HASIL PENELITIAN
minggu sekali. Alat dapat dipakai untuk mengerjakan sampel pasien apabila hasil
pengerjaan bahan kontrol level low dan high masuk dalam rentang kontrol yang
control. Kontrol kualitas dikerjakan setiap hari. Alat dapat dipakai untuk
mengerjakan sampel pasien apabila hasil pengerjaan bahan control level low dan
high masuk dalam rentang control yang tertera pada masing-masing keterangan
Pengumpulan sampel dimulai pada bulan April 2016 sampai dengan Juni
2016 dan didapatkan sebanyak 101 orang pasien yang diduga mengalami
sindroma koroner akut menjalani pemeriksaan di IRD rumah sakit Dr. Soetomo
Surabaya. Sebanyak 82 orang dari 101 orang tersebut yang memenuhi kriteria
dengan keluhan nyeri dada tipikal atau dada terasa tidak nyaman dan persisten
lengkap, kimia klinik dan pemeriksaan penanda jantung (troponin, CKMB). Tabel
Median usia sampel pada penelitian ini adalah 57 tahun, rerata usia sampel
penelitian ini adalah 57±20 tahun dengan rentang usia antara 39-82 tahun dan
sampel terbanyak adalah usia 60 tahun (tabel 5.1) Sebanyak 36 sampel adalah
dengan IMA terdiri dari STEMI dan NSTEMI dimana terdapat 12 orang STEMI
Parameter Jumlah %
Total Sampel SKA 36
Unstable Angina 4 11
IMA
- STEMI 12 34
- NSTEMI 20 55
dari 29 orang laki-laki (90 %) dan 3 wanita (10 %), dengan rentang umur antara
37 sampai dengan 82 tahun, dan sampel terbanyak adalah pada rentang usia 50-
59 tahun (40,63 %). Keluhan angina pectoris dirasakan kurang dari 6 jam
sebelum masuk rumah sakit pada 38% pasien dan lebih dari 6 jam sebelum masuk
rumah sakit pada 47% pasien. Faktor risiko terjadinya IMA yang diketahui pada
subyek penelitian antara lain merokok 44%, hipertensi 50%, Diabetes Mellitus
secara kuantitatif dalam bentuk kadar dengan satuan ng/ml dan diinterpretasikan
juga secara kualitatif menggunakan cut off 0,02 ng/ml. Kadar cTnI > 0,02 ng/ml
alat sesuai dengan batas deteksinya. Selain pemeriksaan cTnI, sampel penelitian
troponin- I nilai batas deteksi dan nilai cut off untuk masing-masing parameter
Tabel 5.4 Batas deteksi dan cut off pemeriksaan enzim jantung
Hasil pemeriksaan cTnI next generation dan high sensitive dapat dilihat
pada lampiran. Nilai rerata untuk masing-masing hasil pemeriksaan dapat dilihat
pada tabel 5.5. Penghitungan rerata kadar cTnI next generation dihitung dengan
mengeluarkan 11 sampel yang memiliki kadar cTnI >10 ng/ml dan perhitungan
rerata kadar cTnI high sensitive dihitung dengan mengeluarkan 2 sampel yang
memiliki kadar cTnI >50 ng/ml. Rerata kadar cTnI next generation dan cTnI high
sensitive tidak dapat dibandingkan karena kedua metode memiliki rentang deteksi
kadar yang berbeda. Kadar minimal cTnI next generation lebih tinggi
dihitung dengan mengeluarkan 1 sampel yang tidak memiliki data kadar CKMB.
