Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Bidan “Midwife Journal” Volume 3 No.

01,Januari 2017 pISSN 2477-3441


eISSN 2477-345X

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN


PAPSMEAR PADA WANITA PUS > 25 TAHUN DI UPTD PUSKESMAS DTP MAJA
KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015

Neng Teti Enggayati1, Ayu Idaningsih1


1
STIKes YPIB Majalengka, Jl. Gerakan Koperasi No. 003 Majalengka 45411 Indonesia

ABSTRAK

Pemeriksaan papsmear bertujuan untuk menemukan adanya kelainan pada mulut leher rahim. Hasil studi pendahuluan di wilayah
kerja UPTD Puskesmas DTP Maja dengan cara wawancara terhadap 20 wanita usia subur didapatkan sebanyak 15 orang (75%)
belum pernah melakukan pemeriksaan papsmear beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan papsmear diantaranya adalah
pengetahuan, pendidikan dan dukungan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan papsmear pada wanita PUS > 25 tahun di UPTD Puskesmas DTP Maja Kabupaten Majalengka Tahun 2015. Desain
penelitian menggunakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
pasangan usia subur > 25 tahun yang berada di wilayah UPTD Puskesmas DTP Maja tahun 2015 sebanyak 10.813 orang, sampel
sebanyak 99 orang. Teknik sampel menggunakan simple random sampling.Jenis data yang digunakan adalah data primer.
Analisis data meliputi analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi dan analisis bivariat menggunakan uji chi square
dengan α = (0,05). Hasil penelitian menunjukkan lebih dari setengahnya PUS tidak melaksanakan papsmear (69,7%), dengan
pengetahuan kurang (51,5%), berpendidikan rendah (56,6%) dan kurang mendapat dukungan dari keluarga (52,5%).Ada
hubungan antara pengetahuan (p=0,001), pendidikan (p=0,001) dan dukungan keluarga (p=0,006) dengan pelaksanaan papsmear
pada PUS di wilayah kerja UPTD Puskesmas DTP Maja Kabupaten Majalengka Tahun 2015. Petugas kesehatan agar
meningkatkan pelaksanaan papsmear pada PUS serta memperbanyak sarana dan prasarana informasi, lebih aktif lagi dalam
kegiatan penyuluhan dan konseling, menganjurkan kepada keluarga untuk mendukung papsmear. PUS agar berkonsultasi dengan
petugas kesehatan tentang pelaksanaan papsmear, dan meningkatkan wawasan dan pengetahuan melalui akses informasi dari
berbagai media.

Kata Kunci : Papsmear, Wanita dan Pasangan Usia Subur.

RELATED FACTORS TO THE IMPLEMENTATION OF PAP SMEAR


ON WOMEN OF CHILDBEARING AGE >25 YEARS
IN DTP MAJA PUBLIC HEALTH CENTER
MAJALENGKA DISTRICT IN 2015

ABSTRACT

Pap smear examination is performed to find abnormalities in cervix. Results of a preliminary study on the working area of DTP
Maja PHC by interviews with 20 women of childbearing age showed that as many as 15 people (75%) had never performed Pap
smear examination. Several factors that affected the implementation of Pap smear were knowledge, education and family
support. This study aims to identify factors that affect the implementation of Pap smear on women of childbearing age > 25 years
in DTP Maja PHC, Majalengka in 2015. This study design used quantitative research with cross sectional approach. The
population in this study were all couples of childbearing age> 25 years in the work area of DTP Maja Public Health Center in
2015 as many as 10.813 people. The samples were 99 people. The sampling used simple random sampling technique. Type of
data used here was primary data. Data analysis included univariate analysis by using frequency distribution and bivariate
analysis by using chi square test with α = (0.05). The results showed that more than half of the Women of Childbearing Age did
not implement Pap smear (69.7%), had less knowledge (51.5%), had low education level (56.6%) and lack of family support
(52.5%). There was a relationship between knowledge (p = 0.001), education (p = 0.001) and family support (p = 0.006) with the
implementation of pap smear on Women of Childbearing Age in the work area of DTP Maja PHC Majalengka in 2015. Health
practitioners should improve the implementation of Pap smear on Women of Childbearing Age and increase information means
and infrastructure, more active in health education and counseling activities, advise families to support a pap smear. Couple of
Childbearing Age should perform consultation with health care providers on the implementation of Pap smear, and improve their
insight and knowledge through access to information from various media.

Keywords: Pap smear, Women and Couples of Childbearing Age

www.jurnal.ibijabar.org 9
Jurnal Bidan “Midwife Journal” Volume 3 No. 01,Januari 2017 pISSN 2477-3441
eISSN 2477-345X

