PENDAHULUAN
Keandalan dan kemampuan suatu sistem tenaga listrik dalam melayani konsumen
sangat tergantung pada sistem proteksi yang digunakan. Oleh sebab itu dalam
perencangan suatu sistem tenaga listrik perlu dipertimbangkan kondisi-kondisi
gangguan yang mungkin terjadi pada sistem, melalui analisa gangguan.
Pada dasarnya gangguan dapat terjadi karena kegagalan operasi peralatan dalam
sistem, kesalahan manusia dan karena alam. Langkah yang dapat diambil untuk
mencegah terjadinya gangguan antara lain dengan menggunakan isolasi yang baik,
membuat koordinasi isolasi dan menghindarkan kesalahan operasi. Tetapi langkah –
langkah tersebut dibatasi oleh faktor ekonomis dan alam. Karenanya para engineer
sepakat : gangguan boleh saja terjadi dan tidak dapat dihindari namun dampaknya
harus diminimisasi. Dari hasil analisa gangguan, dapat ditentukan sistem proteksi yang
akan digunakan, seperti: spesifikasi switchgear, rating circuit breaker (CB) serta
penetapan besaran-besaran yang menentukan bekerjanya suatu relay (setting relay)
untuk keperluan proteksi.
Salah satu gangguan yang dapat terjadi pada instalasi listrik adalah tegangan yang
tidak stabi bahkan dapat menyebabkan tegangan lebih (over volatge), maka diperlukan
suatu alat proteksi yaitu relay tegangan lebih atau over voltage relay yang dapat
digunakan untuk meminimalisir gangguan pada konsumen.
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah apakah Over Voltage Relay itu?
1.3 Tujuan
BAB II
LANDASAN TEORI
Secara prinsip, relay merupakan tuas saklar dengan lilitan kawat pada batang besi
(solenoid) di dekatnya, Ketika solenoid dialiri arus listrik, tuas akan tertarik karena
adanya gaya magnet yang terjadi pada solenoid sehingga kontak saklar akan menutup.
Pada saat arus dihentikan, gaya magnet akan hilang, tuas akan kembali ke posisi
semula dan kontak saklar kembali terbuka.
Rangkaian ini sangat baik karena dapat membatasi aliran arus nol yang mengalir ke
dalam generator ketika terjadi hubung singkat fasa ke tanah di sisi tegangan tinggi
transformator tegangan. Akan tetapi karena efek kapasitansi pada kedua belitan
transformator dapat menyebabkan adanya arus bocor urutan nol yang dapat
mengaktifkan relay tegangan lebih di sisi netral generator. Dengan demikian relay
tegangan lebih yang dipasang harus mempunyai waktu tunda yang dapat
dikoordinasikan dengan rele di luar generator.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, rele tegangan lebih ini mendeteksi tegangan
melalui suatu PT. Agar sesuai dengan alat-alat ukur lain yang terpasang pada panel
generator maka tegangan masukan nominal dari rele tegangan umumnya adalah 110V
atau 220V. Karena relay ini hanya membutuhkan daya yang kecil maka PT yang
digunakan adalah PT yang berdaya sangat rendah, umumnya berkisar antara 2 sampai
5VA. Untuk menghemat biaya pembuatan maka seringkali PT yang sama digunakan
juga sebagai sumber daya bagi rangkaian elektronik yang digunakan. Untuk itu
digunakan PT dengan dua buah belitan sekunder yang terpisah.Rancangan yang
dibahas menggunakan dua buah trafo yang terpisah.Dengan demikian diharapkan agar
tegangan yang dipantau tidak dipengaruhi oleh pembebanan dari catudaya rangkaian
elektronik.
Tegangan ini diperoleh dari kontak geser (wiper) potensiometer VR1. Jika
VS > VA maka keluaran A1 akan jenuh positip sehingga tegangan keluaran A1
akan mendekati tegangan catu, yaitu 12VDC. Sebaliknya jika VS < VA maka
keluaran A1 akan jenuh negatip sehingga tegangan keluarannya akan mendekati
nol.
Nilai tahanan R3, R4, VR1 dan VR2 ditentukan sedemikian rupa agar kisar
pengaturan VA memungkinkan kisar tegangan masukan dari 220V hingga 240V
dan kisar pengaturan VA memungkinkan kisar tegangan masukan dari 200V
hingga 220V.
Rangkaian tunda ini terdiri dari VR3, C2 dan N1. Jika bernilai tinggi,
keluaran penguat A1 dan A2 masing-masing akan meng-enable gerbang N2 dan
N3. Selain itu, kedua keluaran ini juga akan mengisi kapasitor C2 melalui dioda
D3 dan D4 dan VR3.
tD ≅ 0,7.VR3.C2 detik
Dengan mengatur nilai VR3 maka tundaan waktu ini dapat disesuaikan
dengan kebutuhan.
Relay tegangan yang dibahas mempunyai dua buah relay keluaran Satu
untuk menyatakan tegangan lebih dan satu untuk menyatakan tegangan kurang.
Masing-masing relay ini digerakkan oleh suatu transistor bipolar.
IC = hFE.IB
Dimana hFE adalah faktor penguatan arus searah dari transistor yang digunakan.
Arus kolektor ini akan menyebabkan rele RL1 bekerja.
Sebaliknya jika keluaran A2 yang bernilai tinggi pada akhir tundaan waktu
ini maka keluaran gerbang N3 yang akan tinggi sehingga memberikan arus basis
pada transistor Q2. Hal ini akan menyebabkan Q2 menghantar sehingga rele RL2
yang akan bekerja.
Dengan demikian maka akan tersedia satu kontak untuk tegangan lebih dan
satu kontak untuk tegangan kurang. Untuk mendapatkan sinyal yang menyatakan
keduanya maka untuk rele-rele RL1 dan RL2 dapat digunakan rele dengan dua
kontak, dimana kedua kontak tersebut dihubungkan paralel atau seri, tergantung
pada kebutuhan.