Anda di halaman 1dari 10

KEPENDUDUKAN:

MENUJU SUATU ILMU KEMANUSIAAN TERPADU


Surya Chandra Surapaty*

Pendahuluan
Tulisan Aris Ananta berjudul demografer Indonesia yang masih
"Lingkup dan Manfaat Analisis sedikit dihimbau untuk menyajikan hasil
Demografi", dan artikel Eko Ganiarto, penelitian dalam kemasan yang menarik
"Masyarakat dan Informasi tanpa mengorbankan nilai ilmiah.
Kependudukan", dalam Warta Dalam bahasa kedokteran, yang
Demografi, XX(5), Mei 1990, sangat diuraikan oleh Aris Ananta masih
menarik unnik didiskusikan lebih lanjut. merupakan gejala (symptom) sehingga
Kedua tulisan tersebut telah mengupas apa yang disarankan hanyalah terapi
persoalan mengapa demografi kurang simptomatis. Gejala penyakit bisa hilang,
dipahami dan dikenal oleh masyarakat. namun penyakit akan menjadi kronis.
Disadari bahwa walaupun Oleh karenanya, kita perlu meninjau
kependudukan merupakan faktor lebih dalam ke inti permasalahan,
penting dalam pembangunan, analisis sehingga kita dapat menentukan terapi
demografi sering tertinggal oleh kausal dan, bila perlu, ke operasi radikal.
perencanaan pembangunan itu sendiri.
Permasalan limn sosial
Sangat sedikit hasil penelitian demografi
yang telah dan dapat dimanfaatkan Inti permasalahan, saya kira, sama
oleh masyarakat dan para pembuat dan sebangun dengan persoalan yang
kebijaksanaan. dihadapi oleh ilmu-ilmu sosial di
Aris Ananta menyatakan bahwa Indonesia. Ilmu-ilmu sosial, seperti
analisis demografi adalah analisis yang dihasilkan oleh seminar Kongres VI
multidisiplin dan terdiri dari analisis HIPIIS (Himpunan Indonesia untuk
demografi formal, analisis ekonomi Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial) di
sosial budaya, dan analisis Yogyakarta 16-21 Juli 1990, dituntut
ketenagakerjaan. Paling sedikit tiga untuk lebih meningkatkan perannya
faktor ditudingnya sebagai penyebar dalam proses pembangunan
"krisis" analisis demografi di Indonesia, masyarakat, terutama dalam perencana¬
yaitu: 1) Jumlah peneliti yang sedikit, 2) an pembangunan Jangka Panjang tahap
biaya penelitian yang mahal, dan 3) ke-2 yang lebih menekankan pada
kesadaran yang kurang terhadap pembangunan kualitas dan martabat
pentingnya data demografi yang tepat. manusia. Untuk itu, ilmu sosial harus
Untuk itu, disarankan peningkatan "lebih banyak berdialog dalam filsafat",
jumlah dan mutu demografer dari kata Selo Sumarjan (1990). Ilmu sosial
berbagai disiplin. Lebih jauh, para harus keluar dari kepicikannya, dalam

Dosen Fakultas Kedokteran dan Staf Pusat Penelitian Kependudukan Universitas


Srtwijaya

1
POPULASI, 2(1), 1990

menjelmakan diri menjadi "ilmu sosial operasional ini dapat mengamati suksesi
yang tbeistic", kata Emha Ainun Najib dari beberapa peristiwa, sehingga
(1990), "dengan membuka diri terhadap pengamat merasa seolah-olah
informasi dari manusia, alam semesta, menemukan hubungan kausal.
dan Wahyu". Singkat kata, ilmu sosial Cara lain mengatasi kesenjangan
baik di negara maju maupun negara komunikasi ini adalah, seperti
dunia ketiga sedang mengalami krisis dianjurkan Aris Ananta, memperbaiki
(Nataatmadja, 1984;Rais, 1984). kemasan hasil penelitian demografi
Diakui bahwa sebagai alat rekayasa sehingga menjadi lebih menarik bagi
sosial, ilmu-ilmu sosial kurang memiliki pengguna tanpa mengurangi
perangkat analisis yang handal dalam keilmiahannya. Di sinilah sebenarnya
memprediksi dan menerangkan hakikat kunci permasalahan kita. Bagaimana
fenomena sosial. Mereka cuma supaya lebih menarik? Apakah
mempunyai peralatan exposed analisis, ukurannya? Apakah kriteria "menarik"
sehingga kebanyakan hasilnya berupa bagi birokrat yang kebanyakan alumni
uraian deskriptif dan hanya seperti kulit. perguruan tinggi juga berbeda dari
Ilmu sosial belum mampu menemukan ilmuwan? Bagaimana standar
"hakikat pelaku"nya seperti dalam ilmu keilmiahan? Apakah sarat dengan angka
alam berupa atom, proton atau statistik danbahasa abstrak, atau dengan
centigramseconde (cgs). Tidak heran bahasa populer? Tanpa menjawab
jika laju perkembangan analisis ilmu pertanyaan-pertanyaan ini, berapa pun
sosial tertinggal jauh dari laju jumlah demografer diciptakan, sebesar
pembuatan kebijaksanaan sosial. apa pun dana disediakan, tidak akan
Celakanya, seringkali ilmu sosial hanya menuntaskan permasalahan sterilnya
bersifat membenarkan (justifikasi) demografi dan ilmu sosial yang lain
terhadap setiap kebijakan sosial. Hal dalam proses transformasi masyarakat.
seperti inilah seringkali dirasakan
Telaah terhadap ilmu
sebagai kesenjangan komunikasi antara
pihak teoretisi (peneliti) dan pihak Sebelum dibuat sesuatu ilmu lebih
praktisi. Kalangan pembuat kebijakan menarik dan sebelum diperbaiki
(birokrat) sering mengatakan bahwa ahlinya, kita harus meninjau dan
hasil hasil penelitian sosial bersifat memperbaiki ilmu itu sendiri mulai dari
terlalu akademis, tidak berpijak di filsafat dasamya. Dengan perkataan lain,
daratan, sehingga sulit diterapkan. harus didiskusikan "binatang" demografi
Salah satu cara untuk mengatasinya ini dari segi ontologis (apa),
adalah melaksanakan semacam yang epistemologis (bagaimana) dan
disebut riset operasional atau riset aksi. aksiologisnya (untuk apa). Harus
Dengan memakai prinsip "berbenah ditemukan letak hakikat tertinggalnya
sambil jalan" (reflection in action), para ilmu sosial. Yang jelas, tidak seperti ilmu
peneliti dan praktisi sejak dari awal alam, ilmu sosial belum menemukan
bekerjasama dalam operasionalisasi hakikat pelakunya. Lebih jauh lagi, harus
suatu program. Riset operasional dipertanyakan paradigma meminjam
sekarang menjadi mode yang disenangi istilah Kuhn (1970) ilmu demografi.
pihak BKKBN dan Departemen Untuk menjawab ini perlu ditelaah
Kesehatan, karena dianggap berhasil terlebih dahulu pandangan dunia
guna berdayaguna, dalam arti riset ("welt- anschauung") dari ilmu tersebut,

2
POPULASI, 2(1), 1990

seperti tampak dalam bagan peradaban ilmuwan. Apalagi demografi yang konon
di bawah ini: merupakan ilmu yang multidisiplin,
tentu saja ia akan berparadigma ganda.

