Pendahuluan
Tulisan Aris Ananta berjudul demografer Indonesia yang masih
"Lingkup dan Manfaat Analisis sedikit dihimbau untuk menyajikan hasil
Demografi", dan artikel Eko Ganiarto, penelitian dalam kemasan yang menarik
"Masyarakat dan Informasi tanpa mengorbankan nilai ilmiah.
Kependudukan", dalam Warta Dalam bahasa kedokteran, yang
Demografi, XX(5), Mei 1990, sangat diuraikan oleh Aris Ananta masih
menarik unnik didiskusikan lebih lanjut. merupakan gejala (symptom) sehingga
Kedua tulisan tersebut telah mengupas apa yang disarankan hanyalah terapi
persoalan mengapa demografi kurang simptomatis. Gejala penyakit bisa hilang,
dipahami dan dikenal oleh masyarakat. namun penyakit akan menjadi kronis.
Disadari bahwa walaupun Oleh karenanya, kita perlu meninjau
kependudukan merupakan faktor lebih dalam ke inti permasalahan,
penting dalam pembangunan, analisis sehingga kita dapat menentukan terapi
demografi sering tertinggal oleh kausal dan, bila perlu, ke operasi radikal.
perencanaan pembangunan itu sendiri.
Permasalan limn sosial
Sangat sedikit hasil penelitian demografi
yang telah dan dapat dimanfaatkan Inti permasalahan, saya kira, sama
oleh masyarakat dan para pembuat dan sebangun dengan persoalan yang
kebijaksanaan. dihadapi oleh ilmu-ilmu sosial di
Aris Ananta menyatakan bahwa Indonesia. Ilmu-ilmu sosial, seperti
analisis demografi adalah analisis yang dihasilkan oleh seminar Kongres VI
multidisiplin dan terdiri dari analisis HIPIIS (Himpunan Indonesia untuk
demografi formal, analisis ekonomi Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial) di
sosial budaya, dan analisis Yogyakarta 16-21 Juli 1990, dituntut
ketenagakerjaan. Paling sedikit tiga untuk lebih meningkatkan perannya
faktor ditudingnya sebagai penyebar dalam proses pembangunan
"krisis" analisis demografi di Indonesia, masyarakat, terutama dalam perencana¬
yaitu: 1) Jumlah peneliti yang sedikit, 2) an pembangunan Jangka Panjang tahap
biaya penelitian yang mahal, dan 3) ke-2 yang lebih menekankan pada
kesadaran yang kurang terhadap pembangunan kualitas dan martabat
pentingnya data demografi yang tepat. manusia. Untuk itu, ilmu sosial harus
Untuk itu, disarankan peningkatan "lebih banyak berdialog dalam filsafat",
jumlah dan mutu demografer dari kata Selo Sumarjan (1990). Ilmu sosial
berbagai disiplin. Lebih jauh, para harus keluar dari kepicikannya, dalam
1
POPULASI, 2(1), 1990
menjelmakan diri menjadi "ilmu sosial operasional ini dapat mengamati suksesi
yang tbeistic", kata Emha Ainun Najib dari beberapa peristiwa, sehingga
(1990), "dengan membuka diri terhadap pengamat merasa seolah-olah
informasi dari manusia, alam semesta, menemukan hubungan kausal.
