Sektor publik sering dinilai sebagai sarang inefisiensi, pemborosan, sumber kebocoran dana, dan institusi yang selalu merugi. Tuntuan baru muncul agar organisasi sektor publik memperhatikan value for money dalam menjalankan aktifitasnya. Mardiasmo (2008:4) menyatakan value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor public yang mendasarkan pada tiga elemen utama yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektifitas. Selaras dengan pendapat Deddi Nordiawan dalam bukunya, yang menyatakan bahwa value for money merupakan sebuah konsep dalam pengukuran kinerja. Value for money yaitu indikator yang memberikan informasi apakah anggaran (dana) yang dibelanjakan menghasilkan suatu nilai tertentu bagi masyarakatnya. Indikator yang dimaksud adalah ekonomi, efisien, dan efektif.
B. Konsep Value for Money
Konsep pokok value for money antara lain. 1. Ekonomi: pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang terendah. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input value yang dinyatakan dalam satuan moneter. Ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi sektor publik dapat meminimalisir input resources yang digunakan yaitu dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif. 2. Efisiensi: pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu atas penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi merupakan perbandingan output input yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan. 3. Efektivitas: tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Secara sederhana efektivitas merupakan perbandingan outcome dengan output. Ketiga hal tersebut merupakan elemen pokok value for money, namun beberapa pihak berpendapat bahwa tiga elemen saja belum cukup. Perlu ditambah dua elemen lain yaitu keadilan (equity) dan pemerataan atau kesetaraan (equality). Keadilan mengacu pada adanya kesempatan sosial (social opportunity) yang sama untuk mendapatkan pelayanan publik yang berkualitas dan kesejahteraan ekonomi. Selain keadilan, perlu dilakukan distribusi secara merata (equality). Artinya, penggunaan uang publik hendaknya tidak hanya terkonsentrasi pada kelompok tertentu saja, melainkan dilakukan secara merata. Gambar. Value for Money secara skematis.
C. Indikator Value for Money
Sebelum menjelaskan tentang konsep dasar menentukan indikator input, output, dan outcome, perlu diketahui terlebih dahulu karakteristik indikator kinerja yang baik dan peranannya dalam organisasi pemerintahan. Mahmudi via Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi menyebutkan bahwa indikator kinerja yang akan dikembangkan hendaknya memiliki karakteristik, yaitu: 1. sederhana dan mudah dipahami, 2. dapat diukur, 3. dapat dikuantifikasikan, 4. dikaitkan dengan standar atau target kinerja, 5. berfokus pada pelayanan pelanggan, kualitas, dan efisiensi, 6. dikaji secara teratur. Sedangkan dalam organisasi pemerintahan indikator kinerja memiliki peran, antara lain: 1. untuk membantu memperjelas tujuan organisasi, 2. untuk mengevaluasi target akhir (final outcome) yang dihasilkan, 3. sebagai masukan untuk menentukan skema insentif manajerial, 4. memungkinkan bagi pemakai jasa layanan pemerintah untuk menentukan pilihan, 5. untuk menunjukkan standar kinerja, 6. untuk menunjukkan efektivitas, 7. untuk membantu menentukan aktivitas yang memiliki efektivitas biaya paling baik untuk mencapai target sasaran, 8. untuk menunjukkan wilayah, bagian, atau proses yang masih potensial untuk dilakukan penghematan biaya. Selain itu, untuk menentukan indikator kinerja perlu mempertimbangkan komponen sebagai berikut. 1. Biaya pelayanan; indikator biaya biasanya diukur dalam bentuk biaya unit (unit cost). 2. Tingkat penggunaan; indikatro penggunaan (utilization) pada dasarnya membandingkan antara jumlah pelayanan yang ditawarkan (supply of service) dengan permintaan publik (public demand). 3. Kualitas dan standar pelayanan; indikator kualitas dan standar pelayanan merupakan indikator yang paling sulit diukur, karena menyangkut pertimbangan yang sifatnya subjektif. 4. Cakupan pelayanan; diperlukan untuk mengetahui tingkat penyediaan pelayanan yang diberikan dengan permintaan pelayanan yang dibutuhkan. 5. Kepuasan; indikator kepuasan biasanya diukur melalui metode jejak pendapat secara langsung. Bagi pemerintah daerah, metode penjaringan aspirasi masyarakat (need assessment) dapat juga digunakan untuk menetapkan indikator kepuasan. Menurut Mardiasmo, indikator value for money meliputi: 1. Input Input merupakan sumber daya yang digunakan untuk pelaksanaan suatu kebijakan, program, dan aktivitas. Contoh input adalah dokter di rumah sakit, tanah untuk jalan baru, guru di sekolah, dan sebagainya. input dapat dinyatakan secara kuantitatif, misalnya jumlah dokter, luas tanah, jumlah guru, dan sebagainya. Input dapat pula dinyatakan dengan nilai uang, misalnya biaya dokter, harga tanah, gaji guru, dan sebagainya. 2. Output Output merupakan hasil yang dicapai dari suatu program, aktivitas, dan kebijakan. Pada umumnya output yang diinginkan saja yang dibicarakan, sedangkan output yang tidak diingikan atau efek samping, misalnya peningkatan polusi yang terjadi akibat dibuatnya jalan baru, jarang dibicarakan. Mengukur output lebih sulit dilakukan terutama untuk pelayanan sosial, seperti pendidikan, keamanan atau kesehatan. Sebagai contoh, output yang dihasilkan polisi adalah tegaknya hukum dan peraturan atau rasa aman masyarakat. Ukuran output tersebut adalah turunnya angka kriminalitas, tetapi hal tersebut tidak sepenuhnya benar karena turunnya angka kriminalitas dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti peran pendidikan, perbaikan ekonomi, dan sebagainya sedangkan aktivitas polisi hanyalah salah satu faktor saja. Data statistik yang ada hanya menunjukkna kriminalitas yang dilaporkan atau tercatat, bukan kriminalitas yang sesungguhnya terjadi. Oleh karena itu, output merupakan kenaikan nilai atau nilai tambah. 3. Sasaran Antara (Throughput) Analisis value for money memerlukan dta input dan output yang memadai karena value for money mempunyai kaitan erat dengan pengukuran output dan input. Permasalahan yang sering muncul adalah tidak tersedianya data yang lengkap terutama data output. Tidak tersedianya data output yang lengkap tidak berarti analisis value for money tidak dapat dilakukan. Karena untuk mengukur output seringkali terdapat esulitan, organisasi sektor public menggunakan output antara (intermediate output) atau indikator kinerja (performance indicator) sebagai alat ukut output. Banyak ukuran yang dianggap menunjukkan output pada kenyataannya adalah throughput, sebagai contoh volume aktivitas. Jumlah operasi yang dilakukan di rumah sakit merupakan throughput bukan output. Output yang lebih tinggi yang hendak dicapai rumah sakit adalah memperbaiki kesehatan masyarakat, meningkatkan angka harapan hidup, dan sebagainya. 4. Outcome Outcome adalah dampak yang ditimbulkan dari suatu aktivitas tertentu. sebagai contoh, outcome yang diharapkan terjadi dari aktivitas pengumpulan sampah oleh dinas kebersihan kota adalah terciptanya lingkungan kota yang bersih dan sehat. Outcome seringkali dikaitkan dengan tujuan (objectives) atau target yang hendak dicapai. Penetapan dan pengukuran terhadap outcome seringkali lebih sulit disbanding penetapan dan pengukuran terhadap input maupun output. Ada beberapa hal yang menyebabkan mengapa outcome lebih sulit ditetapkan dan diukur: a. outcome seringkali tidak dapat diekspresikan dalam cara yang sederhana yang memudahkan proses monitoring (pemantauan), b. adanya masalah politik dalam proses penetapan outcome, c. dalam penentuan outcome sangat perlu untuk mempertimbangkan dimensi kualitas.
D. Pengembangan Indikator Value for Money
Peranan indikator kinerja adalah untuk menyediakan informasi sebagai pertimbangan untuk pembuatan keputusan. Hal ini tidak berarti bahwa suatu indikator akan memberikan ukuran pencapaian program yang definitif. Pengembangan indikator value for money dibagi menjadi dua bagian yaitu indikator alokasi biaya (ekonomi dan efisien) dan indikator kualitas pelayanan (efektivitas). Indikator kinerja harus dapat dimanfaatkan oleh pihak internal maupun eksternal. Pihak internal dapat menggunakannya dalam rangka meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan serta efisiensi biaya. Dengan kata lain, indikator kinerja berperan untuk menunjukkan, memberi indikasi atau memfokuskan perhatian pada bidang yang relevan dilakukan tindakan perbaikan. Pihak eksternal dapat menggunakan indikator kinerja sebagai kontrol dan sekaligus sebagai informasi dalam rangkaa mengukur tingkat akuntabilitas publik. Pembuatan dan penggunaan indikator kinerja tersebut membentu setiap pelaku utama dalam proses pengeluaran publik. Indikator kinerja akan membantu para manajer publik untuk memonitor pencapaian program dan mengidentifikasi masalah yang penting. Selain itu, indikator kinerja juga akan membantu pemerintah dalam proses pengambilan keputusan anggaran dan dalam mengawasi kinerja anggaran. Value for money merupakan inti pengukuran kinerja pada unit- unit kerja pemerintah. Pengembangan indikator kinerja sebaiknya memusatkan perhatian pada pertanyaan mengenai ekonomi, efisiensi, dan efektivitas program dan kegiatan.