Paradigma Ilmu Kependudukan


Mungkinkah kependudukan menjadi
suatu ilmu kemanusiaan yang
berparadigma tunggal? Untuk menjawab
ini kita perlu menelaah terlebih dahulu
"state of the art" kependudukan sampai
saat ini. Studi kependudukan
(population studies) adalah pengertian
luas dari demografi, yaitu gabungan
demografi dan ilmu sosial lainnya.
1. Welt-ansbauung Demografi dalam arti sempit
2. Paradigma didefinisikan sebagai "the study of the
3- Ilmu size, territorial distribution, and
4. Teknologi composition of population, changes
therein, and the components of such
Gambar 1. Bagan Peradaban changes, which may be identified as
natality, mortality, territorial
Menurut Kuhn (1970), perkembang- movement (migration), and social
an suatu ilmu terjadi secara revolusi, dan mobility" (Hauser and Duncan, 1963).
bukan secara kumulatif. Paradigma, Aris Ananta dengan tepat menggambar-
yaitu "suatu pandangan yang mendasar kan definisi ini (yang sering disebut
tentang apa yang menjadi pokok demografi formal) pada diagram 2
persoalan (subject matter) dari suatu berupa analisis dalam kotak pertama
cabang ilmu" (Ritzer, 1985), akan dan kotak ketiga.
mendominasi ilmu tersebut pada waktu Dalam riwayatnya, demografi formal
tertentu. Sebagai contoh, teori transisi
ini diminati terutama oleh ahli ilmu
demografi merupakan paradigma yang alamiah dan matematika. Mereka
paling menonjol dalam pemikiran bermain dengan angka-angka,
demografi untuk menerangkan peranan menghitung orang-orang yang lahir,
pembangunan terhadap penurunan mad, dan pindah di suatu lokasi dalam
fertilitas (Simmons, 1988). Kuhn jangka waktu tertentu. Hal ini
menyatakan bahwa ilmu pengetahuan diperlukan pemerintah untuk
berkembang menurut siklus: Paradigma kepentingan seperti perpajakan.
I— > Normal Science--- >Anomalies— > Unsur-unsur dalam kotak pertama dan
Crisis— > Revolusi— > Paradigma II. kotak kedga memang memenuhi kriteria
Suatu cabang ilmu tertentu mungkin materi alam yang menjadi objek ilmu
saja memiliki beberapa paradigma. alamiah {natural science). Karena
Artinya, beberapa komunitas ilmuwan unsur-unsur tersebut seperti kelahiran
berbeda sudut pandang mereka dalam dan kematian hanya dilihat sebagai
menentukan pokok persoalan yang angka-angka, maka dapat dikatakan
seharusnya dipelajari dari pandangan bahwa demografi formal adalah ilmu
dunia (world view) atau pandangan yang bebas nilai {valuefree).
filsafat yang mendasari pemikiran

3
POPULASI, 2(1), 1990

Jumlah Ekonomi Kelahiran


Penduduk
Sosial
Pertumbuhan Kematian
Penduduk Budaya
i Perpindahan
-
1*

Komposisi Politik
Penduduk i
Lingkunganl
Alam i

Kotak Pertama Kotak Kedua Kotak Ketiga

Diagram 2: Siklus Analisis Demografi


Sumber :Ananta (1990)

Analisis demografi formal disadari Masuknya unsur ekonomi ke dalam


tidak dapat menerangkan lebih jah teori kependudukan boleh dikatakan
mengapa, misalnya, angka kelahiran diawali oleh Thomas Malthus, yang
atau angka kematian meningkat atau mengatakan bahwa pertumbuhan
menurun. Jawabannya selalu bersifat pertumbuhan penduduk menyerupai
spekulatif. Wajarlah jika hal semacam ini deret ukur, sedangkan pertumbuhan
tidak dapat dimanfaatkan oleh pembuat sumber daya alam (bahan makanan)
kebijaksanaan dalam rangka program menyerupai suatu deret hitung. Untuk
rekayasa sosial. itu Malthus menganjurkan supaya
Ketika demografi kemudian diminati pertumbuhan penduduk dapat
oleh ilmuwan sosial, meluas pula dikendalikan dengan jalan, misalnya,
pengertian demografi menjadi memasyarakatkan selibat permanen
population studies (studi (tidak kawin). Malthus juga percaya
kependudukan) dengan melibatkan bahwa keadaan peperangan, kelaparan,
unsur dalam kotak kedua pada diagram dan bencana alam merupakan suatu
2. Kependudukan kemudian menjadi positive check bagi pertumbuhan
salah satu objek telaah sosiologi, yang penduduk yang cepat. Namun,
juga biasa disebut "human ecology". pemakaian kontrasepsi tidak
Sampai saat ini, metode survai yang dibenarkan oleh Malthus.
merupakan metode utama sosiologi
disertai dengan perangkat analisis
statistiknya seringkali digunakan dalam
penelitian kependudukan.