dan Wahyu". Singkat kata, ilmu sosial Cara lain mengatasi kesenjangan
baik di negara maju maupun negara komunikasi ini adalah, seperti
dunia ketiga sedang mengalami krisis dianjurkan Aris Ananta, memperbaiki
(Nataatmadja, 1984;Rais, 1984). kemasan hasil penelitian demografi
Diakui bahwa sebagai alat rekayasa sehingga menjadi lebih menarik bagi
sosial, ilmu-ilmu sosial kurang memiliki pengguna tanpa mengurangi
perangkat analisis yang handal dalam keilmiahannya. Di sinilah sebenarnya
memprediksi dan menerangkan hakikat kunci permasalahan kita. Bagaimana
fenomena sosial. Mereka cuma supaya lebih menarik? Apakah
mempunyai peralatan exposed analisis, ukurannya? Apakah kriteria "menarik"
sehingga kebanyakan hasilnya berupa bagi birokrat yang kebanyakan alumni
uraian deskriptif dan hanya seperti kulit. perguruan tinggi juga berbeda dari
Ilmu sosial belum mampu menemukan ilmuwan? Bagaimana standar
"hakikat pelaku"nya seperti dalam ilmu keilmiahan? Apakah sarat dengan angka
alam berupa atom, proton atau statistik danbahasa abstrak, atau dengan
centigramseconde (cgs). Tidak heran bahasa populer? Tanpa menjawab
jika laju perkembangan analisis ilmu pertanyaan-pertanyaan ini, berapa pun
sosial tertinggal jauh dari laju jumlah demografer diciptakan, sebesar
pembuatan kebijaksanaan sosial. apa pun dana disediakan, tidak akan
Celakanya, seringkali ilmu sosial hanya menuntaskan permasalahan sterilnya
bersifat membenarkan (justifikasi) demografi dan ilmu sosial yang lain
terhadap setiap kebijakan sosial. Hal dalam proses transformasi masyarakat.
seperti inilah seringkali dirasakan
Telaah terhadap ilmu
sebagai kesenjangan komunikasi antara
pihak teoretisi (peneliti) dan pihak Sebelum dibuat sesuatu ilmu lebih
praktisi. Kalangan pembuat kebijakan menarik dan sebelum diperbaiki
(birokrat) sering mengatakan bahwa ahlinya, kita harus meninjau dan
hasil hasil penelitian sosial bersifat memperbaiki ilmu itu sendiri mulai dari
terlalu akademis, tidak berpijak di filsafat dasamya. Dengan perkataan lain,
daratan, sehingga sulit diterapkan. harus didiskusikan "binatang" demografi
Salah satu cara untuk mengatasinya ini dari segi ontologis (apa),
adalah melaksanakan semacam yang epistemologis (bagaimana) dan
disebut riset operasional atau riset aksi. aksiologisnya (untuk apa). Harus
Dengan memakai prinsip "berbenah ditemukan letak hakikat tertinggalnya
sambil jalan" (reflection in action), para ilmu sosial. Yang jelas, tidak seperti ilmu
peneliti dan praktisi sejak dari awal alam, ilmu sosial belum menemukan
bekerjasama dalam operasionalisasi hakikat pelakunya. Lebih jauh lagi, harus
suatu program. Riset operasional dipertanyakan paradigma meminjam
sekarang menjadi mode yang disenangi istilah Kuhn (1970) ilmu demografi.
pihak BKKBN dan Departemen Untuk menjawab ini perlu ditelaah
Kesehatan, karena dianggap berhasil terlebih dahulu pandangan dunia
guna berdayaguna, dalam arti riset ("welt- anschauung") dari ilmu tersebut,
2
POPULASI, 2(1), 1990
seperti tampak dalam bagan peradaban ilmuwan. Apalagi demografi yang konon
di bawah ini: merupakan ilmu yang multidisiplin,
tentu saja ia akan berparadigma ganda.
3
POPULASI, 2(1), 1990
Komposisi Politik
Penduduk i
Lingkunganl
Alam i
4
POPULASI, 2(1), 1990
D A E
IN - TECHNOCRATE T. MALTHUS B. WATTENBERG
DI J. SIMON
VI - TRAD CAPITA - KB
DU LIST - OLD LEFT NEW
AL D. BOGUE RIGHT
C B F
S
T K. MARX - ECOLOGIST - GROUP
R - WELFARE P. EHRUCH RADIKAL
U
K - SOCIALISTS - SOCIAL
TU - SOCIOCRATS DEMOGRAFI
RAL -
DAVIS BLAKE
I H G
5
POPULASI, 2(1), 1990
.....
