Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Proses persalinan sering dipersepsikan menakutkan dan menimbulkan rasa
sakit yang luar biasa. Sebagian ibu juga merasa trauma dengan proses persalinan
pertamanya karena berbagai macam kesulitan dan rasa nyeri saat persalinan
sehingga mereka enggan untuk merencanakan mempunyai anak kembali (Cooper,
2009). Tingkatan nyeri dalam proses persalinan yang dirasakan oleh setiap ibu
bersalin bersifat subjektif. Tidak hanya bergantung pada intensitas his tetapi juga
bergantung pada keadaan mental ibu saat menghadapi persalinan. Pengalaman
terhadap persepsi nyeri, pada umumnya primipara memiliki sensor nyeri yang
lebih peka daripada multipara (Prawirohardjo, 2009).
Rasa nyeri pada persalinan dalam hal ini adalah nyeri kontraksi uterus yang
dapat mengakibatkan peningkatan aktifitas sistem saraf simpatis, perubahan
tekanan darah, denyut jantung, pernafasan dan apabilah tidak segera diatasi maka
akan meningkatkan rasa khawatir, tegang, takut dan stres. Intensitas nyeri
sebanding dengan kekuatan kontraksi dan tekanan yang terjadi, nyeri bertambah
ketika mulut rahim dalam keadaan dilatasi penuh akibat tekanan bayi terhadap
struktur panggul diikuti regangan dan perobekan jalan lahir (Mander, 2013). Nyeri
juga dapat menyebabkan aktivitas uterus yang tidak terkoordinasi yang akan
mengkibatkan persalinan lama. Adapun nyeri persalinan yang berat dan lama
dapat mempengaruhi sirkulasi maupun metabolisme yang harus segera diatasi
karena dapat menyebabkan kematian janin. (Handerson. 2005)
Apabila nyeri tidak diatasi dengan baik dapat menimbulkan masalah lain
yaitu meningkatkan kecemasan saat menghadapi persalinan sehingga produksi
hormon adrenalin meningkat dan mengakibatkan vasokonstriksi yang
menyebabkan aliran darah ibu ke janin menurun (Walsh, 2007). Penurunan aliran
darah dan oksigen ke uterus serta iskemia jaringan mengakibatkan janin
mengalami hipoksia serta pada ibu akan terjadi proses persalinan lama dan
membuat impuls nyeri semakin banyak (Sumarah, 2008). Oleh sebab itu, hal ini
dapat menambah jumlah angka morbiditas ibu dan bayi.
Penanganan dan pengawasan nyeri persalinan terutama pada kala I sangat
penting, karena itu sebagai titik penentu apakah seorang ibu bersalin dapat
menjalani persalinan normal atau diakhiri dengan suatu tindakan dikarenakan
adanya penyulit yang diakibatkan nyeri yang sangat hebat. Intervensi untuk
mengurangi ketidaknyamanan atau nyeri selama persalinan yaitu intervensi
farmakologis nyeri dan non farmakologis. Nyeri persalinan yang disebabkan oleh
rasa takut dan tegang dapat dikurangi / diredakan dengan berbagai metode yaitu
menaikkan pengetahuan ibu tentang hal-hal yang akan terjadi pada suatu
persalinan, menaikkan kepercayaan diri dan relaksasi pernafasan. (Abdul Ghofur,
2010)
Berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan nyeri pada persalinan, baik
secara farmakologi maupun nonfarmakologi. Manajemen nyeri pada persalinan
secara metode nonfarmakologi lebih murah, simple, efektif, tanpa efek yang
merugikan, dan meningkatkan kenyamanan ibu saat bersalin (Mander, 2013).
Menurut penelitian Brown, Douglas & Flood (2001) dalam Rizqiana, (2015), pada
sampel 45 orang dengan menggunakan 10 metode nonfarmakologi didapatkan
bahwa relaksasi teknik pernafasan, akupresur, dan massage merupakan teknik
yang paling efektif menurunkan nyeri pada saat persalinan.
Teknik relaksasi bernafas merupakan teknik pereda nyeri yang banyak
memberikan masukan terbesar karena teknik relaksasi dalam persalinan dapat
mencegah kesalahan yang berlebihan pasca persalinan. Adapun relaksasi bernapas
selama proses persalinan dapat mempertahankan komponen sistem saraf simpatis
dalam keadaan homeostasis sehingga tidak terjadi peningkatan suplai darah,
mengurangi kecemasan dan ketakutan agar ibu dapat beradaptasi dengan nyeri
selama proses persalinan. (Prasetyo, 2010) Teknik relaksasi dapat dilakukan untuk
mengendalikan rasa nyeri ibu dengan meminimalkan aktifitas simpatik dalam
sistem saraf otonom. Ibu belajar untuk meningkatkan aktivitas komponen saraf
parasimfatik vegetative yang lebih banyak secara simultan. Teknik tersebut dapat
mengurangi sensasi nyeri dan mengontrol intensitas reaksi ibu terhadap rasa nyeri
tersebut (Haderson, 2005).

Sehubungan dengan hal diatas, maka diharapkan pengetahuan tentang


kondisi-kondisi yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kehamilan dapat
dipahami oleh masyarakat, terutama ibu hamil. Dengan demikian diharapkan
dapat menjadi pegangan dalam usaha pencegahan atau preventif dalam rangka
menurunkan angka kematian ibu dan bayi, sehingga komplikasi yang tidak
diinginkan pada ibu dan janin dapat dihindari. Hal ini dalam rangka meningkatkan
keselamatan dan kesehatan, khususnya maternal dan perinatal, serta kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat Indonesia pada umumnya.

Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik melakukan penelitian mengenai


pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan intensitas nyeri kala I
fase aktif persalinan di RSD dr Soebandi Jember.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum

3.2 Tujuan Khusus

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Akademik
a. Data yang didapatkan dari hasil penelitian dapat dijadikan sebagai
pembaharuan data dan data primer untuk penelitian selanjutnya.
b. Menambah wawasan serta pengalaman penulis dalam melakukan
penelitian terutama di bidang kedokteran.

1.4.2 Manfaat bagi Pelayanan Kesehatan


a. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dalam melakukan
pemeriksaan dan menelusuri faktor-faktor yang dapat berperan dalam
terjadinya ketuban pecah dini.
b. Hasil penelitian diharapkan menjadi aspek preventif untuk mengurangi
angka kejadian ketuban pecah dini (KPD).
1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi
masyarakat tentang faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya ketuban pecah
dini pada ibu hamil, sehingga diharapkan dapat mengurangi angka kejadian
ketuban pecah dini

Anda mungkin juga menyukai