4
POPULASI, 2(1), 1990

ORIENTASI PEMECAHAN PROBLEM PENDUDUK


DAN SUMBER DAYA ALAM
OPTIMIS PESSIMIS NETRAL

D A E
IN - TECHNOCRATE T. MALTHUS B. WATTENBERG
DI J. SIMON
VI - TRAD CAPITA - KB
DU LIST - OLD LEFT NEW
AL D. BOGUE RIGHT

C B F

S
T K. MARX - ECOLOGIST - GROUP
R - WELFARE P. EHRUCH RADIKAL
U
K - SOCIALISTS - SOCIAL
TU - SOCIOCRATS DEMOGRAFI
RAL -
DAVIS BLAKE

I H G

EX - SELF REGULATING - SOLUTIONS ARE - NO PROBLEM


TER DECHARDIN IMPOSSIBLE CONSERVATIVE
NAL ESPANDIARY - EXISTENSIALIST NATIONALISTIC
- FA' "ALIST ELITE

Gambar 3: Pendukung Teori Kependudukan


Sumber : Dalam Jose Hernandez, People, Power and Policy:
a New View on Population, 1974.

Dalam hal hubungan antara individual. Sebaliknya, Kingsley Davis


pertumbuhan penduduk dan dan kebanyakan ecologist juga pesimis,
persediaan sumber daya alam, teori tetapi percaya bahwa penyebab
Malthus mendapatkan banyak perubahankependudukan terletak pada
penentang. Hernandez (1974) tingkat struktural atau kolektif. Di satu
mengemukakan bahwa ada 9 macam pihak, Marx dan golongan sosialis
pendukung teori kependudukan, dikategorikan sebagai yang optimis dan
seperti tampak pada gambar 3- Malthus percaya pada struktural. Golongan ini
tergolong yang pesimis dalam melihat pada konferensi kependudukansedunia
korelasi penduduk dan sumber daya di Bucharest tahun 1974 memekikkan
alam, dan yang mendasarkan penyebab semboyan: "Development is tbe best
perubahan kependudukan pada tingkat Contraceptive". Di lain pihak, para

5
POPULASI, 2(1), 1990

kapitalis tradisional adalah golongan Golongan yang biasa disebut family


yang optimis, tetapi percaya pada planners ini berkeyakinan bahwa
kekuatan individu (golongan ini penduduk akan menjadi penghambat
terkenal dengan motto: "Free market is pembangunan jika pertumbuhannya
the best contraceptive"). Para penganjur tidak dikendalikan. Hal ini berdasarkan
Keluarga Berencana berpandangan pada formula:
sama dengan Malthus sehingga disebut GNP
Neo-Malthusian, tetapi tidak seperti Per kapita Income = -
Malthus, mereka menyokong pengguna- populasi
an alat kontrasepsi untuk menurunkan Pada sisi lain, penduduk dapat
pertumbuhan penduduk. menjadi aset pembangunan jika
Setelah Perang Dunia II, ketika pertumbuhannya terkendali dan
negeri-negeri jajahan memerdekakan kualitasnya dapat diandalkan.
diri dan mulai melaksanakan Pandangan bahwa penduduk merupa¬
pembangunan terutama dalam bidang kan beban atau aset (modal)
ekonomi disadari bahwa penduduk pembangunan agaknya menjadi isu
menjadi satu faktor yang harus sentral para peminat dan ahli demografi
diperhitungkan. Dalam konteks ini ada di Indonesia saat ini. Dengan kata lain,
suatu perdebatan apakah kependuduk- teori transisi demografi bukanlah topik
an menjadi akibat ataukah sebagai sebab yang relevan dengan kegiatan
dari pembangunan ekonomi (lihat, pembangunan nasional Indonesia.
misalnya, Lean, 1983). Sesungguhnya, orientasi yang relevan
Golongan pertama yang memandang adalah bagaimana mentransformasikan
kependudukan sebagai akibat dari penduduk menjadi modal sekaligus
pembangunan ekonomi (pembangunan aktor pembangunan dan tujuan dari

ekonomi - > kependudukan) biasa
disebut developmentalist. Pandangan
pembangunan itu sendiri.
Perubahan pola pikir
mereka bahwa penduduk adalah tujuan
pembangunan didasarkan pada teori Di sinilah sebenarnya letak
transisi demografi. Teori ini merupakan tantangan dariilmuwan sosial yang
deskripsi dari penurunan fertilitas yang berminat terhadap masalah
terjadi di negara Barat akibat dari kependudukan untuk mempertanyakan
revolusi industri dan modernisasi. Oleh kembali paradigma ilmu yang
karenanya, menurut mereka, negara- digeiutinya, sekaligus mengadakan
negara yang sedang berkembang tidak revolusi pemikiran dalam rangka
perlu merisaukan pertumbuhan membentuk paradigma baru.
penduduk. Jika pembangunan sosial Seharusnya diintegrasikan nilai-nilai
ekonomi dilaksanakan dengan yang kita anut ke dalam proses
sungguh-sungguh dan berhasil, angka pembentukan ilmu-ilmu sosial.
pertumbuhan penduduk dan fertilitas Oleh karena telah disepakati bahwa
akan turun dengan sendirinya. Pancasila menjadi "welt-anscbauung"
Golongan kedua adalah mereka yang kita, maka nilai-nilai Pancasila harus

