Nifas Bu Octa Masalah Berkemih Dan Masalah Infeksi
Nifas Bu Octa Masalah Berkemih Dan Masalah Infeksi
Disusun Oleh:
Kelompok 1
SUKABUMI
2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ........................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB I ........................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1. Latar Belakang ................................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah .............................................................................................. 1
3. Tujuan ................................................................................................................ 1
BAB II ....................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ....................................................................................................... 2
A. Masalah berkemih pada masa nifas dan menyusui. ........................................... 2
B. Masalah infeksi pada masa nifas dan menyusui .............................................. 12
PENDAHULUAN
Gangguan Perkemihan pada Pelvis renalis dan ureter, yang meregang dan dilatasi
selama kehamilan, kembali normal pada akhir minggu keempat pascapartum. Segera
setelah pascapartum kandung kemih,edema, mengalami kongesti, dan hipotonik, yang
dapat menyebabkan overdistensi, pengosongan yang tidak lengkap, dan residu urine
yang berlebihan kecuali perawatan diberikan untuk memastikan berkemih secara
periodik. Uretra jarang mengalami obstruksi, tetapi mungkin tidak dapat dihindari
akibat persalinan lama dengan kepala janin dalam panggul.
Efek persalinan pada kandung kemih dan uretra menghilang dalam 24 jam pertama
pascapartum, kecuali wanita mengalami infeksi seluruh saluran kemih. Sekitar 40 %
wanita pascapartum tidak mengalami proteinuria nonpatologis sejak segera setelah
melahirkan hingga hari kedua pascapartum. Spesimen urine harus berupa urine yang
diambil bersih atau kateterisasi, karena kontaminasi lokia juga akan menghasilkan
preeklamsia.
Diuresis mulai segera setelah melahirkan dan berakhir hingga hari kelima
pascapartum. Produksi urine mungkin lebih dari 3000 ml per hari. Diuresis adalah rute
utama tubuh untuk membuang kelebihan cairan intertisial dan kelebihan volume darah.
Hal ini merupakan penjelasan terhadap perpirasi yang cukup banyak yang dapat terjadi
selama hari – hari pertama pascapartum.
PEMBAHASAN
A. Inkontinensia Urin
1. Pengertian
Inkontinensia urin adalah pengeluaran urin tanpa disadari dalam jumlah dan
frekuensi yang cukup sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan dan atau
sosial. Variasi dari inkontinensia urin meliputi keluar hanya beberapa tetes urin saja,
sampai benar-benar banyak, bahkan terkadang juga disertai inkontinensia alvi (disertai
pengeluaran feses).
Inkontinensia urin adalah keluhan rembesan urin yang tidak disadari. Masalah
berkemih yang paling umum dalam kehamilan dan pasca partum adalah inkontinensia
stres .
Inkontinensia urin merupakan dorongan tidak sadar untuk mengeluarkan urin yang
dapat bersifat permanen maupun temporer yang dapat menjurus ke dalam gangguan
emosional dan dapat mempengaruhi pola sosialisasi. Inkontinensia urin
diklasifikasikan :
Pasien delirium mungkin tidak sadar saat mengompol sehingga berkemih tidak pada
tempatnya. Bila delirium teratasi maka inkontinensia urin umumnya juga akan teratasi.
Setiap kondisi yang menghambat mobilisasi pasien dapat memicu timbulnya
inkontinensia urin fungsional atau memburuknya inkontinensia persisten, seperti
fraktur tulang pinggul, stroke, arthritis dan sebagainya.
Resistensi urin karena obat-obatan, atau obstruksi anatomis dapat pula menyebabkan
inkontinensia urin. Keadaan inflamasi pada vagina dan urethra (vaginitis dan urethritis)
mungkin akan memicu inkontinensia urin. Konstipasi juga sering menyebabkan
inkontinensia akut.
Inkontinensia urin pada lansia muncul dengan berbagai gejala dan gambaran
urodinamik lebih dari satu tipe inkontinensia urin. Penatalaksanaan yang tepat
memerlukan identifikasi semua komponen.
