Makalah Dislokasi Kelompok 2 (5C KEPERAWATAN)

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 14

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

DISLOKASI

Fasilitator : Mar’atus Sholikhah S.Kep., Ns., M.Kep

Kelas : 4C Keperawatan
Oleh : Kelompok 2
1. Afiatin Mas’ulah 1702012434
2. Anggi Kusumanegtias 1702012441
3. Deva Agustya 1702012445
4. Muhammad Muhlis Ifandi 1702012461
5. Melida Avsah 1702012463
6. Qofsa Rohmatun 1702012473

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Alah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan
baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah III. Dalam makalah ini kami membahas tentang “Dislokasi”.
Dalam menyusun makalah ini penulis banyak mendapat bimbingan serta motivasi
dari beberapa pihak, oleh karenanya kami mengucapkan Alhamdulillah dan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu.

Penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis
membuka diri untuk menerima berbagai masukan dan kritikan dari semua pihak.
Penulis berharap semoga makalah Pendidikan Kesehatan ini bermanfaat bagi
penulis dan bagi pembaca khususnya.

Lamongan, 11 September 2019

Kelompok 2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ……………………………………………….……………i
DAFTAR ISI ……………………………………………….……………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ……………………………………………….……………1
1.2 Rumusan masalah ……………………………………………….………..2
1.3 Tujuan ……………………………………………….………………..…..2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian ……………………………………………….………………...3
2.2 Anatomi Fisiologi …………………………………………….…………..3
2.3 Patofisiologi ……………………………………………….……………...5
2.4 Pathway ……………………………………………….…………………..7
2.5 Penatalaksanaan ……………………………………………….………….8
2.6 Terapi Diet ……………………………………………….……………….9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ……………………………………………….……………..11
3.2 Saran ……………………………………………….…………………….11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan
sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau
terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari
mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali
sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari
tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi
bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi
itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang
pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor.
Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.
Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan me
lindungin beberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul.
Kerangka juga berfungsi sebagai alat ungkit pada gerakan dan menye diakan
permukaan untuk kaitan otot-otot kerangka. Oleh karena fungsi tulang yang
sangat penting bagi tubuh kita, maka telah semestinya tulang harus di jaga
agar terhindar dari trauma atau benturan yang dapat mengakibatkan terjadinya
patah tulang atau dislokasi tulang.
Dislokasi terjadi saat ligarnen rnamberikan jalan sedemikian rupa
sehinggaTulang berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi.
Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena dapatan
(acquired) atau karena sejak lahir (kongenital).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dislokasi?
2. Bagaimana anatomi fisiologi sendi?
3. Bagaimana patofisiologi dislokasi?
4. Bagaimana penatalaksanaan dislokasi?
5. Apa saja terapi diet pada penderita dislokasi?

1.3 Tujuan
1. Menguraikan pengertian dislokasi
2. Menjelaskan anatomi fisiologi sendi
3. Menjelaskan patofisiologi dislokasi
4. Menguraikan penatalaksanaan dislokasi
5. Menyebutkan terapi diet pada penderita dislokasi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Dislokasi persendian adalah suatu kondisi dimana posisi tulang pada
tubuh tidak berada ditempat yang tepat ( pearce EC, 2000).
Dialokasi merupakan cedera sendi yang serius dan jarang terjadi.
Dislokasi terjadi bila sendi terlepas dan terpisah dengan ujung tulang tidak
lagi menyatu. Bahu, siku, jari, pinggul, lutut dan pergelangan kaki merupakan
sendi-sendi yang paling sering mengalami dislokasi. (Thygerson A, dkk,
2011).
Dengan demikian dislokasi merupakan keadaan dimana tulang- tulang
yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan, secara anatomis (tulang lepas
dari sendi) atau keluarnya kepala sendi dari mangkuknya (Arif mansyur
dkk,2000).

2.2 Anatomi Fisiologi


Sendi merupakan suatu engsel yang membuat anggota tubuh dapat bergerak
dengan baik, juga merupakan suatu penghubung antara ruas tulang yang satu
dengan ruas tulang lainnya, sehingga kedua tulang tersebut dapat digerakkan
sesuai dengan jenis persendian yang diperantarainya.

Sendi merupakan hubungan antar tulang sehingga tulang dapat di gerakan.


Hubungan dua tulng disebut persendian (artikulasi).Beberapa komponen
penunjang sendi:

- Kapsula sendi adalah lapisan berserabut yang melapisi sendi. Di bagian


dalamnya terdapat rongga.
- Ligament (ligamentum) adalah jaringan pengikat yang mengikat luar ujung
tulang yang saling membentuk persendian. Ligamentum juga berfungsi
mencegah dislokasi.
- Tulang rawan hialin (kartilagi hialin) adalah jaringan tulang rawan yang
menutupi kedua ujung tululang. Berguna untuk menjaga benturan.
- Ciran synovial adalah cairan pelumas pada kapsula sendi.

Sendi utama terdiri dari:


- Sendi fibrus atau sinartrosis, ialah sendi yang tidak bias bergerak, misalny
persambungan tulang bergigi (sutura) yang terdapat pada kepala sela
antara tulang pipih yang menyatukan os frontal, os parietal, os temporal,
dan os etmoidal.
- Sendi antara manubrium sterni dan korpus sterni, sendi pada tulang rawan
primer yang di jumpai pada efifisis dan diafisis tulang pipa.
- Sendi sinovial (diartrosis) persendian yang bergerak bebas dan terdapat
banyak ragamnya dan semua mempunyai ciri yang sama. Sendi synovial
terdiri dari :
a. Sendi putar, bongkol sendi tepat masuk dalam mangkok sendi yang
dapat memberikan seluh arah, misalnya sendi pangul dan sendi peluru
yang terdapat di bahu.
b. Sendi engsel, satu permukaan bundar diterima yang lain sedemikian
rupa sehungga gerakan hanya dalam satu bidang dan dua arah,
misalnya sendi siku dan sendi lutut.
c. Sendi kondiloid, seperti sendi engsel tetapi dapat bergerak dalam dua
bidang dan empat arah, lateral, kedepan dan kebelakang. Fleksi,
extensi, abduksi dan aduksi, msalnya pergerakan tangan.
d. Sendi berporos atau sendi putar, pergerakan sendi memutar seperti
pergerakan kepala sendi. Atlas berbentuk cincin berputar di sekitar
prosesus odontoid contoh lain adalah gerakan radius di sekitar ulna
kronasi dan supinasi.
e. Sendi plana atau timbal balik, msalnya sendi rahang dan tulang
metakarpalia pertama (pergerakan tangan) yang dapat memberikan
kebebasan untuk bergerak, misalnya ibu jari dapat berhadapan dengan
jari lainya.
2.3 Patofisiologi
Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena kelainan
congenital yang mengakibatkan kekenduran pada ligamen sehingga
terjadipenurunan stabilitas sendi. Dari adanya traumatic akibat dari gerakan
yang berlebih pada sendi dan dari patologik karena adanya penyakit yang
akhirnya terjadi perubahan struktur sendi. Dari 3 hal tersebut, menyebabkan
dislokasi sendi. Dislokasi mengakibatkan timbulnya trauma jaringan dan
tulang, penyempitan pembuluh darah, perubahan panjang ekstremitas sehingga
terjadi perubahan struktur. Dan yang terakhir terjadi kekakuan pada sendi.
Dari dislokasi sendi, perlu dilakukan adanya reposisi dengan cara dibidai.
Cedera akibat olahraga dikarenakan beberapa hal seperti tidak
melakukan exercise sebelum olahraga memungkinkan terjadinya dislokasi,
dimana cedera olahraga menyebabkan terlepasnya kompresi jaringan tulang
dari kesatuan sendi sehingga dapat merusak struktur sendi dan ligamen.
Keadaan selanjutnya terjadinya kompresi jaringan tulang yang terdorong ke
depan sehingga merobek kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi akibatnya
tulang berpindah dari posisi normal. Keadaan tersebut dikatakan sebagai
dislokasi.
Begitu pula dengan trauma kecelakaan karena kurang kehati-hatian
dalam melakukan suatu tindakan atau saat berkendara tidak menggunakan
helm dan sabuk pengaman memungkinkan terjadi dislokasi. Trauma
kecelakaan dapat kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi sehingga dapat
merusak struktur sendi dan ligamen. Keadaan selanjutnya terjadinya kompres
jaringan tulang yang terdorong ke depan sehingga merobek
kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi akibatnya tulang berpindah dari
posisi normal yang menyebabkan dislokasi.
2.4 Pathway
2.5 Penatalaksanaan
1. Medis
a. Farmakologi
Pemberian obat-obatan : analgesik non narkotik
 Analgesik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit
kepala, nyeri pinggang. Efek samping dari obat ini adalah
agranulositosis. Dosis: sesudah makan, dewasa: sehari 3×1 kapsul,
anak: sehari 3×1/2 kapsul.
 Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri ringan atau
sedang, kondisi akut atau kronik termasuk nyeri persendian, nyeri
otot, nyeri setelah melahirkan. Efek samping dari obat ini adalah
mual, muntah, agranulositosis, aeukopenia. Dosis: dewasa; dosis
awal 500mg lalu 250mg tiap 6 jam.
 Aspirin mengandung asetosal 500mg berfungsi untuk mengatasi
nyeri otot. Dosis : dewasa 3 tablet perhari, anak lebih dari 5 tahun
250 mg tiap 8 jam.
b. Pembedahan
 Operasi ortopedi
Operasi ortopedi merupakan spesialisasi medis yang
mengkhususkan pada pengendalian medis dan bedah para pasien
yang memiliki kondisi-kondisi arthritis yang mempengaruhi
persendian utama, pinggul, lutut dan bahu melalui bedah invasif
minimal dan bedah penggantian sendi. Prosedur pembedahan yang
sering dilakukan meliputi:

Reduksi terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran


tulang yang patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan
pemajanan tulang yang patah.

Fiksasi interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi


dengan skrup, plat, paku dan pin logam.

Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan artroskop(suatu


alat yang memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya
sendi tanpa irisan yang besar) atau melalui pembedahan sendi
terbuka.

2. Non medis
a. Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan
menggunakan anastesi jika dislokasi berat.
b. Dengan RICE (rest, ice, compression, elevation)
Rest : diistirahatkan adalah pertolongan pertama yang
penting untuk mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut
Ice : terapi dingin, gunanya mengurangi pendarahan dan
meredakan rasa nyeri
Compression : membalut gunanya membantu mengurangi
pembengkakan jaringan dan perdarahan lebih lanjut
Elevasi : peninggian daerah cedera gunanya mengurangi oedema
(pembengkakan) dan rasa nyeri.

2.6 Terapi Diet


A. Zat Gizi Pendukung Tulang
1. Tinggi Kalsium
 Zat gizi pembentuk tulang dan Gizi
 Contoh : susu, keju, ikan teri, sren, udng, bsndeng presto, kedelai,
brokoli , daun katuk, daun mlinjo, bayem
2. Tinggi Vitamin A (Beta, Caroten)
 Metabolisme, konversi sel muda menjadi osteoblast (pembelahan
sel tulang)
 Kebutuhan : 1500-1800 IU (1IU = 0,3ug retinol)
Contoh : Daging, Ikan, Kuning Telur, Mentega, Buah berwarna
merah atau kuning, Ubi jalar merah, beras merah, labu uning,
wortel,tomat, sayur hijau tua.
3. Vitamin D
 Metabolisme kalium dan fosfor, pro hormon sintesa protein
 Kebutuhan : 15-20 mcg/hr
Contoh : Susu, Ikan, Minyak ikan, telur, Mentega, pro vitamin
G (7 dehidro – kolesterol)

B. Prinsip Diet Untuk Masalah Sendi


1. Mengontrol BB agar tidak kegemukan atau obesitas
 Mengurangi asupan gula murni, lemak, sodium, kolesterol
 Konsumsi gandum utuh ( wolweat) dan sereal
 Susu, keju dan yogurt rendah lemak
 Ikan, unggas, dan daging tidak berlemak
 Banyak serat (>25 gr/hr)
2. Konsumsi suplemen glikosamin alami (kerang,
udang,teripang,kepiting,rajungan)
3. Penderita ghout ( asam urat ) membatasi protein (urin) :
 Purine tinggi (100-1000 mg purin dalam 100 gr bahan ) sebaiknya
dihindari : otak, hati, ginjal, jeroa, ekstrak daging, bebek, ikan
sardin, makarel dan kerang
 Purine sedang (9-100 mg purin dlm 100 gr bahan ) sebaiknya
dibatasi : daging, ikan, unggas, ayam, udang, kepiting/rajungan,
tahu,temmpe, kacang kering,bayam, asparagus, daun singkong,
kangkung,dan dan biji mlinjo
4. Tidak minum alkohol
5. Konsumsi air putih (2 ltr/hr)
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau
terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari
mangkuk sendi). Sebuah sendi yang ligament-ligamennya pernah mengalami
dislokasi, biasanya menjadi kendor. Apabila dislokasi itu disertai pula patah
tulang, pembetulannya menjadi sulit dan harus dikerjakan di rumah sakit.
Semakin awal usaha pengembalian sendi itu dikerjakan, semakin baik
enyembuhannya.

3.2 Saran
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya. Penulis menerima saran dan kritik dari para pembaca yang
dapat membangun untuk kesempurnaan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Sjamsuhidajat.2011. Buku Ajar lImu Bedah, edisi 3. Jakarta.EGC

Brunner & Suddart, 2002, Keperawatan Medikal Bedah . edisi 8, vol 3.


Jakarta.EGC

Kowalak, 2011, Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta. Salemba medika

Corwin, Elizabeth J. Buku Saku Patofisiologi. 2009. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai