Anda di halaman 1dari 17

103

H. SIFAT-SIFAT DETERMINAN DAN ATURAN CARMER


Seperti sudah dibicarakan dalam bab II, jika A adalah sebarang matriks m x n, dan
apabila kolom pertamanya diubah menjadi baris pertama, kolom keduanya menjadi baris
kedua dan seterusnya, maka matriks yang baru tersebut dinamakan transpos A dan diberi
simbol At. Dari definsi determinan kita peroleh bahwa determinan suatu matriks adalah
jumlah semua hasil kali elementer bertanda. Karena hasil kali elementer tersebut
mempunyai satu faktor dari setiap baris, dan satu faktor dari setiap kolom, maka meskipun
matriks tersebut diubah menjadi matriks transpos, hasil kali elementernya akan tetap sama.
Akibatnya determinannya pun akan sama seperti diberikan dalam teorema berikut,

Teorema III.5
Jika A adalah sebarang matriks bujursangkar, maka det A = det At.

Contoh III.33
Tinjaulah matriks A berikut,
 6 1 5
 
A   3 2 7
 

 8 4 1

Transpos matriks A adalah,
 6 3 8
 
At   1 2 4
 

 5 7 1

6 1 5
2 7 3 7 3 2
det A  3 2 7  ( 6)  (1)  (5)
4 1 8 1 8 4
8 4 1

 ( 6)( 2  28)  ( 1)( 3  56)  (5)(12  16)  83 (i)


6 3 8
2 4 1 4 1 2
det A t
1 2 4  ( 6)  ( 3)  ( 8)
7 1 5 1 5 7
5 7 1
 ( 6)(2  28)  (3)( 1  20)  ( 8)(7  10)  83 (ii)

Dari (i) dan (ii) diperoleh bahwa det A = det At

Jika A dan B adalah dua matriks berukuran n x n, dan k adalah sebarang skalar, maka
(i) det (A + B) det A + det B
(ii) det (kA) = kn det A

Contoh III.34
Tinjaulah matriks-matriks berikut,
 1 2 1  2 0 5
   
A   2 4 3 B   3 1 3
   

 3 5 0
 
 4 6 7

DND
104

 1 2 1  2 0 5  1 2 6
     
A  B   2 4 3   3 1 3   5 5 0
     

 3 5 0
   4 6 7
   7 11 7

1 2 1
4 3 2 3 2 4
det A  2 4 3  (1)  ( 2)  (1)
5 0 3 0 3 5
3 5 0

 (1)( 0  15)  (2)(0  9)  (1)(10  12)  1 (i)


2 0 5
1 3 3 3 3 1
det B  3 1 3  ( 2 )  ( 0)  (5)
6 7 4 7 4 6
4 6 7

 (2)(7  18)  (0)( 21  12)  (5)(18  4)  20 (ii)


det A + det B = 1  20 = 21 (iii)
1 2 6
5 0 5 0 5 5
det( A  B )  5 5 0  ( 1)  (2)  (6)
11 7 7 7 7 11
7 11 7

= (1)(35  0)  (2)(35  0)  (6)(55  35)  15) (iv)


Dari (iii) dan (iv) diperoleh bahwa det (A + B)  de A + det B
Sekarang ambil k = 5 dan kalikan k dengan matriks A, maka akan diperoleh,
 1 2 1  5 10 5
   
kA  5  -2 -4 -3   10 20 15
   
 3 5 0  15 25 0

5 10 5
20 15 10 15 10 20
det(5 A)  10 20 15  (5)  (10)  (5)
25 0 15 0 15 25
15 25 0

 (5)(0  375)  (10)(0  225)  (5)(250  300)  125 (v)


Karena matriks A adalah matriks berukuran 3 x 3, maka
kn det A = 53 (1) = 125 (vi)
Dari (v) dan (vi) diperoleh bahwa det (5A) = 53 det A = 125 det A.

Teorema III.6
Jika A dan B adalah matriks bujursangkar yang ukurannya sama, maka
det (AB) = det A det B.

