Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan merupakan suatu bentuk
pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu keperawatan. Pada perkembangannya
ilmu keperawatan selalu mengikuti perkembangan ilmu lain, mengingat ilmu keperawatan
merupakan ilmu terapan yang selalu berubah mengikuti perkembangan zaman.
Demikian juga dengan pelayanan keperawatan di Indonesia, kedepan diharapkan
harus mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional sesuai dengan
tuntutan kebutuhan masyarakat serta teknologi bidang kesehatan yang senantiasa
berkembang. Pelaksanaan asuhan keperawatan di sebagian besar rumah sakit Indonesia
umumnya telah menerapkan pendekatan ilmiah melalui proses keperawatan.
Dalam dunia keperawatan, masyarakat secara umum masih memandang profesi
keperawatan sebagai profesi asistensi dokter atau perkerja sosial yang sifatnya membantu
orang sakit atas instruksi – instruksi dokter bahkan dikalangan praktisi perawat pun kadang –
kadang masih memiliki pandangan yang tidak utuh terhadap profesinya sendiri, hal ini dapat
dilihat di beberapa pelayanan kesehatan, pelayanan keperawatan masih bersifat vocasional
belum sepenuhnya beralih ke pelayanan yang profesional.
Untuk itulah paradigma dalam keperawatan sangat membantu masyarakat secara
umum maupun perawat khususnya dalam menyikapi dan menyelesaikan berbagai persoalan
yang melingkupi profesi keperawatan seperti aspek pendidikan dan pelayanan keperawatan,
praktik keperawatan dan organisasi profesi.

1.2 Pentingnya Paradigma


Mengapa paradigma ini begitu penting ? dalam hal ini paradigma akan sangat
membantu seseorang ataupun masyarakat luas untuk memahami dunia kepada kita dan
membantu kita untuk memahami setiap fenomena yang terjadi di sekitar kita. Fenomena
dalam keperawatan adalah prilaku klien dalam menghadapi ketidakpastian kondisinya atau
menghadapi ketidaknyamanan dari sebagian atau seluruh anggota tubuhnya atau masalah –
masalah yang yang muncul dalam bidang keilmuan tertentu.

1.3 Tujuan Makalah


Untuk mengetahui paradigma keperawatan.

1.4 Rumusan Masalah


Bagaimana paradigma keperawatan?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Paradigma adalah suatu cara dalam mempersepsikan atau memandang sesuatu.
Paradigma menjelaskan sesuatu dalam memahami suatu tingkah laku. Paradigma
memberikan dasar dalam melihat, memandang, memberi makna, menyikapi dan memilih
tindakan terhadap berbagai fenomena yang ada dalam keperawatan. (Adam Smith, 1975, cit
Gaffar, 1997)
Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan yang profesional, yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan,
dengan bentuk pelayanan mencakup biopsikososio-spiritual yang ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit dalam siklus kehidupan
manusia. (Lokakarya Keperawatan Nasional (1983))
Paradigma keperawatan adalah suatu cara pandang yang mendasar atau cara kita
melihat, memikirkan, memberi makna, menyikapi dan memilih tindakan terhadap fenomena
yang ada dalam keperawatan, (La Ode Jumadi, 1999 : 38).

