Anda di halaman 1dari 9

PENDUDUK KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN 2010

1. Penduduk Negara Indonesia

Hasil Sensus Penduduk 2010 (SP2010) mencatat bahwa jumlah penduduk Indonesia pada tahun
2010 adalah sebanyak 237.641.326 jiwa, yang mencakup mereka yang bertempat tinggal di daerah
perkotaan sebanyak 118.320.256 jiwa (49,79 %) dan di daerah perdesaan sebanyak 119.321.070 jiwa
(50,21 %).

Penduduk laki-laki Indonesia sebanyak 119.630.913 jiwa dan perempuan sebanyak 118.010.413 jiwa.
Seks Rasio adalah 101, berarti terdapat 101 laki-laki untuk setiap 100 perempuan.

2. Penduduk Provinsi Jawa Barat

Jumlah penduduk Provinsi Jawa Barat sebanyak 43.053.732 jiwa yang mencakup mereka yang
bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak 28.282.915 jiwa (65,69 %) dan di daerah perdesaan
sebanyak 14.770.817 jiwa (34,31 %).

Penduduk laki-laki Provinsi Jawa Barat sebanyak 21.907.040 jiwa dan perempuan sebanyak
21.146.692 jiwa. Seks Rasio adalah 104, berarti terdapat 104 laki-laki untuk setiap 100 perempuan.

3.Penduduk Kabupaten Purwakarta

Jumlah penduduk Kabupaten Purwakarta sebanyak 852.521 jiwa yang mencakup mereka yang
bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak 458.599 jiwa atau 53,79 % dan di daerah perdesaan
sebanyak 393.922 jiwa atau 46,21 %.

Penduduk laki-laki Kabupaten Purwakarta sebanyak 436.082 jiwa dan perempuan sebanyak
416.439 jiwa. Seks rasio penduduk Kabupaten Purwakarta adalah 105, berarti terdapat 105 laki-laki
untuk setiap 100 perempuan, dimana 51,15 % penduduk laki-laki dan 48,85 % penduduk perempuan.

Jumlah penduduk yang aktif secara ekonomi (angkatan kerja) di Kabupaten Purwakarta berdasarkan
hasil Sensus Penduduk 2010 (SP2010) adalah 351.864 orang, yang terdiri dari 245.163 laki-laki dan
106.701 perempuan. Dari jumlah tersebut, jumlah yang bekerja adalah 335.802 orang dan penganggur
sebesar 16.062 orang. Dengan jumlah penduduk 15 tahun ke atas sebanyak 593.547 jiwa, tingkat
partisipasi angkatan kerja (TPAK) di Kabupaten Purwakarta adalah 59,41 %, dimana TPAK laki-laki
adalah 81,11 % dan TPAK perempuan sebesar 36,79 %.

Tingkat pengangguran terbuka (TPT) yang menggambarkan persentase penganggur terhadap total
angkatan kerja adalah 4,56 %, dimana Tingkat pengangguran terbuka laki-laki adalah 3,7 %, sedangkan
Tingkat pengangguran terbuka perempuan adalah 6,5 %.

1|Page
XI IPA 6 GEOGRAFI SMAN 11 GARUT
a. Jumlah Penduduk per Kecamatan:

2|Page
XI IPA 6 GEOGRAFI SMAN 11 GARUT
b. Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur:

3|Page
XI IPA 6 GEOGRAFI SMAN 11 GARUT
c. Piramida Penduduk Kabupaten Purwakarta:

4|Page
XI IPA 6 GEOGRAFI SMAN 11 GARUT
KESIMPULAN

1. Kabupaten Purwakarta memiliki jumlah penduduk laki-laki sebanyak 436.082 jiwa dan perempuan
sebanyak 416.439 jiwa. Dilihat dari jumlah penduduk tersebut, maka seks rasio penduduk Kabupaten
Purwakarta adalah 105, berarti terdapat 105 laki-laki untuk setiap 100 perempuan, dimana 51,15 %
penduduk laki-laki dan 48,85 % penduduk perempuan. Hasil tersebut diperoleh dari:

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑙𝑎𝑘𝑖 − 𝑙𝑎𝑘𝑖 (𝑀)


𝑥𝑘
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑒𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 (𝐹)