Contoh III.35
Tinjau matriks-matriks berikut,

 1 3 0  3 1 4
   
A 4 6 1 B   2 0 6
   

 5 0 2
 
 1 5 3

DND
105

 1 3 0  3 1 4
   
AB   4 6 1  2 0 6
   

 5 0 2
 
 1 5 3

 (1)( 3)  ( 3)( 2 )  ( 0)(1) (1)( 1)  ( 3)( 0)  ( 0)(5) (1)( 4)  ( 3)( 6)  ( 0)( 3) 
 
  ( 4)( 3)  ( 6)( 2 )  ( 1)(1) ( 4)( 1)  ( 6)( 0)  ( 1)(5) ( 4)( 4)  ( 6)( 6)  ( 1)( 3) 
 

( 5)( 3)  ( 0)( 2)  ( 2)(1) ( 5)( 1)  ( 0)( 0)  ( 2)(5) ( 5)( 4)  ( 0)( 6)  ( 2)( 3) 
 3 1 22 
 
  1 9 55 
 

 13 15 26

1 3 0
6 1 4 1 4 6
det A  4 6 1 = (1)  (3) + (0)
0 2 5 2 5 0
5 0 2

= (1)(12  0)  (3)(8  5)  (0)(0  30)  3 (i)


3 1 4
0 6 2 6 2 0
det B  2 0 6 = (3)  (1)  (4)
5 3 1 3 1 5
1 5 3

 (3)(0  30)  (1)(6  6)  (4)( 10  0)  130 (ii)


3 1 22
9 55 1 55
det( AB )  1 9 55 = (3)  (1) + (22)
15 26 13 26
13 15 26
1 9

13 15
 (3)(234  825)  (1)(26  715)  (22)(15  117)  390 (iii)
Dari (i) dan (ii) diperoleh,
(det A)(det B) = 3(130) =  390 (iv)
sedangkan dari (iii) dan (iv) diperoleh,

det (AB) = (det A)(det B)

Dalam bab II telah dibicarakan bahwa matrik bujur sangkar yang semua komponen
pada diagonal utamanya 1 dan komponen lainnya nol dinamakan matriks satuan yang diberi
simbol I. Berdasarkan teorema III.3 matriks semacam ini determinannya adalah hasil kali
semua komponen pada diagonal utamanya, jadi det I = 1.

Contoh III.36
Matriks-matriks satuan berikut, determinannya sama dengan satu.
1 0 0 1 0 0
 
I  0 1 0 , det I  0 1 0  (1)(1)(1)  1
 
0 0 1 0 0 1

DND
106

1 0 0 0 1 0 0 0
 
0 1 0 0 0 1 0 0
I   , det I 
0 0 1 0
 (1)(1)(1)(1)  1
0 0 1 0
  0 0 0 1
0 0 0 1

Teorema III.7
Sebuah matriks bujursangkar A dapat dibalik (mempunyai invers) jika det A  0

Bukti :
Jika A dapat dibalik maka AA1 = I . Jika kita ambil determinannya, maka
det (AA1 ) = det I = 1 (i)
Menurut teorema III.6,
det (AA1 ) = (det A)(det A1 ) (ii)
1
Dari (i) dan (ii) diperoleh, (det A)(det A ) = 1, dengan demikian det A  0.

1
Akibat dari teorema III.7, jika A dapat dibalik, maka det A1 
det A

Bukti :
Dari bukti teorema III.7 diperoleh (det A)(det A1 ) = 1. Karena det A  0, maka
1
det A 1 
det A
Contoh III.37
Tinjaulah matriksmatris berikut,
 4 7 2  6 4 3
   
A  2 5 1 B 4 3 4
   

 6 0 3
  3 2 2 

 det A = 0 karena kolom pertama dan ketiga matriks A sebanding (kolom pertama dua kali
kolom ketiga), jadi menurut teorema III.7, matriks A tidak dapat dibalik (tidak
mempunyai invers).
6 4 3
3 4 4 4 4 3
 det B  4 3 4  (6)  (4)  ( 3)
2 2 3 2 3 2
3 2 2
 (6)(6  8)  (4)(8  12)  ( 3)(8  9)  1

Karena det B = 1  0, maka menurut teorema III.7, matriks B dapat dibalik (mempunyai
inver).
1 1 1
Berdasarkan hubungan det B 1  , maka det B 1    1. Untuk
det B det B 1
mengetahui apakah harga determinan B1 ini benar, akan kita hitung B1 dengan cara
OBE, kemudian kita tentukan det B1 dengan cara ekspansi kofaktor.

