NIM :
Analisa BEP adalah suatu keadaan kinerja suatu usaha pada posisi tidak memperoleh
keuntungan dan tidak mengalami kerugian karena pada posisi tersebut pada omset tertentu
laba yang diperoleh sama dengan biaya tetap yang dikeluarkan. Rumusnya sbb:
Rp 200.000
BEP = _________ _ = 40 unit
10.000 – 5.000
Artinya perusahaan perlu menjual 40 unit lampu agar terjadi Break Even Point. Pada
pejualan unit ke 41, baru mulai memperoleh keuntungan
2. Rumus BEP untuk menghitung berapa uang penjualan yang perlu diterima agar terjadi
BEP :
Dengan menggunakan contoh soal sama seperti diatas maka uang penjualan yang harus
diterima agar terjadi BEP adalah
Rp.200,000
_________ x Rp.10,000 = Rp.400,000,-
10,000 – 5,000
2. Jelaskan arti ROI dan sertakan contohnya
Contoh soal
Maka secara sederhana perhitungan ROI dalam presentase adalah = ((Rp 15.000.000 – Rp
10.000.000) / Rp 10.000.000) x 100% adalah sebesar 50%. Maka dapat disimpulkan tingkat ROInya
adalah sebesar 50%
Pay Back Period merupakan suatu analisa untuk mengetahui berapa lama modal yang kita
investasi akan kembali (balik modal). PBP merupakan rasio dari total investasi dibandingkan dengan
laba bersih. Pay Back Period dapat dihitung dengan rumus:
n = Tahun terakhir dimana jumlah arus kas masih belum bisa menutup investasi
mula-mula.
a = Jumlah investasi mula-mula.
b = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke – n
c = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke n + 1
Semakin kecil waktu pengembalian modal maka semakin prospektif pendirian apotek yang
menandakan semakin besar tingkat pengembalian modal dan keuntungan bersih rata-rata
juga akan semakin besar. Pay back period tergantung dari jumlah investasi dan modal tetap
yang dikeluarkan. Investasi juga berasal dari modal operasional dan modal cadangan (Anief,
2001).
Contoh :
Contoh kasus arus kas setiap tahun jumlahnya sama :
PT. Semakin Jaya melakukan investasi sebesar $ 45.000, jumlah proceed per tahun adalah $
22.500, maka payback periodnya adalah :
Payback Period = (investasi awal) /(arus kas) x 1 tahun
Payback Period = ($ 45.000) /($ 22.500) x 1 tahun
Payback Period = 2 tahun
Payback Period dari investasi diatas yaitu dua tahun. Itu berarti uang yang tertanam
dalam aktiva sebesar $ 45.000 bisa kembali dalam jangka waktu dua tahun. Jika investor
diberikan dua pilihan investasi, maka memilih payback period yang paling kecil.
a. Lokasi
Banyak faktor yang digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan lokasi suatu
usaha. Sebagai faktor yang digunakan sebagai dasar pertimbangan pada umumnya Pasar, sebab
merupakan masalah yang tidak boleh diabaikan, selain itu faktor pembeli harus diperitungkan dahulu.
Oleh karenanya hendaknya diperhitungkan lebih dulu :
1) Ada tidaknya apotek lain
2) Letak apotek yang akan didirikan, mudah tidaknya pasien untuk parkir kendaraannya
3) Jumlah penduduk
4) Jumlah Dokter
5) Keadaan sosial ekonomi rakyat setempat untuk diketahui
6) Selain keadaan tersebut perlu dipertimbangkan ada tidaknya fasilitas kesehatan lain seperti
: rumah sakit, puskesmas, poliklinik. Sebab tempat-tempat tersebut juga memberi obat langsung pada
pasien.
b. Perundang-undangan farmasi dan ketentuan lainnya.
c. Pembelian.
d. Penyimpanan barang/pergudangan.
e. Penjualan, yang terpenting ialah kalkulasi harga atas resep Dokter.
f. Administrasi, menyangkut pula laporan-laporan.
g. Evaluasi apotek pada akhir tahun (Anief, 2001).