436.082
𝑥 100 = 105
416.439
Berarti terdapat 105 laki-laki untuk setiap 100 perempuan

2.Disamping itu, kabupaten Purwakarta pada tahun 2010 memiliki jumlah penduduk yang berusia dari
0-4 tahun sebanyak 258.974 jiwa, usia 15-64 tahun sebanyak 555.569 jiwa, dan usia 65 ke atas
sebanyak 37.978 jiwa. Dari data tersebut, kita dapat menghitung Dependency Ratio sebagai berikut:

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑛𝑜𝑛 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓


𝑥𝑘
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓

(𝑢𝑠𝑖𝑎 0 − 14) + (𝑢𝑠𝑖𝑎 65 𝑘𝑒 𝑎𝑡𝑎𝑠)


𝑥𝑘
𝑢𝑠𝑖𝑎 15 − 64

258.974 + 37.978
𝑥 100
555.569

296.952
𝑥 100 = 53,45
555.569

Berarti terdapat 53 jiwa penduduk non produktis yang darus ditanggung oleh 100 penduduk produktif.

3.Dilihat dari piramida penduduk, kabupaten Purwakarta pada tahun 2010 diperoleh data:

a. Angka kelahiran (Birth) penduduk tinggi

b. Angka kematian (death) penduduk tinggi

c. Angka harapan hidup rendah

d. Tingkat kesehatan rendah

e. Bentuk piramida semakin ke atas semakin mengecil (segitiga), maka dinamakan piramida jenis
konstruktif.

5|Page
XI IPA 6 GEOGRAFI SMAN 11 GARUT
PENDUDUK PROVINSI JAWA BARAT HASIL SENSUS PENDUDUK 2010

1. Jumlah dan Distribusi Penduduk

Jumlah penduduk Provinsi Jawa Barat sebanyak 43.053.732 jiwa yang mencakup mereka yang
bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak 28.282.915 jiwa (65,69 persen) dan di daerah
perdesaan sebanyak 14.770.817 jiwa (34,31 persen). Persentase distribusi penduduk menurut
kabupaten/kota bervariasi dari yang terendah sebesar 0,41 persen di Kota Banjar hingga yang tertinggi
sebesar 11,08 persen di Kabupaten Bogor.

2. Jenis Kelamin Penduduk

Penduduk laki-laki Provinsi Jawa Barat sebanyak 21.907.040 jiwa dan perempuan sebanyak 21.146.692
jiwa. Seks Rasio adalah 104, berarti terdapat 104 laki-laki untuk setiap 100 perempuan. Seks Rasio
menurut kabupaten/kota yang terendah adalah Kabupaten Ciamis sebesar 98 dan tertinggi adalah
Kabupaten Cianjur sebesar 107. Seks Rasio pada kelompok umur 0-4 sebesar 106, kelompok umur 5-9
sebesar 106, kelompok umur lima tahunan dari 10 sampai 64 berkisar antara 97 sampai dengan 113, dan
dan kelompok umur 65-69 sebesar 96.

3. Umur Penduduk

Median umur penduduk Provinsi Jawa Barat tahun 2010 adalah 26,86 tahun. Angka ini menunjukkan
bahwa penduduk Provinsi Jawa Barat termasuk kategori menengah. Penduduk suatu wilayah
dikategorikan penduduk muda bila median umur < 20, penduduk menengah jika median umur 20-30,
dan penduduk tua jika median umur > 30 tahun. Rasio ketergantungan penduduk Provinsi Jawa Barat
adalah 51,20. Angka ini menunjukkan bahwa setiap 100 orang usia produktif (15-64 tahun) terdapat
sekitar 51 orang usia tidak produkif (0-14 dan 65+), yang menunjukkan banyaknya beban tanggungan
penduduk suatu wilayah. Rasio ketergantungan di daerah perkotaan adalah 48,84 sementara di daerah
perdesaan 55,92 . Perkiraan rata-rata umur kawin pertama penduduk laki-laki sebesar 25,9 tahun dan
perempuan 22,2 tahun (perhitungan Singulate Mean Age at Marriage/SMAM).

