. Berdasarkan


analisis resiko yang dilakukan maka rasio prevalensi (PR) penderita yang

mengalami peningkatan kadar cTnI next generation diatas cut off point adalah

3,98 (1,68<RR<9,47).

5.6.2 Asosiasi cTnI high sensitive dengan kejadian IMA

Berdasarkan uji Fisher’s exact test besar nilai p = 0,005 yang artinya

kurang dari nilai α = 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada asosiasi yang

bermakna antara cTnI high sensitive dengan kejadian IMA. Berdasarkan analisis

resiko yang dilakukan maka rasio prevalensi (PR) penderita yang mengalami

peningkatan kadar cTnI high sensitive diatas cut off point adalah 3,98

(1,68<RR<9,47).

5.6.3 Asosiasi CKMB dengan kejadian IMA

Berdasarkan uji Fisher’s exact test besar nilai p = 0,005 yang artinya

kurang dari nilai α = 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada asosiasi yang

bermakna antara CKMB dengan kejadian IMA. Berdasarkan analisis resiko yang

dilakukan maka rasio prevalensi (PR) penderita yang mengalami peningkatan

kadar CKMB diatas cut off point adalah 3,98 (1,68<RR<9,47).

Anda mungkin juga menyukai