2. Etologi
d. Usia, jenis kelamin, serta jumlah persalinan per vaginam yang pernah dialami
sebelumya.
3. Manifestasi klinik
Gejala yang ditimbulakan dari inkontinensia urin seperti ruam, dekubitus, infeksi kulit
serta saluran kemih, dan pembatasan mobilisasi.
b. Mengukur sisa urin setelah berkemih, dilakukan dengan cara : Setelah buang air
kecil, pasang kateter, urin yang keluar melalui kateter diukur atau menggunakan
pemeriksaan ultrasonik pelvis, bila sisa urin > 100 cc berarti pengosongan kandung
kemih tidak adekuat.
2. Tes urodinamik untuk mengetahui anatomi dan fungsi saluran kemih bagian bawah
4. Imaging tes atau pemotretan terhadap saluran perkemihan bagian atas dan bawah.
5. Pemeriksaan Penunjang
Uji urodinamik sederhana dapat dilakukan tanpa menggunakan alat-alat mahal. Sisa-
sisa urin pasca berkemih perlu diperkirakan pada pemeriksaan fisis. Pengukuran yang
spesifik dapat dilakukan dengan ultrasound atau kateterisasi urin. Merembesnya urin
pada saat dilakukan penekanan dapat juga terjadi. Evaluasi tersebut juga harus
dikerjakan ketika kandung kemih penuh dan ada desakan keinginan untuk berkemih.
Anjurkan klien untuk batuk ketika sedang diperiksa dalam posisi litotomi atau berdiri.
Merembesnya urin seringkali dapat dilihat. Informasi yang dapat diperoleh antara lain
saat pertama ada keinginan berkemih, ada atau tidak adanya kontraksi kandung kemih
tidak terkendali, dan kapasitas kandung kemih.
6. Laboratorium
Elektrolit, ureum, creatinin, glukosa, dan kalsium serum dikaji untuk menentukan
fungsi ginjal dan kondisi yang menyebabkan poliuria.
7. Penatalaksanaan
Selama masa antenatal, ibu harus diberi pendidikan mengenai dan dianjurkan untuk
mempraktikan latihan otot dasar panggul dan transversus sesering mungkin,
memfiksasi otot ini serta otot transversus selama melakukan aktivitas yang berat.
Selama masa pasca natal, ibu harus dianjurkan untuk mempraktikan latihan dasar
panggul dan transversus segera setelah persalinan. Bagi ibu yang tetap menderita gejala
ini disarankan untuk dirujuk ke ahli fisioterapi yang akan mengkaji keefektifan otot
dasar panggul dan memberi saran tentang program retraining yang meliputi
biofeedback dan stimulasi.
Lakukan pencatatan pada kartu tersebut misalnya waktu berkemih dan jumlah urin
yang keluar, baik yang keluar secara normal, maupun yang keluar karena tidak
tertahan, selain itu dicatat pula waktu, jumlah dan jenis minuman yang diminum.
Melakukan latihan otot dasar panggul dengan mengkontraksikan otot dasar panggul
secara berulang-ulang. Adapun cara-cara mengkontraksikan otot dasar panggul
tersebut adalah dengan cara :
1. Berdiri di lantai dengan kedua kaki diletakkan dalam keadaan terbuka, kemudian
pinggul digoyangkan ke kanan dan ke kiri ± 10 kali, ke depan ke belakang ± 10 kali,
dan berputar searah dan berlawanan dengan jarum jam ± 10 kali.
2. Gerakan seolah-olah memotong feses pada saat kita buang air besar dilakukan ±
10 kali.