4. Kelahiran

Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate - CBR) adalah jumlah kelahiran per 1000 penduduk. CBR
Provinsi Jawa Barat adalah 17,40, yang artinya terdapat sekitar 17 sampai dengan 18 kelahiran hidup
untuk setiap 1000 penduduk. Angka CBR provinsi bervariasi antara 17,8 di daerah perkotaan dan 16,6 di
daerah perdesaan. Angka Fertilitas Total (Total Fertility Rate - TFR) adalah rata-rata jumlah anak yang
dipunyai seorang wanita selama masa reproduksinya, yang juga sebagai ukuran fertilitas suatu kohor
perempuan. TFR Provinsi Jawa Barat hasil SP2010 yang merujuk pada keadaan (2006-2009) adalah 2,43,
yang artinya rata-rata hitung jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang perempuan sampai dengan akhir
masa reproduksinya adalah 2 sampai dengan 3 orang.

5. Kematian

Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate - IMR) didefinisikan sebagai banyaknya kematian bayi usia
dibawah satu tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu. IMR hasil SP2010 yang merujuk pada
keadaan tahun 2006 untuk Provinsi Jawa Barat adalah 25,54, artinya setiap 1000 kelahiran hidup
terdapat 25,54 bayi berumur kurang dari satu tahun yang meninggal. IMR untuk laki-laki (30) adalah
lebih besar dari perempuan (22). Angka Harapan Hidup (AHH atau e0) Provinsi Jawa Barat hasil SP2010

6|Page
XI IPA 6 GEOGRAFI SMAN 11 GARUT
yang merujuk pada keadaan 2006 sebesar 70,90 tahun, yang artinya secara rata-rata penduduk yang
lahir pada periode rujukan akan bertahan hidup sampai umur 70,90 tahun. Secara umum, perempuan
mempunyai AHH yang lebih tinggi dibanding laki-laki. Angka e0 laki-laki sebesar 68,9 tahun sementara
perempuan sebesar 72,8 tahun.

6. Migran Masuk Risen

Jumlah penduduk yang merupakan migran risen terus meningkat dari waktu ke waktu. Hasil SP2010
mencatat 1.818.053 penduduk atau 4,7 persen penduduk merupakan migran masuk risen antar
kabupaten/kota. Persentase migran masuk risen di daerah perkotaan 6,6 kali lipat lebih besar daripada
di daerah perdesaan, masing-masing sebesar 6,6 dan 1,0 persen. Menurut gender, jumlah migran laki-
laki lebih banyak daripada migran perempuan, 926.836 berbanding 891.217 orang. Seks rasio migran
risen adalah 104. Data-data tersebut menunjang teori, bahwa migran lebih banyak di daerah perkotaan
dan laki-laki lebih banyak yang melakukan perpindahan. Persentase migran terbesar di Kota Bekasi dan
terkecil di Kota Banjar.

7. Migran Masuk Seumur Hidup

Jumlah penduduk yang merupakan migran seumur hidup terus meningkat dari waktu ke waktu. Hasil
SP2010 mencatat 8.150.103 penduduk atau 18,9 persen penduduk merupakan migran masuk seumur
hidup antar kabupaten/kota. Persentase migran masuk seumur hidup di daerah perkotaan 16,2 kali
lipat lebih besar daripada di daerah perdesaan, masing-masing sebesar 27,1 dan 3,2 persen. Menurut
gender, jumlah migran laki-laki lebih banyak daripada migran perempuan, 4.242.651 berbanding
3.907.452 orang. Seks rasio migran risen adalah 109. Data-data tersebut menunjang teori, bahwa
migran lebih banyak di daerah perkotaan dan laki-laki lebih banyak yang melakukan perpindahan.
Persentase migran terbesar di Kota Bekasi dan terkecil di Kota Banjar.

8. Pendidikan

Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan
dasar (Pasal 6, UU No. 20 Tahun 2003). Berdasarkan hasil SP2010, persentase penduduk 7-15 tahun yang
belum/tidak sekolah sebesar 2,08 persen dan yang tidak sekolah lagi sebesar 7,44 persen. Ukuran atau
indikator untuk melihat kualitas sumber daya manusia (SDM) terkait dengan pendidikan antara lain
pendidikan yang ditamatkan dan Angka Melek Huruf (AMH). Berdasarkan hasil SP2010, persentase
penduduk 5 tahun yang berpendidikan minimal tamat SMP/Sederajat sebesar 39,39 persen, dan AMH
penduduk berusia 15 tahun ke atas sebesar 95,74 persen yang berarti dari setiap 100 penduduk usia 15
tahun ke atas ada 96 orang yang melek huruf. Penduduk dikatakan melek huruf jika dapat membaca
dan menulis huruf latin atau huruf lainnya.