Tabel 5.5 Rerata Kadar Hasil Pemeriksaan pada pasien IMA
Penelitian.
dapatkan 28 sampel dengan hasil cTnI next generation negatif dan 54 sampel
dengan hasil cTnI positif. Gambar 5.1 menunjukkan proporsi diagnosis pasien
next generation positif. Hasil positif cTnI next generation terdapat pada pasien
dengan diagnosis non SKA kardiak diantaranya adalah 8 pasien dengan gagal
jantung, 1 pasien dengan kardiomiopati, 4 pasien dengan gangguan irama jantung
seperti atrial fibrilasi, SVT, dan bradikardia. Satu pasien didapatkan dengan cTnI
meningkat dengan diagnosis efusi pericard post CABG. Hasil positif cTnI next
generation terdapat juga pada pasien dengan diagnosis non SKA yang bukan
dengan infeksi HIV dan 3 pasien penyakit paru kronis. Dua pasien dengan
diagnosis kerja stable angina memiliki kadar cTnI next generation yang
meningkat.
kelompok diagnosis pasien tertera pada gambar 5.3. Perhitungan rerata kadar cTnI
next generation pada pasien IMA STEMI dengan mengeluarkan 6 sampel yang
memiliki hasil cTnI >10 ng/ml adalah 0,898 ± 2,15 ng/ml sedangkan pasien IMA
NSTEMI dengan mengeluarkan 5 sampel yang memiliki hasil cTnI >10 ng/ml
adalah 2,519 ± 5,58 ng/ml. Rerata kadar cTnI next generation pada pasien IMA
NSTEMI lebih tinggi dari pada pasien STEMI. Rerata kadar pasien non SKA
dengan diagnosis penyakit kardiovaskuler adalah 1,206 ± 4,80 ng/ml, sedangkan
perhitungan rerata kadar pasien non SKA dengan diagnosis penyakit non
Gambar 5.3 Perbandingan rerata kadar cTnI next generation dengan hasil
positif pada subyek penelitian berdasarkan diagnosis.
SKA: Sindroma Koroner Akut; Kardiak: Penyakit kardiovaskuler selain IMA; Non-Kardiak: Penyakit lain
selain kardiovaskuler; SA: Stable Angina; NST: non ST elevasi IMA; ST: ST elevasi IMA
Penelitian.
32 sampel dengan hasil cTnI high sensitive negatif dan 50 sampel dengan hasil
cTnI positif. Gambar 5.4 menunjukkan proporsi diagnosis pasien dengan hasil
cTnI high sensitive positif. Hasil positif cTnI high sensitive terdapat pada pasien
pasien dengan gagal jantung, 3 pasien dengan gangguan irama jantung seperti
atrial fibrilasi, SVT, dan bradikardia. Hasil positif cTnI high sensitive terdapat
juga pada pasien dengan diagnosis non SKA yang bukan penyakit kardiovaskuler
antara lain 1 pasien dengan diabetes mellitus, 1 pasien dengan infeksi HIV dan 3
pasien penyakit paru kronis. Dua pasien dengan diagnosis kerja stable angina
kelompok diagnosis pasien tertera pada gambar 5.6. Perhitungan rerata kadar cTnI
high sensitive pada pasien IMA STEMI dengan mengeluarkan 1 sampel yang
memiliki hasil cTnI > 50 ng/ml adalah 8,9 ± 29,82 ng/ml sedangkan pasien IMA
NSTEMI dengan mengeluarkan 1 sampel yang memiliki hasil cTnI >50 ng/ml
adalah 3,14 ± 29,82 ng/ml. Rerata kadar cTnI high sensitive pada pasien IMA
STEMI lebih tinggi dari pada pasien NSTEMI. Rerata kadar pasien non SKA
perhitungan rerata kadar pasien non SKA dengan diagnosis penyakit non
dengan hasil CKMB dalam batas normal/negatif, 60 sampel dengan hasil CKMB
negatif.