2.2 Paradigma Keperawatan


Perawatan merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan dan salah satu faktor
yang memenuhi tercapainya pembangunan nasional, oleh karena itu tenaga keperawatan
berada ditatanan pelayanan kesehatan terdepan dengan kontak pertama dan terlama dengan
klien, yaitu selama 24 jam perhari dan 7 hari perminggu, maka perawat perlu mengetahui dan
memahami tentang paradigma keperawatan, peran, fungsi dan tanggung jawab sebagai
perawat profesional agar dapat memberikan pelayanan keperawatan yang optimal dalam
memberikan asuhan keperawata pada klien. Perawat harus selalu memperhatikan keadaan
secara individual dari segi bio, psiko, sosial, spiritual dan cultural.
Paradigma memiliki fungsi antara lain :
1. Menyikapi dan menyelesaikan berbagai persoalan yang melingkupi profesi
keperawatan sebagai aspek pendidikan dan pelayanan kperawatan, praktik dan
organisasi profesi.
2. Membantu individu dan masyarakat untuk memahami dunia keperawatan kita dan
membantu kita untuk memahami setiap fenomena yang terjadi disekitar kita.
Dalam keperawatan ada empat komponen yang merupakan pola dasar dari teori –
teori keperawatan atau paradigma keperawatan. Empat komponen tersebut meliputi :
manusia, keperawatan, lingkungan, dan kesehatan.
1. Konsep Manusia
Manusia adalah makhluk bio – psiko – sosial dan spiritual yang utuh, dalam arti
merupakan satu kesatuan utuh dari aspek jasmani dan rohani serta unik karena mempunyai
berbagai macam kebutuhan sesuai tingkat perkembangannya (Konsorsium Ilmu Kesehatan,
1992).
Manusia adalah sistem yang terbuka senantiasa berinteraksi secara tetap dengan
lingkungan eksternalnya serta senantiasa berusaha selalu menyeimbangkan keadaan
internalnya (homeoatatis), (Kozier, 2000)
Manusia memiliki akal fikiran, perasaan, kesatuan jiwa dan raga, mampu beradaptasi
dan merupakan kesatuan sistem yang saling berinteraksi, interelasi dan interdependensi (La
Ode Jumadi, 1999 :40).
Jadi, konsep manusia menurut paradigma keperawatan adalah manusia sebagai sistem
terbuka, sistem adaptif , personal dan interpersonal yang secara umum dapat dikatakan
holistik atau utuh.
Sebagai sistem terbuka , manusia dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
lingkungannya, baik lingkungan fisik, biologis, psikologis maupun sosial dan spiritual
sehingga perubahan pada manusia akan selalu terjadi khususnya dalam pemenuhan
kebutuhan dasarnya. Sebagai sistem adaptif manusia akan merespon terhadap perubahan
lingkungannya dan akan menunjukan respon yang adaptif maupun respon maladaptif. Respon
adaptif akan terjadi apabila manusia tersebut mempunyai mekanisme koping yang baik
menghadapi perubahan lingkungannya, tetapi apabila kemampuannya untuk merespon
perubahan lingkungan yang terjadi rendah maka manusia akan menunjukan prilaku yang
maladaptif .
Manusia atau klien dapat diartikan sebagai individu, keluarga ataupun masyarakat
yang menerima asuhan keperawatan.
Peran perawat pada individu sebagai klien adalah memenuhi kebutuhan dasarnya
mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik
dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian pasien.
Peran perawat dalam membantu keluarga meningkatkan kemampuan untuk
menyelesaikan masalah kesehatan adalah perawat sebagai pendeteksi adanya masalah
kesehatan, memberi asuhan kepada anggota keluarga yang sakit, koordinator pelayanan
kesehatan keluarga, fasilitator, pendidik dan penasehat keluarga dalam masalah – masalah
kesehatan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada keluarga perawat perlu memperhatikan
sifat – sifat keluarga yaitu keluarga mempunyai reaksi dan cara yang unik dalam menghadapi
masalahnya, pola komunikasi yang dianut, cara pengambilan keputusan, sikap, nilai, cita –
cita keluarga dan gaya hidup keluarga yang berbeda – beda. Individu dalam keluarga
mempunyai siklus tumbuh kembang .
Pelayanan kesehatan pada masyarakat ini dapat berbentuk pelayanan kepada
masyarakat umum dan kelompok – kelompok masyarakat tertentu (balita dan lansia).