.....
memandang bahwa kependudukan menjadi pilar utama dalam proses
merupakan faktor penyebab dari pembentukan paradigma ilmu
pembangunan ekonomi (Kependuduk¬ kependudukan. Bukanlah materialisme,
an > pembangunan ekonomi). tetapi idealisme ketuhanan menjadi

6
POPULASI, 2(1), 1990

filsafat dasar. Bukanlah kebendaan, Paling-paling manusia hanya


melainkan keyakinan bahwa manusia menemukan fakta sosial yang sering
diciptakan Tuhan merupakan diragukan kebenarannya. "Ilmu mulai
pandangan dunia. Oleh karena itu, dari fakta dan berakhir pada fakta", tulis
untuk membuat kemasan penelitian Yuyun Suriasumantri (1988). Ilmu
demografi menjadi lebih menarik, tentang manusia rupanya tidak cukup
penduduk tidak boleh diperlakukan hanya berdasarkan fakta, karena fakta
hanya sebagai kumpulan angka-angka. adalah salah satu dari kemungkinan-
Lebih daripada itu, kita harus kemungkinan fenomena yang
memandang bahwa penduduk adalah tergantung dari ruang dan waktu. Tidak
himpunan manusia. mengherankan jika ilmu-ilmu sosial
Perubahan ("revolusi") pemikiran selalu tertinggal dari proses-proses
semacam ini, saya kira, telah dimulai sosial yang terjadi. Oleh karena itu, hal
olehAsisten Menteri Negara KLH bidang ikhwal tentang manusia harus
kependudukan yang secara ontologis ditanyakan kepada Yang Menciptakan-
memperkenalkan dimensi baru nya. Citra Sang Pencipta tentang fakta
kependudukan (Dahlan, 1990). Dimensi dan gatra kehidupan makhluk dapat
tersebut meliputi: 1) pengaitan dengan ditemukan dalam wahyu yang
lingkungan, 2) segi kualitas, dan 3) kebenarannya bersifat mutlak dan tidak
pandangan utuh terhadap penduduk. tergantung pada ruang dan waktu.
Dimensi yang tersebut terakhir dapat Wahyulah yang menjadi spirit
dilihat dari segi individu, anggota pembentukan ilmu.
masyarakat, himpunan manusia, dan Kita maklum bahwa dalam
kaitan dengan pembangunan. Dalam mempelajari penduduk sebagai individu
kaitannya dengan lingkungan hidup, kita menggunakan psikologi. Penduduk
penduduk dapat dipandang dari segi sebagai agregat ditelaah oleh demografi.
individu yaitu kualitasnya, segi agregat, Penduduk sebagai kelompok sosial
segi sebagai kelompok sosial, dan segi dipelajari oleh sosiologi, dan penduduk
persebarannya (Suprapto, 1S>90). dengan persebarannya diteliti oleh
Saya ingin menambahkan satu geografi. Penduduk dalam kaitan
dimensi lagi, yaitu hubungan manusia dengan pembangunan dipelajari oleh
dengan Sang Pencipta. Manusia adalah ekonomi. Dengan demikian, jelaslah
salah satu makhluk ciptaan Tuhan. Sejak selama ini kependudukan merupakan
dari zaman dahulu manusia berusaha suatu ilmu yang multiparadigmatik.
mempelajari tentang apa dan siapa Untuk menjadikannya suatu ilmu yang
dirinya dan tentang keadaan alam di monoparadigmatik, kitaharus berangkat
sekelilingnya. Manusia temyata berhasil dari pandangan bahwa penduduk
mempelajari alam dan makhluk lainnya adalah makhluk ciptaan Tuhan, maka,
dengan menggunakan metode ilmu dalam menelaah penduduk sebagai
alamiah yang semakin canggih, karena makhluk ciptaan Tuhan kita harus
terdapat jarak yang nyata antara yang membaca apa kata Tuhan tentang
meneliti dan yang diteliti. Namun, manusia. Untuk itulah dialog dengan
manusia belum berhasil mempelajari wahyu harus dilakukan. Hasil dialog
tentang dirinya baik sebagai individu tersebut akan berupa suatu karos atau
maupun masyarakat, karena yang ilmu kenabian (Bachar, 1988).
digunakan adalah metode ilmu alamiah.