memandang bahwa kependudukan menjadi pilar utama dalam proses
merupakan faktor penyebab dari pembentukan paradigma ilmu
pembangunan ekonomi (Kependuduk¬ kependudukan. Bukanlah materialisme,
an > pembangunan ekonomi). tetapi idealisme ketuhanan menjadi
6
POPULASI, 2(1), 1990
7
POPULASI, 2(1), 1990
TUHAN
BANGSA
Gambar. 4
8
ruang/lingkungan dapat dilihat Seperti halnya orang memperdebatkan
penduduk sebagai individu, penduduk apakah "transisi demografi" adalah suatu
sebagai anggota keluarga, sebagai teori atau bukan, kita juga patut
anggota masyarakat dan bangsa, dan mendiskusikan apakah demografi
penduduk sebagai anggota penghuni (kependudukan) merupakan satu
bumi baik secara lokal, regional, disiplin ilmu ataukah hanya suatu alat
nasional, maupun global dalam arti matematis, penghitung himpunan
hubungan umat manusia terhadap manusia, yang meminjam substansi
lingkungannya. Dalam dimensi waktu teoretis dari disiplin ilmu-ilmu sosial
dapat diobservasi penduduk pada masa lainnya. Kenyataan bahwa demografi
lalu, masa kini dan masa mendatang, adalah analisis multidisiplin telah
sehingga tergambar bagaimana membawa dia pada posisi subordinat
penduduk bertahan hidup. dari ilmu induknya seperti sosiologi,
Secara epistemologis ilmu ekonomi dan geografi. Ketika disebut
kependudukan menggunakan metode ekonomi kependudukan atau sosiologi
yang sarat dengan nilai kemanusiaan kependudukan, maka yang menonjol
sehingga menghargai harkat dan adalah warna ekonominya atau warna
martabat manusia. Secara aksiologis sosiologinya, bahkan, ilmu kesehatan
ilmu kependudukan bertujuan sesuai masyarakat mengklaim bahwa demografi
dengan tujuan penciptaan manusia, merupakan bagian dari biostatistik-
yaitu memakmurkan bumi ini dan epidemiologi.
mengatur kehidupan berdasarkan Laju pertumbuhan analisis demografi
kehendak Sang Pencipta. sebagai "anak" ilmu sosial lainnya tentu
Dengan demikian, berdasarkan saja mengikuti laju pertumbuhan
karos ilmu kependudukan diharapkan ilmu-ilmu induknya. Induknya pun
menjadi induk segala ilmu yang sekarang mengalami krisis. Dia tertinggal
menyangkut kemanusiaan. Ilmu jauh dari proses perubahan masyarakat.
kependudukan akan mempelajari posisi Dia belum dapat turut mengarahkan ke
manusia sebagai aktor atau interventor mana rekayasa sosial akan dibawa. Lebih
dalam kehidupan. Sejalan dengan itu, dari itu, wajah dia sendiri tampak kurang
ilmu alam mempelajari wahana dan aset cantik dan menarik sehingga sering
kehidupan. Ilmu ekonomi mempelajari diremehkan. Untuk mengatasi
hal ikhwal perekayasaan alam untuk permasalahan tersebut, tulisan ini
memenuhi kebutuhan kehidupan. Ilmu menawarkan satu titik alternatif dari
sosial mempelajari aktor kehidupan mana kita mulai berbenah diri. Kita akan
sebagai kelompok, dan ilmu psikologi menuju ke satu titik tempat ilmu
mempelajari manusia sebagai individu. kependudukan tidak lagi sebagai muld
disiplin, tetapi sebagai interdisiplin. Kita
Penutup
ingin menegakkan kependudukan
Telah diuraikan suatu perspektif sebagai suatu ilmu kemanusiaan
dalam menelaah krisis ilmu demografi terpadu.
(kependudukan) dan saran langkah
pemecahannya. Para peminat dan ahli
kependudukan patut mempertanyakan
kembali apa, bagaimana, dan hendak ke
mana ilmu yang selama ini digeluti.
9
POPULASI, 2(1), 1990
DAFTAR PUSTAKA
10