2. Konsep Keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanana profesional sebagai bagian integral
pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial, spiritual dan kultural
secara komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat sehat maupun sakit
mencakup siklus hidup manusia.
Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental,
keterbatasan pengetahuan, serta kurang kemauan meuju kepada kemampuan melaksanakan
kegiatan sehari – hari secara mandiri. Sebagai suatu profesi, keperawatan memiliki falsafah
yang bertujuan mengarahkan kegiatan keperawatan yang dilakukan.
Dalam hal ini, pertama, keperawatan menganut pandangan yang holistik terhadap
manusia yaitu Ketuhanan Manusia sebagai makhluk bio – psiko – sosial – spiritual dan
kultural. Kedua, kegiatan keperawatan dilakukan dengan pendekatan humanistik dalam arti
menghargai dan menghormati martabat manusia memberi perhatian kepada klien serta
menjunjung tinggi keadilan bagi semua manusia. Ketiga, keperawatan bersifat universal
dalam arti tidak dibedakan atas ras, jenis kelamin, usia, warna kulit, etnik, agama, aliran
politik dan status ekonomi sosial.
Keempat, keperawatan adalah bagian integral dari pelayanan kesehatan serta kelima,
bahwa keperawatan menganggap klien sebagai partner aktif dalam arti perawat selalu
bekerjasama dengan klien dalam memberikan asuhan keperawatan.

3. Kosep kesehatan
Sehat adalah suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan
perubahan – perubahan lingkungan internal dan eksternal untuk memepertahankan keadaan
kesehatannya. Adapun faktor lingkungan internal yang mempengaruhi adalah psikologis,
dimensi intelektual dan spiritual dan proses penyakit. Faktor – faktor lingkungan eksternal
adalah faktor – faktor yang berada diluar individu yang mungkin mempengaruhi kesehatan
antara lain variabel lingkungan fisik, hubungan sosial dan ekonomi.
Salah satu ukuran yang dipakai untuk mengukur tingkat atau status kesehatan adalah
rentang sehat sakit. Rentang sehat sakit merupakan skala hipotesa yang berjenjang untuk
mengukur keadaan seseorang. Tingkat sehat seseorang berada pada skala yang bersifat
dinamis, individualis, dan tergantung pada faktor – faktor yang mempengaruhi kesehatan.
Menurut model ini, keadaaan sehat selalu berubah secara konstan, dimana rentang sehat sakit
berada diantara dua kutub yaitu sehat optimal dan kematian. Apabila status kesehatan kita
bergerak kearah kematian kita berada dalam area sakit (illness area), tetapi apabila status
kesehatan kita bergerak ke arah sehat maka kita berada dalam area sehat (wellness area).
4. Konsep Lingkungan
Lingkungan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah daerah ( kawasan dsb)
yang termasuk didalamnya. Lingkungan adalah faktor eksternal yang berpengaruh terhadap
perkembangan menusia dan mencakup antara lain lingkungan sosial, status ekonomi dan
kesehatan. Fokus ingkungan yaitu lingkungan fisik, psikologi, sosial,budaya dan spiritual.
Lingkungan dibagi 2 yaitu :
A. Lingkungan dalam terdiri dari:
- Lingkungan fisik (physical enviroment)
Merupakan lingkungan dasar/alami yang berhubungan dengan ventilasi dan udara.
Faktor tersebut mempunyai efek terhadap lingkungan fisik yang bersih yang selalu akan
mempengaruhi pasien dimanapun dia berada didalam ruangan harus bebas dari debu, asap,
bau-bauan. Tempat tidur pasien harus bersih, ruangan hangat, udara bersih, tidak lembab,
bebas dari bau-bauan. Lingkungan dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan perawatan
baik bagi orang lain maupun dirinya sendiri. Luas, tinggi penempatan tempat tidur harus
memberikan memberikan keleluasaan pasien untuk beraktifitas. Tempat tidur harus
mendapatkan penerangan yang cukup, jauh dari kebisingan dan bau limbah. Posisi pasien
ditempat tidur harus diatur sedemikian rupa supaya mendapat ventilasi.
- Lingkungan psikologi (psychologi enviroment)
F. Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif dapat menyebabkan
stress fisik dan berpengaruh buruk terhadap emosi pasien. Oleh karena itu ditekankan kepada
pasien menjaga rangsangan fisiknya. Mendapatkan sinar matahari, makanan yang menarik
dan aktivitas manual dapat merangsanag semua faktor untuk membantu pasien dalam
mempertahankan emosinya. Komunikasi dengan pasien dipandang dalam suatu konteks
lingkungan secara menyeluruh, komunikasi jangan dilakukan secara terburu-buru atau
terputus-putus. Komunikasi tentang pasien yang dilakukan dokter dan keluarganya sebaiknya
dilakukan dilingkungan pasien dan kurang baik bila dilakukan diluar lingkungan pasien atau
jauh dari pendengaran pasien. Tidak boleh memberikan harapan yang terlalu muluk,
menasehati yang berlebihan tentang kondisi penyakitnya. Selain itu membicarkan kondisi-
kondisi lingkungna dimana dia berada atau cerita hal-hal yang menyenangkan dan para
pengunjung yang baik dapat memberikan rasa nyaman.
- Lingkungan sosial (social environment)
Observasi dari lingkungan sosial terutama huhbungan yang spesifik, kumpulan data-
data yang spesifik dihubungkan dengan keadaan penyakit, sangat penting untuk pencegahan
penyakit. Dengan demikian setiap perawat harus menggunakan kemampuan observasi dalam
hubungan dengan kasus-kasus secara spesifik lebih dari sekedar data-data yang ditunjukkan
pasien pada umumnya. Seperti juga hubungan komuniti dengan lingkungan sosial dugaannya
selalu dibicarakan dalam hubungna individu paien yaitu lingkungan pasien secara
menyeluruh tidak hanya meliputi lingkungan rumah atau lingkungan rumah sakit tetapi juga
keseluruhan komunitas yang berpengaruh terhadap lingkungan secara khusus.
b. Lingkungan luar ( kultur, adat, struktur masyarakat, status sosial, udara, suara,
pendidikan, pekerjaan dan sosial ekonomi budaya )
Lingkungan dengan kesehatan sangat berpengaruh karena dengan cara terapi
lingkungan dapat membantu perawat dalam menjaga pola pertahanan tubuh terhadap
penyakit untuk meningkatkan pola interaksi yang sehat dengan klien.
Lingkungan dengan timbulnya penyakit yaitu apabila lingkungan kita kotor dan tidak
bersih maka akan berpotensi sekali untuk terciptanya banyak penyakit – penyakit.

