Anda di halaman 1dari 35

Pengenalan

Resep
Pengertian tentang
Resep
RESEP
Permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter
gigi, dokter hewan yang diberi izin berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
kepada Apoteker pengelola Apotek untuk
menyiapkan dan atau membuat, meracik serta
menyerahkan obat kepada pasien.
• Berbentuk persegi panjang.
• Lebar : 10 - 12 cm
• Panjang : 15 – 20 cm
Jenis Resep
1. Resep standar (Officinalis)
Resep yang tercantum dalam Farmakope dan
buku lain.
2. Resep Magistralis
Resep yang ditulis dokter
3. Resep Medicinal
Resep berupa obat paten, obat jadi, dan obat
generik. Dalam melayanani tidak diracik.
4. Resep obat generik
Penulisan obat dengan nama generik dalam
sediaan dan jumlah tertentu. Tidak diracik.
Dr. Harry Subagio, MSc
JL. Madiun no. 15 Menteng
Jakarta Pusat. Telp. 8515658
DU- 0378/B-40-11/08.89 Inscriptio
Jakarta 9-09-2015

Invocatio
R/ Sulfadiazin 50 mg
Na.Bic 15 mg
Equal v qs Praescriptio
mf pulv. dtd no. XV
S t dd p1 pc

Pro : Lupita Signatura

þ Subscriptio

Umur : 4 tahun

Alamat : Jalan Jambu No : 20


1. Inscripstio
Bagian yang memuat nama dokter, alamat
dokter, nomor SIK, tempat dan tanggal
penulisan resep.
2. Invocatio
• Tanda R di bagian kiri setiap penulisan resep
• R/ = recipe = ambilah
3. Praescriptio
• Cara pembuatan atau bentuk sediaan yang dikehendaki,
misalnya : Campur buatlah
(misca fac pulveres = mf pulv)
• Nama obat pokok yang mutlak harus ada beserta jumlahnya
(Remidium Cardinal).
• Bahan yang membantu kerja obat pokok (Remidium Adjuvans)
tidak mutlak perlu ada dalam resep.
• Constitetuens/Vehiculum
Corrigens, yaitu bahan tambahan untuk memperbaiki :
o Kerja zat yang berkhasiat utama (Corrigens Actionis)
 Contoh : Opii Pulvis Compositus terdiri dari beberapa isi :
1. Opii Pulvis 2. Kalii Sulfas 3. Ipeca Radix
= Zat utama = C.Actionis

Kalii
Sulfas

o Rasa obat yang pahit (Corrigens Saporis)


o Warna (Corrigens Coloris)
o Bau obat (Corrigens Odoris)
o Kelarutan dari obat utama (Corrigens Solubilis)
Corrigen Oddoris

Corrigen Coloris

Corrigen Actionis

Corrigen Saporis
3. Signatura terdiri dari :
• Aturan pakai (s = signa )
• Contoh : S t dd p I (tandai tiga kali sehari 1 bungkus)
• Nama pasien dibelakang kata
Pro : Lupita
• Umur : 4 tahun
• Alamat : Jalan Jambu No: 20
• Bila menuliskan untuk pasien dewasa idealnya
dituliskan Nyonya/tuan dan bila untuk hewan
dituliskan dibelakang Pro : harus ditulis jenis hewan,
serta nama pemilik dan alamat pemiliknya
4.Subscriptio
Tanda tangan atau paraf dokter/ dokter gigi/ dokter
hewan yang menuliskan resep tersebut, yang
menjadikan resep tersebut otentik.

Untuk resep yang mengandung injeksi golongan


narkotika harus ditandatangani oleh dokter tidak cukup
hanya dengan paraf dokter.

Resep – resep yang diterima apotek harus disusun


berdasarkan nomor urut resep, tanggal penerimaan
dan disimpan selama 3 ( tiga ) tahun.
KETENTUAN LAIN
DALAM RESEP
Terdapat beberapa ketentuan mengenai resep,
antara lain :
• Resep-resep yang diterima apotek harus
disusun berdasarkan nomor urut resep,
tanggal penerimaan dan disimpan selama tiga
tahun.
• Resep yang sudah tersimpan lebih dari 3
tahun dapat dimusnahkan dengan cara
dibakar oleh apoteker pengelola apotek
bersama seorang petugas apotek.
• Pada pemusnahan resep dibuat berita acara
yang dibuat rangkap empat, ditandatangani
oleh apoteker pengelola apotek dan seorang
petugas apotek.
• Resep yang mengandung Narkotika dan
Psikotropika disimpan terpisah
• Semua penggantian dari obat paten ke obat
generik harus seizin dokter penulis resep,
demikian pula sebaliknya.
• Resep baru dapat diracik setelah diperiksa
kelengkapan resepnya dan dosis obatnya
dihitung terlebih dahulu. Bila dosis obat
terlalu sedikit maupun terlalu banyak harus
dikonsultasikan kepada doker.
• Resep yang diterima oleh apotek harus
diperiksa keasliannya
• Sebelum obat ditimbang atau diambil sediaan
jadinya, dicek kembali nama obat yang diambil
apakah sudah benar atau belum
Tanda khusus dalam resep
Untuk resep yang
memerlukan penanganan
segera, dokter dapat
memberi tanda di bagian
kanan atas resepnya dengan
kata-kata : CITO

1. cito (segera)
2. statim (penting)
3. urgent (sangat penting),
4. P.I.M (periculum in mora
: berbahaya bila ditunda)
Bila dalam resep terdapat antidotum atau
obat luka bakar

obat dalam resep harus segera disiapkan


karena pasien sangat membutuhkan obat
tersebut.