Hal ini dilakukan agar otot dasar panggul menjadi lebih kuat dan urethra dapat tertutup
dengan baik. untuk masing-masing tipe dari inkontinensia ada beberapa hal khusus
yang dianjurkan misalnya :
2. Inkontinensia urgensi:
o Penyesuaian sikap berkemih antara lain dengan jadwal dan kebiasaan berkemih.
c. Terapi farmakologi
Obat-obat yang dapat diberikan pada inkontinensia urgen adalah antikolinergik seperti
Oxybutinin, Propantteine, Dicylomine, flavoxate, Imipramine. Pada inkontinensia
stress diberikan alfa adrenergic agonis, yaitu pseudoephedrine untuk meningkatkan
retensi urethra.
d. Terapi pembedahan
Terapi ini dapat dipertimbangkan pada inkontinensia tipe stress dan urgensi, bila terapi
non farmakologis dan farmakologis tidak berhasil. Inkontinensia tipe overflow
umumnya memerlukan tindakan pembedahan untuk menghilangkan retensi urin.
Terapi ini dilakukan terhadap tumor, batu, divertikulum, hiperplasia prostat, dan
prolaps pelvik (pada wanita).
B. Inkontinensia Alvi
1. Pengertian
2. Etiologi
Batasan konstipasi adalah buang air besar kurang dari tiga kali per minggu. Tetapi
banyak penderita sudah mengeluhkan konstipasi bila ada kesulitan mengelurkan feses
yang keras atau merasa kurang puas saat BAB.
Inkontinensia ini terjadi akibat gangguan fungsi yang menghambat dari korteks serebri
saat terjadi regangan atau distensi rektum yang terjadi pada penderita dengan infark
serebri multiple atau penderita demensia.
Inkontinensia alvi ini terjadi akibat hilangnya reflek anal disertai dengan kelemahan
otot-otot.
3. Patofisiologi
Fungsi traktus gastrointestinal biasanya masih tetap adekuat sepanjang hidup. Namun
demikian beberapa orang lansia mengalami ketidaknyamanan akibat motilitas yang
melambat. Peristaltik di esophagus kurang efisien pada lansia. Selain itu, sfingter
gastroesofagus gagal berelaksasi, mengakibatkan pengosongan esophagus
terlambat.keluhan utama biasanya berpusat pada perasaan penuh, nyeri ulu hati, dan
gangguan pencernaan. Motalitas gaster juga menurun, akibatnya terjadi keterlambatan
pengosongan isi lambung. Berkurangnya sekresi asam dan pepsin akan menurunkan
absorsi besi, kalsium dan vitamin B12.
Absorsi nutrient di usus halus juga berkurang dengan bertambahnya usia namun masih
tetap adekuat. Fungsi hepar, kantung empedu dan pankreas tetap dapat di pertahankan,
meski terdapat insufisiensi dalam absorsi dan toleransi terhadap lemak. Impaksi feses
secara akut dan hilangnya kontraksi otot polos pada sfingter mengakibatkan
inkontinensia alvi.
4. Manifestasi Klinik
Secara klinis, inkontinensia alvi dapat tampak sebagai feses yang cair atau belum
berbentuk dan feses keluar yang sudah berbentuk, sekali atau dua kali sehari dipakaian
atau tempat tidur.
5. Penatalaksanaan
Dengan diagnosis dan pengobatan yang sesuai (tindakan suportif, obat-obatan dan bila
perlu pembedahan), inkontinensia alvi pada usia lanjut hampir seluruhnya dapat
dicegah dan diobati. Tujuannya tidak hanya terletak pada keadaan yang kurang
nyaman, tetapi fakta bahwa inkontinensia alvi merupakan petunjuk pertama adanya
penyakit pada saluran cerna bagian bawah yang memerlukan pengobatan dini jika
benar-benar ditemukan.
C. Konstipasi
Konstipasi atau sembelit bisa terjadi pada semua orang, termasuk bagi Anda yang baru
saja melahirkan. Sebenarnya, tidak buang air besar beberapa hari setelah melahirkan
adalah hal yang normal terjadi. Akan tetapi, susah buang air besar setelah melahirkan
dalam waktu yang cukup lama tidak dapat dianggap sepele.
