Anda di halaman 1dari 12

TUGAS DRAINASE DAN PENGENDALIAN BANJIR

ASISTEN : Dr. Ir. SUHARYANTO, M.Sc.

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

1.1.1 Drainase

Indonesia merupakan daerah beriklim tropis dimana mempunyai dua macam


musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Curah hujan yang berlebihan
akan menimbulkan masalah bagi manusia jika tidak disediakan suatu sistem
saluran yang tepat untuk mengalirkan air hujan tersebut. Ketinggian curah hujan
dalam tahun tertentu dapat diperkirakan ketinggiannya, maka dari itu dapat
diperkirakan langkah-langkah pencegahannya yaitu dengan adanya suatu sistem
perencanaan drainase. Selain itu, limpasan air hujan yang jatuh dan tidak
dimanfaatkan lagi, jika tidak ditangani dengan sistem jaringan air buangan ( dalam
hal ini air hujan ) akan menimbulkan masalah, diantaranya :
1. Terjadinya genangan air, banjir
2. Keindahan atau estetika lingkungan terganggu
3. Limpasan air hujan yang tidak terkendali menjadi media penyebaran
bibit penyakit
4. Pencemaran terhadap air minum
Dalam merencanakan suatu sistem penyaluran air hujan atau drainase,
memerlukan riset dan pengumpulan data-data khusus, seperti : data curah hujan
harian, tata guna lahan di wilayah perencanaan, dan peta topografi serta analisa
mengenai keadaan hidrologi, keadaan klimatologi, keadaan geografi dan
sebagainya.
Terjadinya genangan banjir mulai muncul sejak manusia bermukim dan
melakukan berbagai kegiatan di kawasan yang berupa dataran banjir (flood plain)
suatu sungai. Kondisi lahan di kawasan ini pada umumnya subur serta menyimpan
berbagai potensi dan kemudahan sehingga mempunyai daya tarik yang tinggi untuk
dibudidayakan. Oleh karena itu, kota-kota besar serta pusat-pusat perdagangan dan
kegiatan-kegiatan penting lainnya seperti kawasan industri, pariwisata, prasarana
perhubungan dan sebagainya sebagian besar tumbuh dan berkembang di kawasan
ini. Sebagai contoh, di Jepang sebanyak 49% jumlah penduduk dan 75% properti

Ganda Irza Harun Bustomi : 21010114130137


Angga Wira Andhika : 21010114130172 Page 1
TUGAS DRAINASE DAN PENGENDALIAN BANJIR
ASISTEN : Dr. Ir. SUHARYANTO, M.Sc.

terletak di dataran banjir yang luasnya 10% luas daratan; sedangkan sisanya 51%
jumlah penduduk dan hanya 25% properti yang berada di luar dataran banjir yang
luasnya 90% luas daratan.
Berbagai upaya pencegahan yang telah dilaksanakan masih perlu
dikembangkan dan disempurnakan baik menyangkut upaya fisik (stuktural)
maupun nonfisik (nonstruktral). Upaya fisik yang masih perlu disempurnakan
antara lain dalam rangka mengantisipasi kejadian banjir yang lebih besar dari debit
banjir yang dikendalikan.

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Pembuatan tugas drainase ini adalah agar mahasiswa dapat mengerti,
memahami sistem drainase dan merencanakan penanganan masalah banjir yang
terjadi pada musim hujan, serta dapat mengaplikasikannya di lapangan.
1.2.2 Tujuan
Tujuan direncanakannya sistem drainase perkotaan sejalan dengan maksud
diatas adalah sebagai berikut:

1. Memperlancar jalannya aliran saluran drainase


2. Membebaskan genangan banjir pada kawasan tersebut.
3. Melindungi alam lingkungan seperti tanah, kualitas udara dan kualitas air
4. Menghindarkan bahaya, kerusakan materiil, kerugian dan beban-beban lain yang
disebabkan oleh amukan limpasan banjir.