CKMB positif. Hasil positif CKMB terdapat pada pasien dengan diagnosis non
jantung, 3 pasien dengan diagnosis infark miokard lama (old myocard infarct) dan
3 pasien dengan gangguan irama jantung seperti atrial fibrilasi, SVT, dan
bradikardia. Hasil positif CKMB terdapat juga pada pasien dengan diagnosis non
SKA yang bukan penyakit kardiovaskuler antara lain 1 pasien dengan diabetes
mellitus, 2 pasien dengan infeksi HIV, 1 pasien dengan diagnosis stroke dan 6
pasien penyakit paru kronis. Empat pasien dengan diagnosis kerja stable angina
memiliki kadar CKMB yang meningkat, dan 2 pasien dengan diagnosis kerja
diagnosis pasien tertera pada gambar 5.9. Rerata kadar CKMB pada pasien IMA
STEMI adalah 158,35 ± 333,15 IU/ml sedangkan pasien IMA NSTEMI adalah
159,77 ± 570,8 IU/ml. Rerata kadar CKMB pasien non SKA dengan diagnosis
CKMB pasien non SKA dengan diagnosis penyakit non kardiovaskuler adalah
61,9 ± 60,2 IU/ml. Rerata kadar CKMB pasien stable angina adalah 38,9 ± 32,8
IU/ml, sedangkan rerata kadar CKMB pasien unstable angina adalah 105,3 ±
153,3 IU/ml.
Gambar 5.9 Perbandingan rerata kadar CKMB dengan hasil positif pada
subyek penelitian berdasarkan diagnosis.
SKA: Sindroma Koroner Akut; Kardiak: Penyakit kardiovaskuler selain IMA; Non-Kardiak: Penyakit lain
selain kardiovaskuler; SA: Stable Angina; UA: Unstable Angina; NST: IMA tanpa ST elevasi; ST: IMA
dengan ST elevasi
5.4 Korelasi cTnI next generation dengan cTnI high sensitive dan CKMB
Hasil pemeriksaan cTnI next generation, cTnI high sensitive dan CKMB
mengetahui hubungan antara cTnI next generation, cTnI next generation dan
generation dan cTnI high sensitive adalah ....... dengan nilai signifikansi ......,
mempunyai arti bahwa terdapat korelasi yang cukup kuat antara cTnI next
generation dan CKMB adalah ....... dengan nilai signifikansi ......, mempunyai arti
bahwa terdapat korelasi yang cukup kuat antara cTnI next generation dan
CKMB.
sensitive dan CKMB adalah ....... dengan nilai signifikansi ......, mempunyai arti
bahwa terdapat korelasi yang cukup kuat antara cTnI high sensitive dan CKMB.
Hasil pemeriksaan cTnI next generation terhadap cTnI high sensitive pada
pasien SKA berdasarkan tabel 2x2 (tabel 5.6) didapatkan hasil perhitungan nilai
kesesuaian yang baik antara cTnI next generation dengan cTnI high sensitive,
Tabel 5.6 Kesesuaian hasil cTnI next generation dengan cTnI high sensitive
pada pasien SKA.
SKA berdasarkan tabel 2x2 (tabel 5.7) didapatkan hasil perhitungan nilai kappa
yang baik antara cTnI next generation dengan CKMB, dengan nilai kemaknaan
Tabel 5.7 Kesesuaian hasil cTnI next generation dengan CKMB pada pasien
SKA.
CKMB
cTnI next generation Negatif (n) Positif (n) Jumlah
Negatif
Positif
Jumlah
Hasil pemeriksaan cTnI high sensitive terhadap CKMB pada pasien SKA
berdasarkan tabel 2x2 (tabel 5.8) didapatkan hasil perhitungan nilai kappa sebesar
…….. % (diatas 0,75) sehingga dapat dikatakan terdapat kesesuaian yang baik
antara cTnI high sensitive dengan CKMB, dengan nilai kemaknaan yang baik (p
= 0,009).
Tabel 5.8 Kesesuaian hasil cTnI high sensitive dengan CKMB pada pasien
SKA.
CKMB
cTnI high sensitive Negatif (n) Positif (n) Jumlah (n)
Negatif
Positif
Jumlah
5.5.2 Kesesuaian Hasil cTnI next generation cTnI, high sensitive dan
Hasil pemeriksaan cTnI next generation berdasarkan tabel 2x2 (Tabel 5.9)
didapatkan hasil perhitungan nilai kappa sebesar ….% (diatas 0,75) sehingga
dapat dikatakan terdapat kesesuaian yang cukup baik antara cTnI next
generation dengan baku emas, dengan nilai kemaknaan yang baik (p= 0,001).
Tabel 5.9 Hasil Pemeriksaan cTnI next generation dibandingkan baku emas
pada pasien IMA
Baku Emas
cTnI next generation Positif (n) Negatif (n) Jumlah (n)
Positif
Negatif
Jumlah
Hasil pemeriksaan cTnI high sensitive berdasarkan tabel 2x2 (Tabel 5.10)
didapatkan hasil perhitungan nilai kappa sebesar ….% (diatas 0,75) sehingga
dapat dikatakan terdapat kesesuaian yang cukup baik antara cTnI high
sensitive dengan baku emas, dengan nilai kemaknaan yang baik (p= 0,001).
Tabel 5.10 Hasil Pemeriksaan cTnI high sensitive dibandingkan baku emas
pada pasien IMA
Baku Emas
cTnI high sensitive Positif (n) Negatif (n) Jumlah (n)
Positif
Negatif
Jumlah
hasil perhitungan nilai kappa sebesar ….% (diatas 0,75) sehingga dapat dikatakan
terdapat kesesuaian yang cukup baik antara cTnI high sensitive dengan baku
Tabel 5.11 Hasil Pemeriksaan CKMB dibandingkan baku emas pada pasien
IMA
Baku Emas
CKMB Positif (n) Negatif (n) Jumlah (n)
Positif
Negatif
Jumlah
5.5.3 Nilai Diagnostik cTnI next generation, cTnI high sensitive, dan CKMB
Berdasarkan tabel 2x2 (Tabel 5.9) didapatkan nilai diagnostik cTnI next
generation adalah seperti yang terlihat pada tabel 5.12 yaitu menunjukkan
sensitivitas dan spesifisitas diagnostik 78,9% dan 92,9%. Nilai ramal positif
93,8%, nilai ramal negatif 76,5%. Rasio kemungkinan positif sebesar 11,052 kali
Berdasarkan tabel 2x2 (Tabel 5.10) didapatkan nilai diagnostik cTnI high
sensitive adalah seperti yang terlihat pada tabel 5.13 yaitu menunjukkan
sensitivitas dan spesifisitas diagnostik 78,9% dan 92,9%. Nilai ramal positif
93,8%, nilai ramal negatif 76,5%. Rasio kemungkinan positif sebesar 11,052 kali
adalah seperti yang terlihat pada tabel 5.14 yaitu menunjukkan sensitivitas dan
spesifisitas diagnostik 78,9% dan 92,9%. Nilai ramal positif 93,8%, nilai ramal
negatif 76,5%. Rasio kemungkinan positif sebesar 11,052 kali dan rasio
5.6 Analisis asosiasi CKMB, cTnI next generation, cTnI high sensitive
Analisis asosiasi cTnI next generation, cTnI high sensitive dan CKMB
dengan kejadian IMA dilakukan dengan menggunakan uji chi-square, karena pada
analisis tabel 2x2 didapatkan beberapa sel yang kurang dari 5, maka digunakan
koreksi yaitu dengan uji Fisher’s exact. Perhitungan risiko relatif untuk rancangan
Ratio = PR), oleh karena itu untuk menganalisis risiko terjadinya IMA dikaitkan
Berdasarkan uji Fisher’s exact test besar nilai p = 0,005 yang artinya
kurang dari nilai α = 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada asosiasi yang
mengalami peningkatan kadar cTnI next generation diatas cut off point adalah
3,98 (1,68<RR<9,47).
Berdasarkan uji Fisher’s exact test besar nilai p = 0,005 yang artinya
kurang dari nilai α = 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada asosiasi yang
bermakna antara cTnI high sensitive dengan kejadian IMA. Berdasarkan analisis
resiko yang dilakukan maka rasio prevalensi (PR) penderita yang mengalami
peningkatan kadar cTnI high sensitive diatas cut off point adalah 3,98
(1,68<RR<9,47).
Berdasarkan uji Fisher’s exact test besar nilai p = 0,005 yang artinya
kurang dari nilai α = 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada asosiasi yang
bermakna antara CKMB dengan kejadian IMA. Berdasarkan analisis resiko yang