2.3 Hubungan Keempat Komponen Paradigma Keperawatan


Lingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi kesehatan dimana apabila
lingkungan itu kotor maka kesehatan manusia akan terganggu sehingga manusia perlu
merawat dirinya atau membutuhkan perawatan dari orang lain. Keperawatan dengan
lingkungan juga sangat berpengaruh dimana jika seseorang sedang rehabilitasi maka akan
memerlukan lingkungan yang bersih.
Struktur hirarki ilmu keperawatan dibedakan atas 4 komponen dari ilmu keperawatan
menurut tingkat abstraksinya. Hirarki terdiri dari komponen-komponen yang bersifat
menyeluruh. Komponen disusun dari yang paling abstrak sampai yang paling konkrt dalam
urutan sebagai berikut: metaparadigma, filosofi, model konseptual dan teori-teori (Fawcett,
1997, 2000). Tipe teori-teori tersebut dalam keperawatan mulai dari yang paling abstrak
sampai yang paling konkrit, grand theori mengidentifikasi teori-teori yang abstark, practice
teori yang paling konkrit dan middle range diantara grand teori dan practice teori.
1. Metaparadigma
Metaparadigma didefenisikan sebagai konsep global yang mengidentifikasi fenomena
dari minat sentral dari suatu disiplin ilmu, dalil global yang menggambarkan konsep, dan
menyatakan hubungan antara konsep (Fawccet, 2000,p.4) Konsep dan dalil dari
metaparadigma merupakan suatu hal yang sangat abstrak dan tanpa memberikan arahan yang
pasti pada aktivitas penelitian dan prakteknya. Fungsi suatu metaparadigma adalah
mengidentifikasi materi dasar suatu disiplin. Komponen dasar dari keperawatan meliputi
manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan ( Fawccet, 1978; Yura & Torres, 1975).
2. Filosofi
Filosofi bisa didefinisikan kepercayaan atau keyakinan dan prinsip-prinsip tentang
sifat pengetahuan dan kebenarannya (epistemologi) dan tentang sifat (entitas) dari paradigma
tersebut
3. Model konseptual
Model konseptual didefenisikan sebagai sekumpulan dari abstrak dan konsep umum
yang merupakan fenomena dari suatu disiplin ilmu. Fungsi setiap model konseptual adalah
menyediakan suatu kerangka acuan yang khusus yang dikatakan pada suatu disiplin ilmu
bagaimana mengamati dan menginterpretasikan fenomena dari disiplin ilmu. Model
konseptual adalah sekumpulan ide yang menjelaskan dengan menggunakan visualisasi
symbol (dapat berupa kata-kata baik secara lisan maupun verbal, skematis dan kuantitatif)
dan fisik. Model konseptual merupakan sekumpulan konsep dan dalil-dalil umum yang
memberikan perspektif pada konsep utama dari metaparadigma, seperti orang, kesehatan dan
lingkungan. Model konsep juga mencerminkan sekumpulan nilai dan keyakinan sebagai
pernyataan filosofis dan juga pilihan pada pendekatan praktek dan penelitian ( Asmadi,
2008).