7
POPULASI, 2(1), 1990

Juga dimaklumi bahwa psikologi, ada bersatu padu dalam ilmu


ekonomi, sosiologi dan ilmu- ilmu sosial kemanusiaan yang berparadigma
lainnya tercipta dari logos atau sains tunggal. Ilmu tersebut tidak akan
berdasarkan falsafah materialisme atau meredusir manusia menjadi, misalnya
rasionalisme dari manusia itu sendiri "binatang ekonomi" atau "binatang
tanpa dialog dengan Sang Pencipta. politik", tetapi akan tetap
Supaya tidak terjadi pertentangan dan mempertahankan manusia secara utuh
supaya kependudukan dapat menjadi menurut harkat dan martabatnya.
ilmu kemanusiaan terpadu, ilmu-ilmu Secara ontologis, yang menjadi objek
sosial ini pun harus berevolusi, telaah ilmu kependudukan adalah
membentuk paradigma baru tempat penduduk itu sendiri. Penduduk dalam
karos sebagai falsafah dasarnya, atau hal ini dilihat dalam tiga dimensi, yaitu:
sebagai kapasnya—meminjam isitilah 1) dimensi vertikal atau dimensi
Emha Ainun Najib (1990)—jika ilmu eksistensial, 2) dimensi ruang/
tersebut diibaratkan benang. lingkungan, dan 3) dimensi survival/
Dengan demikian, kependudukan waktu (lihat gambar 4). Dalam dimensi
tidak lagi sebagai multidisiplin tetapi vertikal dapat ditelaah secara utuh citra
akan menjadikan ilmu-ilmu sosial yang Tuhan tentang manusia. Dalam dimensi

TUHAN

BANGSA

Gambar. 4

8
ruang/lingkungan dapat dilihat Seperti halnya orang memperdebatkan
penduduk sebagai individu, penduduk apakah "transisi demografi" adalah suatu
sebagai anggota keluarga, sebagai teori atau bukan, kita juga patut
anggota masyarakat dan bangsa, dan mendiskusikan apakah demografi
penduduk sebagai anggota penghuni (kependudukan) merupakan satu
bumi baik secara lokal, regional, disiplin ilmu ataukah hanya suatu alat
nasional, maupun global dalam arti matematis, penghitung himpunan
hubungan umat manusia terhadap manusia, yang meminjam substansi
lingkungannya. Dalam dimensi waktu teoretis dari disiplin ilmu-ilmu sosial
dapat diobservasi penduduk pada masa lainnya. Kenyataan bahwa demografi
lalu, masa kini dan masa mendatang, adalah analisis multidisiplin telah
sehingga tergambar bagaimana membawa dia pada posisi subordinat
penduduk bertahan hidup. dari ilmu induknya seperti sosiologi,
Secara epistemologis ilmu ekonomi dan geografi. Ketika disebut
kependudukan menggunakan metode ekonomi kependudukan atau sosiologi
yang sarat dengan nilai kemanusiaan kependudukan, maka yang menonjol
sehingga menghargai harkat dan adalah warna ekonominya atau warna
martabat manusia. Secara aksiologis sosiologinya, bahkan, ilmu kesehatan
ilmu kependudukan bertujuan sesuai masyarakat mengklaim bahwa demografi
dengan tujuan penciptaan manusia, merupakan bagian dari biostatistik-
yaitu memakmurkan bumi ini dan epidemiologi.
mengatur kehidupan berdasarkan Laju pertumbuhan analisis demografi
kehendak Sang Pencipta. sebagai "anak" ilmu sosial lainnya tentu
Dengan demikian, berdasarkan saja mengikuti laju pertumbuhan
karos ilmu kependudukan diharapkan ilmu-ilmu induknya. Induknya pun
menjadi induk segala ilmu yang sekarang mengalami krisis. Dia tertinggal
menyangkut kemanusiaan. Ilmu jauh dari proses perubahan masyarakat.
kependudukan akan mempelajari posisi Dia belum dapat turut mengarahkan ke
manusia sebagai aktor atau interventor mana rekayasa sosial akan dibawa. Lebih
dalam kehidupan. Sejalan dengan itu, dari itu, wajah dia sendiri tampak kurang
ilmu alam mempelajari wahana dan aset cantik dan menarik sehingga sering
kehidupan. Ilmu ekonomi mempelajari diremehkan. Untuk mengatasi
hal ikhwal perekayasaan alam untuk permasalahan tersebut, tulisan ini
memenuhi kebutuhan kehidupan. Ilmu menawarkan satu titik alternatif dari
sosial mempelajari aktor kehidupan mana kita mulai berbenah diri. Kita akan
sebagai kelompok, dan ilmu psikologi menuju ke satu titik tempat ilmu
mempelajari manusia sebagai individu. kependudukan tidak lagi sebagai muld
disiplin, tetapi sebagai interdisiplin. Kita
Penutup
ingin menegakkan kependudukan
Telah diuraikan suatu perspektif sebagai suatu ilmu kemanusiaan
dalam menelaah krisis ilmu demografi terpadu.
(kependudukan) dan saran langkah
pemecahannya. Para peminat dan ahli
kependudukan patut mempertanyakan
kembali apa, bagaimana, dan hendak ke
mana ilmu yang selama ini digeluti.

