Proses persalinan sering dipersepsikan menakutkan dan menimbulkan rasa sakit yang luar biasa. Sebagian ibu juga merasa trauma dengan proses persalinan pertamanya karena berbagai macam kesulitan dan rasa nyeri saat persalinan sehingga mereka enggan untuk merencanakan mempunyai anak kembali (Cooper, 2009). Tingkatan nyeri dalam proses persalinan yang dirasakan oleh setiap ibu bersalin bersifat subjektif. Tidak hanya bergantung pada intensitas his tetapi juga bergantung pada keadaan mental ibu saat menghadapi persalinan. Pengalaman terhadap persepsi nyeri, pada umumnya primipara memiliki sensor nyeri yang lebih peka daripada multipara (Prawirohardjo, 2009). Rasa nyeri pada persalinan dalam hal ini adalah nyeri kontraksi uterus yang dapat mengakibatkan peningkatan aktifitas sistem saraf simpatis, perubahan tekanan darah, denyut jantung, pernafasan dan apabilah tidak segera diatasi maka akan meningkatkan rasa khawatir, tegang, takut dan stres. Intensitas nyeri sebanding dengan kekuatan kontraksi dan tekanan yang terjadi, nyeri bertambah ketika mulut rahim dalam keadaan dilatasi penuh akibat tekanan bayi terhadap struktur panggul diikuti regangan dan perobekan jalan lahir (Mander, 2013). Nyeri juga dapat menyebabkan aktivitas uterus yang tidak terkoordinasi yang akan mengkibatkan persalinan lama. Adapun nyeri persalinan yang berat dan lama dapat mempengaruhi sirkulasi maupun metabolisme yang harus segera diatasi karena dapat menyebabkan kematian janin. (Handerson. 2005) Apabila nyeri tidak diatasi dengan baik dapat menimbulkan masalah lain yaitu meningkatkan kecemasan saat menghadapi persalinan sehingga produksi hormon adrenalin meningkat dan mengakibatkan vasokonstriksi yang menyebabkan aliran darah ibu ke janin menurun (Walsh, 2007). Penurunan aliran darah dan oksigen ke uterus serta iskemia jaringan mengakibatkan janin mengalami hipoksia serta pada ibu akan terjadi proses persalinan lama dan membuat impuls nyeri semakin banyak (Sumarah, 2008). Oleh sebab itu, hal ini dapat menambah jumlah angka morbiditas ibu dan bayi. Penanganan dan pengawasan nyeri persalinan terutama pada kala I sangat penting, karena itu sebagai titik penentu apakah seorang ibu bersalin dapat menjalani persalinan normal atau diakhiri dengan suatu tindakan dikarenakan adanya penyulit yang diakibatkan nyeri yang sangat hebat. Intervensi untuk mengurangi ketidaknyamanan atau nyeri selama persalinan yaitu intervensi farmakologis nyeri dan non farmakologis. Nyeri persalinan yang disebabkan oleh rasa takut dan tegang dapat dikurangi / diredakan dengan berbagai metode yaitu menaikkan pengetahuan ibu tentang hal-hal yang akan terjadi pada suatu persalinan, menaikkan kepercayaan diri dan relaksasi pernafasan. (Abdul Ghofur, 2010) Berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan nyeri pada persalinan, baik secara farmakologi maupun nonfarmakologi. Manajemen nyeri pada persalinan secara metode nonfarmakologi lebih murah, simple, efektif, tanpa efek yang merugikan, dan meningkatkan kenyamanan ibu saat bersalin (Mander, 2013). Menurut penelitian Brown, Douglas & Flood (2001) dalam Rizqiana, (2015), pada sampel 45 orang dengan menggunakan 10 metode nonfarmakologi didapatkan bahwa relaksasi teknik pernafasan, akupresur, dan massage merupakan teknik yang paling efektif menurunkan nyeri pada saat persalinan. Teknik relaksasi bernafas merupakan teknik pereda nyeri yang banyak memberikan masukan terbesar karena teknik relaksasi dalam persalinan dapat mencegah kesalahan yang berlebihan pasca persalinan. Adapun relaksasi bernapas selama proses persalinan dapat mempertahankan komponen sistem saraf simpatis dalam keadaan homeostasis sehingga tidak terjadi peningkatan suplai darah, mengurangi kecemasan dan ketakutan agar ibu dapat beradaptasi dengan nyeri selama proses persalinan. (Prasetyo, 2010) Teknik relaksasi dapat dilakukan untuk mengendalikan rasa nyeri ibu dengan meminimalkan aktifitas simpatik dalam sistem saraf otonom. Ibu belajar untuk meningkatkan aktivitas komponen saraf parasimfatik vegetative yang lebih banyak secara simultan. Teknik tersebut dapat mengurangi sensasi nyeri dan mengontrol intensitas reaksi ibu terhadap rasa nyeri tersebut (Haderson, 2005).
Sehubungan dengan hal diatas, maka diharapkan pengetahuan tentang
kondisi-kondisi yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kehamilan dapat dipahami oleh masyarakat, terutama ibu hamil. Dengan demikian diharapkan dapat menjadi pegangan dalam usaha pencegahan atau preventif dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan bayi, sehingga komplikasi yang tidak diinginkan pada ibu dan janin dapat dihindari. Hal ini dalam rangka meningkatkan keselamatan dan kesehatan, khususnya maternal dan perinatal, serta kesehatan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia pada umumnya.
Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik melakukan penelitian mengenai
pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan intensitas nyeri kala I fase aktif persalinan di RSD dr Soebandi Jember.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
3.2 Tujuan Khusus
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademik a. Data yang didapatkan dari hasil penelitian dapat dijadikan sebagai pembaharuan data dan data primer untuk penelitian selanjutnya. b. Menambah wawasan serta pengalaman penulis dalam melakukan penelitian terutama di bidang kedokteran.
1.4.2 Manfaat bagi Pelayanan Kesehatan
a. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dalam melakukan pemeriksaan dan menelusuri faktor-faktor yang dapat berperan dalam terjadinya ketuban pecah dini. b. Hasil penelitian diharapkan menjadi aspek preventif untuk mengurangi angka kejadian ketuban pecah dini (KPD). 1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi masyarakat tentang faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya ketuban pecah dini pada ibu hamil, sehingga diharapkan dapat mengurangi angka kejadian ketuban pecah dini