4. Teori
Teori didefenisikan sebagai satu atau lebih konsep secara relatif konkrit dan spesifik
yang diperoleh dari model konseptual. Teori adalah kumpulan konsep-konsep, defenisi dan
usulan yang memproyeksikan sebuah pandangan sistematis atas fenomena dengan merancang
hubungan-hubungan khusus diantara konsep-konsep untuk keperluan penggambaran,
penjelasan, perkiraan dan atau mengendalikan fenomena. Teori keperawatan merupakan
pernyataan yang terorganisir dan sistematik dan berhubungan dengan pertanyaan didalam
displin keperawatan. Teori keperawatan adalah penyataan yang menjelaskan,
menggambarkan atau memprediksi hubungan antar konsep yang sistematik dan terorganisir
tentang beberapa fenomena. Ada tiga tingkatandalam teori; grand theory, middle range
theory, and practice theory/micro theory/situation specific theory (Meleis A, 1997).

B. Menilai Tingkatan Teori Dalam Keperawatan

1. Grand Theory
Grand theory merupakan satu atau beberapa konsep yang spesifik yang didapatkan
dari model konseptual, preposisi yang didapatkan dari konsep tersebut dan preposisi tersebut
nyata dan hubungan yang spesial antara dua konsep atau lebih. Grand theory kurang abstrak
dan lebih spesifik dibanding model konseptual tetapi tidak se-konkrit dan sespesifik middle
range theory (Fawcett, 2005). Grand theory merupakan teori yang cakupannya luas dan
kompleks, terdiri dari kerangka kerja konseptual global yang mendefinisikan perspektif
praktek keperawatan dan melibatkan perbedaan cara dalam melihat fenomena keperawatan,
memuat konsep yang menggabungkan teori-teori dengan cakupan lebih kecil (Tomey &
Aligood, 2010).
Grand theory menyebutkan tujuan, misi dan aturan nursing care yang dihasilkan dari
observasi/insight. Tujuan dari grand theory adalah untuk mengatur beberapa informasi dan
mengidentifikasi konsep atau point penting serta menghubungkannya dengan praktik
keperawatan. Manfaat grand theory adalah sebagai alternatif panduan untuk praktik selain
tradisi/intuisi, kerangka kerja untuk pendidikan dengan mengusulkan fokus dan struktur
kurikulum, dan bantuan untuk profesional keperawatan dengan menyediakan dasar praktek
(McKenna, 1997).
Meskipun grand theory masih sangat abstrak dan normatif sehingga sulit untuk
mengaplikasikannya secara empiris, namun grand teory lebih mudah dijadikan dasar untuk
perkembangan dari middle range theory dan teori praktis yang lebih spesifik.
Berdasarkan sebab inilah grand theory berhasil memenuhi fungsi penting sebagai
pembeda keperawatan dari profesi lain dan menyediakan legitimasi untuk ilmu pengetahuan
keperawatan (Peterson & Bredow, 2004). Contohnya, dari model konseptual Rogers’s
Science of Unitary Human Beings dihasilkan tiga grand theory yaitu Theory of Accelerating
Evolution, Theory of Rhythmical Correlates of Change, dan Theory of Paranormal
Phenomena (Fawcett, 2005). Contoh grand theory lainnya yaitu King’s theory of goal
attainment, Leininger’s theory of culture care and universality, Newman ‘s theory of health as
expanding consciousness, Orem’s self care deficit theory, Parse’s theory of human becoming
(Peterson & Bredow, 2004).
Berdasarkan uraian di atas, menurut kelompok grand theory merupakan teori yang
masih bersifat abstrak dengan cakupan yang masih luas, belum bisa secara langsung diuji
secara empiris, tapi merupakan dasar bagi perkembangan teori yang lebih spesifik.

