Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada tahun 2016 World Health Organization (WHO) mengumumkan 34

juta orang di dunia mengidap virus HIV penyebab AIDS dan sebagian besar

dari mereka hidup dalam kemiskinan dan di negara berkembang. Data WHO

terbaru juga menunjukkan peningkatan jumlah pengidap HIV yang

mendapatkan pengobatan. Tahun 2016 tercatat 9,7 juta orang, angka ini

meningkat 300.000 orang lebih banyak dibandingkan satu dekade sebelumnya

(WHO, 2017).

Berdasarkan jenis kelamin kasus tertinggi HIV dan AIDS di Afrika

adalah penderita dengan jenis kelamin perempuan hingga mencapai 81,7%

terutama pada kelompok perempuan janda pada usia 60-69 tahun dengan

persentase paling tinggi bila dibandingkan dengan kelompok beresiko lainnya

(Boon, 2009).

Berdasarkan data Ditjen PP & PL Kemenkes RI tahun 2014, kasus HIV

dan AIDS di Indonesia dalam triwulan bulan Juli sampai dengan September

tercatat kasus HIV 7.335, kasus sedangkan kasus AIDS 176 kasus. Estimasi

dan proyeksi jumlah Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA) menurut

populasi beresiko dimana jumlah ODHA di populasi wanita resiko rendah

mengalami peningkatan dari 190.349 kasus pada tahun 2011 menjadi 279.276

kasus di tahun 2016 (WHO, 2017).

Dilihat dari prevalensi HIV berdasarkan populasi beresiko Wanita

Pekerja Seks Tidak Langsung (WPSTL) di Indonesia pada tahun 2007


mencapai 4,0% kemudian pada tahun 2009-2013 mengalami penurunan dari

3,1% menjadi 2,6% pada tahun 2011, turun kembali menjadi 1,5% pada tahun

2013 (STBP, 2013). Meningkatnya jumlah kasus HIV dan AIDS di Jawa

Tengah tahun 2011 dan 2012 peringkat ke-6, tahun 2013 peringkat ke-5 dan

di tahun 2014 peringkat ke-4 dari 10 Provinsi di Indonesia yaitu DKI Jakarta,

Jawa Barat, Jawa Timur, Papua, Bali, Sumatra Utara, Sulauwesi Selatan,

Banten dan Kalimatan Barat dengan kasus HIV dan AIDS terbanyak bulan

Januari-Desember. Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2014 ditemukan kasus

HIV dan AIDS sebanyak 2.498 kasus, dengan perincian kasus HIV 2.069

orang dan AIDS 428 orang. Berdasarkan jenis kelamin laki-laki mencapai

61,48% dan perempuan 38,52%. Dilihat dari distribusi kasus AIDS

berdasarkan jenis pekerjaan, IRT dengan HIV dan AIDS dalam beberapa

tahun terakhir meningkat mencapai 18,4% dan menduduki peringkat ke-2

(WHO, 2017).

Data populasi HIV/AIDS menunjukkan tingkat populasi HIV/AIDS

yang cukup meningkat maka dari itu pentingnya melakukan pemeriksan HIV

jika hasil positif maka dapat di tangani lebih awal dengan cara melakukan

pengobatn sehingga merungangi angka kematian dan jika hasil negatif maka

individual dapat menjaukan diri dari hal-hal atau resiko terinfeksi virus HIV

(Data primer, 2019).

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari pemeriksaan ini ialah agar mahasiswa dapat

mengetahui, mempelajari dan memahami pentingnya menghindari terinfeksi

virus HIV serta cara kerja pemeriksaan HIV metode immunokromatografi.


1.3 Manfaat Praktikum

Adapun manfaat dari pemeriksaan ini ialah mahasiswa dapat

mengetahui, mempelajari dan memahami pentingnya menghindari terinfeksi

virus HIV serta cara kerja pemeriksaan HIV metode immunokromatografi.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan yaitu dapat disimpulkan

bahwa infeksi HIV bisa terjadi bila virus tersebut atau sel-sel yang terinfeksi

virus masuk kedalam aliran darah. Berdasarkan pemeriksaan laboratorium,

penderita yang telah terinfeksi HIV akan terinfeksi lebih lanjut dengan

bakteri, virus, atau protozoa yang menyebabkan multiplikasi AIDS virus pada

penderita sehingga pentingnya menghindari terinfeksi virus HIV.

Adapun cara pemeriksaan yang dapat digunakan untuk mendeteksi

antibody spesifik terhadap HIV yaitu salah satunya dengan metode

immunokromatografi menggunakan rapid test. Test ini sebagai skrining test

untuk mendeteksi virus HIV. Dari praktikum yang dilakukan maka

didapatkan hasil yaitu non reaktive (-) artinya pasien tidak terinfeksi virus

HIV. Kelebihan metode immunokromatografi ini mempunyai kelebihan yaitu

waktu pemeriksaan cepat (hanya berkisar 15-30 menit), mudah dilakukan,

tidak menggunakan alat khusus dan cukup sensitive.

5.2 Saran

Diharapkan pada penanggung jawab alat dan bahan untuk menyediakan

tes HIV 2 dan 3 sehingga hasil lebih akurat dengan tambahan reagen 2 dan 3

serta dapat mendiagnosis virus HIV lebih tepat.


DAFTAR PUSTAKA

Boon. 2009. Patofisiologi Kedokteran Jilid III. Yogyakarta : Gramedia.

World Health Organization. 2017. Level Of HIV/AIDS Population The World In


2016. Jurnal Of Health Education. 8 (2): 311-320.

Anda mungkin juga menyukai