Anda di halaman 1dari 4

Cinta Yang Sederhana

Di pagi hari seorang murid pindahan dari Jakarta yang sekarang


bersekolah di SMA ternama di Bandung. Seorang perempuan bernama Susi lahir
dari keluarga yang tergolong tingkat atas. Hal itu tidak membuat dia tinggi hati
dengan yang dia miliki. Karena pekerjaan ayahnyalah yaitu seorang polisi yang
mengharuskannya pindah dari Ibu Kota Jakarta menuju Kota Kembang Bandung.
Ayahnya menjabat sebagai kapolres di Bandung dan ibunya adalah seorang dokter
bedah.
Saat di depan kelas dia bertemu dengan seorang laki laki yang lusuh,
pakaiannya kusut lalu dia melihat laki laki tersebut dengan cuek. Bel tanda
masukpun berbunyi lalu mereka langsung duduk di kursi mereka masing masing,
kemudian tersisa satu kursi yang kosong untuk Susi duduki dan ternyata tempat
duduk tersebut berada di sebelah laki laki yang dia temui di depan kelas. Ia
terpaksa duduk di sebelahnya karena ibu guru sudah memasuki kelas. Kemudian
ibu guru tersebut mempersilahkan Susi untuk memperkenalkan dirinya di depan
teman kelasnya.
“Hai semuanya. Perkenalkan nama saya Susi. Saya pindahan dari Jakarta karena
ayah saya pindah tugas di kota ini.” Ucap Susi yang sedang memperkenalkan
dirinya
Setelah ia selesai memperkenalkan dirinya, kemudian ibu guru
menyuruhnya untuk kembali ke tempat duduknya. Saat sedang pelajaran
berlangsung, cowo yang duduk di sebelah Susi pun mengajaknya berkenalan.
“Hai namaku Beni.” sapa Beni
“Susi...” ucapnya dengan cuek
“Rumahmu sekarang dimana ?” tanya Beni
“Mau tau aja sih...” jawab dengan nada tinggi
“Ya gapapa kali aja kita pulang searah.” ucap Beni dengan santai
“Emang rumahmu dimana ?” tanya Susi
“Di jalan Milea dan Dilan Desa Nandan kecamatan Akew nomor 22.” Jawab Beni
“Oh.. kita ga searah” ucap Susi dengan sikap judes
Bel istirahat telah berbunyi. Kegiatan belajar mengajar telah usai dan
semua murid - murid menuju kantin untuk membeli makan. Namun Susi hanya
diam saja di dalam kelas karena ia masih malu untuk keluar kelas ataupun menuju
kantin karena hanya Beni lah satu satunya orang yang baru dia kenal. Susi pun
melihat Beni keluar kelas lebih awal dan mungkin Beni ingin menuju kantin
karena bisa dilihat dari mukanya yang sudah lesu saat kegiatan belajar
berlangsung. Tiba tiba seseorang menghampiri Susi. Ternyata dia adalah ketua
murid di kelasnya.
“Hai kenalin nama saya Agus, saya sebagai ketua murid di kelas ini.”
Menyodorkan tangannya
“iyaa.. saya Susi.” Jawabnya dengan gugup
Hampir saja Susi terpesona olehnya karena Agus ini adalah ketua murid
sekaligus bintang kelas karena kecerdasannya. Bukan hanya itu, dia juga
merupakan salah satu orang terpopuler di sekolahnya karena memang wajahnya
yang memang cukup menawan. Seketika Beni pun datang menghampiri Susi
selepas ia jajan di kantin.
“Ini Susi ada roti untukmu.” Mengasih sepotong roti kepada Susi
“Untukku?” bertanya heran kepada Beni
“Iya, aku lihat kamu diam saja di kelas makanya aku bawakan ini, kamu pasti
laper kan?” ucap Beni dengan halus
Melihat kejadian itu Agus merasa cemburu,kemudian Agus pergi
meninggalkan Beni dan Susi. Agus berjalan dengan muka sedih, dia merasa putus