1. Baik melahirkan secara normal atau melalui operasi caesar, Anda bisa saja
mengalami susah buang air besar setelah melahirkan. Berikut adalah beberapa
kemungkinan penyebab kondisi ini:
2. Perut kosong saat menjelang bersalin.
3. Mendapatkan enema atau sudah BAB sesaat sebelum melahirkan bayi.
4. Kadar hormon progesteron yang tinggi dalam tubuh Anda selama kehamilan
dan beberapa waktu setelah melahirkan, dapat menyebabkan konstipasi.
5. Ketika melahirkan, kinerja sistem pencernaan Anda melambat.
6. Efek samping obat-obatan penghilang rasa sakit tertentu selama persalinan,
dapat memperlambat kerja usus Anda.
7. Dehidrasi.
8. Otot-otot panggul yang melemah.
9. Masalah pada anus, seperti luka atau wasir.
10. Zat besi dalam suplemen prenatal juga bisa menyebabkan Anda susah buang
air besar setelah melahirkan.
11. Perineum (bagian antara vagina dan anus) yang nyeri, atau
menjalani episiotomi saat melahirkan.
12. Cara Mengatasi Susah Buang Air Besar
Untuk mengatasi masalah susah buang air besar setelah melahirkan, maka ada
beberapa hal yang harus Anda lakukan, meliputi:
Bergerak
Anda disarankan banyak bergerak untuk mengatasi susah buang air besar
setelah melahirkan, karena banyak duduk atau berbaring dalam waktu lama
dapat membuat risiko konstipasi lebih tinggi.
Konsumsi makanan berserat tinggi
Selain itu, Anda disarankan untuk mengonsumsi makanan berserat tinggi,
seperti gandum atau biji-bijian utuh, beras merah, kacang-kacangan, buah-
buahan, dan sayuran setiap hari. Jus apel dan anggur dapat meringankan
sembelit, karena kedua buah ini kaya akan kandungan sorbitol, yakni pencahar
alami yang dapat mengatasi susah buang air besar.
Minum air hangat
Minum air hangat juga dapat mengatasi masalah sembelit. Anda bisa
mencampurkan air hangat dengan perasan lemon, teh herbal, atau
teh chamomile. Perbanyak minum air dapat membuat kotoran Anda menjadi
lebih lunak dan lebih mudah dikeluarkan.
Hindari stres
Istirahat dan melakukan relaksasi setelah melahirkan adalah hal yang penting
dilakukan. Stres dan rasa cemas dapat menyebabkan lebih sulit untuk BAB.
Jika sudah mencoba beberapa cara sederhana di atas namun masih juga susah
buang air besar setelah melahirkan, kemungkinan dokter akan memberikan obat
pencahar untuk memudahkan pembuangan kotoran.
Susah buang air besar setelah melahirkan umumnya bukanlah perkara yang
serius. Namun, kadang keluhan ini juga bisa menjadi tanda adanya gangguan
yang perlu diwaspadai. Segera konsultasikan ke dokter jika Anda
mengalami buang air besar berdarah, terdapat lendir atau nanah pada tinja, serta
mengalami sembelit parah yang disertai nyeri perut yang hebat atau demam
D. Hemoroid
Wasir atau hemoroid merupakan pembuluh darah vena di daerah dubur yang
membengkak. Pembengkakan ini seperti daging yang muncul di daerah dubur, bisa
terbentuk dalam berbagai ukuran mulai dari sebesar biji buah sampai seukuran buah
anggur. Hal ini bisa menyebabkan perdarahan ketika Anda buang air besar dan
membuat Anda merasa tidak nyaman.
Wasir bisa muncul selama kehamilan atau setelah melahirkan pada Anda yang
sebelumnya tidak pernah mengalami wasir. Jika Anda pernah menderita wasir sebelum
hamil, maka Anda lebih mungkin mendapatkannya lagi saat kehamilan atau setelah
melahirkan. Biasanya, wasir bisa hilang dengan sendirinya setelah Anda melahirkan.