Obat Luka Bakar Obat Antidotum


• Tanda Iter (Iteratie)
Tanda ini ditulis bila dokter mengghendaki agar
resepnya diulang.

Misalnya Iter 3X, artinya resep tersebut dapat


dilayani 1+3=4X ulang.

Pada resep yang mengandung obat golongan


narkotika tidak boleh tercantum tulisan atau
tanda iter (dapat diulang), m.i (mihi ipsi : untuk
dipakai sendiri), atau u.c (usus cognitus) untuk
pemakaian diketahui).
Copy Resep
Copy Resep (Salinan Resep)

• Bila dalam satu resep terdapat obat yang harus diulang


pengambilannya, atau sebagai bukti untuk biaya penggantian
pengobatan maka harus dibuat kopi resep yang berupa blangko
kopi resep yang dibuat oleh pihak apotek. Copy resep atau salinan
resep dibuat bila :
1. Atas permintaan pasien atau untuk bukti kepada perusahaan
yang menjamin biaya kesehatan pasien
2. Bila ada obat yang harus diulang penggunaannya (ada tanda
Iter)
3. Bila ada obat yang belum ditebus seluruhnya
• Pada copy resep nama obat disalin sesuai dengan resep
aslinya, kecuali ada jenis obat yang namanya atau jumlahnya
diganti sesuai dengan persetujuan doktter maka pada copy
resepnya ditulis nama dan jumlah obat yang sudah diganti.
Selain memuat semua keterangan
yang termuat dalam resep asli, kopi
resep harus pula memuat :
1. Nama dan alamat apotek
2. Nama dan nomor SIK APA
3. Tanda tangan atau paraf APA
4. Tanda det (detur) untuk obat
yang sudah diserahkan,
atau nedet (ne detur) untuk
obat yang belum diserahkan
5. Nomor resep dan tanggal
pembuatan
• Kopi resep atau salinan resep hanya boleh
diperlihatkan kepada :
1. Dokter penulis resep
2. Penderita yang bersangkutan
3. Petugas kesehatan atau petugas lain yang
berwenang menurut peraturan
perundangan yang berlaku.
• Bila ada obat golongan narkotika yang belum
ditebus/diambil seluruhnya, maka sisa obat
dalam copy resep, hanya dapat ditebus pada
apotek yang sama.
ITER 3X COPY RESEP I

ITER 3 X
R/ Paracetamol 200 mg
Equal qs R/ Paracetamol 200 mg
mf cap dtd no. X Equal qs
S 1 dd cap I vesp. mf cap dtd no. X
S 1 dd cap I vesp.
det orig
Pro : Tn. Ang Yu Lie
Pro : Tn. Ang Yu Lie

Keterangan : Keterangan :
Pasien dapat menerima obat 4X : Resep baru ditebus pertama
kali,pada copy resep ditulis detur
1 X resep asli dan 3X mengulang original, artinya
mengulang dengan menggunakan baru diberikan resep aslinya pasien
copy resep. dapat mengulang menebus obat 3X
lagi.
COPY RESEP II COPY RESEP III
ITER 3X ITER 3 X

R/ Paracetamol 200 mg R/ Paracetamol 200 mg


Equal qs Equal qs
mf cap dtd no. X Mf cap dtd no. X
S 1 dd cap I vesp. S 1 dd cap I vesp.
detur 3 X
detur 2 X
Pro : Tn. Ang Yu Lie Pro : Tn. Ang Yu Lie

COPY RESEP IV
ITER 3X
Pada saat pasien menebus obat yang
R/ Paracetamol 200 mg
keempat kalinya pada copy resep
Equal qs
ditulis
mf cap dtd no. XXX
S 1 dd cap I vesp.
detur 4 X, copy resep berikutnya sudah
tidak berlaku lagi.
detur 4 X

Pro : Tn. Ang Yu Lie


PERMASALAHAN DALAM
MENULIS RESEP
1. Kesalahan dalam penulisan resep, dimana
dokter gagal untuk mengkomunikasikan info
yang penting, seperti :
• Meresepkan obat, dosis atau rute bukan
yang sebenarnya dimaksudkan.
• Menulis resep dengan tidak jelas atau
tidak terbaca.
• Menulis nama obat dengan dengan
menggunakan singkatan atau nomenklatur
yang tidak terstandarisasi.
• Menulis instruksi obat yang ambigu.
• Meresepkan satu tablet yang tersedia lebih
dari satu kekuatan obat tersebut.
• Tidak menuliskan rute pemberian untuk obat
yang dapat diberikan lebih dari satu rute.
• Meresepkan obat untuk diberikan melalui
infus intravena intermitten tanpa
menspefikasi durasi penginfusan.
• Tidak mencantumkan tanda tangan penulis
resep.
2. Kesalahan dalam transkripsi
• Saat datang ke rumah sakit, secara tidak sengaja
tidak meresepkan obat yang digunakan pasien
sebelum ke rumah sakit.
• Meneruskan kesalahan penulisan resep dari dokter
yang sebelumnya ketika menuliskan resep obat
untuk pasien saat datang ke rumah sakit.
• Menyalin instruksi obat dengan tidak benar ketika
menulis ulang di daftar obat pasien.
• Untuk resep yang dibawa pulang tanpa sengaja
berbeda dengan daftar obat yang diresepkan
untuk pasien rawat inap. (Cahyono, 2008)

Anda mungkin juga menyukai