9
POPULASI, 2(1), 1990

DAFTAR PUSTAKA

Ananta, A. Nataatmadja, Hidajat


1990 "Lingkup dan manfaat analisis 1984 "Krlsls global ilmu pengetahuan
demografi", Warta Demografi, sosial dan penyembuhannya".
20(5): 7-12. Dalam A.E. Prtono (eds)., Krisis
ilmu-ilmu sosial dalam
Bachar, A.B.
pembangunan di dunia ketiga.
1988 "Eksistensi ilmu dalam Ad Dienul Yogyakarta, PLP2M, hal.125-134.
Islam". Makalah disampaikan pada
acara Peringatan Maulid Nabi Rais, M. Amien
Muhammad di Fakultas Pertanian 1984 "Krisis ilmu-ilmu sosial: suatu
Univcrsitas Sriwijaya, Palembang, 4 pengantar". Dalam A.E. Priyono
November. (eds)., Krisis ilmu-ilmu sosial
dalam pembangunan di dunia
Dahlan, M.A.
ketiga. Yogyakarta: PLP2M, hal.
1990 "Dimensi baru kependudukan",
1-33.
wawancara dengan SERASI, edisi ke
13. Ritzer, G.
1985 Sosiologi: ilmu pengetahuan
Ganiarto, Eko
berparadigma ganda. Jakarta:
1990 "Masyarakat dan informasi Rajawali.
kependudukan", Warta
Demografi, 20(5): 3-6. Simmons, O.G.
Hauser, P.M. dan Duncan, O.D.
1988 Perspectives on development and
population growth the third world.
1963 The study ofpopulation. Chicago: New York: Plenum Press.
The University of Chicago Press.
Soemardjan, Selo
Hernandez, J.
1990 "Orasio Androwino". Makalah
1974 People, power and policy: a new
disampaikan pada Kongres VI dan
view on population. California:
Seminar NationalIlmuIlmuSosial
Mayfleld.
Kuhn, T.S.
-
1990, Yogyakarta, 16 21 Juli.
Suprapto, R.A.
1970 The structure of scientific 1990 "Empat dimensi utama
revolution. Chicago: The University
kependudukan dan kattannya
of Chicago Press.
dengan lingkungan hidup", SERASI,
Lean, Lim Lin edisi ke 13.
1983 Population and development: Suriasumatri, J.S.
theory and empirical evidence the
1988 Filsafat ilmu: suatu pengantar
Malaysian case. Kuala Lumpur,
populer. Jakarta: Pusat Sinar
University of Malaya.
Harapan.
Nadjib, EJV.
1990 Catatan pribadi ketika menghadiri
panel diskusi "Martabat Manusia
dan Kebudayaan", dalam Seminar
National Ilmu Ilmu Sosial 1990,
Yogyakarta, 18 Juli.

10

Anda mungkin juga menyukai