DISUSUN OLEH :
1. 8.
2. 9.
3. 10
4. 11.
5. 12.
6. 13.
7.
KELAS : XII KEPERAWATAN 2
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan berkembangnya teknologi di berbagai bidang kehidupan, tidak berarti bahwa
resiko tinggi kecelakaan pada manusiapun tidak ada. Banyak kecelakaan yang terjadi
sebagai akibat dari aktivitas sehari-hari. salah satu trauma yang memiliki tingkat resiko
paling tinggi ialah resiko cedera kepala, karena sangat berkaitan erat dengan susunan saraf
pusat yang berada di rongga kepala.
Data statistik menunjukkan bahwa tingkat trauma kepala sangat tinggi yang diakibatkan
sebagai akibat kurang kewaspadaan dari masing-masing individu. Dari semua kasus cedera
kepala di Amerika Serikat 49% disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas (sepeda motor) dan
jatuh merupakan penyebab ke dua (keperawatan kritis, Hudak & Gallo) serta dua kali lebih
besar pada pria dibandingkan wanita sedangkan di Indonesia belum ada penelitian yang
menunjukkan presentasi kematian yang diakibatkan oleh cedera kepala, tetapi dari
pengamatan yang dilakukan banyak kasus cedera kepala disebabkan oleh kecelakaan lalu
lintas.
Cedera kepala ringan pada umumnya tidak menunjukkan gejala yang jelas sehingga
masyarakat tidak langsung mencari bantuan medis, padahal sekecil apapun trauma di
kepala bisa mengakibatkan gangguan fisik, mental bahkan kematian.
Untuk mengantisipasi keadaan di atas maka masyarakat harus diberi penyuluhan-
penyuluhan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap trauma kepala.
Peran dari berbagai pihak seperti kepolisian sangat penting karena kecelakaan terjadi
biasanya didahului dengan pelanggaran lalu lintas, sehingga pendidikan, tata tertibdi jalan
raya perlu ditingkatkan.
Oleh karena itu peran perawat tidak kalah pentingnya dalam penanganan trauma kepala
karena perawat bisa melakukan penyuluhan maupun tindakan observasi untuk menurunkan
angka kematian yang disebabkan oleh cedera kepala.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Agar lebih memahami secara mendalam tentang trauma kapitis sehingga dapat
memberi perawatan yang akurat pada pasien.
2. Memperoleh pengalaman nyata dan menghubungkan dengan teori yang telah didapat.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
III. Etiologi
a. Kecelakaan lalu lintas/industri
b. Jatuh
c. Benturan benda tajam/ tumpul
d. Trauma pada saat kelahiran
e. Benturan dari objek yang bergerak (cedera akselerasi)
f. Benturan kepala pada benda padat yang tidak bergerak (cedera deselerasi)
IV. Patofisiologi
- Trauma kapitis menyebabkan cedera pada kulit kepala, tulang kepala, jaringan otak.
Cedera otak bisa berasal dari trauma langsung dan trauma tidak langsung pada kepala.
- Kerusakan neurologis langsung disebabkan oleh suatu benda atau serpihan tulang yang
menembus dan merobek jaringan otak, oleh pengaruh suatu kekuatan atau energi yang
diteruskan ke otak.
- Riwayat kerusakan yang disebabkan oleh beberapa hal tergantung pada kekuatan yang
menimpa.
Kekuatan akselerasi dan deselerasi menyebabkan isi dalam tengkorak yang keras, bergerak,
dengan demikian memaksa otak membentur permukaan dalam tengkorak pada tempat yang
berlawanan (counter coup) karena ada benturan keras ke otak maka bagian ini dapat
merobek dan mengoyak jaringan, kerusakan diperhebat bila ada rotasi tengkorak. Bagian
otak yang paling keras mengalami kerusakan adalah bagian anterior dari lobus frontalis dan
temporalis, bagian posterior lobus oksipitalis dan bagian atas mesencefalon.
Efek sekunder trauma yang menyebabkan perubahan neurologik berat disebabkan oleh
reaksi jaringan terhadap cedera. Setiap kali jaringan mengalami cedera, responnya dapat
mempengaruhi perubahan isi cairan intrasel dan ekstrasel. Peningkatan suplay darah ke
tempat cedera dan mobilisasi sel-sel untuk memperbaiki kerusakan sel. Neuron dan sel-sel
fungsional dalam otak tergantung dari suplay nutrien yang konstan dalam bentuk glukosa
dan O2 dan sangat peka terhadap cedera metabolik apabila suplay terhenti. Sebagai akibat
cedera, sirkulasi otak dapat kehilangan kemampuannya untuk mengatur volume darah yang
tersedia, menyebabkan iskemia pada beberapa tempat tertentu dalam otak.
IX. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada pasien yang mengalami trauma kapitis yaitu:
a. Shock disebabkan karena banyaknya darah yang hilang atau rasa sakit hebat. Bila
kehilangan lebih dari 50% darah dapat mengakibatkan kematian.
b. Peningkatan tekanan intrakranial, terjadi pada edema cerebri dan hematoma dalam
tulang tengkorak.
c. Meningitis, terjadi bila ada luka di daerah otak yang ada hubungannya dengan luar.
d. Infeksi/kejang, terjadi bila disertai luka pada anggota badan atau adanya luka pada
fraktur tulang tengkorak.
e. Edema pulmonal akibat dari cedera pada otak yang menyebabkan adanya peningkatan
tekanan darah sistemik sebagai respon dari sistem saraf simpatis pada peningkatan
TIK. Peningkatan vasokontriksi tubuh ini menyebabkan lebih banyak darah dialirkan
ke paru-paru. Perubahan permeabilitas pembuluh darah paru berperan dalam proses
memungkinkan cairan berpindah ke dalam alveolus.
DIAGNOSA
NO DATA TUJUAN RENCANA KEPERAWATAN RASIONAL
KEPRAWATAN
1. DS : Perubahan PerubahnTidak terjadi perfusi
1. Kaji status neurologik secara
1. Mengkaji adanya kecenderungan pada
Klien mengatakanPerfusi Jaringan Otakjaringan serbral danteratur, respon membuka mata, dantingkat kesadaran dan potensial peningkatan
bengakak pada bagianb/d Adanya edemaTTV dalam batasrespon motorik serta bandingkantekanan intrakranial dan bermanfaat dalam
kepala. otak, hematom dannormal dengan nilai standar. menentukan loksi perluasan dan
Klien mengatakanperdarahan perkembangan kerusakan sistem sysraf pusat
nyeri/pusing di daerah kepala 2. Monitor TTV tiap setengah sampaidan menentukan tingkat kesadaran.
DO satu jam. 2. Untuk mengetahui intervensi selanjutnya.
Ekspresi wajah meringis 3. Evaluasi ukuran pupil, raspon mata
KU lemah terhadap cahaya, pergerakan bola
3. Reaksi pupil diatur oleh syaraf kranial
mata dan refleks kornea. okulamotor III dan berguna untuk apakah
4. Atur posisi kepala dan mengangkatbatang otak masih baik.
kepala tempat tidur sesuai indikasi.
4. Kepala yang miring pada salah satu sisi
5. Evaluasi keadaan pupil catatmenekan vena jugularis dan menghambat
ukuran, ketajaman, kesimetrisan danaliran darah ke vena yang selanjutnya akan
reaksi terhadap cahaya. meningkatkan TIK.
6. Penatalaksanaan pemberian 5. Reaksi pupil diatur oleh kranialokulomotor
Obat sesuai indikasi, cairan, &III dan berguna untuk menentukan apakah
pemberian oksigen tambahan batang otak masih baik.
Pemeriksaan radiologi - untuk memaksimalkan O2 pada daerah arteri
Rujuk ke perawatan yang lebihdan membantu pencegahan hipoksia
intensif - untuk melihat kembali tanda-tanda
Persiapan untuk pembedahan jika di komplikasi yang berkembang ( spt :
perlukan. atelektasis / bronkopnemonia ).