DND
107

 6 4 3 1 0 0  3 2 2 0 0 1
   
 4 3 4 0 1 0 O13  4 3 4 0 1 0 O12(-1)
   
 3
 2 2 0 0 1
   6
 4 3 1 0 0
 
 1 1 2 0 1 1  1 1 2 0 1 1
   
 4 3 4 0 1 0 O21(4)  0 1 4 0 3 4 O12(-1)
   
 6
 4 3 1 0 0
   0
 2 9 1 6 6
 
O31(6) O32(-2)
 1 0 2 0 2 3  1 0 0 2 2 7 
    O1(-1)
 0 1 4 0 3 4 O13(2)  0 1 0 4 3 12 

 0 0 1 1 0

2  

 0 0 1 1 0

2 

    O2(-1)
O23(-4) O3(-1)
 1 0 0 2 2 7
 
 0 1 0 4 3 12 
 
 1 2
 0 0 1 0 

Jadi didapatkan
 2 2 7
 
1
B   4 3 12 
 

 1 0 2
2 2 7
3 12 4 12 4 3
1
det B  4 3 12  ( 2)  ( 2)  ( 7)
0 2 1 2 1 0
1 0 2
 ( 2)( 6)  ( 2)(8  12)  (7)( 0  3)  1

1
Jadi benar bahwa det B 1   1.
det B

Contoh III.38
Hitunglah determinan invers matriks-matris berikut tanpa harus menghitung inversnya dahulu.
 1 2 3 1
 
2 4 1
 4 3 4 2
  B 
A  1 2 1  0 5 1 6
   
 3 4 2   0 6 1 4 

Jawab :
1
Untuk menjawab soal ini akan kita gunakan hubungan det A1  , karena itu akan
det A
kita cari dulu determinan matriks A dan B dengan menggunakan reduksi baris.
2 4 1 1 2 1 1 2 1
det A  1 2 1 R12  1 4 1 R21(-1)  0 2 0 R32(1)
3 4 2 = 3 4 2 = 0 2 1 =
R31(-3)

1 2 1
 0 2 0
0 0 1 = (1)(2)(1) = 2

DND
108

1 2 3 1 1 2 3 1 1 2 3 1

4 3 4 2 0 5 8 6 0 5 8 6
det B 
R21(-4) R32(-1) R24
0 5 1 6 = 0 5 1 6 = 0 0 9 0 =
0 6 1 4 0 6 1 4 R42(1) 0 1 7 2

1 2 3 1 1 2 3 1 1 2 3 1
0 1 7 2 0 1 7 2 0 1 7 2

R3(1/9)  (9)
R42(5)  (9)
0 0 9 0 = 0 0 1 0 = 0 0 1 0
0 5 8 6 0 5 8 6 0 0 43 16

1 2 3 1

R43(43) 0 1 7 2
 (9)
= 0 0 1 0
= (9)(1)(1)(1)(16) = 144
0 0 0 16

Karena det A = 2 dan det B = 144, maka


1 1
det A 1  
det A 2
1 1
det B 1   .
det B 144
Dalam bagian C bab ini telah dibicarakan bahwa kofaktor-kofaktor sebuah matriks
dapat dibuat matriks lain yang disebut dengan matriks kofaktor dan transpos matriks
kofaktor ini disebut matriks adjoin. Jadi apabila matriksnya adalah A maka adjointnya
dinyatakan oleh adj A. Dari matriks adjoin ini dapat ditentukan matriks inversnya seperti
yang dinyatakan dalam teorema berikut.

Teorema III.8
1
Jika A adalah sebuah matriks yang dapat dibalik, maka A 1  adj A
det A

Bukti :
a11 a12 . . . a1n 
a a22 . . . a2n 
 21 
 . . . 
 . . . 
Tinjau matriks A yang dapat dibalik, A  
a ai 2 . . . ain 
 i1 
 . . . 
 . . . 
a an 2 . . . ann 
 n1

DND
109

 C11 C21 . . . C j1 . . . C n1 
C12 C22 . . . C j2 . . . Cn 2 
 
 . . . . 
Adjoin dari matriks A ini adalah, adj A  
. . . . 
 
 . . . . 
C1n C2 n . . . C jn . . . Cnn 
Jika kita kalikan matriks A dengan adj A maka diperoleh,
 a11 a12 . . . a1n 
  C11 C21 . . . C j1 . . . Cn1 
 a 21 a22 . . . a2 n   
 . . .  C12 C22 . . . Cj2 . . . Cn 2 
   . . . . 
A ( adj A)   . . .   
 a i1 ai 2 . . . ain   . . . . 
 . . .   
   . . . . 
 . . .  C1n C2 n . . . C jn . . . Cnn 
a an 2 . . . a nn 
 n1
Komponen baris pertama kolom pertama dari hasil kali ini adalah,
a11C11  a12C12  . . .  a1nC1n
Komponen baris pertama kolom kedua dari hasil kali ini adalah,
a11C21  a12 C22  . . .  a1n C2 n
dan seterusnya. Secara umum komponen matriks hasil kali ini, yaitu komponen baris ke i
kolom ke j adalah,
ai1C j1  ai 2 C j 2  . . .  ain C jn ()
Jika i = j, maka () merupakan ekspansi kofaktor dari det A sepanjang baris ke i dari
matriks A. Sebaliknya jika i  j maka koefisien-koefisien a dan kofaktor-kofaktornya berasal
dari baris-baris matriks A yang berbeda, sehingga nilai dari () sama dengan nol. Karena itu
hasil kali matriks A dengan adj A adalah,
 det A 0 . . . 0 
 
 0 det A . . . 0 
A (adj A)   . . . 
 . . . 
 
 0 0 . . . det A 
1 0 . . . 0
 
0 1 . . . 0
 det A  . . .   det A( I ) ()
. . .
 
0 0 . . . 1
Karena matriks A dapat dibalik, maka det A  0. Jadi persamaan () dapat dituliskan
sebagai,
1
det A
 A (adj A)  I
atau

DND
110

 1 
A adj A  I
 det A 
Jika persamaan terakhir ini dikalikan dengan A1 akan diperoleh,
 1 
A 1 A  adj A  A1I
 det A 
Karena A1A = I dan A1 I = A1, maka didapatkan,
 1  1
 det A adj A  A

atau
1
A1  adj A
det A

Untuk memperjelas pembuktiaan di atas, kita ambil matriks 3 x 3 seperti dalam contoh
berikut,

Contoh III.39
Tinjau matriks 3 x 3 berikut,
 1 2 1
 
A  2 4 1
 

 3 0 2

Kofaktor-kofaktor matriks A ini adalah,


4 1 2 1 2 4
C11 = = 8 C12 =  = 7 C13 = = 12
0 2 3 2 3 0

2 1 1 1 1 2
C21 =  = 5 C22 = = 5 C23 =  = 6
0 2 3 2 3 0

2 1 1 1 1 2
C31 = = 6 C32 =  = 1 C33 = = 8
4 1 2 1 2 4

Determinan matriks A adalah (dengan menggunakan ekspansi kofaktor sepanjang baris


pertama),
det A  a11C11  a12 C12  a13C13  (1)(8)  ( 2 )(7 )  (1)(12 )  34
Matriks kofaktornya adalah,
 8 7 12 
 
 4 5 6
 

 6 1 8

Matriks adjoin A adalah,


 8 4 6
 
adj A   7 5 1
 

 12 6 8

Sekarang kalikan matriks A dengan adj A,

DND
111

 1 2 1  8 4 6
   
A (adj A)   2 4 1  7 5 1
   

 3 0 2
 
 12 6 8

 (1)( 8)  ( 2 )( 7 )  (1)(12 ) (1)( 4 )  ( 2 )(5)  (1)( 6) (1)( 6)  ( 2 )(1)  (1)(8) 
 
  ( 2 )(8)  ( 4 )( 7 )  (1)(12 ) ( 2 )( 4 )  ( 4 )(5)  (1)( 6) ( 2 )( 6)  ( 4 )(1)  (1)(8) 
 ( 3)(8)  ( 0)( 7 )  ( 2 )(12 ) ( 3)( 4 )  ( 0)(5)  ( 2 )( 6) ( 3)( 6)  ( 0)(1)  ( 2 )( 8) 
 
 34 0 0 1 0 0
   
  0 34 0   34  0 1 0  det A ( I )
   

 0 0 34 
0 0 1

Dari hasil perkalian ini diperoleh bahwa A (adj A) = det A (I). Jika ruas kanan dan kiri
dikalikan dengan A1 maka diperoleh hasil seperti bukti di atas yaitu,
1
A 1  adj A
det A

Contoh III.40
Tentukanlah invers matriks A dalam contoh III.39 dengan menggunakan teorema III.8.