5. Memperbaiki kualitas lingkungan.

6. Konservasi sumber daya air.

1.3 Ruang Lingkup

1) Hidrologi

Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai
terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat-sifatnya, dan hubungan dengan
lingkungannya terutama dengan makhluk hidup. Penerapan ilmu hidrologi dapat
dijumpai dalam beberapa kegiatan seperti perencanaan dan operasi bangunan air,
penyediaan air untuk berbagai keperluan (air bersih, irigasi, perikanan,

Ganda Irza Harun Bustomi : 21010114130137


Angga Wira Andhika : 21010114130172 Page 2
TUGAS DRAINASE DAN PENGENDALIAN BANJIR
ASISTEN : Dr. Ir. SUHARYANTO, M.Sc.

peternakan), pembangkit listrik tenaga air, pengendalian banjir, pengendalian erosi


dan sedimentasi, transportasi air, drainase, pengendalian polusi, air limbah, dan
sebagainya.

Hidrologi banyak dipelajari oleh para ahli di bidang teknik sipil dan pertanian.
Ilmu tersebut dapat dimanfaatkan untuk beberapa kegiatan berikut:

1. Memperkirakan besarnya banjir yang ditimbulkan oleh hujan deras, sehingga


dapat direncanakan bangunan-bangunan untuk mengendalikannya seperti
pembuatan tanggul banjir, saluran drainase, gorong-gorong, jembatan, dan
lainnya.
2. Memperkirakan jumlah air yang dibutuhkan oleh suatu jenis tanaman, sehingga
dapat direncanakan bangunan untuk melayani kebutuhan tersebut.
3. Memperkirakan jumlah air yang tersedia di suatu sumber air (mata air, sungai,
danau, dan sebagainya) untuk dapat dimanfaatkan guna berbagai keperluan
seperti air baku (air untuk keperluan rumah tangga, perdagangan, industri),
irigasi, pembangkit listrik tenaga air, perikanan, peternakan, dan sebagainya.

Perhitungan hidrologi disini adalah perhitungan debit banjir yang merupakan


pegangan pokok dalam merencanakan/mendesain bangunan air. Pekerjaan
hidrologi meliputi : - Pengumpulan data - Persyaratan data dan metode analisa -
Perhitungan debit banjir.

2) Sistem Gravitasi

Drainase sistem gravitasi adalah sistem drainase perkotaan dengan cara


menampung dan membuang limpasan air hujan dan membuangnya ke badan air
(receiving waters) terdekat lewat sistem pembawa terdiri dari saluran tersier,
sekunder, dan primer, berfungsi untuk menyalurkan genangan yang terjadi pada
daerah tangkapan yang lebih tinggi ke daerah yang lebih rendah. Sistem gravitasi
akan menemui kesulitan apabila terjadi pengendapan sedimen, energi yang terbatas
khususnya dalam drainase pasang surut. Sistem pembawa harus menjamin dapat
menampung debit banjir maksimum dan ketinggian muka air banjir disepanjang
saluran drainase dan diusahakan selalu dibawah permukaan tanah diseluruh daerah
tangkapan drainase. Slope (kemiringan) dasar saluran dan muka air ditentukan

Ganda Irza Harun Bustomi : 21010114130137


Angga Wira Andhika : 21010114130172 Page 3
TUGAS DRAINASE DAN PENGENDALIAN BANJIR
ASISTEN : Dr. Ir. SUHARYANTO, M.Sc.

berdasarkan slope muka tanah rata-rata, ketinggian dasar saluran tergantung pada
ketinggian muka air banjir dan kedalaman air yang dipakai. Saluran drainase
sistem gravitasi direncanakan untuk dapat melewatkan debit rencana dengan aman,
perencanaan teknis saluran drainase mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut :

1. Menentukan debit rencana.

2. Menentukan jalur (trase) saluran.

3. Merencanakan profil memanjang saluran.

4. Merencanakan penampang melintang saluran.

5. Mengatur dan merencanakan bangunan-bangunan serta fasilitas system drainase.

3) Sistem Polder

Drainase sistem polder adalah sistem penanganan drainase perkotaan


dengan cara mengisolasi daerah yang dilayani (catchment area) terhadap
masuknya air dari luar sistem, baik berupa limpasan (over flow) maupun di
bawah permukaan tanah (gorong-gorong dan rembesan), serta mengendalikan
ketinggian muka air banjir di dalam sistem sesuai dengan rencana. Drainase
sistem polder digunakan apabila penggunaan drainase sistem gravitasi sudah
tidak dimungkinkan lagi, walaupun biaya investasi dan operasinya lebih mahal.
Drainase sistem polder akan digunakan untuk kondisi sebagai berikut:

1. Elevasi/ketinggian muka tanah lebih rendah daripada elevasi muka air laut
pasang, pada daerah tersebut sering terjadi genangan akibat air pasang (rob).

2. Elevasi muka tanah lebih rendah daripada muka air banjir di sungai
(pengendali banjir) yang merupakan outlet dari saluran drainase kota.

3. Daerah yang mengalami penurunan tanah (land subsidence), sehingga daerah


yang semula lebih tinggi dari muka air laut pasang maupun muka air banjir di
sungai pengendali banjir diprediksikan akan tergenang akibat air laut pasang
maupun backwater (aliran balik) dari sungai pengendali banjir. Pengisolasian
dapat dilakukan dengan penanggulan atau dengan mengelakkan air yang

Ganda Irza Harun Bustomi : 21010114130137


Angga Wira Andhika : 21010114130172 Page 4
TUGAS DRAINASE DAN PENGENDALIAN BANJIR
ASISTEN : Dr. Ir. SUHARYANTO, M.Sc.

berasal dari luar kawasan polder. Air di dalam polder dikendalikan dengan
sistem drainase, atau kadang-kadang dikombinasikan dengan sistem irigasi.

4) Sistem Pengendalian Banjir

Pengendalian banjir pada dasarnya dapat dilakukan dengan berbagai cara,


namun yang paling penting adalah dipertimbangkan secara keseluruhan dan
dicari sistem yang paling optimal. Kegiatan pengendalian banjir menurut
lokasi/daerah pengendalian dapat dikelompokan menjadi 2 (dua) :

1. Bagian atas, yaitu dengan membangun dam pengendali banjir yang dapat
memperlambat waktu tiba banjir dan menurunkan besarnya debit banjir,
pembuatan waduk lapangan yang dapat merubah pola hidrograf banjir dan
penghijauan di Daerah Aliran Sungai (DAS).

2. Bagian hilir, yaitu dengan melakukan normalisasi alur sungai dan tanggul,
sudetan pada alur yang kritis, pembuatan alur pengendali banjir (flood
way), pemanfaatan daerah genangan untuk penampungan (retarding basin).
Pengendalian banjir pada suatu daerah perlu dibuat sistem pengendalian
banjir yang baik dan efisien, dengan memperhatikan kondisi yang ada dan
pengembangan pemanfaatan sumber air mendatang. Untuk menanggulangi
masalah genangan perlu suatu metode penanganan genangan serta
perencanaan yang menyeluruh dan terpadu dengan sasaran utama yang akan
dicapai yaitu penanganan daerah genangan.

1.4 Lokasi Wilayah Studi

Lokasi yang ditinjau dalam perhitungan pengendalian banjir ini di daerah


Kelurahan Rowosari, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang.

Ganda Irza Harun Bustomi : 21010114130137


Angga Wira Andhika : 21010114130172 Page 5
TUGAS DRAINASE DAN PENGENDALIAN BANJIR
ASISTEN : Dr. Ir. SUHARYANTO, M.Sc.

BAB II

ANALISIS DATA HIDROLOGI

Analisis hidrologi diperlukan untuk mengetahui karakteristik hidrologi dan menentukan


besarnya debit banjir rencana suatu perencanaan bangunan air pada daerah Perencanaan Sub
Sistem Drainase Kali Semarang, Kota Semarang. Data untuk penentuan debit banjir rencana
pada Tugas Besar ini adalah data curah hujan.

Adapun langkah-langkah untuk mendapatkan debit rencana adalah sebagai berikut :

a. Menentukan Daerah Tangkapan beserta luasnya;


b. Menentukan Curah Hujan Maksimum;
c. Menentukan Metode Distribusi;
d. Memastikan ketepatan dalam pemilihan distribusi dengan plotting data pada kertas
probabilitas dan uji Smirnov-Kolmogorov;
e. Menentukan Curah Hujan Periode Ulang Tertentu;
f. Menghitung Debit Banjir Rencana metode rasional.

2.1 Penentuan Daerah Tangkapan


Konsep penggambaran daerah sub sistem drainase berkaitan dengan peta. Dalam
menentukan luasan ini menggunakan program Autocad. Dalam pembuatan Daerah
Tangkapan ditinjau dari peta kontur sehingga perlu memperhatikan kontur.

2.2 Analisis Curah Hujan Maksimum


Data maksimum tahunan yaitu tiap tahun diambil 5 besaran maksimum yang berpengaruh
pada analisis selanjutnya. Data seperti ini dikenal dengan partial duration series. Partial
duration series adalah rangkaian data debit banjir/hujan yang besarnya di atas suatu nilai
batas bawah tertentu.

Ganda Irza Harun Bustomi : 21010114130137


Angga Wira Andhika : 21010114130172 Page 6
TUGAS DRAINASE DAN PENGENDALIAN BANJIR
ASISTEN : Dr. Ir. SUHARYANTO, M.Sc.

Tabel 2.1 Data Hujan Maksimum Tahunan

RH
Rencana
NO TAHUN
mm
Xi
1 82
2006
2 68
3 84
2007
4 64
5 103
2008
6 70
7 110
2009
8 65
9 81
2010
10 74,5

2.3 Perhitungan Dispersi


Dari perhitungan curah hujan maksimum tahunan perlu ditentukan kemungkinan
terulangnya curah hujan maksimum harian guna menentukan debit banjir rencana.
Untuk menentukan curah hujan yang akan dipakai dalam menghitung besarnya debit
banjir rencana berdasarkan analisa distribusi curah hujan awalnya dengan pengukuran
dispersi dilanjutkan dengan pengukuran dispersi dengan logaritma dan pengujian
kecocokan sebaran.
Pada pengukuran dispersi tidak semua nilai dari suatu variabel hidrologi terletak atau
sama dengai nilai rata-ratanya akan tetapi ada nilai yang lebih besar atau lebih kecil
daripada nilai rata-ratanya. Besarnya derajat dari sebaran nilai disekitar nilai rata-ratanya
disebut dengan variasi atau dispersi suatu data sembarang variabel hidrologi.
Beberapa macam cara untuk mengukur dispersi diantaranya adalah :
a. Standar Deviasi ( Sd )
Perhitungan standar deviasi digunakan rumus sebagai berikut :
1
1
Sd = [𝑛−1 Σ ( Xi – Xrt )2] 2

b. Koefisien kemencengan ( Cs )
Perhitungan koefisien kemencengan ( coeffisien of skewness ) digunakan rumus
sebagai berikut :

Ganda Irza Harun Bustomi : 21010114130137


Angga Wira Andhika : 21010114130172 Page 7
TUGAS DRAINASE DAN PENGENDALIAN BANJIR
ASISTEN : Dr. Ir. SUHARYANTO, M.Sc.

𝑛
Cs = (𝑛−1)(𝑛−2)𝑆𝑑 ∑𝑛𝑖=1 [ Xi – Xrt ]3

c. Koefisien Kurtosis ( Ck ) digunakan rumus sebagai berikut :


Ck = n2∑𝑛𝑖=1 ( Xi – Xrt )4
( n-1 ) (n-2) ( n-3 ) Sd4
d. Koefisien Variasi ( Cv )
Perhitungan koefisien variasi ( Cv ) digunakan rumus sebagai berikut :
𝑆𝑑
Cv = 𝑋𝑟𝑡

Tabel 2.2 Perhitungan Parameter Statistik Curah Hujan Normal


RH
Rencana
NO TAHUN Xi-Xrt (Xi-Xrt)^2 (Xi-Xrt)^3 (Xi-Xrt)^4
mm
Xi
1 82 1,85 3,42 6,33 11,71
2006
2 68 -12,15 147,62 -1793,61 21792,40
3 84 3,85 14,82 57,07 219,71
2007
4 64 -16,15 260,82 -4212,28 68028,38
5 103 22,85 522,12 11930,50 272611,91
2008
6 70 -10,15 103,02 -1045,68 10613,64
7 110 29,85 891,02 26597,02 793921,10
2009
8 65 -15,15 229,52 -3477,27 52680,58
9 81 0,85 0,72 0,61 0,52
2010
10 74,5 -5,65 31,92 -180,36 1019,05
Jumlah 801,5 0 2205,03 27882,33 1220898,98
Xrt 80,15

Standar Deviasi (S) = 15,563


Koef. Skewness (Cs) = 1,010
Peng. Kortosis (Ck) = 4,036
Koef. Variasi (Cv) = 0,195

Ganda Irza Harun Bustomi : 21010114130137


Angga Wira Andhika : 21010114130172 Page 8
TUGAS DRAINASE DAN PENGENDALIAN BANJIR
ASISTEN : Dr. Ir. SUHARYANTO, M.Sc.

Tabel 2.3 Perhitungan Parameter Statistik Curah Hujan Log


(Log Xi - Log (Log Xi - (Log Xi - Log
No Tahun X Log Xi Log Xi - Log Xrt
Xrt)^2 Log Xrt)^3 Xrt)^4
1 82 1,91 0,0168 0,000284 0,000005 0,000000
2006
2 68 1,83 -0,0645 0,004155 -0,000268 0,000017
3 84 1,92 0,0273 0,000746 0,000020 0,000001
2007
4 64 1,81 -0,0908 0,008242 -0,000748 0,000068
5 103 2,01 0,1159 0,013426 0,001556 0,000180
2008
6 70 1,85 -0,0519 0,002690 -0,000140 0,000007
7 110 2,04 0,1444 0,020859 0,003013 0,000435
2009
8 65 1,81 -0,0841 0,007065 -0,000594 0,000050
9 81 1,91 0,0115 0,000133 0,000002 0,000000
2010
10 74,5 1,87 -0,0248 0,000616 -0,000015 0,000000
Jumlah 18,97 0,00 0,058215 0,002830 0,000759
Log Xrt 1,90

Standar Deviasi (S) = 0,08


Koef. Skewness (Cs) = 0,756
Peng. Kortosis (Ck) = 3,677
Koef. Variasi (Cv) = 0,042

2.4 Pemilihan Metode Distribusi


Setelah diketahui nilai variabel-variabel dari perhitungan diatas dapat ditentukan metode
distribusi mana yang dapat dipakai. Pemilihan jenis sebaran atau metode distribusi harus
sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan.

Tabel 2.4 Persyaratan Pemilihan Metode Distribusi


Jenis Distribusi Syarat Perhitungan data Kesimpulan
Curah Hujan
Normal Cs ≈ 0 1,010 Tidak memenuhi
Ck ≈ 3 4,036 Tidak memenuhi

Log Normal Cs = Cv3+3Cv= 0,126 0,756 Tidak memenuhi


Ck = 3,677 Tidak memenuhi
Cv8+6Cv6+15Cv4+16Cv2+3=
3,028

Ganda Irza Harun Bustomi : 21010114130137


Angga Wira Andhika : 21010114130172 Page 9
TUGAS DRAINASE DAN PENGENDALIAN BANJIR
ASISTEN : Dr. Ir. SUHARYANTO, M.Sc.

Gumbel Cs = 1,14 1,010 Tidak memenuhi


Ck = 5,4 4,036 Tidak memenuhi

Log Pearson Selain nilai di atas 0,756 Memenuhi


Tipe III 3,677 Memenuhi

Dari tabel 2.4 ditinjau dari persyaratan parameter statistik yang mendekati adalah metode
Log Pearson Tipe III untuk memastikan ketepatan dalam pemilihan distribusi tersebut
perlu dilakukan perbandingan hasil perhitungan statistik dengan plotting data pada kertas
probabilitas dan uji Smirnov-Kolmogorov.