Secara umum studi kelayakan dari suatu usaha mencakup 4 aspek
penilaian, yaitu:
1) Aspek Manajemen
Apotek perlu mendapat dukungan tenaga manajemen yang ahli dan berpengalaman, serta
memiliki motivasi dan dedikasi yang tinggi untuk mengembangkan apotek. Karena itu hendaknya
disusun tugas-tugas pokok yang harus dijalankan agar apotek dapat berjalan dengan baik. Tugas-tugas
tersebut kemudian dituangkan dalam jabatan-jabatan tertentu dan disusun dalam satu organisasi,
dengan tersusunnya struktur organisasi lebih mudah untuk menentukan apa yang harus dipenuhi oleh
calon pegawai apotek. Aspek manajemen, meliputi :
a. Strategi manajemen (Visi, Misi, Strategi, Program Kerja, SOP )
b. Bentuk badan usaha
c. Struktur organisasi
d. Jenis pekerjaan
e. Kebutuhan tenaga kerja
f. Program kerja
(Anief, 2001)
2) Aspek Teknis
Aspek teknis yang dimaksud di sini adalah kondisi fisik dan peralatan yang
dibutuhkan untuk menunjang pelayanan kefarmasian di apotek. Aspek teknis, meliputi :
a. Peta lokasi dan lingkungan (posisi apotek terhadap sarana
pelayanan kesehatan lain)
b. Tata letak bangunan
c. Interior dan peralatan teknis
(Anief, 2001).
3) Aspek Pasar
Dalam pendirian apotek, aspek pemasaran mendapat prioritas utama agar laju perkembangan
apotek sesuai dengan yang diharapkan Aspek ini diantaranya menyangkut jumlah praktek dokter yang
ada di sekitar apotek dan jumlah apotek pesaing di lokasi tersebut. Aspek pasar meliputi :
a. Jenis produk yang akan dijual
b. Cara (dari mana, bagaimana) mendapatkan produk yang akan dijual
c. Bentuk pasar(Persaingan Sempurna, Monopoli, Oligopoli, Monopsoni)
d. Potensi pasar (Q = N.P)
e. Target pasar (Individu, Korporasi, Reseller)
f. Target konsumen
(Anief, 2001)
4) Aspek Keuangan
Aspek finansial ditujukan untuk memperkirakan berapa jumlah dana yang dibutuhkan untuk
membangun dan kemudian untuk mengoperasikan apotek. Sumber pembiayaan apotek dapat
menggunakan dua sumber, yaitu : pertama modal sendiri, dapat satu orang pribadi atau beberapa orang
dengan pembagian saham. Kedua dapat dengan pinjaman dengan melalui bank atau lembaga non
bank. Aspek keuangan, meliputi :
a. Investasi dan modal kerja
b. Penilaian analisis keuangan (PBP, ROI, NPV, IRR, BEP)
Yaitu analisa yang berkenaan dengan biaya operasional dan biaya investasi.
Penilaian analisis keuangan tersebut dapat menggunakan analisisPBP, ROI, NPV, IRR,
BEP
PBP : Pay Back Periode
ROI : Return On Investment
NPV : Net Present Value
IRR : Internal Rate of Return
BEP : Break Even Point
c. Cash Flow Analysis
4. Sebutkan Contoh Obat –obatan yang dikelompokkan obat – obatan VEN (vital, Esensial, Non
Esensial)
Jawab :
Adrenalin :Ephineprin
Insulin : lantus
Jawab :
6. Jelaskan apa yang dimaksud dengan DOWA dan contoh obatnya serta jumlah pemberiannya
Jawab :
OWA (obat Wajib Apotik) adalah Obat dengan penanda huruf K dalam lingkaran merah, yang
dikenal dengan Obat Keras, seharusnya hanya dapat diserahkan dengan resep dokter (ethical
drugs), namun beberapa obat keras ternyata dapat diserahkan apoteker kepada pasien tanpa
resep.
1 Tube
9 Hidrokortison Indikasi: obat luar untuk antiinflamasi
1 Tube
10 Ibuprofen Tab 400 mg, 10 tablet
Tab 800 mg, 10 tablet
5 Organ sensorik
Gentamisin Indikasi: obat mata
Maksimal 1 tube 5 gram atau botol
5 ml Pengulangan dari resep
Kloramfenikol Indikasi: obat mata
Maksimal 1 tube 5 gram atau botol
5 ml Pengulangan dari resep
Kloramfenikol Indikasi: obat teling
a
Maksimal 1 botol 5
ml
Pengulangan dari resep
6 Antiinfeksi umum
a. Kategori I
Satu paket
(2HRZE/4H3R3) Sebelum fase lanjutan, penderita
harus kembali ke dokter
b. Kategori II Satu paket
(2HRZES/HRZE/5H3R Sebelum fase lanjutan, penderita
3E3) harus kembali ke dokter
c. Kategori Satu paket
III (2HRZ/4H3R3) Sebelum fase lanjutan, penderita
harus kembali ke dokter
A. Persyaratan/Kualifikasi
Dokumentasi
a) Panduan ( Pedoman) mutu
b) Standar Prosedur Operasional (SPO)
c) lnstruksi kerja, protokol kerja
d) Catatan, laporan, label / penandaan, dsb.
