BAB 1 PENDAHULUAN
O R’
C O
R C O R
(Aldehid) (Keton)
metanal atau lebih populer dengan nama trivial formaldehida atau formalin
(Subandi, MP 2010, h. 63).
Aldehida yang paling sederhana. Formaldehida (H2C=O) mempunyai
kecenderungan untuk berpo;imerasi, yaitu setiap molekul bergabung satu
sama lain untuk membentuk senyawa dengan massa molar tinggi. Reaksi
ini melepaskan banyak kalor dan seringkali meledak, formaldehida
biasanya dibuat dan disimpan dalam larutan air (untuk mengurangi
konsentrasi). Cairan yang baunya agak tidak enak ini digunakan sebagai
bahan dasar dalam polimer dan di laboratorium sebagai bahan pengawet
untuk contoh binatang. Yang menarik, aldehida yang massa molarnya lebih
tinggi, seperti aldehida sinamat mempunyai bau yang menyenangkan dan
digunakan dalam pembuatan parfum (Chang, R 2005, h. 352).
Keton biasanya kurang reaktif fibandingkan aldehida. Keton yang
Keton bisa berarti gugus fungsi yang dikarakterisasikan oleh sebuah
gugus karbonil (O=C) yang terhubung dengan dua atom karbon ataupun
senyawa kimia yang mengandung gugus karbonil. Keton memiliki rumus
umum “R1(CO)R2”. Senyawa karbonil yang berikatan dengan dua karbon
membedakan keton dari asam karboksilat, aldehida, induk dengan –on
(Subandi, MP 2010, h. 64).
Keton biasanya kurang reaktif fibandingkan aldehida. Keton yang
paling sederhana adalah aseton, suatu cairan berbau sedap yang
digunakan terutama sebagai pelarut untuk senyawa organic (Chang, R
2005, h. 352).
Ketika aldehid dipanaskan dengan pereaksi tollens akan terbentuk
logam perak. Aldehid di oksidasi menjadi asam karoksilat oleh pereaksi
tollens. Terbentuknya cermin perak dalam tabung reaksi sedangkan keton
tidak bereaksi dengan pereaksi tollens (Lister, T & Renshaw, J 2004, h.
23).
4. Kondensasi aldol, pada alkali, aldehid, dan keton (keton dalam jenis
terbatas) akan mengalami kondensasi antara karbonil dan atom-atom
karbon-alfa mereka untuk membentuk aldo atau betahidroksi aldehid
atau keton.
2.2 Uraian Bahan
1. Aquadest (Ditjen POM, 1979, h. 96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling
RM / BM : H2O / 18,02
Rumus struktur : H-O-H
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai pereaksi
2. Aldehid (Formaldehid) (Ditjen POM, 1979, h. 676)
Nama resmi : FORMALDEHYDI SOLUTIO
Nama lain : Formalin
Rumus molekul : CH2O
Rumus struktur :
Rumus struktur :
N
O O
Pemerian : Hablur, tidak berwarna atau putih
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air
Kegunaan : Sebagai larutan baku
Rumus struktur :
2. Tabung (1) diisi dengan 0,5 mL formaldehida dan tabung (2) diisi
dengan 0,5 mL aseton.
3. Perhatikan warna dan baunya
4. Selanjutnya, tambahkan setetes demi setetes air dan kocok (+10
tetes).
5. Catat pengamatan saudara (larutan jangan dibuang)
B. Oksidasi aldehid dan keton oleh pereaksi KMnO4
1. Ambil larutan A diatas
2. Tiap tabung ditambahkan 1-2 tetes KMnO4 0,1 N
3. Perhatikan warna KMnO4 tersebut
4. Catat pengamatan saudara
C. Oksidasi aldehid dan keton oleh pereaksi tollens
1. Siapkan 2 tabung reaksi
2. Masing-masing tabung diisi dengan reaksi 1 mL AgNO3 0,1 N
3. Tambahkan setetes demi setetes NH4OH 0,5 N sampai endapan
yang terbentuk larut kembali (NH4OH berlebih = pereaksi tollens)
4. Ke dalam tabung (1) tambahkan 0,5 mL formaldehida dan tabung (2)
dengan 0,5 mL aseton.
5. Panaskan beberapa menit di atas penangas air
6. Perhatikan dan catat pengamatan saudara
D. Oksodasi aldehid dan keton oleh pereaksi fehling
1. Siapkan 2 tabung reaksi
2. Masing-masing diisi dengan 1 mL larutan fehling A dan 1 mL larutan
fehling B
3. Kedalam tabung (1) tambahkan 0,5 mL formaldehida dan tabung (2)
dengan 0,5 mL aseton, kocok.
4. Panaskan beberapa menit di atas penangas air
5. Perhatikan perubahan yang terjadi dan catat pengamatan saudara.
B. Pereaksi KMnO4
Zat Perubahan KMnO4
Formaldehid Bening-Cokelat (Terdapat
endapan)
Aseton Bening-Ungu (Larut)
C. Pereaksi Tollens
Zat Pereaksi Tollens
Formaldehid Bening-Coklat (Membentuk cermin
perak)
Aseton Bening-Merah bata tanpa endapan
D. Pereaksi Fehling
Zat Pereaksi Fehling
Formaldehid Biru tua-Biru keruh (Terdapat endapan
merah bata)
Aseton Biru-Biru (Terdapat endapan merah
bata)
4.2 Reaksi
A. Dengan KMnO4
O
O
Aseton
O
H C H + 2 Cu2+ + 5 OH Cu2O↓ + 3 H2O + H C H
4.3 Pembahasan
Pada praktikum kali ini kita melakukan percobaan yang berhubungan
dengan aldehid dan keton yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan dan
sifat-sifat dari aldehid dan keton dengan berdasarkan reaksi kimia.
Aldehid dan keton merupakan senyawa organik yang mempunyai
gugus karbonil (C=O), dimana aldehid gugus karbonilnya (C=O) berikatan
dengan atom H dan gugus alkil (CH3) sedangkan keton gugus karbonilnya
(C=O) berikatan dengan hanya berikatan dengan gugus alkil (CH3). Karena
aldehid dan keton mempunyai gugus fungsi yang sama sehingga
mempunyai banyak kesamaan, untuk itulah kita melakukan praktikum ini
untuk membedakan aldehid dan keton dengan berdasarkan reaksi kimia.
Percobaan pertama kita ingin melihat kelarutan dari aldehid dan
keton dimana hasil yang didapat formaldehid dan aseton larut dalam air, hal
ini menandakan bahwa aldehid dan keton keduanya bersifat polar.
Percobaan kedua kita mereaksikan formaldehid dan aseton dengan
KMnO4, dari data yang didapat formaldehid mengalami perubahan warna
bening-cokelat dan terdapat endapan sedangkan aseton mengalami
perubahan warna bening-ungu tanpa endapan sehingga dapat dikatakan
keduanya bereaksi dengan KMnO4, hal ini dikarenakan KMnO4 merupakan
oksidator kuat. Untuk formaldehid dapat bereaksi karena sifatnya mudah
bereaksi atau dioksidasi dan merupakan reduktor yang kuat karena
formaldehid mengikat atom H pada gugus fungsinya sedangkan untuk
aseton bersifat sulit untuk bereaksi atau dioksidasi dan merupakan reduktor
yang lemah namun ia tetap bisa direaksikan namun reaksinya terjadi secara
tidak sempurna ditandai dengan tidak terbentuknya endapan.
Percobaan ketiga kita mereaksikan formaldehid dan aseton dengan
pereaksi tollens dimana dari data yang didapat formaldehid membentuk
cermin perak sedangkan aseton tidak, hal ini dikarenakan apabila
formaldehid direaksikan dengan pereaksi tollens formaldehid akan
mereduksi pereaksi tollens menjadi logam perak (Ag+) yang terlihat pada
dasar tabung reaksi berwarna perak putih yang biasanya disebut cermin
perak sedangkan aseton tidak dapat bereaksi, karena pereaksi tollens
merupakan oksidator yang lemah dan aseton memiliki sifat yang sulit untuk
bereaksi sehingga tidak terjadi reaksi.
Percobaan keempat kita mereaksikan formaldehid dan aseton
dengan fehling A dan B, Fehling A merupakan larutan CuSO 4 dan Fehling B
merupakan campuran lautan NaOH dan Kalium Natrium Tartrat. Dari data
yang didapat pada formaldehid mengalami perubahan warna biru tua-biru
keruh dan terdapat endapan berwarna merah bata sedangkan aseton
membentuk endapan merah bata dan warnanya tetap berwarna biru.
Seharusnya, pada aseton setelah dipanaskan akan membentuk dua fase,
yaitu diatas berwarna biru dan dibawah berwarna ungu. Hal ini
menandakan bahwa formaldehid bereaksi sedangkan aseton tidak dapat
bereaksi. Formaldehid bereaksi dengan pereaksi fehling dan membentuk
endapan merah bata yang terjadi akibat formaldehid mereduksi Cu+ yang
ada pada pereaksi fehling sedangkan aseton tidak dapat bereaksi karena
sifatnya yang sulit untuk bereaksi dan pereaksi fehling merupakan oksidator
lemah. Terjadinya kesalahan pada hasil reaksi fehling A dan B yang
direaksikan aseton lalu dipanasi tidak lepas dari beberapa faktor kesalahan
yang dilakukan praktikan, salah satunya dalam ketepatan mengambil
volume larutan serta kurang bagusnya pereaksi yang digunakan.
5.1 Kesimpulan
Dari parktikum yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa,
aldehid lebih mudah teroksida daripada keton, hal ini dibuktikan dengan
pengujian yang dilakukan :
1. Pada uji kelarutan aldehid dan keton dapat larut dalam air
2. Pada reaksi oksidasi dengan KMnO4 formaldehid dan aseton
mengalami perubahan warna dimana pada formaldehid terdapat
endapan sedangkan aseton tidak.
3. Pada reaksi formaldehid dengan pereaksi tollens menghasilkan
cermin perak sedangkan aseton tidak.
4. Pada reaksi aldehid dengan pereaksi fehling menghasilkan
endapan merah bata begitupun dengan aseton, namun seharusnya
aseton tidak memiliki endapan, hal ini disebabkan karena faktor
kesalahan.
5.2 Saran
Sebaiknya sebelum melakukan praktikum percobaan, alat dan bahan
yang digunakan dalam keadaan baik agar di peroleh hasil yang murni dari
percobaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM 1979, Farmakope Edisi III, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Lister, T & Renshaw, J 2004, A2 Chemistry For OCR, Neison Thornes: UK.
LAMPIRAN
B. Gambar