asa untuk mendekati Susi, tetapi Agus tetap ingin berusaha mengambil hati Susi.
Susi mengabaikan Agus yang pergi begitu saja karena Susi merasa tidak enak
dengan Beni yang telah berbaik hati memberikan Susi roti.
Bel masukpun berbunyi, Susi yang sedang memakan roti pemberian dari
Beni langsung dimakannya dengan lahap. Kemudian Bu Ani datang ke kelas dan
menerangkan pelajaran yang ingin disampaikan kepada murid-muridnya.
Krining.....krining......
Tiba saatnya dimana siswa siswi telah menyelesaikan pelajarannya hari
ini. Susi langsung membereskan buku-bukunya. Beni menghampiri Susi yang
sedang membereskan buku-bukunya.
“Kamu pulang naik apa Sus?” Tanya Beni kepada Susi
“ Angkot “ Balas Susi dengan begitu cuek
“ Kalo gitu pulang bareng aku saja Sus!” Ucap Beni
“ Tapi kan arah pulang rumah kita berbeda Ben “
“ Iya, aku ingin membeli sesuatu. Kebetulan tokonya searah dengan rumahmu.”
“ Ehmmm ok”
Mereka berduapun keluar dari kelas. Mereka berjalan melewati lapangan basket.
Tiba-tiba Agus menghampiri Beni dan Susi.
“ Susi kamu pulang naik apa?”
“ Emm naik angkot” berkata dengan gugup
“ Engga ko dia pulang bareng aku. Iya ga Sus?” dengan wajah yang agak kesal
Belum sempat dijawab dengan Susi. Agus menarik tangan Susi dan membawanya
menuju parkiran motor. Kemudian Agus menyuruh Susi menaiki motornya.
Susipun menurut apa yang disuruh Agus.
Beni yang melihat kejadian itu tampak sangat kesal kepada Agus. Sebaliknya
Agus sangat senang karena dapat mengantarkan Susi pulang.
Di perjalanan, Agus memikirkan topik pembicaraan apa yang ingin dia bicarakan
bersama Susi. Agus bingung karena Susi hanya terdiam. Pasti dia memikirkan
Beni (berbicara dalam hatinya). Agus terus berpikir kenapa Beni lebih baik
menurut Susi daripada aku. Karena Agus begitu penasaran. Akhirnya, Agus
bertanya kepada Susi.
“Susi..” Panggilnya dengan begitu gugup
“Iya, kenapa Ben? eh maaf maksudku Agus” dengan wajah yang ketakutan
“Ben? Kamu sedang memikirkan Beni?” Tanyanya dengan nada yang agak tinggi
“Engga gus engga. Mungkin kamu salah denger” Berusaha meyakinkan Beni
“Iya mungkin aku yang salah denger” dengan wajah sedikit kesal
Beberapa lama kemudian mereka tiba di rumah Susi. Tanpa sepatah kata
Agus langsung pamit untuk pulang ke rumah. Tetapi tetap saja yang dipikirkan
oleh Susi hanyalah Beni. Beberapa lama kemudian telepon rumah Susi berdering.
Susi langsung mengangkatnya.
Tinunit...tinunit....
“Yaa dengan siapa ?” tanya Susi dalam telepon
“Ini saya Beni, bisa berbicara dengan Susi?” jawab Beni sembari melontarkan
pertanyaan
“Iya ini dengan saya sendiri Susi. Ada apa Ben?” tanya Susi kepada Beni
“Oh...ini anu eemmm.” Jawab Beni dengan gugup
“Kamu sudah di rumah Sus?” tanya Beni
“Iyalah ini kan saya sudah mengangkat telepon lewat rumah tentu saya sudah
berada di rumah dong.” Jawab Susi dengan agak heran sekaligus sedikit tertawa
“Oh iyaa juga ya ga kepikiran hehe.” Jawab Beni dengan sedikit malu
“Ngomong ngomong kamu bisa dapet nomor telepon rumah ini darimana Ben?”
tanya Susi
“Emmm... anu saya dapet dari

Anda mungkin juga menyukai