8. Jelaskan tentang fitofarmaka, OHT, jamu, sebutkan beserta contoh obatnya dan jelaskan cara
pakai, dosis.
No Golongan/pengertian Lambang Contoh/dosis
1 Fitofarmaka
1.Stimuno 100
obat tradisionalyang dapat
2.Tensigard
disejajarkan dengan obat
3.X-gra
modernkarenaproses pembuatannya
yang telah terstandar dan
4.Rheumaneer
khasiatnya telah dibuktikan melalui 5.Nodiar
uji klinis. 6 Diabetadex
2 Jamu
sebutan untuk obat tradisional dari 1. Batugin
Indonesia. Belakangan populer 2. Tolak angin
dengan sebutan herba atau 3. Kuku Bima
herbal. Jamu dibuat dari bahan- 4. Amuraten
bahan alami, berupa bagian dari 5. Bugarin
tumbuhan seperti rimpang (akar-
akaran), daun-daunan, kulit batang,
dan buah
A. Jamu
Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, misalnya dalam bentuk
serbuk seduhan atau cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu
tersebut serta digunakan secara tradisional. Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada
resep peninggalan leluhur yang disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya cukup banyak,
berkisar antara 5 – 10 macam bahkan lebih.
Golongan ini tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan
bukti empiris. Jamu yang telah digunakan secara turun-menurun selama berpuluh-puluh tahun
bahkan mungkin ratusan tahun, telah membuktikan keamanan dan manfaat secara langsung untuk
tujuan kesehatan tertentu.
Selain proses produksi dengan teknologi maju, jenis ini pada umumnya telah ditunjang
dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-klinik seperti standart kandungan bahan
berkhasiat, standart pembuatan ekstrak tanaman obat, standart pembuatan obat tradisional yang
higienis, dan uji toksisitas akut maupun kronis.
Kriteria Obat Herbal Terstandar antara lain
Aman
Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah atau pra-klinik
Bahan baku yang digunakan telah mengalami standarisasi
Memenuhi persyaratan mutu
Hingga saat ini, baru 38 obat herbal terstandar (OHT) yang sudah bisa diresepkan oleh dokter
khusus yang memiliki kompetensi. Dari 38 OHT tersebut, 6 diantaranya sudah fitofarmaka (lulus uji
klinis pada manusia) yang bisa disetarakan pemanfaatannya dengan obat kimia moderen. Menurut
dr Abidinsyah, 38 jenis OHT tersebut sudah bisa masuk ke layanan kesehatan karena sudah lulus uji
pra klinik dan uji klinik, tapi tentunya dengan melihat kondisi pasien. Dokter harus bisa membedakan
mana kondisi kritis, urgent, preventif dan promotif.
Selain 38 OHT tersebut, saat ini juga sedang dikembangkan 4 jenis obat tradisional yang tengah
disaintifikasi dan diteliti di 60 puskesmas, yaitu obat untuk anti hipertensi (tekanan darah tinggi), anti
kolesterolemia (kolesterol tinggi), anti hiperlipidemia (kadar lemak tubuh tinggi), anti hiperdiabetik
(kadar gula darah tinggi). Di Indonesia sendiri, telah beredar 17 produk OHT, seperti : diapet®,
lelap®, kiranti®, dll.
C. Fitofarmaka
Merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan
obat modern karena proses pembuatannya yang telah tersandar, ditunjang dengan bukti
ilmiah sampai uji klinik pada manusia. Dengan uji klinik akan lebih menyakinkan para
profesi medis untuk menggunakan obat herbal di sarana pelayanan kesehatan. Masyarakat
juga bisa didorong untuk menggunakan obat herbal karena manfaatnya jelas dengan
pembuktian secara ilmiah.
Fitofarmaka
Merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan
obat modern karena proses pembuatannya yang telah tersandar, ditunjang dengan bukti
ilmiah sampai uji klinik pada manusia. Dengan uji klinik akan lebih menyakinkan para
profesi medis untuk menggunakan obat herbal di sarana pelayanan kesehatan. Masyarakat
juga bisa didorong untuk menggunakan obat herbal karena manfaatnya jelas dengan
pembuktian secara ilmiah.
Syarat fitofarmaka yang lain adalah: