Anda di halaman 1dari 5

KERANGKA ACUAN PELAYANAN NIFAS DAN KB PASCA SALIN UPTD

PUSKESMAS PAUH

A. PENDAHULUAN

Sesuai dengan amanat UU 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan


Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, maka dalam upaya
mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas,
pemerintah menetapkan kebijakan keluarga berencana melalui
penyelenggaraan Program Kependudukan, Keluarga Berencana, dan
Pembangunan Keluarga (KKBPK). Kebijakan keluarga berencana tersebut
dilaksanakan untuk membantu calon atau pasangan suami istri dalam
mengambil keputusan dan mewujudkan hak reproduksi secara
bertanggung jawab tentang usia ideal perkawinan, usia ideal untuk
melahirkan, jumlah ideal anak, jarak ideal kelahiran anak, dan penyuluhan
kesehatan reproduksi.

Bersamaan dengan itu, sebagai upaya meningkatkan kualitas


sumber daya manusia, pembangunan pendidikan dan kesehatan dilakukan
dalam rangka mendukung terwujudnya masyarakat berharkat,
bermartabat, berakhlak mulia, dan menghargai keberagaman sehingga
mampu bersaing dalam era global dengan tetap berlandaskan norma
kehidupan masyarakat Indonesia. Pembangunan kesehatan diarahkan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang, termasuk di dalamnya tentang kesehatan reproduksi
Kegiatan Promosi dan Konseling Kesehatan Reproduksi dalam Program
KKBPK, mencakup promosi dan konseling Kelangsungan Hidup Ibu, Bayi
dan Anak (KHIBA); Pencegahan Penyakit Menular Seksual (PMS), HIV dan
AIDS, Pencegahan Kanker Alat Reproduksi (KAR), dan Penanggulangan
Infertilitas. Kondisi Kelangsungan Hidup Ibu, Bayi dan Anak di Indonesia
saat ini masih rendah. Hal ini terlihat dari masih tingginya Angka Kematian
Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Data Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan bahwa AKI naik dari 228
menjadi 359 kematian/100.000 kelahiran hidup, AKB 32 kematian/1.000
kelahiran hidup, sementara jumlah persalinan diperkirakan sekitar 4,5-5
juta/tahun. Pengidap PMS serta HIV dan AIDS menunjukkan
kecenderungan yang semakin tinggi dan hanya sekitar 20% yang
menggunakan kondom. Kanker alat reproduksi menempati urutan tertinggi
diantara perempuan di Indonesia. Kanker leher rahim adalah kanker yang
menempati urutan pertama paling sering dijumpai di Indonesia (42%
perempuan) dan 1 perempuan meninggal/jam akibat kanker leher rahim.
Kanker payudara berada di urutan kedua yaitu sebesar 31%. Selain itu,
masih banyak Pasangan Usia Subur (PUS) yang belum mendapat informasi
tentang kembalinya kesuburan pascapenggunaan kontrasepsi Peraturan
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan
Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota menyebutkan bahwa Keluarga
Berencana dan Keluarga Sejahtera merupakan urusan wajib yang harus
dilaksanakan oleh Kabupaten dan Kota.

Ditegaskan pula bahwa pemenuhan kebutuhan kesehatan


reproduksi termasuk dalam Program Keluarga Berencana. Pelaksanaan
kegiatan promosi dan konseling kesehatan reproduksi perlu didukung oleh
Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK). Untuk itu maka perlu
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Promosi dan Konseling Kesehatan
Reproduksi dalam Prgram Kependudukan, Keluarga Berencana, dan
Pembangunan Keluarga.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum Pelayanan Nifas dan KB pasca salin ini disusun sebagai
acuan untuk memperkuat Pelayanan KB guna mendukung upaya
percepatan pencapaian target MDGs, meningkatkan kesehatan ibu dan
akses universal terhadap pelayanan kesehatan reproduksi.

2. Tujuan Khusus

a). Tersedianya acuan untuk mengembangkan dan melaksanakan


berbagai kegiatan

b). untuk mempercepat pencapaian target Pelayanan KB.

c). Tersedianya bahan advokasi untuk memperoleh dukungan dari


berbagai pemangku kepentingan terkait.

d). Terjadinya sinergitas kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh


berbagai pemangku kepentingan dalam memperkuat Pelayanan
KB.
C. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