Kehamilan membuat Anda lebih mungkin untuk menderita wasir. Tekanan pada
perineum (area di antara lubang vagina dan anus) selama kehamilan atau setelah
melahirkan membuat Anda lebih mungkin mengalami wasir. Saat hamil, rahim Anda
terus membesar sehingga memberi tekanan pada vena besar di sisi kanan tubuh yang
menerima darah dari kaki. Tekanan ini kemudian dapat memperlambat kembalinya
darah dari bagian bawah tubuh, sehingga meningkatkan tekanan pada pembuluh darah
di bawah rahim dan menyebabkannya menjadi besar.
Penyebab Hemoroid
a. Anda dapat merendam diri Anda, terutama daerah dubur, dengan air hangat.
Lakukan cara ini 2-4 kali dalam sehari. Ini akan membantu ukuran wasir Anda
menyusut.
b. Anda juga bisa mengompres daerah yang bengkak dengan kompres es beberapa
kali dalam sehari. Es dapat membantu mengurangi pembengkakan dan
ketidaknyamanan.
c. Hindari duduk dan berdiri dalam waktu yang lama serta berbaringlah sebanyak
yang Anda bisa.
d. Saat Anda duduk, sebaiknya beri alas bantal untuk mengurangi tekanan pada
rektum. Jangan duduk di kursi langsung, terutama pada permukaan kursi yang
keras. Duduk di kursi goyang atau kursi malas mungkin lebih nyaman untuk
Anda.
e. Setiap selesai buang air besar, sebaiknya bersihkan daerah dubur Anda dengan
lembut. Anda juga bisa membersihkannya dengan air hangat. Jika Anda
membersihkan dengan tisu, sebaiknya pilih tisu yang lembut dan tidak
mengandung pewangi sehingga tidak menyebabkan iritasi pada kulit Anda.
f. Bicarakan dengan dokter Anda apa saja obat yang dapat Anda gunakan untuk
mengobati wasir, seperti salep topikal dan supositoria. Jangan lupa untuk
menanyakan berapa lama sebaiknya obat tersebut digunakan, biasanya obat
tersebut tidak boleh digunakan lebih dari satu minggu. Atau, Anda juga bisa
menggunakan obat laksatif atau pencahar untuk membantu melunakkan feses
Anda sehingga lebih mudah untuk dikeluarkan. Walaupun banyak obat untuk
wasir di pasaran, namun sebaiknya Anda berkonsultasi terlebih dahulu dengan
dokter Anda.
g. Perbanyak konsumsi serat (dari sayuran, buah-buahan, biji-bijian, dan kacang-
kacangan) serta cairan (8-10 gelas per hari). Hal ini dapat membantu mencegah
sembelit, membuat buang air besar Anda lebih lancar, sehingga tidak
memperburuk wasir Anda.
h. Melakukan olahraga secara teratur. Hal ini juga dapat membantu melancarkan
pencernaan Anda. Anda bisa mencoba senam Kegel untuk meningkatkan
sirkulasi darah di daerah dubur dan memperkuat otot-otot di sekitar anus,
sehingga dapat membantu mengurangi wasir.
i. Meski wasir setelah melahirkan dapat membuat Anda merasa sakit saat buang
air besar, janganla ini membuat Anda menahan BAB. Jika Anda sering
menunda buang air besar, ini dapat membuat feses Anda menjadi kering dan
sulit untuk dikeluarkan. Juga, hindari mengejan terlalu keras saat buang air
besar dan jangan buang air besar dalam waktu yang lama.
2.2 Masalah infeksi pada masa nifas dan menyusui
Infeksi nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh kuman yang masuk ke
dalam organ genital pada saat persalinan dan masa nifas. Infeksi nifas adalah infeksi
bakteri pada traktus genitalia yang terjadi setelah melahirkan, ditandai dengan kenaikan
suhu sampai 38 derajat Celsius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama
pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama (Joint Committee on
Maternal Welfare, AS).
Infeksi nifas terjadi 1-3 %. Infeksi jalan lahir 25-55 % dari semua kasus infeksi.