PENDAHULUAN nomor satu di dunia.Kanker serviks adalah jenis


kanker yang paling sering dijumpai pada wanita
Pembangunan kesehatan merupakan setelah kanker payudara dan dapat menyebabkan
bagian integral dari pembangunan nasional. kematian. Angka kejadiannya sekitar 74%
Pembangunan kesehatan dalam sistem dibandingkan kanker ginekologi lainnya.
Kesehatan Nasional ditujukan ke arah Data WHO tahun 2013 menyebutkan
terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang bahwa sekitar 600.000 wanita setiap tahunnya
optimal. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, didiagnosa menderita kanker serviks, dan
maka pemerintah menyelenggarakan berbagai hampir 60% diantaranya meninggal dunia. Di
upaya pelayanan kesehatan melalui pendekatan Indonesia diperkirakan terjadi sekitar 40 kasus
pemeliharaan peningkatan kesehatan, baru per harinya dan 50% diantaranya
pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan meninggal karena penyakit tersebut.Pada tahun
kesehatan dan berbagai penyebab kematian 2013 estimasi kanker leher rahim sebesar 17 per
dapat dicegah dengan cara meningkatkan 100.000 perempuan.Secara epidemiologi, kanker
kesehatan masyarakat yang dilaksanakan secara serviks cenderung timbul pada kelompok usia
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan 33-55 tahun, tetapi dapat juga timbul pada usia
(Depkes RI, 2009:3). yang lebih muda.
Masalah kesehatan di Indonesia masih Dinas kesehatan Provinsi Jawa Barat
memerlukan perhatian semua pihak, terutama melaporkan bahwa pada tahun 2012 ada sekitar
masalah-masalah kesehatan yang berhubungan 12.043 penderita kanker serviks, sedangkan
dengan penyakit yang memerlukan penanganan tahun 2013 ada sekitar 15.635 penderita kanker
ataupun perawatan salah satunya adalah kanker serviks. Data ini menunjukkan tingginya angka
servik. Kanker serviks adalah kanker kedua kejadian kanker serviks di Jawa barat (Dinkes
terbanyak yang menyebabkan kematian pada Jabar, 2012). Angka kejadian kanker serviks di
perempuan.Penyakit ini telah merenggut nyawa Kabupaten Majalengka pada tahun 2014
lebih dari 250.000 perempuan diseluruh dunia sebanyak 27 orang (2,15%) dari semua penderita
setiap tahunnya. Di Indonesia, setiap tahun ginekologi yang dirawat, terdiri dari 19 orang di
terdapat lebih dari 15.000 kasus kanker serviks RSUD Cideres dan 8 orang di RSUD
baru dan kurang lebih 8000 kematian Majalengka (Rekam Medik RSUD Cideres dan
(Samsurizal, 2008:192). Majalengka, 2014). Puskesmas Maja merupakan
Setiap hari sekitar 40-45 kasus baru salah satu Puskesmas yang penderita kanker
ditemukan dan 20-25 perempuan meninggal serviksnya meninggal dunia.
dunia karena Kanker.Serviks. Angka prevalensi Berdasarkan data dari UPTD Puskesmas
kanker serviks di dunia, termasuk dikawasan DTP Maja didapatkan angka kejadian kanker
Asia Tenggara, masih sangat tinggi.Menurut serviks pada tahun 2014 sebanyak 2 orang sudah
data Globocan 2002, ada sekitar 500 ribu kasus stadium IV dan pada tahun 2014 jumlah
baru kanker serviks di dunia dengan 250 ribu kematian karena kanker serviks sebanyak 1
kematian setiap tahunnya.Di Indonesia sendiri orang. Jumlah wanita usia subur pada tahun
diperkirakan ada sekitar 41 kasus baru setiap 2015 sebanyak 14.230 orang dan jumlah
harinya yang berujung dengan kematian rata-rata pasangan usia subur sebanyak 10.813 orang,
20 orang per hari (Azis, 2008:97). yang merupakan jumlah terbanyak di Kabupaten
Menurut World Health Organization Majalengka.
(WHO) pada tahun 2012 Indonesia merupakan Salah satu pencegahan kanker seviks yaitu
negara dengan penderita kanker mulut rahim dengan deteksi dini melalui pemeriksaan

www.jurnal.ibijabar.org 10
Jurnal Bidan “Midwife Journal” Volume 3 No. 01,Januari 2017 pISSN 2477-3441
eISSN 2477-345X

papsmear. Pemeriksaan Papsmear berguna pria atau pun bidan dan kurangnya dorongan
sebagai pemeriksaan penyaring (skrining) dan keluarga terutama suami. Banyak masalah yang
pelacak adanya perubahan sel ke arah keganasan berkaitan dengan pasien dapat dihilangkan
secara dini sehingga kelainan prakanker dapat melalui pendidikan terhadap pasien dan
terdeteksi serta pengobatannya menjadi lebih hubungan yang baik antara dokter/bidan.Di
murah dan mudah (Dalimartha, 2004:342) samping itu, inovasi skrining kanker serviks
Papsmear test memberikan klasifikasi dalam pelayanan kesehatan masyarakat dapat
gambaran sitologi sel yang berguna dalam dilakukan bersamaan. Interval pemeriksaan
mengetahui sejauh mana infeksi Human sitologi (screening interval) merupakan hal
Papillomavirus (HPV) sehingga berguna dalam lainyang penting dalam metode skrining (Febri,
menentukan pengobatan atau tindakan medis 2010:78).
selanjutnya. Sensitivitas Papsmear Test bila Beberapa faktor hambatan pemeriksaan
dilakukan dengan prosedur yang sangat baik papsmear, diantaranya adalah perilaku wanita
akurasinya antara 76% sampai 94%. usia subur yang enggan untuk diperiksa karena
American Cancer Society (2009:34) kurangnya pengetahuan wanita pasangan usia
merekomendasikan semua wanita sebaiknya subur tentang papsmear, rasa malu dan rasa
memulai skrining 3 tahun setelah pertama kali takut untuk memeriksa organ reproduksi serviks
aktif secara seksual.Papsmear dilakukan setiap kepada tenaga kesehatan, faktor biaya
tahun. Wanita yang berusia 30 tahun atau lebih khususnya pada golongan ekonomi yang lemah,
dengan hasil tes Papsmear normal sebanyak sumber informasi dan fasilitas atau pelayanan
tiga kali, melakukan tes kembali setiap 2-3 kesehatan yang masih minim untuk melakukan
tahun, kecuali wanita dengan risiko tinggi harus pemeriksaan papsmear (Candraningsih,
melakukan tes setiap tahun. 2011:142).
Menurut American College of Berdasarkan hasil studi pendahuluan di
Obstetricians and Gynecologists (1989) dalam wilayah kerja UPTD Puskesmas DTP Maja
Feig (2004:273), merekomendasikan setiap dengan cara wawancara terhadap 20 wanita usia
wanita menjalani Papsmear setelah usia 18 tahun subur didapatkan sebanyak 15 orang (75%)
atau setelah aktif secara seksual. Bila tiga hasil belum pernah melakukan pemeriksaan papsmear
Papsmear dan satu pemeriksaan fisik pelvik dan sebanyak 5 orang (25%) pernah
normal, interval skrining dapat diperpanjang, melaksanakan papsmear. Dari 15 responden
kecuali pada wanita yang memiliki partner sebanyak 9 orang (60%) berpengetahuan kurang
seksual lebih dari satu. dan dari 75% pasangan usia subur yang tidak
Ada beberapa faktor yang mendukung melakukan tes papsmear dapat dipengaruhi oleh
wanita PUS > 25 tahun melakukan pemeriksaan beberapa faktor diantaranya pengetahuan,
papsmear yaitu : faktor pendidikan, faktor pendidikan dan dukungan keluarga.
pengetahuan, dan dukungan keluarga. Masalah Pengetahuan ibu tentang kanker servik
lain dalam usaha skrining kanker serviks ialah akan membentuk sikap positif terhadap
keengganan wanita diperiksa karena malu. rendahnya deteksi dini kanker servik. Hal ini
Penyebab lain ialah kerepotan, keraguan akan juga merupakan faktor dominan dalam
pentingnya pemeriksaan, kurangnya pemeriksaan deteksi dini kanker serviks.
pengetahuan tentang pentingnya pemeriksaan, Pengetahuan yang dimiliki wanita usia subur
takut terhadap kenyataan hasil pemeriksaan yang tersebut akan menimbulkan kepercayaan ibu
akan dihadapi, ketakutan merasa sakit pada tentang deteksi dini kanker serviks (Aziz, 2006).
pemeriksaan, rasa segan diperiksa oleh dokter Penelitian Asmari (2011) yang dilakukan di

www.jurnal.ibijabar.org 11
Jurnal Bidan “Midwife Journal” Volume 3 No. 01,Januari 2017 pISSN 2477-3441
eISSN 2477-345X