1). Kegiatan Pokok Pelayanan Nifas dan KB Pasca Salin

a). KIE

b). Pelayanan Kontrasepsi

c). Pelayanan Rujukan KB

d). Pencatatan dan pelaporan KB

2). Rincian kegiatan

a). Tenaga Pelaksanan untuk Pelayanan nifas dan KB Pasca salin


adalah Bidan dan dokter yang sudah mengikuti pelatihan CTU

b). Tempat disesuaikan dengan kesepakatan dengan sasaran

c). Pelaksanaan empat kali setiap desa

d). Sumber dana dari BOK diperuntukan untuk transpor petugas

D. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

1. Persiapan: jadwal, tempat dan Alat

2. Mempersiapkan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan Pelayanan


nifas dan KB Pasca Salin

3. Pelaksanaan KIE

4. Melakukan pelayanan nifas dan KB Pasca Salin

5. Melakukan evaluasi Kegiatan

6. Melakukan Rujukan KB Jika ada komplikasi atau kegagalan KB

7. Melakukan pencatatan dan dokumentasiaan kegiatan

E. SASARAN

Ibu nifas
F. JADWAL PELAKSANAAN

Jadwal pelaksanaan pelayanan nifas dan KB Pasca salin dilakukan di


dalam gedung ataupun di luar gedung di 9 desa yang ada di wilayah UPTD
Puskesmas Pauh, dengan jadwal sebagaiberikut:

1. Di dalam gedung dilakukan setiap hari Senin s/d Sabtu di ruang KIA
Puskesmas Pauh

2. Di luar gedung dilakukan pada setiap kegiatan Posyandu di kunjungan


desa dan kunjungan rumah ditentukan oleh bidan desa pemegang
wilayah

G. EVALUASI PELAKSANAAN

Evaluasi kegiatan dengan menggunakan indikator:

1. Cakupan Peserta KB Aktif atau Contraceptiv Prevalence Rate (CPR) CPR


adalah angka yang menunjukkan berapa banyaknya Pasangan Usia
Subur (selanjutnya disingkat PUS) yang sedang memakai kontrasepsi
pada saat pencacahan dibandingkan dengan seluruh PUS. Informasi
tentang besarnya CPR sangat bermanfaat untuk menetapkan kebijakan
pengendalian kependudukan serta penyediaan Pelayanan KB baik dalam
bentuk mempersiapkan pelayanan kontrasepsi seperti sterilisasi,
pemasangan AKDR, persiapan alat dan obat kontrasepsi, serta pelayanan
konseling untuk menampung kebutuhan dan menanggapi keluhan
pemakaian kontrasepsi. Persentase PUS yang sedang memakai suatu
cara KB dihitung dengan cara membagi jumlah PUS yang sedang
memakai suatu cara KB dengan jumlah PUS, kemudian dikalikan dengan
100%. CPR metode modern adalah jumlah PUS yang sedang
menggunakan cara KB modern dibagi jumlah PUS dikalikan 100%.

2. Unmet Need Unmet need atau kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi
adalah persentase perempuan usia subur yang tidak ingin mempunyai
anak lagi atau ingin menunda kelahiran berikutnya, tetapi tidak
memakai alat/obat kontrasepsi.

3. Persentase Komplikasi Komplikasi adalah kejadian peserta KB baru atau


lama yang mengalami gangguan kesehatan mengarah pada keadaan
patologis sebagai akibat dari proses tindakan/pemberian/ pemasangan
alat dan obat kontrasepsi yang digunakan seperti perdarahan,
infeksi/abses, fluor albus bersifat patologis, perforasi, translokasi,
hematoma, tekanan darah meningkat, perubahan kadar hemoglobin,
ekspulsi. Komplikasi yang terjadi dalam periode satu tahun kalender
dihitung satu kali, dihitung per metode AKDR, susuk KB, suntik KB, pil
KB, MOW dan MOW. Persentase Komplikasi (per metode kontrasepsi)
adalah jumlah peserta KB aktif yang mengalami komplikasi dibagi jumlah
peserta KB aktif dikali 100%.

4. Persentase Ketidakberlangsungan (drop out)

Ketidakberlangsungan adalah peserta KB aktif yang tidak melanjutkan


penggunaan kontrasepsi. Persentase Ketidakberlangsungan adalah
jumlah peserta yang tidak melanjutkan penggunaan kontrasepsi dibagi
jumlah peserta aktif dikali 100%.

5. Persentase Kegagalan Kontrasepsi Kegagalan kontrasepsi adalah kasus


terjadinya kehamilan pada akseptor KB aktif yang pada saat tersebut
menggunakan metode kontrasepsi. Persentase Kegagalan Kontrasepsi
adalah jumlah peserta KB yang mengalami kegagalan dibagi jumlah
peserta KB aktif dikali 100%.

H. PENCATATAN PELAPORAN

Semua kegiatan Pelayanan KB harus dicatat dengan menggunakan format


pencatatan yang ada kemudian dilaporkan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan SKPD KB setempat, format yang harus diisi yaitu :

1. Kohort KB

2. Kohort Nifas

3. Hasil kegiatan

4. Kartu Status Peserta KB/K4

5. F2 KB)

Mengetahui
Kepala UPTD Puskesmas
Pauh

Dr.Hj.Nurlia,MM
NIP 197306162006042011

Anda mungkin juga menyukai