2. Middle Range Theory


Dalam lingkup dan tingkatan abstrak, Middle Range theory cukup spesifik untuk
memberikan petunjuk riset dan praktik, sebagai petunjuk riset dan praktik , Middle Range
Theory lebih banyak digunakan dari pada Grand Theory, dan dapat diuji dalam pemikiran
empiris.
Middle Range Theory memiliki hubungan yang lebih kuat dengan penelitian dan
praktek. Hubungan antara penelitian dan praktek menurut Merton (1968), menunjukan
bahwa Middle Range Theory amat penting dalam disiplin praktek, selain itu Walker and
Avant (1995) mempertahankan bahwa Middle Range Theory menyeimbangkan
kespesifikannya dengan konsep secara normal yang nampak dalam Grand Theory.
Middle Range Theory memberikan manfaat bagi perawat, mudah diaplikasikan
dalam praktek dan cukup abstrak secara ilmiah. Middle Range Theory, tingkat
keabstrakannya pada level pertengahan, inklusif, memiliki sejumlah variabel terbatas, dapat
diuji secara langsung. Bila dibandingkan dengan Grand theory, Middle Range Theory ini
lebih konkrit. Merton (1968) yang berperan dalam pengembangan Middle Range Theory
mendefenisikan teori ini sebagai sesuatu yang minor tetapi penting dalam penelitian dan
pengembangan suatu teori. Sependapat dengan Merton, beberapa penulis keperawatan
mengemukakan middle range theory jika dibandingkan dengan grand theory:
§ Ruang lingkupnya lebih sempit (Fawcett, 2000)
§ Fenomena yang disajikan lebih spesifik dan kurang abstract (Fawccet, 2000)
§ Teridri dari konsep dan proposisi yang konkrit dan realitas (Fawccet, 2000,
Walker, 1995)
§ Merepresentasikan bidang keperawatan yang lebih spesifik /nyata ( Jacox, 1974)
§ Lebih dapat diuji secara empiris (Parker, 2001)
§ Lebih dapat diaplikasikan secara langsung dalam tatanan klinik (Renpening, 2001)
Contoh middle range theory yaitu Pender’s health promotion in nursing practice, Beck’s
postpartum depression theory, dll (Peterson & Bredow, 2004).
A. Perkembangan Middle Range Theory
Liehr dan Smith (1999) menjelaskan bahwa perkembangan middle range theory
bersumber pada proses intelektual yang meliputi :
§ Teori induktif yang membangun teori melalui riset
§ Teori deduktif yang berasal dari grand theory
§ Kombinasi dari teori keperawatan dan non keperawatan
§ Sintesa teori yang berasal dari penelitian yang telah terpublikasi
§ Mengembangkan teori dari pedoman praktik klinik

B. Penggunaan Middle Range Theory


Middle range theory telah digunakan dalam bidang praktek dan penelitian. Teori ini
mampu menstimulasi dan mengembangkan pemikiran rasional dari penelitian serta
membimbing dalam pemilihan variable dan pertanyaan penelitian (Lenz,1998, p.26) Middle
Range Theory dapat membantu praktek dengan memfasilitasi pemahaman terhadap perilaku
klien dan memungkinkan untuk menjelaskan beberapa efektifitas dari intervensi.

C. Kontroversi tentang Middle Range Theory


Ketidakakuratan dari middle range theori hanya salah satu dari sekian banyak kritik
terhadap teori ini. Selain hal tersebut, ketidakjelasan defenisi middle range theory telah
dikrtitik untuk membedakanya dengan grand theory karena mampu utnuk diuji mengunakan
ide-ide yang positif dan logis.

3. Practice Theory/Micro Theory


Practice theory lebih spesifik dan jelas cakupannya dibanding middle range theory,
teori pada level ini juga didefinisikan juga sebagai prescriptive theory, situations-spesific
theory, dan micro theory. Practice theory menetukan tindakan atau intervensi keperawatan
yang cocok untuk mencapai tujuan tertentu, fokus pada fenomena keperawatan yang spesifik
dengan memberikan arahan langsung pada praktek keperawatan dan mempunyai pernyataan
teoritis yang jelas, hipotesis dengan menguraikan kejelasan fenomone. Practice theory
menyediakan kerangka kerja untuk intervensi keperawatan dan memprediksi hasil dan efek
dari praktek keperawatan itu sendiri (Peterson & Bredow, 2004).
Practice theory berkembang dari middle range theory, pengalaman praktik
keperawatan dan uji empiris. Pengalaman praktik klinis perawat dapat menjadi sumber utama
untuk pengembangan practice theory keperawatan. Kedalaman dan kompleksitas teori
keperawatan digambarkan dan dijelaskan melalui apresiasi secara mendalam terhadap
fenomena keperawatan dan hubungan antara aspek pada situasi keperawatan (McKenna,
1997). Contoh Practice theory yaitu bonding attachment theory, therapeutic touch, exercise as
selfcare, caring for patient with chronic skin disease, quality of care, dll (Peterson & Bredow,
2004).

Secara ringkas, tingkatan pengembangan teori dapat dijelaskan sebagai berikut :


Philosophical theory
§ Falsafah keperawatan merupakan karya awal yang mendahului era teori.
§ Falsafah berkontribusi umtuk pengetahuan keperawatan dengan memberikan
arahan untuk disiplin dan membentuk dasar untuk keilmuan professional, yang
mengarah kepada pemahaman teoritis baru.
Grand theory
§ Cakupannya luas dan kompleks.
§ Membutuhkan penelitian yang spesifik sebelum dapat sepenuhnya di ujicobakan
§ Tidak memberikan panduan terhadap intervensi keperawatan yang spesifik, namun
memberikan kerangka kerja struktural dan ide yang abstrak.
Middle range theory
§ Cakupannya lebih terbatas dan kurang abstrak
§ Menjelaskan fenomena spesifik atau konsep dan mencerminkan praktek
keperawatan
Practice Theory
§ Lebih tidak abstrak, lebih spesifik dan cakupannya lebih sempit di bandingkan
dengan middle range theory.
§ Berorientasi pada suatu tindakan nyata untuk tujuan yang spesifik.
§ Fokus kepada fenomena keperawatan spesifik yang mencerminkan praktek klinis
dan hanya terbatas kepada populasi atau bagian dari situasi pada teori.

4. Kesimpulan
Untuk menjembatani kesenjangan antara grand theory dengan nursing practice maka
muncullah pemikiran tentang middle range theory yang dapat di manfaatkan untuk riset dan
praktek. Peterson, Bredow (2004) dalam riset middle range theory digunakan sebagai
panduan dalam memilih variabel dan pertanyaan-pertanyaan penelitian. Dalam praktik
middle range theory memfasilitasi pemahamn terhadap perilaku klien, menekankan
intevensi, dan menjelaskan tingkat efektifitas sebuah intervensi. Melalui penelitian ilmiah
middle range theory ini akan menjadi lebih spesifik dan aplikatif yang dijabarkan dalam
nursing practice.
Meskipun teori keperawatan relevan untuk praktek keperawatan tetapi tidak semua
teori dapat diterapkan dalam praktek. Marinner Tomey(1994) mendeskripsikan tentang teori
bahwa “Theoritical models of reality, often a reality that is not directly observable”. Teori
keperawatan dibuat berdasarkan kondisi sesungguhnya di masyarakat, namun keadaan yang
sesungguhnya sering tidak diobservasi secara langsung, sehingga tidak semua teori
keperawatan dapat di aplikasikan secara langsung pada tatanan klinik.

DAFTAR PUSTAKA

Meleis, A 1997, Theoritical Nursing Development and Progress (3rd edt). Philadelphia, PA
lippincott-Raven
Alligood, MR 2014, Nursing Theorists and Their Work (ed.8).
Asmadi, 2008, Konsep dasar Keperawatan, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai