Anda di halaman 1dari 3

Artikel 12

Kasus Gedung BNI

SEMARANG - Meski kasus dugaan penyimpangan pembangunan gedung BNI 46 di


Jalan Dr Cipto sudah lama ditangani, namun Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jateng lamban
menetapkan para tersangkanya. Kejati beralasan, belum ditetapkannya tersangka kasus
tersebut karena kasus ini tergolong sangat rumit.

Asisten Pidana Khusus (Aspidsus) Uung Abdul Syakur menyatakan, kasus tersebut
sangat rumit, sehingga penyidik pidana khusus (pidsus) tidak mau gegabah. "Belum,
tersangka masih nanti, bukan karena ati-ati tapi karena kasus ini memang rumit," kata
Uung Abdul Syakur Kamis (14/5) kemarin ketika ditemui Radar Semarang di ruang
kerjanya.

Uung menambahkan, penetapan tersangka kemungkinan menunggu penelitian ahli


konstruksi dari Universitas Gadjah Mada (UGM). Kejati meminta bantuan Tim Ahli
UGM untuk meneliti konstruksi bangunan 6 lantai yang mengalami penurunan, sehingga
kini terlihat miring ke kiri.

Terkait hal itu, surat permohonan permintaan bantuan tim ahli ke UGM telah
dilayangkan. Namun hingga kini belum ada jawaban dari pihak UGM. "Sudah kami
kirimkan seminggu lalu ke Rektor UGM. Intinya kita minta tim dari Teknik Sipil UGM
membantu meneliti konstruksi gedung itu," kata Uung.

Kasus penyimpangan di gedung yang terletak di Jalan Dokter Cipto 128 Semarang tahun
2006 tersebut sesuai audit kerugian negara dari Badan Pengawas Keuagan dan
Pembangunan (BPKP) Jateng. Potensi kerugian negara sekitar Rp 17 miliar.

Pagu pembangunan gedung senilai Rp 23 miliar. Namun hingga akhir 2006, baru terkucur
Rp 17 miliar. Karena dinilai seluruh pembangunan gagal, maka semua nilai yang sudah
dibayarkan pihak BNI kepada pemborong dianggap sebagai kerugian.

Proyek ini dkerjakan oleh PT Hutama Karya selaku mine kontraktor atau kontraktor
pelaksana dengan kontrak senilai Rp 21,950 miliar. Juga ada PT Adi Olahrupa sebagai
konsultan perencana dengan kontrak Rp 754 juta. Kemudian PT Pola Dwipa selaku
konsultan pengawas dengan nilai pekerjaan Rp 290 juta.

Pembangunan gedung BNI 46 Perwakilan Jateng seluruhnya dibiayai anggaran BNI 46


Pusat. Pada 13 November 2006, terjadi penurunan bangunan sampai 18,7 cm dan terjadi
retak rambut pada beberapa balok. Sehingga sejak 23 November 2006 pekerjaan proyek
gedung baru BNI 46 Jateng ini dihentikan.

Penurunan terus berlanjut, hingga April 2008 penurunan bangunan mencapai 30 cm,
disertai lepasnya kaitan struktur kolom dengan dinding pada semua lantai. Juga retak
pada semua dinding yang timbul karena penurunan, serta kerusakan pada bangunan-
bangunan warga sekitar. (dib/isk)
Artikel 7

Pakar Konstruksi Teliti Kualitas Bangunan SMA 1

SALATIGA- Diam-diam Kejaksaan Negeri (Kejari) Salatiga telah mengirimkan


tim pakar konstruksi yang akan memperkuat bukti dugaan penyimpangan proyek
pembangunan Gedung Lab IPA SMA 1 Salatiga senilai Rp 365.295.000, yang dilakukan
melalui penunjukan langsung dari dana APBD 2004 Salatiga. Tim pakar tersebut berasal
dari tenaga peneliti laboratorium teknik milik dua universitas negeri di Semarang dan
Yogyakarta.

"Mereka telah melakukan analisis konstruksi beton bertulang bangunan Lab IPA SMA 1
Salatiga, pekan lalu. Tujuan tim tersebut untuk melihat apakah konstruksi bangunan itu
sesuai atau tidak dengan perencanaan sebelumnya," papar Kepala Kejari Salatiga,
Chrisnowati SH MH.

Namun, dia belum dapat menjelaskan hasil analisis yang dilakukan oleh tim tersebut,
karena masih menunggu penyelidkan lebih lanjut. Menurutnya, tim masih akan
menggunakan peralatan teknis tambahan lain yang akan digunakan untuk lebih
memperjelas struktur bangunan itu.

Sebelumnya, dia menuturkan, penanganan kasus penyimpangan proyek pembangunan


gedung Lab SMA 1 tersebut menjadi prioritas untuk diselesaikan Kejari. Kasus lain
terkait penyimpangan APBD 2004 tersebut masih tetap dilanjutkan dan ditangani
olehnya. Bahkan, Kejari akan segera menetapkan tersangka terkait kasus dugaan
penyimpangan itu, setelah kasusnya ditingkatkan menjadi penyidikan.

Pihaknya juga telah mendatangkan konsultan perencanaan pembangunan dari Solo untuk
menguatkan dugaan penyimpangan terhadap sejumlah proyek. Juga, untuk mengetahui
kemungkinan adanya dugaan kerugian negara dalam pembangunan sejumlah proyek
tersebut.

Penunjukan Langsung

Seperti diketahui, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia Perwakilan IV


di Yogyakarta telah mengirimkan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Kota
Salatiga Tahun Anggaran 2004. Dalam surat No 135/R/XIV.4/07/2005 tertanggal 29 Juli
2005 yang ditandatangani Plt Kepala Perwakilan BPK Yogyakarta Dra Evita Eriati MM
itu, ditemukan dugaan penyimpangan penggunaan anggaran.

Dilaporkan beberapa kegiatan dengan nilai kontrak di atas Rp 50 juta telah dilakukan
dengan penunjukan langsung. Proyek tersebut antara lain penyelesaian Gedung Lab IPA
SMA 1 Salatiga senilai Rp 365.295.000, pengadaan aspal senilai Rp 473.921.000,
pengadaan paving senilai Rp 145.520.000, dan pembuatan jembatan Gamol-Candran
senilai Rp 285.108.000.
Kepada BPK, Kepala DPU Ir Saryono memberikan jawaban bahwa penunjukan langsung
penyelesaian bangunan itu karena sudah mendesak. Begitu juga dengan pembuatan
jembatan serta pengadaan aspal dan paving.

Anda mungkin juga menyukai