9. Angka Partisipasi Sekolah (APS)

Angka Partisipasi Sekolah (APS) menunjukkan besaran penduduk usia sekolah yang sedang bersekolah.
APS merupakan ukuran daya serap, pemerataan dan akses terhadap pendidikan khususnya penduduk
usia sekolah. APS 13-15 tahun sebesar 80,80 persen. Ini menunjukkan masih terdapat kelompok usia
wajib belajar (13-15 tahun) sebesar 19,20 persen yang tidak bersekolah. APS 16-18 tahun sebesar 44,65
persen dan APS 19-24 tahun sebesar 11,54. APS di perdesaan lebih rendah dibandingkan perkotaan.
Semakin tinggi kelompok umur semakin besar perbedaannya (gap). Di perdesaan APS 7-12 tahun
sebesar 94,29 persen, APS 13-15 tahun 74,83 persen, APS 16-18 tahun 33,95 persen, APS 19-24 tahun

7|Page
XI IPA 6 GEOGRAFI SMAN 11 GARUT
sebesar 5,41 persen. Di perkotaan APS 7-12 tahun sebesar 95,68 persen, APS 13-15 tahun 84,17 persen,
APS 16-18 tahun 49,95 persen dan APS 19-24 tahun sebesar 14,20 persen.

10. Pendidikan yang Ditamatkan

Kualitas SDM dapat dilihat dari pendidikan yang ditamatkan. Gerakan wajib belajar 9 tahun (1994)
mentargetkan pendidikan yang ditamatkan minimal tamat SMP. Persentase penduduk usia 5 tahun ke
atas yang tidak/belum pernah sekolah sebesar 7,22 persen, tidak/belum tamat SD 17,87 persen, tamat
SD/MI/sederajat 35,51 persen dan tamat SMP/MTs/sederajat sebesar 16,29 persen. Kualitas SDM
daerah perdesaan lebih rendah dibandingkan daerah perkotaan. Persentase penduduk uisa 5 tahun ke
atas berpendidikan minimum tamat SMP/MTs/sederajat di perdesaan 21,02 persen lebih rendah
dibandingkan perkotaan 49,03 persen. Pendidikan perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki.
Persentase penduduk perempuan usia 5 tahun ke atas berpendidikan minimum tamat
SMP/MTs/sederajat 36,86 persen lebih rendah dibandingkan laki-laki 41,84 persen.

11. Pendidikan yang Ditamatkan

Pendidikan yang tinggi merupakan salah satu tuntutan era globalisasi. Indonesia memiliki jumlah
penduduk yang besar, merupakan modal dasar pembangunan bangsa. Modal dasar yang berkualitas
merupakan tujuan utama pembangunan manusia Indonesia seperti yang tertuang dalam Pembukaan
UUD 1945. Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas serta berpendidikan tinggi adalah upaya
mempersiapkan SDM yang kompeten agar mampu bersaing dalam pasar kerja global. Berdasarkan hasil
SP2010, penduduk Provinsi Jawa Barat usia 5 tahun ke atas yang tamat SM/sederajat sebesar 17,93
persen, tamat DI/DII/DIII sebesar 2,02 persen, tamat DIV/S1 sebesar 2,88 persen dan tamat S2/S3
sebesar 0,27 persen.

12. Angka Melek Huruf (AMH)

Angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas sebesar 95,74 persen. AMH penduduk usia 15 tahun
ke atas perempuan (94,10 persen) lebih rendah dibandingkan laki-laki (97,33 persen). AMH penduduk
usia 15 tahun ke atas di daerah perdesaan (92,75 persen) lebih rendah dibandingkan daerah perkotaan
(97,28 persen). Rendahnya AMH penduduk usia 15 tahun ke atas disebabkan oleh rendahnya AMH
penduduk usia 45 tahun ke atas. AMH penduduk usia 45 tahun ke atas sebesar 88,09 persen. AMH
penduduk usia 45 tahun ke atas perempuan (83,46 persen) lebih rendah dibandingkan laki-laki (92,67
persen).