Kelurahan Petisah Tengah didapatkan adanya penelitian diukur dalam atau dikumpulkan
hubungan pengetahuan PUS dengan tindakan secara simultan (dalam waktu yang bersamaan),
papsmear di Kelurahan Petisah Tengah yakni tiap subjek hanya diobservasi satu kali
Kecamatan Medan Petisah Kota Medan tahun saja dari pengukuran variabel subjek pada saat
2011 pemeriksaan (Notoatmojo, 2010)
Pendidikan merupakan proses Populasi dalam penelitian ini adalah
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau seluruh pasangan usia subur > 25 tahun yang
kelompok orang dalam usaha mendewasakan berada di wilayah UPTD Puskesmas DTP
manusia melalui upaya pengajaran dan Majatahun 2015 sebanyak 10.813 orang. Sampel
pelatihan. Pendidikan wanita yang rendah akan dalam penelitian ini adalah sebagian pasangan
menyulitkan proses pengajaran dan pemberian usia subur > 25 tahun yang berada di wilayah
informasi, sehingga pengetahuan tentang deteksi UPTD Puskesmas DTP Maja tahun 2015
dini kanker serviks juga terbatas (Twin, 2009). sebanyak 99 orang. Pengambilan sampel
Hasil penelitian Puspitasari (2011:52) di wilayah dilakukan secara acak sederhana (simple random
kerja Puskesmas Pegandan Kota Semarang sampling) dengan proportional to size dengan
Tahun 2011 didapatkan ada hubungan bermakna cara sebagai berikut : langkah pertama
antara tingkat pendidikan ibu dengan menyusun seluruh populasi sasaran diseluruh
pemeriksaan papsmear di wilayah kerja Desa yang ada di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Pegandan Kota Semarang Tahun Puskesmas DTP Maja, langkah kedua
2011. menghitung besarnya sampel masing-masing
Menurut teori Lawrence Green dalam Desa yaitu dengan cara membagi populasi
Notoatmodjo (2010), dukungan keluarga dapat masing-masing ditiap dusun dengan jumlah
menjadi faktor penguat (reinforcing faktor) keseluruhan populasi kemudian dikalikan
seseorang melakukan pemeriksaan dengan jumlah sampel. Kemudian Memilih
papsmear.Dukungan keluarga merupakan bentuk sampel secara random di masing-masing desa.
dukungan sosial terdekat yang berlangsung Kemudian membuat daftar nama sesuai dengan
sepanjang masa kehidupan seseorang.Hasil jumlah masing–masing tiap desa kemudian
penelitian Kinanti (2012) di Perumahan Pucang untuk menentukan sampel diambil dengan cara
Gading Semarang menunjukan adanya mengundi/dikocok sesuai dengan jumlah sampel
hubungan antara dukungan keluarga dengan dari masing-masing desa yang sudah ditentukan
pelaksanaan papsmear pada PUS di Perumahan jumlahnya.
Pucang Gading Semarang tahun 2012. Penelitian dilakukan di wilayah kerja
Berdasarkan uraian latar belakang UPTD Pueksmas DTP Maja Kabupaten
masalah maka peneliti akan meneliti lebih lanjut Majalengka dengan waktu penelitiannya adalah
tentang ”Faktor – Faktor Yang Berhubungan tanggal 21 Mei –30 Juni tahun 2016.
dengan Pelaksanaan Papsmear Pada Wanita PUS Instrumen yang digunakan dalam
> 25 Tahun di UPTD Puskesmas DTP Maja penelitian ini adalah kuesioner yang dialkuakn
Kabupaten Majalengka Tahun 2015” uji validitas dan reliabilitas Hasil uji validitas 17
pertanyaan pengetahuan didapatkan nilai r
METODOLOGI PENELITIAN hitung (0,569-0,715), setelah dikonsultasikan
dengan r tabel pada n=20 (0,444) menunjukkan
Jenis penelitian yang digunakan adalah semuanya valid karena nilai r hitung > r tabel.
penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross Hasil uji validitas dukungan keluarga
sectional yaitu variabel sebab akibat pada objek didapatkan nilai r hitung (0.497 – 0,822), setelah

www.jurnal.ibijabar.org 12
Jurnal Bidan “Midwife Journal” Volume 3 No. 01,Januari 2017 pISSN 2477-3441
eISSN 2477-345X

dikonsultasikan dengan r tabel pada n=20 kesehatan. Hal ini akan berdampak pada tidak
(0,444) menunjukkan semuanya valid karena terdeteksinya ca cerviks.
nilai r hitung > r tabel. Sedangkan Hasil uji Ada beberapa faktor yang mendukung
reliabilitas pengetahuan diperoleh nilai alpha PUS (Pasangan Usia Subur) melakukan
cronbachsebesar (0,943) dan nilai alpha pemeriksaan papsmear yaitu : faktor pendidikan,
cronbachdukungan keluargasebesar (0,929), faktor pengetahuan, dan dukungan keluarga.
setelah dikonsultasikan dengan indikator Masalah lain dalam usaha skrining kanker
pengukuran reliabilitas menunjukkan reliabilitas serviks ialah ketidakmauan wanita diperiksa
baik, uji validitas dan reliabilitas dahulu yang karena malu. Penyebab lain ialah kerepotan,
dilakukan pada wanita PUS > 25 tahundi keraguan akan pentingnya pemeriksaan,
wilayah kerja UPTD Puskesmas Banjaran kurangnya pengetahuan tentang pentingnya
Kabupaten Majalengka pada bulan Mei tahun pemeriksaan, takut terhadap kenyataan hasil
2016. pemeriksaan yang akan dihadapi, ketakutan
Analisis data dengan analisis univariat merasa sakit pada pemeriksaan, rasa segan
menggunakan distribusi frekuensi dan analisis diperiksa oleh dokter pria atau pun bidan dan
bivariat dengan uji Chi- Square dengan batas kurangnya dorongan keluarga terutama suami.
kemaknaan α = 0,05 atau derajat kebebasan Banyak masalah yang berkaitan dengan pasien
df= 1. dapat dihilangkan melalui pendidikan terhadap
pasien dan hubungan yang baik antara
HASIL DAN PEMBAHASAN dokter/bidan.Di samping itu, inovasi skrining
kanker serviks dalam pelayanan kesehatan
1. Analisis Univariat masyarakat dapat dilakukan bersamaan. Interval
Tabel 1 Distribusi Frekuensi pemeriksaan sitologi (screening interval)
Pelaksanaan Papsmear Pada Wanita merupakan hal lain yang penting dalam metode
PUS >25 di Wilayah Kerja UPTD skrining (Febri, 2010).
Puskesmas DTP Maja Kabupaten Beberapa faktor hambatan pemeriksaan
Majalengka Tahun 2015 pap smear, diantaranya adalah perilaku wanita
NO Pelaksanaan f %
Papsmear usia subur yang enggan untuk diperiksa karena
1 Ya 30 30.3 kurangnya pengetahuan wanita pasangan usia
2 Tidak 69 69.7 subur tentang pap smear, rasa malu dan rasa
Total 99 100.0 takut untuk memeriksa organ reproduksi serviks
Sumber: hasil penelitian
kepada tenaga kesehatan, faktor biaya
Tabel 1 menunjukan bahwa lebih dari khususnya pada golongan ekonomi yang lemah,
setengahnya PUS di wilayah kerja UPTD sumber informasi dan fasilitas atau pelayanan
Puskesmas DTP Maja Kabupaten Majalengka kesehatan yang masih minim untuk melakukan
Tahun 2015 tidak melaksanakan papsmear pemeriksaan pap smear (Candraningsih, 2011).
(69,7%). Beberapa faktor hambatan pemeriksaan
Banyaknya PUS yang tidak papsmear, diantaranya adalah perilaku wanita
melaksanakan papsmear dapat disebabkan usia subur yang enggan untuk diperiksa karena
karena kurangnya informasi, minimnya kurangnya pengetahuan wanita pasangan usia
pengetahuan tentang papsmear, latar belakang subur tentang papsmear, rasa malu dan rasa
pendidikan yang rendah, kurangnya dukungan takut untuk memeriksa organ reproduksi serviks
dari keluarga, sosial budaya dan peran petugas kepada tenaga kesehatan, faktor biaya
khususnya pada golongan ekonomi yang lemah,

www.jurnal.ibijabar.org 13
Jurnal Bidan “Midwife Journal” Volume 3 No. 01,Januari 2017 pISSN 2477-3441
eISSN 2477-345X

sumber informasi dan fasilitas atau pelayanan berkonsultasi dengan petugas kesehatan dalam
kesehatan yang masih minim untuk melakukan pelaksanaan papsmear.
pemeriksaan papsmear (Candraningsih, Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan
2011:142). tentang Papsmear Pada Wanita PUS
Tujuan dari deteksi dini kanker servik > 25 di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas DTP Maja
atau pemeriksaan papsmear ini adalah untuk
KabupatenMajalengka Tahun 2015
menemukan adanya kelainan pada mulut leher NO Pengetahuan f %
rahim.Meskipun kanker tergolong penyakit 1 Pengetahuan
48 48.5
mematikan, namun sebagian besar dokter ahli Baik
kanker menyebutkan bahwa dari seluruh jenis 2 Pengetahuan
51 51.5
Kurang
kanker, kanker servik termasuk yang paling bisa Total 99 100.0
dicegah dan diobati apabila terdeteksi sejak Sumber: hasil penelitian
awal. Tabel 2 menunjukan bahwa lebih dari
Hasil penelitian ini lebih tinggi setengahnya PUS di wilayah kerja UPTD
dibandingkan dengan penelitian Asmari (2011) Puskesmas DTP Maja Kabupaten Majalengka
yang dilakukan di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2015 dengan pengetahuan kurang
didapatkan sebanyak 67,3% tidak pernah (51,5%).
melaksanaan papsmear dan sebanyak 33,7% Pada PUS yang berpengetahuan kurang
pernah melakukan tindakan papsmear di dapat disebabkan karena minimnya informasi
Kelurahan Petisah Tengah Kecamatan Medan yang diperoleh PUS, jarang melakukan
Petisah Kota Medan tahun 2011. Dan lebih konseling dengan petugas kesehatan, latar
tinggi dibandingkan dengan penelitian belakang pendidikan yang rendah dan
Puspitasari (2011:52) di wilayah kerja terbatasnya akses informasi. Hal tersebut akan
Puskesmas Pegandan Kota Semarang Tahun berdampak pada pelaksanaan papsmear oleh
2011 didapatkan pelaksanaan papsmear oleh PUS untuk deteksi dini kanker serviks.
PUS sebanyak 55,4% tidak pernah melakukan Pengetahuan atau kognitif adalah
tindakan papsmear dan sebanyak 44,6% pernah domain yang sangat penting dalam membentuk
melakukan tindakan pap semar di wilayah kerja tindakan seseorang (overt behavior) karena
Puskesmas Pegandan Kota Semarang Tahun didalam diri seseorang terjadi proses yang
2011 berurutan seperti awareness (kesadaran), interest
Upaya petugas kesehatan dalam (orang yang mulai tertarik pada stimulus),
meningkatkan pelaksanaan papsmear pada PUS evaluation (menimbang-nimbang baik tidaknya
agar memperbanyak sarana dan prasarana stimulus), trial (mulai mencoba perilaku baru),
informasi seperti papan info, lefleat dan stiker adoption (telah adanya perilaku baru sesuai
yang mudah dimengerti, lebih aktif lagi dalam dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya
kegiatan penyuluhan, menganjurkan kepada terhadap stimulus). (Notoatmodjo, 2010).
PUS yang aktif melakukan hubungan seksual Rendahnya pengetahuan masyarakat ini
untuk tes papsmear. Puskesmas agar disebabkan oleh kurangnya informasi yang
bekerjasama dengan pemerintahan desa untuk didapat. Pengetahuan dan sikap masyarakat
mengadakan sarana dan prasarana infromasi sangat mempengaruhi perilaku (tindakan) dalam
disetiap desa yang mudah diakses oleh melakukan pemeriksaan pap smear . Hal ini
PUS.PUS agar lebih aktif lagi dalam mencari sejalan dengan penelitian yang dilakukan,
informasi tentang pelaksanaan papsmear dan menyatakan bahwa pengetahuan dan sikap
merupakan factor-faktor yang berhubungan erat

www.jurnal.ibijabar.org 14
Jurnal Bidan “Midwife Journal” Volume 3 No. 01,Januari 2017 pISSN 2477-3441
eISSN 2477-345X