Jawab :
Matriks pada contoh III.39 adalah,
 1 2 1
 
A  2 4 1
 

 3 0 2

Dari contoh III.39 tersebut diperoleh,


det A I
 8 4 6
 
det A = 34 , dan adj A   7 5 1
 

 12 6 8

Dengan menggunakan hubungan,


1
A1  adj A
det A
diperoleh,
 8 4 6 
 8 4 6  34 
34 34
1    7 5 1 
A 1   7 5 1   
34    34 34 34

 12 6 8  12 6 8

 34 34 34 

Untuk mengetahui kebenaran harga A1 ini, ujilah sendiri dengan menunjukkan bahwa
AA1 = I seperti yang telah diterangkan dalam bab II.

Contoh III.41
Diketahui matrik A sebagai berikut,

DND
112

 1 3 0
 
A  2 6 4
 

 1 0 2

a) Tentukanlah kofaktor-kofaktor matriks tersebut


b) Hitunglah det A dengan ekspansi kofaktor sepanjang kolom kedua
c) Tentukanlah adj A
d) Tentukanlah A1 dengan menggunakan hasil dari (b) dan (c)

Jawab :
a) Kofaktor-kofaktor matriks A adalah,
6 4 2 4 2 6
C11   12 C12    8 C13   6
0 2 1 2 1 0

3 0 1 0 1 3
C21    6 C22   2 C23    3
0 2 1 2 1 0

3 0 1 0 1 3
C31   12 C32    4 C32  0
6 4 2 4 2 6

b) Dengan menggunakan ekspansi kofaktor sepanjang kolom kedua diperoleh,


det A  a12 C12  a 22C22  a 32C32  ( 3)(8)  ( 6)( 2 )  ( 0)( 4 )  12
 12 8 6
 
c) Matriks kofaktornya adalah, 6 2 3
 

 12 4 0

 12 6 12
 
Adjoin matriks A adalah, adj A  8 2 4 
 

 6 3 0

d) Invers matriks A adalah,


 12 6 12   1 
 12 6 12   12 12

12   1 2
1
1 1 1    8 2 4   2 1 1
A  adj A   8 2 4       
det A (12 )    12 12 12   3 6 3
 6 3 0   6 3
0  
1 1
0
 12 12   2 4 

Ujilah sendiri kebenaran hasil penentuan A1 ini dengan menunjukkan bahwa A A1 = I.
Dari pembicaraan di atas dapat dilihat bahwa penentuan invers matriks dengan
menggunakan metoda yang dinyatakan dalam teorema III.8, agak sulit untuk matriks
berukuran lebih besar dari 3 x 3. Karena untuk metriks berukuran lebih besar dari 3 x 3 kita
harus menentukan lebih banyak lagi kofaktornya sebelum invers matriksnya dapat
ditentukan. Sebagai contoh, untuk matriks 4 x 4 kita harus menentukan 16 buah
kofaktornya sebelum dapat menentukan inversnya. Karena itu cara reduksi baris atau kolom
lebih mudah untuk digunakan mencari invers matriks yang berukuran lebih besar dari 3 x 3.
Walaupun demikian metoda mencari invers matriks seperti dinyatakan dalam teorema III.8
itu sangat berguna untuk menelaah sifat-sifat invers matriks tanpa harus menghitung
inversnya.

DND
113

Selain dapat digunakan untuk menentukan invers suatu matriks, determinan juga
dapat digunakan untuk memecahkan sistem persamaan linier dengan n bilangan tidak
diketahui dan n persamaan linier. Rumus untuk memecahkan sistem persamaan linier dengan
menggunakan determinan ini dinamakan aturan Cramer seperti yang dinyatakan dalam
teorema berikut.

Teorema III.9 (Aturan Cramer)


Jika AX = B adalah sistem persamaan linier yang terdiri dari n bilangan yang tidak
diketahui dan n persamaan linier dan juga det A 0, maka sistem tersebut
mempunyai pemecahan yang unik yaitu,
det A1 det A2 det An
x1  , x2  , . . . , xn 
det A det A det A
di mana Aj adalah matriks yang diperoleh dengan mengganti komponen-komponen
dalam kolom ke-j dari matriks A dengan komponen-komponen dalam matriks B.

Bukti :
Misalkan,
 a11 a12 . . . a1n   x1   b1 
     
 a21 a22 . . . a2 n   x2  b2 
 . . .  . .
A   X   B 
 . . .  . .
     
 . . .  . .
 an1 a n2 . . . a nn   xn  bn 

Karena det A  0, maka menurut teorema III.7, matriks A mempunyai invers. Dari teorema
II.10 diperoleh bahwa sistem persamaan AX = B mempunyai pemecahan unik yaitu
X  A1 B ()
Sedangkan dari teorema III.7 kita peroleh,
1
A 1  adj A ()
det A
Jika kita masukan harga A1 ini ke dalam persamaan () dan jika
 C11 C21 . . . Cn1 
 
 C1n C2 n . . . Cn2 
 . . . . 
adj A   
 . . . . 
 
 . . . . 
 C1n C2 n . . . Cnn 
maka

DND
114

 C11 C21 . . . Cn1   b1 


   
 C12 C22 . . . Cn2  b2 
 1  1  . . .  .
X  A1 B   adj A B     
 det A  det A  . . .  .
   
 . . .  .
 C1n C2 n . . . Cnn  bn 

 C11b1  C21b2  . . .  Cn1bn 


 C11b1  C21b2  . . .  Cn1bn   det A 
   C12b1  C22b2  . . .  Cn2bn 
 C12 b1  C22b2  . . .  Cn2bn   
 det A 
1  . 
 . 
  
det A  .   . 
   
 .   . 
 C1nb1  C2 nb2  . . .  Cnnbn   C b  C2 nb2  . . .  Cnnbn 
 1n 1 
 det A 

 b1C11  b2 C21  . . . + bn Cn1 


 x1   det A 
   b1C12  b2 C22  . . .  bn Cn 2 
 x2   det A

.  . 
Jadi
.    ()
   . 
.  . 
 xn   b C  b C  . . .  b C 
 1 1n 2 2 n n nn

 det A 
Misalkan
 b1 a12 . . . a1n 
 
b2 a22 . . . a2 n 
 . . .  maka det A1  b1C11  b2 C21  . . . + bn Cn1
A1   ,
 . . .  (ekspansi kofaktor sepanjang kolom pertama)
 
 . . . 
bn a n2 . . . a nn 

 a11 b1 . . . a1n 
 
 a12 b2 . . . a2 n 
 . . . 
A2   , det A2  b1C21  b2 C22  . . . + bn C2 n
 . . .  maka
 . (ekspansi kofaktor sepanjang kolom kedua)
. . 
a bn . . . a nn 
 n1
dan seterusnya sampai,

DND
115

 a11 a12 . . . b1 
 
 a21 a22 . . . b2 
 . . .
An   , det An  b1C1n  b2C2 n  . . . + bn Cnn
 . . .  maka
  (ekspansi kofaktor sepanjang kolom ke-n)
 . . .
 a n1 a n2 . . . bn 
Selanjutnya masukan detA1, det A2, . . . , det An ke dalam persamaan (), akan
diperoleh,
 det A1 
 x1   det A 
   det A2 
x2   det A 
.  . 
   atau x  det A1 , x  det A2 , . . . , x  det An
1 2 n
.  .  det A det A det A
   
.  . 
 xn   det An 
 
 det A 

Contoh III.42
Carilah pemecahan sistem persamaan linier di bawah ini dengan menggunakan aturan
Komponen-komponen matriks B
Cramer.
2 x1  x2  2 x3  2
x1  10 x2  3x3  5
 x1  x2  x 3  3
Jawab :
Dalam bentuk perkalian matriks, sistem persamaan linier ini dapat dituliskan sebagai AX = B
di mana,
 2 1 2  x1   2
     