E. Langkah-langkah Pengukuran Value for Money
1. Pengukuran Ekonomi Pengukuran ekonomi hanya memperhatikan keluaran yang didapat, sedangkan pengeluaran ekonomi hanya mempertimbangkan masukan yang dipergunakan. Ekonomi merupakan ukuran relatif. Pertanyaan sehubungan dengan pengukuran ekonomi adalah : a. Apakah biaya organisasi lebih besar dari yang telah dianggarakan oleh organisasi? b. Apakah biaya organisasi lebih besar daripada biaya organisasi lain yang sejenis yang dapat diperbandingkan? c. Apakah organisasi telah menggunakan sumber daya finansialnya secara optimal? 2. Pengukuran Efisiensi Efisiensi merupakan hal penting dari ketiga pokok bahasan value for money. Efiseiensi diukur dengan rasio antara output dengan input. Semakin besar output dibanding input, maka semakin tinggi tingkat efisiensi suatu organisasi. Efisiensi= Output/Input Rasio efisiensi tidak dinyatakan dalam bentuk absolut tetapi dalam bentuk relatif. Unit A adalah lebih efisien dibanding unit B, unit A lebih efisien tahun ini dibanding tahun lalu, dan seterusnya. Karena efisiensi diukur dengan membandingkan keluaran dan masukan, maka perbaikan efisiensi dapat dilakukan dengan cara: a. Meningkatkan output pada tingkat input yang sama. b. Meningkatkan output dalam porsi yang lebih besar dari pada porsi pengikatan input. c. Menurunkan input pada tingkatan output yang sama. d. Menurunkan input dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi penurunan output. Dalam pengukuran kinerja value for money, efisiensi dapat dibagi menjadi dua yaitu efisiensi alokasi (efisiensi 1) dan efisiensi teknis atau manajerial (efisiensi 2). Efisiensi alokasi terkait dengan kemampuan untuk mendayagunakan sumber daya input pada tingkat kapasitas optimal. Efisiensi teknis (manajerial) terkait dengan kemampuan mendayagunakan sumber daya input pada tingkat output tertentu. 3. Pengukuran Efektivitas Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuan, maka organisasi tersebut dikatakan telah berjalan efektif. Efektivitas tidak menyatakan tentang berapa besar biaya yang telah dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut. biaya boleh jadi melebihi apa yang dianggarkan, boleh jadi dua kali lebih besar atai bahkan tiga kali lebih besar daripada yang telah dianggarkan. Efektifitas hanya melihat apakah suatu program atau kegiatan telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 4. Pengukuran Outcome Outcome adalah dampak suatu program atau kegiatan terhadap masyarakat. Pengukuran outcome memiliki dua peran yaitu peran retrospektif dan prospektif. Peran retrospektif terkait dengan penilaian kinerja masa lalu, sedangakan peran prospektif terkait dengan perencanaan kinerja dimasa yang akan datang. Sebagai peran prospektif, pengukuran outcome digunakanuntuk mengarahkan keputusan alokasi sumber daya publik. Analisis retrospektif memberikan bukti terhadap praktik yang baik (good management). Bukti tersebut dapat menjadi dasar untuk menetapkan target di masa yang akan datang dan mendorong untuk mengguanakan praktik terbaik. Atau dapat digunakan untuk membantu pembuat keputusan dalam menentukan program mana yang perlu dilaksanakan dan metode terbaik mana yang perlu digunakan untuk melaksanakan program tersebut.
F. Manfaat Implementasi Konsep Value for Money
Value for money dapat tercapai apabila organisasi telah menggunakan biaya input paling kecil untuk mencapai output yang optimum dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Implementasi konsep value for money diyakini dapat memperbaiki akuntabilitas sektor publik dan memperbaiki kinerja sektor publik. Manfaat implementasi konsep value for money pada organisasi sektor publik antara lain. 1. Meningkatkan efektivitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang diberikan tepat sasaran. 2. Meningkatkan mutu pelayanan publik. 3. Menurunkan biaya pelayanan publik karena hilangnya inefisiensi dan terjadinya penghematan dalam penggunaan input. 4. Alokasi belanja yang lebih berorientasi pada kepentingan publik, dan 5. Meningkatkan kesadaran akan uang publik (public cost awareness) sebagai akar pelaksanaan akuntabilitas publik.