13. Penduduk Usia Sekolah

Jumlah penduduk usia 7-12 tahun sebanyak 5.124.462 jiwa, 13-15 tahun 2.494.902 jiwa, 16-18 tahun
2.276.128 jiwa dan 19-24 tahun 4.364.757 jiwa. Di perkotaan jumlah penduduk usia 7-12 tahun
sebanyak 3.279.271 jiwa, 13-15 tahun 1.596.749 jiwa, 16-18 tahun 1.523.622 jiwa dan 19-24 tahun
3.047.276 jiwa. Di perdesaan jumlah penduduk usia 7-12 tahun sebanyak 1.845.191 jiwa, 13-15 tahun
898.153 jiwa, 16-18 tahun 752.506 jiwa dan 19-24 tahun 1.317.481 jiwa. Jumlah penduduk perempuan
usia 7-12 tahun sebanyak 2.489.291 jiwa, 13-15 tahun 1.218.448 jiwa, 16-18 tahun 1.111.166 jiwa dan
19-24 tahun 2.158.820 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki usia 7-12 tahun sebanyak 2.635.171 jiwa, 13-15
tahun 1.276.454 jiwa, 16-18 tahun 1.164.962 jiwa dan 19-24 tahun 2.205.937 jiwa.

8|Page
XI IPA 6 GEOGRAFI SMAN 11 GARUT
14. Ketenagakerjaan

Jumlah penduduk yang merupakan angkatan kerja di Provinsi Jawa Barat sebesar 17.783.677 orang, di
mana sejumlah 17.094.003 orang diantaranya bekerja, sedangkan 689.674 orang merupakan
pengangguran. Dari hasil SP 2010, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Provinsi Jawa Barat
sebesar 58,49 persen, di mana TPAK laki-laki lebih tinggi daripada TPAK perempuan, yaitu masing-
masing sebesar 80,59 persen dan 35,82 persen. Sementara itu, bila dibandingkan menurut perbedaan
wilayah, TPAK di perkotaan lebih rendah daripada perdesaan, masing-masing sebesar 57,37 persen dan
60,65 persen. Tiga kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat dengan TPAK tertinggi berturut-turut adalah
Kabupaten Majalengka (66,41), Kabupaten Ciamis (65,65), dan Kabupaten Tasikmalaya (64,90). Dengan
jumlah pengangguran sejumlah 689.674 orang, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di provinsi ini
mencapai 3,88 persen.

15. Perumahan

Peningkatan jumlah penduduk Indonesia yang pesat menjadikan kebutuhan tempat tinggal semakin
meningkat pula. Program pemerintah yang menyangkut perumahan terus ditingkatkan, baik dari segi
jumlah maupun kualitasnya. Status kepemilikan/penguasaan bangunan tempat tinggal di Provinsi
Provinsi Jawa Barat paling banyak adalah milik sendiri. Rumah tangga yang menghuni rumah dengan
luas lantai kurang dari 20 m2 paling banyak dijumpai di Kota Bandung (175.703 rumah tangga),
sementara yang paling sedikit terdapat di Kota Banjar (1.879 rumah tangga).

16. Kesulitan Fungsional

Hasil SP 2010 tidak dapat digunakan untuk mengetahui jumlah penyandang disabilitas karena
perbedaan konsep dan definisi antara SP 2010 dan Kementerian Sosial. Pendekatan tingkat kesulitan
yang dialami oleh penduduk digunakan sebagai proksi mendapatkan informasi penyandang disabilitas.
Seseorang dapat memiliki satu atau lebih jenis kesulitan dengan derajat kesulitan ringan atau parah.
Persentase penduduk usia 10 tahun ke atas di Provinsi Jawa Barat yang memiliki kesulitan, baik ringan
maupun parah, dengan jenis kesulitan penglihatan sebesar 3,06 persen, kesulitan pendengaran sebesar
1,47 persen, kesulitan berjalan atau naik tangga sebesar 1,50 persen, kesulitan
mengingat/berkonsentrasi atau berkomunikasi dengan orang lain sebesar 1,24 persen, dan yang
memiliki kesulitan mengurus diri sendiri sebesar 0,92 persen.

9|Page
XI IPA 6 GEOGRAFI SMAN 11 GARUT

Anda mungkin juga menyukai