terhadap perilaku wanita dalam melakukan pendidikan akan berdampak pada pelaksanaan
pemeriksaan pap smear (Ratna Puspita, 2008). papsmear yang kurang baik.
Pengetahuan ibu tentang kanker servik akan Hasil penelitian ini sejalan dengan yang
membentuk sikap positif terhadap rendahnya dijelaskan menurut Notoatmodjo (2010)
deteksi dini kanker servik. Hal ini juga mengemukakan bahwa : Pendidikan adalah
merupakan faktor dominan dalam pemeriksaan proses pengetahuan, sikap dan tingkah laku
deteksi dini kanker serviks. Pengetahuan yang mengalami proses pengajaran dan pelatihan.
dimiliki wanita usia subur tersebut akan Pendidikan yang beraneka ragam di masyarakat
menimbulkan kepercayaan ibu tentang deteksi sangat mempengaruhi perilaku kesehatan
dini kanker serviks (Aziz, 2006). masyarakat yang berpendidikan rendah. Dengan
Hasil ini lebih tinggi dibandingkan keadaan ini mereka sulit untuk mengikuti
dengan penelitian Asmari (2011) yang dilakukan petunjuk-petunjuk dari petugas kesehatan
di Kelurahan Petisah Tengah didapatkan terutama dalam hal perilaku sehat.
sebanyak 34,5% memiliki pengetahuan kurang Menurut Mudyaharjo (2010) Pendidikan
dan sebanyak 65,5% memiliki pengetahuan baik. merupakan upaya dasar yang dilakukan oleh
Upaya petugas kesehatan untuk meningkatkan keluarga, masyarakat, serta pemerintah, dengan
pengetahuan PUS dapat dilakukan melalui melalui pengajaran atau latihan, kegiatan
penyuluhan secara rutin, menambah sarana bimbingan, yang berlangsung di dalam sekolah
informasi disetiap desa, melibatkan kader dan dan di luar sekolah sepanjang hidupnya, yang
tokoh masyarakat untuk sosialisasi tentang bertujuan untuk mempersiapkan anak didik
pemeriksaan papsmear.PUS agar berkonsultasi supaya mampu memainkan peranan pada
dengan petugas kesehatan tentang pelaksanaan berbagai kondisi lingkungan hidup dengan tepat
papsmear, dan meningkatkan wawasan dan di waktu yang akan datang.
pengetahuan melalui akses informasi dari Pendidikan merupakan proses
berbagai media. pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Pendidikan kelompok orang dalam usaha mendewasakan
Pada Wanita PUS > 25di Wilayah manusia melalui upaya pengajaran dan
Kerja UPTD Puskesmas DTP Maja pelatihan. Pendidikan wanita yang rendah akan
Kabupaten Majalengka Tahun 2015 menyulitkan proses pengajaran dan pemberian
NO Pendidikan f %
1 Tinggi 43 43.4 informasi, sehingga pengetahuan tentang deteksi
2 Rendah 56 56.6 dini kanker serviks juga terbatas (Twin, 2009).
Total 99 100.0 Secara umum, orang yang
Sumber: hasil penelitian
berpendidikan lebih tingggi akan memiliki
Tabel 3 menunjukan bahwa lebih dari pengetahuan yang lebih luas dari pada orang
setengahnya PUS di wilayah kerja UPTD yang berpendidikan lebih rendah sehingga akan
Puskesmas DTP Maja Kabupaten Majalengka memiliki sikap yang lebih baik pula terhadap
Tahun 2015 berpendidikan rendah(56,6%). pentingnya deteksi dini penyakit kanker serviks
Banyaknya PUS yang berpendidikan dengan pemeriksaan pap smear.
rendah dapat disebabkan karena sosial ekonomi, Hasil ini lebih tinggi dibandingkan
pengaruh lingkungan sekitar, kurangnya dengan penelitian Puspitasari (2011:52) di
dukungan keluarga dan kurangnya perhatian wilayah kerja Puskesmas Pegandan Kota
pemerintah setempat dalam pelaksanaan Semarang Tahun 2011 diapatkan mayoritas
program pendidikan dasar. Rendahnya tingkat responden memiliki tingkat pendidikan rendah

www.jurnal.ibijabar.org 15
Jurnal Bidan “Midwife Journal” Volume 3 No. 01,Januari 2017 pISSN 2477-3441
eISSN 2477-345X

yaitu sebanyak (51,5%) dan pendidikan tinggi Faktor lain yang didapat bahwa deteksi dini
sebanyak (49,5%). kanker serviks oleh seorang wanita dapat
Upaya petugas kesehatan agar terlaksana dengan baik bila ada dukungan social
meningkatkan kegiatan konseling dan dalam hal ini keluarga, dimana anggota keluarga
penyuluhan tentang papsmear.Pada PUS yang siap memberikan pertolongan dan bantuan jika
berpendidikan rendah agar meningkatkan diperlukan. Dukungan keluarga ini dapat berupa
pengetahuan melalui diskusi atau konsultasi dukungan social keluarga internal, seperti
dengan petugas kesehatan. dukungan dari suami atau dukungan dari
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Dukungan saudara kandung suami/istri atau dukungan
Keluarga Pada Wanita PUS > 25 di keluarga eksternal (Setiadi, 2008).Kepala rumah
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas tangga yaitu suami dapat berperan serta dalam
DTP Maja Kabupaten Majalengka kesehatan reproduksi dari si istri.Bentuk peran
Tahun 2015
NO Dukungan Keluarga f % tersebut dapat berupa pemberian dukungan
1 Mendukung 47 47.5 terhadap kesehatan reproduksi.
2 Kurang Mendukung 52 52.5 Hasil ini lebih rendah dibandingkan
Total 99 100.0 dengan penelitian Kinanti (2012) di Perumahan
Sumber : hasil penelitian
Pucang Gading Semarang diperoleh hasil
Dari tabel 4 menunjukkan bahwa lebih dari sebanyak (33,3%) keluarga mendukung
setengahnya PUS di wilayah kerja UPTD pelaksanaan Papsmear dan sebanyak (66,7%)
Puskesmas DTP Maja Kabupaten Majalengka keluarga tidak mendukung pelaksanaan
Tahun 2015kurang mendapat dukungan dari Papsmear.
keluarga (52,5%). Upaya petugas kesehatan dalam
Rendahnya dukungan keluarga kepada meningkatkan pelaksanaan papsmear agar lebih
PUS dalam pelaksanaan papsmear dapat difokuskan pada kegiatan konseling dan
disebabkan karena kurangnya pengetahuan penyuluhan yang melibatkan keluarga dalam
keluarga tentang papsmear, keluarga kurang penyuluhan tersebut.
harmonis, sikap dan persepsi negatif keluarga 2. Analisis Bivariat
terhadap pelaksanaan papsmear. Hal ini akan Tabel 5 Hubungan Pengetahuan dengan
berdampak pada tidak terlaksananya Pelaksanaan Papsmear Pada
pemeriksaan papsmear sebagai upaya deteksi Wanita PUS > 25 di UPTD
dini kanker serviks. Puskesmas DTP Maja Kabupaten
Nursalam, dkk. (2009) menyatakan Majalengka Tahun 2015
Pelaksanaan
individu yang termasuk dalam memberikan P
N Pengeta Papsmear Total
dukungan sosial meliputi pasangan (suami/istri), val
O huan Ya Tidak
ue
orang tua, anak, sanak keluarga, teman, tim n % n % N %
kesehatan, atasan, dan konselor. Dukungan 1 Baik 26 54.2 22 45.8 48 100,0
sosial keluarga dapat berupa dukungan internal 2 Kurang 4 7.8 47 92.2 51 100,0 0,001
Jumlah 30 30.3 69 69.7 99 100,0
dan eksternal.Dukungan sosial keluarga internal Sumber: hasil penelitian
seperti dari suami/ayah, istri/ibu, atau dukungan
Berdasarkan tabel 5, dapat dilihat bahwa PUS
saudara kandung.Dukungan sosial keluarga
yang berpengetahuan baik dan melaksanakan
eksternal adalah dukungan sosial eksternal bagi
papsmear sebesar 54,2%, sedangkan PUS yang
keluarga inti (dalam jaringan kerja sosial
berpengetahuan kurang dan melaksanakan
keluarga).
papsmear sebesar 7,8% di wilayah kerja UPTD

www.jurnal.ibijabar.org 16
Jurnal Bidan “Midwife Journal” Volume 3 No. 01,Januari 2017 pISSN 2477-3441
eISSN 2477-345X

Puskesmas DTP Maja Kabupaten Majalengka perubahan pengetahuan tidak selalu


Tahun 2015. menyebabkan perubahan perilaku, walaupun
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan positif antara variabel pengetahuan
proporsi PUS yang yang berpengetahuan baik dan variabel perilaku telah banyak diperlihatkan
dan melaksanakan papsmear lebih tinggi (Notoatmodjo, 2010).
dibandingkan dengan PUS yang berpengetahuan Hasil penelitian ini sejalan dengan
kurang dan melaksanakan papsmear. Perbedaan penelitian Asmari (2011) didapatkan hasil uji chi
proporsi ini menunjukkan hasil yang bermakna square didapatkan p value pengetahuan (0,002)
yang terlihat dari uji chi square, yakni p value = dengan α (0,05) menunjukkan adanya hubungan
0,001 (< 0,05) yang berarti ada hubungan antara pengetahuan dengan tindakan papsmear di
pengetahuan dengan pelaksanaan papsmear pada Kelurahan Petisah Tengah Kecamatan Medan
wanita usia subur di UPTD Puskesmas DTP Petisah Kota Medan tahun 2011.
Maja Kabupaten Majalengka Tahun 2015. Upaya petugas kesehatan adalah dengan
Hal ini dapat dimengerti karena pada PUS meningkatkan kegiatan penyuluhan dan
yang berpengetahuan baik akan memahami konseling, memperbanyak sarana dan prasarana
pentingnya pelaksanaan papsmear, sehingga informasi, tentang pelaksanaan papsmear yang
melaksanakan tindakan papsmear sesuai dengan difokuskan kepada PUS yang berpengetahuan
apa yang diketahuinya. rendah dan bekerjasama dengan pemerintahan
Hal ini sesuai dengan teori Octavia (2009) desa untuk meningkatkan pemahaman PUS
menjelaskan bahwa ketidaktahuan atau melalui program pendidikan kesehatan yang
rendahnya pengetahuan tentang pencegahan dilakukan secara rutin.
kanker serviks melalui pap smear dapat Tabel 6 Hubungan Pendidikan dengan
menyebabkan tidak terdeteksinya secara dini Pelaksanaan Papsmear Pada Wanita
kanker serviks. Dan apabila seorang wanita PUS > 25 di UPTD Puskesmas DTP
memiliki pengetahuan yang luas maka akan Maja Kabupaten Majalengka Tahun
2015
menimbulkan kepercayaan terhadap deteksi dini
kanker servik. Dalam penelitian tentang tingkat Pelaksanaan
P
pengetahuan sangat mempengaruhi perilaku N Pendidi Papsmear Total
val
seseorang yang menurut Notoatmodjo (2007), O kan Ya Tidak
ue
n % n % N %
apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi
1 Tinggi 23 53.5 20 46.5 43 100,0
perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh 2 Rendah 7 12.5 49 87.5 56 100,0 0,001
pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, Jumlah 30 30.3 69 69.7 99 100,0
maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng Sumber: hasil penelitian
(long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa
tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran banyaknya PUS yang berpendidikan tinggi dan
maka tidak akan berlangsung lama. melaksanakan papsemar, hal ini
Pengetahuan pada manusia bertujuan mengindikasikan bahwa besarnya pengaruh
untuk menjawab masalah kehidupan manusi, pendidikan terhadap pelaksanaan papsmear pada
pengetahuan diibaratkan sebagai suatu alat yang PUS. Pendidikan PUS yang rendah
dipakai manusia dalam menyelesaikan persoalan memperlihatkan pola pikir mereka masih
yang dihadapi manusia. Faktor pengetahuan sederhana, sehingga mereka berperilaku sesuai
merupakan domain yang sangat penting untuk dengan apa yang mereka pikirkan.
terbentuknya tindakan seseorang dalam Hasil ini sejalan dengan teori
berperilaku.Namun perlu diperhatikan bahwa Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa :

www.jurnal.ibijabar.org 17
Jurnal Bidan “Midwife Journal” Volume 3 No. 01,Januari 2017 pISSN 2477-3441
eISSN 2477-345X

Pendidikan adalah proses pengetahuan, sikap Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
dan tingkah laku mengalami proses pengajaran penelitian Puspitasari (2011:52) di wilayah kerja
dan pelatihan. Pendidikan yang beraneka ragam Puskesmas Pegandan Kota Semarang Tahun
di masyarakat sangat mempengaruhi perilaku 2011 diapatkan hasil uji chi square menunjukan
kesehatan masyarakat yang berpendidikan ada hubungan bermakna antara tingkat
rendah. Dengan keadaan ini mereka sulit untuk pendidikan ibu dengan pemeriksaan Papsmear di
mengikuti petunjuk-petunjuk dari petugas wilayah kerja Puskesmas Pegandan Kota
kesehatan terutama dalam hal perilaku sehat. Semarang Tahun 2011.
Besarnya pengaruh pendidikan dijelaskan Hasil penelitian diinterpretasikan bahwa
menurut Notoatmodjo (2010) menyatakan semakin tinggi pendidikan maka PUS lebih
bahwa pendidikan yang rendah selalu banyak yang melaksanakan papsmear dan
bergandengan dengan informasi dan sebaliknya semakin rendah pendidikan akan
pengetahuan yang terbatas.Pendidikan yang semakin rendah pula pelaksanaan papsmear pada
rendah menyebabkan seseorang tidak peduli PUS. Untuk itu upaya yang harus dilakukan oleh
terhadap program kesehatan.Pendidikan petugas kesehatan pada PUS yang berpendidikan
merupakan proses belajar yang berarti di dalam rendah agar memberikan konseling atau
pendidikan itu terjadi pertumbuhan penyuluhan dengan bahasa dan cara
perkembangan atau ke arah yang lebih baik. penyampaian yang disesuaikan, mengingat
Dengan demikian pendidikan besar pengaruhnya mereka yang berpendidikan rendah cara
terhadap perubahan peran seseorang yang berfikirnya terbatas pada apa yang mereka
berpendidikan tinggi, tingkah lakunya akan ketahui saja.
berbeda dengan orang yang hanya berpendidikan Tabel 7 Hubungan Dukungan Keluarga
sekolah dasar atau sama sekali tidak pernah dengan Pelaksanaan Papsmear
mengenal bangku sekolah. PadaWanita PUS > 25 di Wilayah
Hal ini juga sesuai dengan teori kognitif Kerja UPTD Puskesmas DTP Maja
Kabupaten Majalengka Tahun 2015.
yang menjelaskan bahwa ”Tingkah laku manusia
itu semata-mata ditentukan oleh kemampuan Pelaksanaan Papsmear P
N Dukungan Total
Ya Tidak val
berpikirnya. Makin tinggi intelegennya dan O Keluarga
ue
n % n % n %
secara sadar pula melakukan perbuatan- 1 Mendukung 21 44.7 26 55.3 47 100,0
perbuatan untuk memenuhi keinginan dan 2 Kurang
9 17.3 43 82.7 52 100,0 0,006
kebutuhan tersebut” (Handoko, 2011). Mendukung
Jumlah 30 30.3 69 69.7 99 100,0
Tidak terdapat kesenjangan antara teori, Sumber: hasil penelitian
hasil penelitian, dan kenyataannya di lokasi
Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa PUS
penelitian menunjukkan bahwa asumsi adanya
yang mendapat dukungan keluarga dan
hubungan antara pendidikan dengan pelaksanaan
melaksanakan papsmear sebesar 44,7%,
papsmear pada PUS terbukti secara hipotesis.
sedangkan PUS yang kurang mendapat
Secara umum, orang yang berpendidikan lebih
dukungan keluarga dan melaksanakan papsemar
tingggi akan memiliki pengetahuan yang lebih
sebesar 17,3% di wilayah kerja UPTD
luas dari pada orang yang berpendidikan lebih
Puskesmas DTP Maja Kabupaten Majalengka
rendah sehingga akan memiliki sikap yang lebih
Tahun 2015.
baik pula terhadap pentingnya deteksi dini
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
penyakit kanker serviks dengan pemeriksaan
proporsi PUS yang mendapat dukungan keluarga
pap smear.
dan melaksanakan papsmear lebih tinggi

www.jurnal.ibijabar.org 18
Jurnal Bidan “Midwife Journal” Volume 3 No. 01,Januari 2017 pISSN 2477-3441
eISSN 2477-345X

dibandingkan dengan PUS yang kurang menunjukkan efek positif dengan tingkat drop
mendapat dukungan keluarga dan melaksanakan out hanya 10 %. Dukungan keluarga yang
papsemar. Perbedaan proporsi ini menunjukkan merupakan bagian dari dukungan social juga
hasil yang tidak bermakna yang terlihat dari uji berkontribusi dalam meningkatkan kesadaran
chi square, yakni p value = 0,006 (< 0,05) yang dalam pemeriksaan papsmear.Dukungan
berarti ada hubungan dukungan keluarga dengan keluarga disini bukan hanya terbatas pada
pelaksanaan papsmear pada PUS di wilayah keluarga inti saja melainkan keluarga secara luas
kerja UPTD Puskesmas DTP Maja Kabupaten (extended family) yaitu suami, mertua, orangtua,
Majalengka Tahun 2015. saudara suami, saudara kandung.
Hal ini dapat dimengerti karena pada PUS Sejalan dengan hasil penelitian Kinanti
yang mendapatkan dukungan keluarga merasa (2012) di Perumahan Pucang Gading Semarang
terbantu untuk melaksanakan papsmear. Efek diperoleh hasil uji Statistik didapatkan
dari dukungan sosial tetrhadap kesehatan dan p=0.004<(0,05) menunjukan adanya hubungan
kesejahteraan berfungsi bersamaan.Secara lebih antara dukungan keluarga dengan pelaksanaan
spesifik, keberadaan dukungan sosial yang papsmear pada PUS di Perumahan Pucang
adekuat terbukti berhubungan dengan Gading Semarang tahun 2012.
menurunya moralitas, lebih mudah sembuh dari Upaya petugas kesehatan agar dalam
sakit, fungsi kognitif, fisik, dan kesehatan emosi. pelaksanaan konseling melibatkan keluarga PUS
Disamping itu, pengaruh positif dari dukungan dan mengingatkan pentingnya dukungan
sosial keluarga adalah pada penyesuaian keluarga dalam pelaksanaan papsmear. PUS
terhadap kejadian dalam kehidupan yang penuh hendaknya dapat menjaga hubungan dengan
dengan stess. keluarganya dan meminta kepada keluarga untuk
Faktor lain yang didapat bahwa deteksi membantu dalam pelaksanaan papsmear.
dini kanker serviks oleh seorang wanita dapat
terlaksana dengan baik bila ada dukungan social KESIMPULAN
dalam hal ini keluarga, dimana anggota keluarga
siap memberikan pertolongan dan bantuan jika 1. Lebih dari setengahnya PUS di wilayah
diperlukan. Dukungan keluarga ini dapat berupa kerja UPTD Puskesmas DTP Maja
dukungan social keluarga internal, seperti Kabupaten Majalengka Tahun 2015 tidak
dukungan dari suami atau dukungan dari saudara melaksanakan papsmear (69,7%).
kandung suami/istri atau dukungan keluarga 2. Lebih dari setengahnya PUS di wilayah
eksternal (Setiadi, 2008).Kepala rumah tangga kerja UPTD Puskesmas DTP Maja
yaitu suami dapat berperan serta dalam Kabupaten Majalengka Tahun 2015 dengan
kesehatan reproduksi dari si istri. Bentuk peran pengetahuan kurang (51,5%).
tersebut dapat berupa pemberian dukungan 3. Lebih dari setengahnya PUS di wilayah
terhadap kesehatan reproduksi. kerja UPTD Puskesmas DTP Maja
Dari beberapa penelitian yang dilakukan Kabupaten Majalengka Tahun 2015
bahwa dukungan keluarga seperti suami sangat berpendidikan rendah (56,6%).
diperlukan dalam hal kesehatan reproduksi 4. Lebih dari setengahnya PUS di wilayah
wanita. Beberapa penelitian membuktikan hal kerja UPTD Puskesmas DTP Maja
tersebut yaitu antara lain: penelitian yang Kabupaten Majalengka Tahun 2015
dilakukan Amatya dkk (2009), di Bangladesh kurang mendapat dukungan dari keluarga
menunjukkan bahwa konseling terhadap suami (52,5%).
tentang penerimaan alat kontrasepsi norplant

www.jurnal.ibijabar.org 19
Jurnal Bidan “Midwife Journal” Volume 3 No. 01,Januari 2017 pISSN 2477-3441
eISSN 2477-345X