2.5 Plotting Data

Plotting Data pada kertas probabilitas dilakukan dengan cara mengurutkan data dari
besar ke kecil atau sebaliknya. Kemudian data yng telah dirangking di plotting pada
kertas probabilitas. Dalam kertas probabilitas simbol titik merupakan nilai Rmax
terhadap P(Xm), sedang garis lurus merupakan simbol untuk curah hujan dengan periode
ulang tertentu. Dari gambar pada kertas probabilitas dicari jarak penyimpangan setiap
titik data terhadap kurva teoritis. Jarak penyimpangan terbesar merupakan nilai △maks.
Untuk mengetahui ketepatan distribusi probabilitas data hidrologi dapat menggunakan
cara data yang ada diplot pada kertas probabilitas yang sudah didesain khusus atau
menggunakan skala plot yang melinierkan fungsi distribusi.

Persamaan Weibull :

𝑚
𝑃= 𝑥 100 (%)
𝑛+1

m = nomor urut ( peringkat ) data setelah diurutkan dari besar ke kecil,

n = banyaknya data atau jumlahkejadian ( event ).

Ganda Irza Harun Bustomi : 21010114130137


Angga Wira Andhika : 21010114130172 Page 10
TUGAS DRAINASE DAN PENGENDALIAN BANJIR
ASISTEN : Dr. Ir. SUHARYANTO, M.Sc.

Tabel 2.5 Perhitungan Probabilitas


m Xi P(x)=m/(n+1) %
1 64 0,100 10%
2 65 0,200 20%
3 68 0,300 30%
4 70 0,400 40%
5 74,5 0,500 50%
6 81 0,600 60%
7 82 0,700 70%
8 84 0,800 80%
9 103 0,900 90%
10 110 1,000 100%

Kemudian data yang telah diranking diplotting pada kertas probabilitas. Apabila data
membentuk garis lurus maka distribusi data sama seperti asumsi pada kertas probabilitas.
Dalam kertas probabilitas simbol titik merupakan nilai Rmax terhadap P(Xm), sedang
garis lurus merupakan simbol untuk curah hujan dengan periode ulang tertentu. Hasil
plotting pada kertas probabilitas Log Pearson Type III , Log Normal dan Gumbell dapat
dilihat pada Gambar L.G 5.1 -5.3.

2.6 Pengujian Kecocokan Sebaran Smirnov-Kolmogorov


Dari gambar pada kertas probabilitas dicari jarak penyimpangan setiap titik data terhadap
kurva teoritis. Jarak penyimpangan terbesar merupakan nilai maks. Nilai maks harus lebih
kecil dari kritis (diambil N= 10, = 0,1 ) seperti diberikan dalam tabel berikut:

2.7 Intensitas Hujan


Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu
dimana air tersebut berkonsentrasi. Hujan dalam intensitas yang besar umumnya terjadi
dalam waktu yang pendek. Besarnya intensitas hujan berbeda-beda, tergantung lama
hujan dan frekuensi kejadiannya. Analisa intensitas hujan dapat didekati dengan Kurva
Intensitas Durasi Frekuensi ( IDF ), dimana intensitas hujan sebagai ordinat dan durasi
hujan sebagai absis. Durasi hujan yang digunakan dapat ditetapkan, misalnya 5, 10, 15,
..., 120 menit atau lebih. Apabila yang tersedia adalah data hujan harian, analisa IDF
dapat ditempuh dengan cara empiris menggunakan metode Mononobe.
𝑅24 24 2/3
Rumus : I = [ ]
24 𝑡

Ganda Irza Harun Bustomi : 21010114130137


Angga Wira Andhika : 21010114130172 Page 11
TUGAS DRAINASE DAN PENGENDALIAN BANJIR
ASISTEN : Dr. Ir. SUHARYANTO, M.Sc.

Dimana :
I = intensitas hujan ( mm/jam )
R24 = hujan maksimum dalam 24 jam ( mm )
t = durasi hujan ( jam )

Ganda Irza Harun Bustomi : 21010114130137


Angga Wira Andhika : 21010114130172 Page 12

Anda mungkin juga menyukai