A  1 10 3 X   x2  B   5
     

 1 1 1
  x3  
 3

Ganti komponen-komponen kolom pertama matrik A dengan komponen-komponen matriks


B, maka akan diperoleh matriks baru yaitu,
 2 1 2
 
A1   5 10 3
 

 3 1 1

Ganti komponen-komponen kolom kedua matrik A dengan komponen-komponen matriks


B, maka akan diperoleh matriks baru yaitu,
 2 2 2
 
A2   1 5 3
 

 1 3 1

DND
116

Ganti komponen-komponen kolom ketiga matrik A dengan komponen-komponen matriks


B, maka akan diperoleh matriks baru yaitu,
 2 1 2
 
A3   1 10 5
 

 1 1 3

Tentukan determinan matriks-matriks A, A1, A2, dan A3 (akan ditentukan dengan cara
ekspansi kofaktor sepanjang baris pertama)
2 1 2
10 3 1 3 1 10
det A  1 10 3 2  ( 1) 2
1 1 1 1 1 1
1 1 1

 2(10  3)  (1)(1  3)  2(1  10)  26  2  22  46


2 1 2
10 3 5 3 5 10
det A1  5 10 3 2  ( 1) 2
1 1 3 1 3 1
3 1 1

= 2(10 + 3)  (1)(5  9)  2(5  30)  26  4  70  92


2 2 2 5 3 1 3 1 5
2 2 2
det A2  1 5 3  3 1 1 1 1 3
1 3 1

= 2(5  9)  2(1  3)  2( 3  5)  8  4  4  0
2 1 2
10 5 1 5 1 10
det A3  1 10 5 2  ( 1) 2
1 3 1 3 1 1
1 1 3

= 2(30  5)  (1)(3  5)  2(1  11)  70  2  22  46


Berdasarkan aturan Cramer, maka pemecahan sistem persamaan
Komponen-komponen matriks B linier di atas adalah,
det A1 92 det A2 0 det A3 46
x1   2 x2   0 x3    1
det A 46 det A 46 det A 46

Contoh III.43
Pecahkanlah sistem persamaan linier berikut dengan menggunakan aturan Cramer.
x1  2 x2  x4  4
2 x2  x3  x4  2
x1  x2  x3  x4 matriks
Komponen-komponen  1B
x2  2 x3  x4  1
Jawab :
Sistem persamaan linier di atas dapat dituliskan dalam bentuk perkalian matriks AX = B di
mana,

DND
117

1 2 0 1  x1   4
     
0 2 1 1  x2  2
A   X   B   
1 1 1 1  x3   1
     

0 1 2 1
 
 1
 x4  

Ganti komponen-komponen kolom pertama matriks A dengan komponen-komponen


matriks B. Selanjutnya ganti komponen-komponen kolom kedua dengan komponen-
komponen matriks B dan seterusnya sampai kolom keempat. Matriks-matriks baru yang
diperoleh dengan penggantian komponen-komponen kolom A ini adalah,
4 2 0 1 1 4 0 1
   
2 2 1 1 0 2 1 1
A1    A2   
1 1 1 1 1 1 1 1
   

1 1 2 1
  0 1 2 1

1 2 4 1 1 2 0 4
   
0 2 2 1 0 2 1 2
A3    A4   
1 1 1 1 1 1 1 1
   

0 1 1 1
  0 1 2 1

Selanjutnya, hitunglah determinan-determinan matriks A, A1, A2, A3, dan A4 maka akan
diperoleh, (hitung sendiri determinan-determinan ini dengan memakai cara apa saja yang
saudara anggap paling mudah)
1 2 0 1

0 2 1 1
det A   192
1 1 1 1

0 1 2 1

4 2 0 1 1 4 0 1

2 2 1 1 0 2 1 1
det A1   384 det A2   192
1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 2 1 0 1 2 1

1 2 4 1 1 2 0 4

0 2 2 1 0 2 1 2
det A3   0 det A4   0
1 1 1 1 1 1 1 1

0 1 1 1 0 1 2 1

Berdasarkan aturan Cramer, maka pemecahan sistem persamaan linier di atas adalah,
det A1 384 det A2 192
x1    2, x2   1
det A 192 det A 192
det A3 0 det A3 0
x3    0, x4   0
det A 192 det A 192
I. LATIHAN III.4
1. Buktikanlah bahwa det A = det At untuk matriks-matriks berikut,

DND
118

 3 1 2 4
 
 5 1 8  2 0 3 1
  (ii) A  
(i) A  15 3 6  1 6 2 0
   
10 4 2 
 2 5 4 5

2. Hitunglah det(3A) dan det (5A) untuk matriks-matriks pada soal nomor 1.
3. Buktikanlah bahwa det (AB) = (det A)(det B) untuk matriks-matriks berikut,
2 1 0 1 1 3
   
A  3 4 0 B  7 1 2
   
 0 0 2  5 0 1 

4. Buktikanlah bahwa det (AB) = (det A)(det B) untuk matriks-matriks berikut,


 2 4 0 0  4 1 4 2
   
 1 1 0 1  1 3 1 1
A   B  
 3 0 3 0  2 4 5 3
   

 1 2 2 1
 
 6 7 8 0

5. Tentukanlah apakah matriks-matriks berikut mempunyai invers atau tidak, tanpa harus
menghitung inversnya terlebih dahulu. Jika mempunyai invers hitunglah determinan
inversnya.
1 7 0  2 1 4  7 2 1
     
(a) 3 6 7 (b)  1 1 2 (c) 7 2 1
     

0 8 1
 
 3 1 6  3 6 6

 3 4 7 2  2 1 1 3  4 1 0 2 
     
 2 6 1 3 4 6 2 3  3 6 1 2
(d)   (e)   (f)  
 1 0 0 0 1 0 5 0  1 7 5 0
     

 2 8 3 4 
5 0 0 5
 
 8 3 0 4

6. Misalkan det A = 5, di mana


a b c
 
A  d e f
 
 g h i 

Carilah,
a g d
 
1 1
(a). det (3A), (b) det (2A ), (c) det[(2A) ], (d) det b

h e

 c i f 

7. Untuk matriks-matriks di bawah ini, tentukanlah


a) Determinannya,
b) Adjoinnya
c) Matriks inversnya dengan menggunakan hasil dari a dan b.
 14 5  7 10  cos  sin  
(i)   (ii)   (iii)  
 25
 9
 
15 22
  sin 
 cos  

8. Untuk matriks-matriks di bawah ini, tentukanlah


DND
119

a) Determinannya,
b) Adjoinnya
c) Matriks inversnya dengan menggunakan hasil dari a dan b.
0 1 0  5 1 5  3 1 1
     
1 0 0  0 2 0  15 6 5
(i)   (ii)   (iii)  
 0 0 1 
 5 3 15
 
 5 2 2

9. Pecahkanlah sistem-sistem persamaan linier di bawah ini dengan menggunakan aturan


Cramer.
(i) (ii) (iii)
 x  3y  2z  72 x  5 y  3z  13x  y  z  3
3x  3z  3x  2y  z  22 x  2 y  3z  1
2x  y  2 z  1 x  y  z  0 x  y  2 z  2

10. Pecahkanlah sistem-sistem persamaan linier di bawah ini dengan menggunakan aturan
Cramer dan eliminasi Gauss-Jordan. Metoda manakah yang paling singkat
perhitungannya ?.
(i) (ii) (iii)
x  2 y  3z  8 x  y  2z  0 4 x  5y  2
2x  y  4 z  7 3x  y  z  3
11x  y  2z  3
y  z  1 2 x  5y  3z  4 x  5y  2z  1

11. Pecahkanlah sistem-sistem persamaan linier di bawah ini dengan menggunakan aturan
Cramer.
(i) (ii)
3x  y  7z  9w  4 4x  y  z  w  6
x  y  4z  4w  7 3x  7y  z  w  1
x  2z  3w  0 7x  3 y  5z  8w  3
2 x  y  4z  6w  6 x  y  z  2w  3

12. Pecahkanlah sistem-sistem persamaan linier di bawah ini dengan menggunakan aturan
Cramer dan eliminasi Gauss-Jordan. Metoda manakah yang paling singkat
perhitungannya ?.
(i) (ii)
x1  2 x2  x3  2 x4  22 x1  x2  x3  4 x4  32
3x1  x3  5x4  37 x1  2 x2  9 x3  x4  14
x1  2 x2  3x4  13x1  x2  x3  x4  11
2 x1  4 x2  x3  6 x4  5 x1  x2  4 x3  2 x4  4

DND

Anda mungkin juga menyukai