5. Ada hubungan antara pengetahuan dengan Aziz, 2006. Buku Acuan Nasional Onkologi
pelaksanaan papsmear pada wanita usia Ginekologi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
subur di UPTD Puskesmas DTP Maja Sarwono
Kabupaten Majalengka Tahun 2015
Azwar, Azrul. 2005. Sikap Manusia: Teori dan
6. Ada hubungan antara pendidikan dengan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
pelaksanaan papsmear pada PUS di wilayah
kerja UPTD Puskesmas DTP Maja Candraningsih, 2011. Hubungan Tingkat
Kabupaten Majalengka Tahun 2015 Pengetahuan WUS Tentang Kanker Serviks
7. Ada hubungan dukungan keluarga dengan dengan Praktek Deteksi Dini Kanker Serviks di
pelaksanaan papsmear pada PUS di wilayah BPS Is Manyaran Semarang. Jurnal Penelitian
kerja UPTD Puskesmas DTP Maja
Dalimartha, Setiawan. 2004. Deteksi Dini
Kabupaten Majalengka Tahun 2015 Kanker & Simplisia Antikanker. Jakarta:
Penebar Swadaya Jakarta.
SARAN
Depkes RI, 2009. Sistem Kesehatan Nasional.
Saran diajukan bagi Puskesmas atau Jakarta. Depkes RI
petugas kesehatan agar meningkatkan
Dinkes Jabar, 2012. Profil Kesehatan Jawa
pelaksanaan papsmear pada PUS serta
Barat. Bandung : Dinkes Jawa Barat
memperbanyak sarana dan prasarana informasi,
lebih aktif lagi dalam kegiatan penyuluhan dan Diananda, Rama. 2009. Mengenal Seluk Beluk
konseling, menganjurkan kepada keluarga untuk Kanker. Yogyakarta:Katahati
mendukung papsmear. PUS agar berkonsultasi
dengan petugas kesehatan tentang pelaksanaan Evennet, 2004. Pap Smear: apa yang perlu anda
ketahui. Jakarta: Arcan.
papsmear, dan meningkatkan wawasan dan
pengetahuan melalui akses informasi dari Feig. 2004. First Aid For The Obstetrics
berbagai media. &Gynecology Clerkship. US: McGraw Hill

DAFTAR PUSTAKA Febri, 2010. Epidemiologi Kesehatan. Edisi 1.


Yogyakarta : Graha Ilmu.
Andrijono. 2008. Cegah Kanker Serviks Dari
Sekarang. Jakarta : FKUI Hoepoedio. 2006. Pengembangan Pap Test di
Indonesia. Jakarta : Nuha Medika
American Cancer Society. 2009. Breast Cancer
Facts & Figures 2009. Atlanta:American Manuaba, I Gede. 2005. Pemeriksaan Pap
Cancer Society, Inc. http://www.cancer.org. Smear. In:Rusmi & Sari, L., eds. Dasar-Dasar
Teknik Operasi Ginekologi. Jakarta: EGC
Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik, Ed Revisi VI. Penerbit PT Marquardt. 2002. Building the Learning
Rineka Cipta, Jakarta Organization. Mc. Graw-Hill, New. York

Amatya dkk. 2009. Article of Obstetrics and Mudyaharjo. 2010. Pengantar Pendidikan. PT
Gynecology. University of New York, 2009. Raja Grafindo. Jakarta

Azis, 2008. Pengantar Konsep Dasar Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipa

www.jurnal.ibijabar.org 20
Jurnal Bidan “Midwife Journal” Volume 3 No. 01,Januari 2017 pISSN 2477-3441
eISSN 2477-345X

_______. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu dan Neonatal, Jakarta : YBP
Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta
Setiadi, 2008. Konsep & keperawatan keluarga.
_______. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Yogyakarta : Graha ilmu
Jakarta : PT Rineka Cipta
Sekaran. Uno. 2006. Metodologi Penelitian
_______. 2010. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jilid 1. Edisi 4. Jakarta : Salemba
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipa
Sulistyanto, 2008. Modalitas Deteksi Dini
Nugroho. 2007. Gerontik dan Geriatik. Buku Kanker Serviks. In:Rasjidi, I., ed. Manual
Kedokteran EGC, Jakarta. Prakanker Serviks. Jakarta: Sagung Seto,

Nurwijaya.et.al, 2010. Cegah dan Deteksi Sukaca, 2009. Cara Cerdas Menghadapi Kanker
Kanker Serviks. Jakarta : PT. Gramedia Serviks. Yogyakarta: Genius Printika

Nurcahyo. 2010. Metode Studi Kasus (Case Surbakti E. 2004. Pendekatan Faktor
Study) dalam Penelitian. Universitas Gadjah RisikoSebagai Rancangan Alternatif dalam
Mada. Yogyakarta Penanggulangan Kanker Serviks Uteri di RSU
Pirngadi Medan. Medan: Tesis FK USU.
Octavia, 2009. Gambaran Pengetahuan Ibu
Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Sutanto. 2007. Analisa Data Kesehatan. Jakarta:
Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009. FK Universitas Indonesia
Universitas Sumatera Utara
Tierner & Whooley. 2002. Cervical Screening
Ratna Puspita, 2008. Pengetahuan Sosial. and Premalignant Disease of the Cervix.
Bandung: Sinergi Puspita Indonesia In:Hand Book of Gynaecology Management.
Osney Mead: Black Wall Science LTD, 84-87
Rasjidi, 2008. Kanker Serviks. Jakarta : Sagung
Seto. Uha Suliha, 2002. Pendidikan Kesehatan Dalam
Keperawatan. Jakarta: EGC
Romauli, 2009. Kesehatan Reproduksi.
Yogyakarta: Nuha Medika Widiastuti, dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi.
Yogyakarta : Fitramaya.
Samsurizal, 2008. Kanker Serviks.
http://kankerserviks.or.id Wijaya, 2010. Pembunuh Ganas Itu Bernama
Kanker Serviks . Sinar Kejora, Yogyakarta
Sarwono, 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal

www.jurnal.ibijabar.org 21

Anda mungkin juga menyukai