Infeksi nifas dapat disebabkan oleh masuknya kuman ke dalam organ kandungan
maupun kuman dari luar yang sering menyebabkan infeksi. Berdasarkan masuknya
kuman ke dalam organ kandungan terbagi menjadi:
Staphylococcus Aerus
Cara masuk Staphylococcus Aerus secara eksogen, merupakan penyebab infeksi
sedang. Sering ditemukan di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang
nampak sehat.
Escheria Coli
Escheria Coli berasal dari kandung kemih atau rektum. Escheria Coli dapat
menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva dan endometrium. Kuman ini
merupakan penyebab dari infeksi traktus urinarius.
Clostridium Welchii
Clostridium Welchii bersifat anaerob dan jarang ditemukan akan tetapi sangat
berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis
dan persalinan ditolong dukun.
Tempat yang baik sebagai tempat tumbuhnya kuman adalah di daerah bekas insersio
(pelekatan) plasenta. Insersio plasenta merupakan sebuah luka dengan diameter 4 cm,
permukaan tidak rata, berbenjol-benjol karena banyaknya vena yang ditutupi oleh
trombus. Selain itu, kuman dapat masuk melalui servik, vulva, vagina dan perineum.
a. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, seperti perdarahan
banyak, pre eklampsia, malnutrisi, anemia, infeksi lain (pneumonia, penyakit
jantung, dsb).
b. Persalinan dengan masalah seperti partus/persalinan lama dengan ketuban
pecah dini, korioamnionitis, persalinan traumatik, proses pencegahan infeksi
yang kurang baik dan manipulasi yang berlebihan.
c. Tindakan obstetrik operatif baik per vaginam maupun per abdominal.
d. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah dalam
rongga rahim.
e. Episiotomi atau laserasi jalan lahir.
Tanda dan gejala yang timbul pada infeksi nifas antara lain demam, sakit di daerah
infeksi, warna kemerahan, fungsi organ terganggu. Gambaran klinis
infeksi nifas adalah sebagai berikut:
Infeksi lokal
Infeksi umum
Infeksi lokal
Warna kulit berubah, timbul nanah, bengkak pada luka, lokia bercampur nanah,
mobilitas terbatas, suhu badan meningkat.
Infeksi umum
Sakit dan lemah, suhu badan meningkat, tekanan darah menurun, nadi
meningkat, pernafasan meningkat dan sesak, kesadaran gelisah sampai
menurun bahkan koma, gangguan involusi uteri, lokia berbau, bernanah dan
kotor.
Sebaiknya segera dilakukan kultur dari sekret vagina dan servik, luka operasi
dan darah, serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang tepat.
Memberikan dosis yang cukup dan adekuat.
Memberi antibiotika spektrum luas sambil menunggu hasil laboratorium.
Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh seperti infus, transfusi darah,
makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan tubuh, serta perawatan
lainnya sesuai komplikasi yang dijumpai.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Inkontinensia urin adalah pengeluaran urin tanpa disadari dalam jumlah dan
frekuensi yang cukup sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan dan atau
sosial. Inkontinensia terbagi menjadi 2 yaitu Inkontinensia Urin Akut Reversibel dan
Inkontinensia Urin Persisten.
Konstipasi atau sembelit bisa terjadi pada semua orang, termasuk bagi Anda
yang baru saja melahirkan. Sebenarnya, tidak buang air besar beberapa hari setelah
melahirkan adalah hal yang normal terjadi.
Wasir atau hemoroid merupakan pembuluh darah vena di daerah dubur yang
membengkak. Pembengkakan ini seperti daging yang muncul di daerah dubur, bisa
terbentuk dalam berbagai ukuran mulai dari sebesar biji buah sampai seukuran buah
anggur. Hal ini bisa menyebabkan perdarahan ketika Anda buang air besar dan
membuat Anda merasa tidak nyaman.
Infeksi nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh kuman yang masuk
ke dalam organ genital pada saat persalinan dan masa nifas. Infeksi nifas adalah infeksi
bakteri pada traktus genitalia yang terjadi setelah melahirkan, ditandai dengan kenaikan
suhu sampai 38 derajat Celsius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama
pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA